Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
dr. Eko Nuzul Abdillah Khairul Rizky
Pembimbing
dr. Alan, Sp.S
dr.Kiki Mamat kurnia
dr. H.M. Suaidi
I. ANAMNESIS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. W
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Terisi, Indramayu
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Petani
No. RM : 060356
Tanggal Masuk RS : 15 Maret 2017
Tanggal Pemeriksaan : 15 Maret 2017
HEMATOLOGI
06/10/2016 SATUAN RUJUKAN
RUTIN
Golongan Darah B
Kimia Klinik
Imunologi/Serologi
2. EKG
06 Oktober 2016
3. Foto Thorax PA
IV. RESUME
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit yang berkurang jika pasien dalam posisi setengah duduk dan
memberat jika pasien melakukan aktifitas yang agak berat. Berdebar-
debar (+). Lemas dan mudah lelah sejak beberapa bulan terakhir dan
bertambah berat sejak beberapa minggu terakhir. Nafsu makan berkurang
sejak beberapa minggu terakhir. Mual (+). Muntah (+)kadang-
kadang.Pusing (+). Pasien mengeluhkan tangan dan kakinya bengkak
sejak seminggu terakhir. Pasien sering mengkonsumsi jamu-jamu
kemasan dan terkadang minum-minuman energi. BAK (+) berkurang.
Pasien tampak sesak. TD 240/120 mmHg, HR 120x/menit, RR 28
x/menit. Konjungtiva pucat (+/+). Batas jantung kesan melebar, RBK
(+/+), RBH (+/+). Nyeri tekan epigastrium (+). Oedema ekstrimitas
tangan (+/+) kaki (+/+). HB 4,6; AE 1,7 juta; AL 14.800; Hct 13; Ur/Cr
198/17,9. EKG Sinus Takikardi, AV Blok Derajat I, LAH, RAH.Foto
Thorax PA : Bronkopneumonia, Cardiomegali,Oedem Pulmo
IX. PROBLEM
1. CKD Stage V
2. CHF NYHA III
3. HT EMERGENCY
2 08/10/16 Sesak nafas () KU : sakit sedang, CM,gizi kesan Lab Darah: CKD Stg V Bed rest
,mual, muntah (-), baik Hb 12,0; CHF NYHA III Diet Ginjal
pusing (+), bengkak VS : Hct 38; HT Terkontrol Infus NaCl 16 tpm
tangan dan kaki (+), S : 36,3oC per aksiler AE 5,8 Juta; Inj Ondansentron 2x4mg
BAK () N: 80 x/menit, reguler, simetris, isi AL 21,7 ribu; Inj pantoprazole 1x1
dan tegangan cukup. AT 265 ribu; Inj Furosemid 20mg/12 jam
RR: 24 x/menit, tipe . Amodipine 10mg 1x1
thorakoabdominal, reguler, Micardis 80mg 1x1
kedalaman cukup Clonidin 2x1
TD : 130/80mmHg Rencana HD
3 09/10/16 Sesak nafas (), KU : sakit sedang, CM,gizi kesan . CKD Stg V Bed rest
diare (+),batuk (+), baik CHF NYHA III Diet Ginjal
dahak (+) putih VS : HT Stg II Infus NaCl 20 tpm
kental, demam (+), S : 38,1oC per aksiler Susp.Pneumonia Inj Ondansentron 2x4mg
bengkak tangan dan N: 80 x/menit, reguler, simetris, isi Inj pantoprazole 1x1
kaki (+), BAK () dan tegangan cukup. Inj Furosemid 20mg/12 jam
RR: 20 x/menit, tipe Inj Ceftriaxone 2gr/24 jam
thorakoabdominal, reguler, Inf PCT 3x500mg (k/p)
kedalaman cukup Amodipine 10mg 1x1
TD : 160/90mmHg Micardis 80mg 1x1
Clonidin 2x1
Conjungtiva pucat (+/+) New Diatab 3x1
SDV (+/+), RBK(+/+), RBH (+/+), Ambroxol Syr 3x C1
BJ- I-II Int Normal Reg, Bising(-), Rencana HD
Gallop(-)
Supel, NT(+) Epigastrium, BU(+) N Monitoring: KU/VS, Balance
Oedema ekstremitas (+/+//+/+) Cairan
4 10/10/16 Sesak nafas (), KU : sakit sedang, CM,gizi kesan . CKD Stg V Rujuk Ke RSUD Indramayu
diare (-),batuk (+), baik CHF NYHA III untuk Hemodialisa
dahak (+) putih VS : HT Stg II
kental, demam (-), S : 37,1oC per aksiler Susp.Pneumonia
bengkak tangan dan N: 78 x/menit, reguler, simetris, isi
kaki (+), BAK () dan tegangan cukup.
RR: 20 x/menit, tipe
thorakoabdominal, reguler,
kedalaman cukup
TD : 140/90mmHg
A. DEFINISI
Menurut pedoman yang dikeluarkan oleh National Kidney
Foundation’s Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDOQI),
seorang pasien dikatakan menderita CKD jika memenuhi satu atau lebih
kriteria berikut ini selama lebih dari 3 bulan: (1)
- Penurunan GFR menjadi < 60mL/menit/1.73m2 secara
persisten dan biasanya progresif
- Albuminuria (lebih dari 30mg albumin urin per gram ureum
creatinin)
- Abnormalitas dari sedimen urin seperti adanya hematuria
atau sel darah merah
- Abnormalitas elektrolit atau lainnya merujukpada kerusakan
tubular
- Abnormalitas struktural yang terlihat pada pemeriksaan
pencitraan seperti penyakit polikistik ginjal.
- Riwayat transplantasi ginjal
B. KLASIFIKASI
Dulu klasifikasi gagal ginjal ditentukan berdasarkan derajat
penurunan GFR, yaitu: (2)
C. FAKTOR RESIKO
Pada tahun 2002, National Kidney Foundation’s Kidney Disease
Outcomes Quality Initiative (KDOQI) merekomendasikan adanya
pemindaian atau screening pada pasien dengan resiko menderita kerusakan
ginjal melalui pemeriksaan tekanan darah, albuminuria dan kreatinin
serum untuk memperkirakan GFR. Pasien yang direkomendasikan tersebut
adalah yang memiliki faktor resikosebagai berikut: (3)
a. Faktor klinis
- Diabetes
- Hipertensi
- Penyakit autoimun
- Infeksi sistemik
- Infeksi saluran kemih
- Batu saluran kemih
- Obstruksi saluran kemih
- Neoplasia
- Riwayat keluarga dengan CKD
- Massa ginjal yang berkurang
- Mengkonsumsi obat-obatan tertentu
- Berat lahir rendah
b. Faktor Sosiodemografi
- Usia lanjut
- Etnis minoritas Amerika Serikat: Afro-Amerika, India-
Amerika, Hispanik, Asia-Oseania
- Pendidikan/Tingkat Ekonomi Rendah
D. PATOFISIOLOGI (4)
Sistemik hipertensi
Penghinaan akut dari nephrotoxins atau penurunan perfusi
Proteinuria
Peningkatan ginjal ammoniagenesis dengan cedera interstisial
Hiperlipidemia
Hyperphosphatemia dengan deposisi kalsium fosfat
Penurunan kadar oksida nitrat
Merokok
Tidak terkontrol diabetes
Hiperkalemia
Metabolik asidosis
Garam dan air oleh ginjal penanganan diubah pada penyakit ginjal
kronis. Volume ekstraseluler ekspansi dan total-tubuh hasil volume
overload dari kegagalan natrium dan ekskresi air bebas. Ini biasanya
menjadi klinis nyata ketika GFR turun menjadi kurang dari 10-15 ml /
menit, ketika mekanisme kompensasi telah menjadi kelelahan.
Sebagai fungsi ginjal menurun lebih lanjut, retensi natrium dan
volume memimpin ekspansi ekstraseluler edema perifer dan, tidak
jarang, edema paru dan hipertensi. Pada natrium, lebih tinggi GFR dan
air berlebih asupan bisa menghasilkan gambar yang sama jika jumlah
yang tertelan natrium dan air melebihi potensi yang tersedia untuk
ekskresi kompensasi.
Anemia
Diabetes Melitus(6)
Patofisiologi yang mendasari pada diabetes tipe 2 ditandai oleh
tiga gangguan berikut (1) resistensi perifer terhadap insulin, terutama
pada sel otot: (2) peningkatan produksi glukosa oleh hati, dan (3) sekresi
pankreas diubah. Peningkatan jaringan resistensi terhadap insulin
umumnya terjadi pertama dan akhirnya diikuti oleh sekresi insulin
terganggu.Pankreas memproduksi insulin, namun resistensi insulin
mencegah penggunaan yang tepat pada tingkat sel. Glukosa tidak dapat
memasuki sel target dan terakumulasi dalam aliran darah, mengakibatkan
hiperglikemia. Tingkat glukosa darah tinggi sering merangsang
peningkatan produksi insulin oleh pankreas: demikian. Tipe 2 diabetes
individu seringkali memiliki produksi insulin yang berlebihan
(hiperinsulinemia).
Resistensi insulin mengacu pada sensitivitas jaringan terhadap
insulin.Reaksi intraseluler berkurang, membuat insulin kurang efektif
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan dan mengatur pelepasan
glukosa oleh hati.
Jika kadar glukosa darah yang meningkat secara konsisten untuk
jangka waktu yang signifikan, mekanisme filtrasi ginjal ditekankan,
memungkinkan protein darah bocor ke dalam urin. Akibatnya, tekanan di
dalam pembuluh darah ginjal meningkat.Diperkirakan bahwa tekanan
tinggi berfungsi sebagai stimulus tingkat nefropati.
Perubahan terdeteksi paling awal dalam perjalanan nefropati
diabetik adalah penebalan di glomerulus.Pada tahap ini, ginjal dapat
mulai memungkinkan lebih albumin (protein) dari normal dalam urin,
dan ini dapat dideteksi dengan tes sensitif untuk albumin.Sebagai
nefropati diabetes berlangsung, peningkatan jumlah glomeruli yang
hancur.Sekarang jumlah albumin yang diekskresikan dalam urin
meningkat, dan dapat dideteksi dengan teknik urinalisis biasa.Pada tahap
ini, biopsi ginjal jelas menunjukkan nefropati diabetes dan akhirnya
menyebabkan gagal ginjal kronis.
E. EVALUASI PASIEN CKD
Pada pasien dengan GFR < 60 ml/menit/1,73 m2 atau adanya
penanda dari kerusakan ginjal, kita perlu meninjau riwayat penyakit
dahulu dan memastikan durasi dari kerusakan ginjal yang telah terjadi.
Jika durasi >3 bulan maka CKD terkonfirmasi sedngkan jika kurang dari 3
bulan, maka kemungkinannya adalah AKI pada CKD ataupun AKI itu
sendiri. Evaluasi pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan oleh
KDOQI adalah sebagai berikut:
- Untuk asesmen awal, direkomendasikan untuk dilakukan
pemeriksaan serum kreatinin dan GFR
- Apabila serum kreatinin dan GFR dianggap kurang akurat,
maka diperlukan pemeriksaan tambahan berupa cystatin C
atau penilaian clearance untuk mengkonfirmasi hasil dua
pemeriksaan sebelumnya.
- Direkomendasikan untuk dilakukan pemeriksaan cystatin C
pada pasien dengan GFR 45-59 ml/menit/1,73 m2 yang tidak
memiliki penanda kerusakan ginjal.
- Pada awal asesment juga direkomendasikan untuk melakukan
beberapa pemeriksaan dengan sampel urin pagi,yaitu:
a. Rasio albumin-kreatinin urin
b. Rasio protein-kreatinin urin
c. Urinalisis strip reagen untuk protein total
- Jika pemeriksaan tersebut hasilnya tidak signifikan, maka
perlu dilakukan pemeriksaan protein Bence Jones.
F. MANAJEMENT PASIEN(3,7,8)
5. Dialisis
a. Dialisis Akses
b. Hemodialisis
A. DEFINISI(9)
D. PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Penting untuk dilakukan anamnesistentang riwayat penyakit
hipertensinya, obat-obatan anti hipertensi yang rutindiminum,
kepatuhanminum obat, riwayat konsumsi kokain, amphetamine
danphencyclidine. Riwayatpenyakit yang menyertai dan penyakit
kardiovaskular atau ginjal penting dievaluasi. Tanda-tanda defisit
neurologicharus diperiksa seperti sakit kepala,penurunan kesadaran,
hemiparesis dan kejang.
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan seperti hitung jenis,
elektrolit, kreatinin dan urinalisa.Foto thorax, EKG dan CT- scan kepala
sangat penting diperiksa untuk pasien-pasien dengan sesaknafas, nyeri
dada atau perubahan status neurologis. Pada keadaan gagal jantung kiri
dan hipertrofiventrikel kiri pemeriksaan ekokardiografi perlu dilakukan.
Berikut adalah bagan alurpendekatandiagnostik pada pasien hipertensi:
E. TATALAKSANA
1) Hipertensi Urgensi
Penatalaksanaan Umum
Manajenem penurunan tekanan darah padapasien dengan hipertensi
urgensi tidak membutuhkan obat-obatan parenteral. Pemberianobat-
obatan oral aksi cepat akan memberi manfaat untuk menurunkan
tekanan darah dalam24 jam awal Mean Arterial Pressure (MAP)
dapatditurunkan tidak lebih dari 25%. Pada fase awalstandard goal
penurunan tekanan darah dapatditurunkan sampai 160/110 mmHg.
Penggunaan obat-obatan anti-hipertensi parenteral maupun oral
bukan tanpa risiko dalammenurunkan tekanan darah. Pemberian
loadingdose obat oral anti-hipertensi dapat menimbulkan efek
akumulasi dan pasien akan mengalamihipotensi saat pulang ke rumah.
Optimalisasipenggunaan kombinasi obat oral merupakanpilihan terapi
untuk pasien dengan hipertensiurgensi
2) Hipertensi Emergensi
Penatalaksanaan Umum
Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikansetiap individu
tergantung padakerusakan organ target.Manajemen tekanan darah
dilakukandengan obat-obatan parenteral secara tepat dancepat.Pasien
harus berada di dalam ruangan ICUagar monitoring tekanan darah bisa
dikontrol dandengan pemantauan yang tepat. Tingkat ideal penurunan
tekanan darah masih belumjelas, tetapipenurunan Mean Arterial
Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal dan 15% pada 2-3 jam
berikutnya.Penurunan tekanan darah secara cepat dan berlebihan akan
mengakibatkan jantungdan pembuluh darah orak mengalami
hipoperfusi.
Penatalaksanaan Khusus
Neurologic emergency.Kegawatdaruratan neurologi sering terjadi pada
hipertensi emergensi seperti hypertensiveencephalopathy, perdarahan
intracranialdan stroke iskemik akut.American Heart Association
merekomendasikan penurunan tekanan darah > 180/105 mmHg
padahipertensi dengan perdarahan intracranialdan MAP harus
dipertahankan di bawah130 mmHg. Pada pasien dengan stroke iskemik
tekanan darah harus dipantau secarahati-hati 1-2 jam awal untuk
menentukanapakah tekanan darah akan menurun secara sepontan.
Secara terus-menerus MAPdipertahankan > 130 mmHg.