You are on page 1of 24

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. C
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 62 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Ds. Jaya mulya Rt 008/003 Kec. kroya
No. MR : 059126

B. Anamnesis
Keluhan Utama :
Benjolan di lipatan paha kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :


 Sejak ± 1 hari SMRS, pasien mengeluh terdapat benjolan di lipat paha kanan.
Benjolan muncul pada saat pasien berdiri dan tidak hilang pada saat pasien sedang
duduk. Benjolan berukuran sebesar bola kasti, tidak dapat didorong masuk,
disertai nyeri yang menetap. Sejak ± 1 minggu SMRS awalnya benjolan
berukuran sebesar telur puyuh, hilang timbul, muncul pada saat pasien sedang
berdiri lama dan mengejan, hilang pada saat pasien duduk atau berbaring.
Benjolan makin lama makin sering muncul, terutama saat pasien berdiri lama, dan
saat mengejan. Ukuran benjolan lama kelamaan mencapai sebesar telur ayam,
masih dapat didorong masuk, dan kadang disertai nyeri yang hilang timbul.
Keluhan juga disertai mual dan muntah-muntah sejak 1 hari SMRS, frekuensi 2
kali, sebanyak 1 gelas tiap kali muntah, tidak menyemprot, berisi apa yang
dimakan. Buang angin (kentut) tidak ada, tidak bisa BAB, BAK dalam batas
normal, demam tidak ada.
 Pasien bekerja sebagai petani, sering mengangkat beban berat (+), sering
mengejan saat BAB (+), batuk kronis (-).
1
 Pasien sempat berobat ke mantri dan tukang pijit, oleh tukang pijit benjolan
sempat dimasukkan kembali namun tidak bisa, nyeri semakin bertambah (+).

Riwayat Penyakit Dahulu :


 Riwayat keluhan benjolan serupa (+) 5 tahun lalu sempat berobat ke mantri
namun hanya diberikan obat anti nyeri
 Riwayat hipertensi disangkal.
 Riwayat DM disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Alergi :
 Riwayat alergi makanan atau obat-obat tertentu disangkal.

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis kooperatif (GCS E4M6V5 = 15)
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 86 x / menit
Nafas : 22 x / menit
Suhu : 37,2ºC

Status Generalisata
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
pupil bulat, isokor, d = 3 mm = 3 mm
Leher : simetris, pembesaran KGB (-), distensi vena jugularis (-), JVP 5-2
mmHg
Toraks : pulmo : inspeksi : simetris kanan dan kiri
palpasi : fremitus normal kanan dan kiri
perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
auskultasi: vesikuler (N), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
cor : inspeksi : iktus tidak terlihat
palpasi : iktus teraba ICS 5 LPSS
2
perkusi : batas kiri 1 jari medial LMCS RIC V, batas kanan
LSD, batas atas RIC II
auskultasi: Bunyi Jantung I-II murni reguler murmur (-)
gallop (-)
Abdomen : inspeksi : tidak membuncit, darm contour (-),
darm steifung (-)
auskultasi : bising usus (+) meningkat
palpasi : soepel, nyeri tekan (+) di kuadran kanan dan kiri
bawah, nyeri tekan epigastrium (+), defans
muscular (-) hepar, lien tidak teraba membesar,
dan ginjal tidak teraba
perkusi : timpani
Pinggang : CVA : nyeri tekan (-), nyeri ketok (-)
Anus : toucher : tidak dilakukan
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik, edema (-/-), paresis (-/-)

Status Lokalisata
Inguinal : inspeksi : terdapat benjolan di regio inguinal dextra,
palpasi : bentuk lonjong, ukuran 6x 3 x 3 cm, hiperemis (-),
permukaan rata, konsistensi kenyal, fluktuasi (-)
nyeri tekan (+), reposisi (-)
Genitalia : penis : orifisium uretra eksterna tidak sempit, deformitas (-)
scrotum : massa (-), tanda-tanda radang (-)

3
D. Diagnosis Banding

 Hernia inguinalis lateralis dextra inkarserata


 Hernia inguinalis lateralis dextra strangulata
 Hidrocel
 Tumor
E. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (04 Januari 2017)


Darah : Hemoglobin : 15,8 g/dl
Hematokrit : 49%
Leukosit : 8.800 /mm3
Trombosit : 352.000 /mm3
Gula darah sewaktu : 100 g/dl
Waktu perdarahan : 2 detik
Waktupembekuan : 7 detik
Foto polos thoraks PA(04 Januari 2017)

Cor nomal, CRT <50%


Sinuse dan diafragma normal
Pulmo : hili suram, corakan bronkovaskular norma, tidak tampak bercak lunak
Kesan : tak tampak pembesaran jantung , pulmo dalam batas normal.

4
F. Diagnosis Kerja Pre Operasi
Hernia inguinalis lateralis dextra inkarserata

G. Penatalaksanaan di IGD

Non medikamentosa
 IVFD RL 20 tpm
 Posisi panggul ditinggikan (posisi Tredelenberg)
 Pasang NGT
 Pasang kateter
 Observasi nyeri
Medikamentosa
 Injeksi ceftriaxon 2x1 gr (iv)
 Injeksi ketorolac 2x1 (iv)
 Injeksi ranitidine 2x1 (iv)

H. Follow Up

Tanggal Keluhan Diagnosis Tatalaksana

05/01/2017 Nyeri perut (+) HIL (d) Inkarserata Rencana operasi

mual (+) nyeri pada herniorafi pukul

benjolan (+) 11.00

Puasa

Konsul IPD

Terapi lain lanjut

05/01/2017 pukul Riw. Sesak (-) riw. HIL (d) Inkarserata ACC untuk

10.00 Penyakit jantung (-) dilakukan operasi

Cor pulmo dbn (Jawaban konsul dr.

Zulfan, Sp.PD)

5
05/01/2017 pukul (-) Post reseksi Infus Rl 1500 cc/24

14.00 anastomosis ileum jam

end to end+ Infus D5%

herniorafi bassini 500cc/24 jam

a/i HIL (d) Puasa 2 hari

strangulata Ceftriaxone 1x

2gr(iv)

Metronidazol

3x500mg (iv)

Ketorolac 2x1 (iv)

Ranitidin 2x1(iv)

06/01/2017 Nyeri perut (+)<< Post reseksi Infus Futrolit

kentut (-) anastomosis ileum 1000cc/24 jam

Abdomen : Bu (+) end to end+ Infus RL

normal herniorafi bassini 1000cc/24jam

a/i HIL (d) Infus D5%

strangulata 500cc/24 jam

Puasa

Terapi lain lanjut

07/01/2017 Keluhan (-) kentut Post reseksi Aff Ngt

(+) anastomosis ileum Diet cair

end to end+ Terapi lain lanjut

herniorafi bassini Mobilisasi (miring

a/i HIL (d) kiri miring kanan)

6
strangulata

08/01/2017 Kembung (+) Post reseksi Terapi lanjut

anastomosis ileum Diet lunak

end to end+ Mobilisasi

herniorafi bassini

a/i HIL (d)

strangulata

09/01/2017 pukul Keluhan (-) Post reseksi Aff drain

07.30 anastomosis ileum Bladder training 3x

end to end+ selanjutnya aff dc

herniorafi bassini Rencana BLPL

a/i HIL (d) siang

strangulata

I. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : dubia et bonam
Quo ad functionam : dubia et bonam

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi Regio Inguinalis

1. Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak


2-4 cm ke arah kaudal ligamentum inguinal. Kanal melebar di antara cincin internal
dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau
ligamentum uterus. Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat otot kremaster,
pleksus pampiniformis, arteri testikularis n. ramus genital nervus genitofemoralis,
duktus deferens, arteri kremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis.1-3
Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliq abdominis ekternus di
bagian superfisial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal dan
ligamentum lakunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia
transfersalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar kanalis inguinalis adalah
bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah.2,3
Pembuluh darah epigastrik inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach’s. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membran rektus, dan
ligamentum inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul lateral dari
trigonum adalah hernia indirek.3

Gambar 1. Segitiga Hesselbach's


8
2. Aponeurosis Otot Obliq Abdominis Eksternus

Aponeurosis otot obliqus abdominis eksternus dibentuk oleh dua lapisan yaitu
superfisial dan profunda. Bersama dengan aponeurosis otot obliq abdominis internus
dan transversus abdominis, mereka membentuk sarung rektus dan akhirnya linea
alba. Aponeurosis otot obliq abdominis eksternus menjadi batas superfisial dari
kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaka anterior superior ke
tuberkulum pubikum.2,3

Gambar 2. Otot Obliq Abdominis

3. Otot Obliqus Abdominis Internus

Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis. Bagian
medial dari aponeurosis obliq abdominis internus menyatu dengan serat dari
aponeurosis transversus abdominis dekat tuberkulum pubikum untuk membentuk
conjoined tendon. Adanya conjoined tendon yang sebenarnya telah banyak
diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah muncul pada 10% pasien.2,3,4

4. Fascia Transversalis

Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan


aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan,
bagian dalam lebih tipis dari bagian luar, keluar dari tendon otot transversalis pada
bagian dalam dari korda spermatik dan berikatan ke linea semilunaris.2,3

9
Gambar 3. Fascia transversalis

5. Ligamentum Cooper

Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk
oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum Cooper adalah titik fiksasi yang penting
dalam metode perbaikan laparoskopi sebagaimana pada teknik McVay.2

6. Preperitoneal Space

Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, pembuluh limfe, pembuluh


darah, dan saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah
nervus cutaneous femoral lateral dan nervus genitofemoral. Nervus cutaneous femoral
lateral berasal dari serabut L2 dan L3 dan kadang cabang dari nervus femoralis.
Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior otot iliaka dan di bawah fascia
iliaca dan dibawah atau melalui perlekatan sebelah lateral ligamentum inguinal pada
spina iliaka anterior superior.3
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan
kadang dari L3, turun di depan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital dan
femoral. Cabang genital masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan
cabang femoral masuk ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri. Duktus deferens
berjalan melalui preperitoneal space dari kaudal ke sefal dan medial ke lateral ke
cincin interna inguinal. Jaringan lemak dan pembuluh limfe ditemukan
di preperitoneal space, dan jumlah jaringan lemak sangat bervariasi.1-4

10
1.2 Definisi Hernia

Berdasarkan asal katanya, hernia berarti protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia adalah adanya
penonjolan peritoneum yang berisi alat visera dari rongga abdomen melalui suatu lokus
minoris resistensieae, baik bawaan maupun didapat. Semua hernia terjadi melalui celah
lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh
peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.1-3

1.3 Epidemiologi

Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia dinding abdomen muncul pada
daerah sekitar lipat paha. Hernia indirek lebih banyak daripada hernia direk yaitu 2:1, di
mana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.2,3
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria dan
wanita pada hernia indirek adalah 7 : 1. Sekitar 75.0000 herniorrhaphy dilakukan tiap
tahunnya di Amerika Serikat, dibandingkan dengan 25.000 untuk hernia femoralis,
166.000 hernia umbilikalis, 97.000 hernia post insisi, dan 76.000 untuk hernia abdomen
lainya.3
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi 40%
dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi. Hernia
femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi
hernia inguinal. Meskipun kasus hernia femoralis pada pria dan wanita sama, insiden
hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan dikalagan pria,
karena secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita.2,3

1.4 Etiologi

Penyebab terjadinya hernia antara lain sebagai berikut:1-5


1. Lemahnya dinding rongga perut.
Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
a. Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat -tempat tertentu.
11
b. Hernia kongenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek pada
tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun)setelah lahir
akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
4. Akuisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya antara lain:
1) Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan, baik saat BAB maupun BAK.
2) Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia karena jaringan ikatnya
yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja
jaringan ikat penyokong pada LMR.
b. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
c. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
d. Sikatrik.
e. Penyakit yang melemahkan dinding perut.
f. Merokok.
g. Diabetes mellitus

1.5 Bagian Hernia

Bagian-bagian hernia yaitu sebagai berikut:


1. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya hernia insisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.

12
5. Locus minoris resistence (LMR)

Gambar 4. Bagian-bagian hernia

1.6 Klasifikasi 2-5

1. Menurut lokasinya:
a. Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini merupakan
yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut.
b. Hernia umbilikus adalah di pusat.
c. Hernia femoralis adalah di paha.
2. Menurut penyebabnya:
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatik
c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.
3. Menurut keadaannya:
a. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali
kedalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia
irrenponibel.
b. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau
membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta
mungkin dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.
4. Menurut sifatnya:
a. Hernia reponibel adalah bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernis keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

13
b. Hernia irreponibel adalah bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga.
5. Jenis hernia lainnya:
a. Hernia pantolan adalah hernia inguinalis dan hernia femuralis yang terjadi pada
satu sisi dan dibatasi oleh vasa epigastrika inferior.
b. Hernia scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke scrotum secara
lengkap.
c. Hernia littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum meckeli.

1.7 Patofisiologi

1. Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis
itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus
ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri
turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih
sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan. 1,2
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka
terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena
pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya
umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis
tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance,
maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti
batuk-batuk kronik, bersin yang kuat, mengejan, dan mengangkat barang-barang berat.
Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut
akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi
protat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital.1-3

14
Pria lebih banyak dari wanita karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak
dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang
kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi
penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila
inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.2-5
Hernia juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar.
Bila isi perut terjepit dapat terjadi syok, demam, asidosis metabolik, abses.
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain
obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis.1-4

Gambar 5. Skema Patofisiologi Hernia

15
a. Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)

Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh
faktor peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum Hesselbach. Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas
inferior ligamentum inguinal, batas lateral vasa epigastrika inferior, batas medial
tepi m. rectus abdominis.Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang
diperkuat serat aponeurosis m.transversus abdominis.Jalannya langsung (direk) ke
ventral melalui anulus inguinalis subkutaneous. Hernia ini sama sekali tidak
berhubungan dengan pembungkus vas deferens, umumnya terjadi bilateral,
khususnya pada laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah,
mengalami inkarserasi dan strangulasi.4-6

Gambar 6. Hernia inguinalis direkta

b. Hernia Inguinalis Indirekta (Lateralis)

Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis
akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau
akuisita: 5,6
1) Hernia inguinalis indirekta kongenital.
Terjadi bila procesus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama
sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan
rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut dengan
mudah masuk ke dalam kantong peritoneum tersebut.
16
2) Hernia inguinalis indirekta akuisita.
Terjadi bila penutupan procssus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian
saja sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus
vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu
kentung peritonei ini dapat terisi dalaman perut, tetapi isi hernia tidak
berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.

Gambar 7. Hernia inguinalis indirekta

c. Hernia Pantalon

Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi.
Kedua kantung hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk
seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus hernia inguinalis.

2. Hernia Femoralis
Pada umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada wanita kira-kira
4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha. Sering penderita datang

17
ke dokter atau rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan benjolan di lipat paha di bawah ligamentum inguinal, di medial vena
femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda
sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya
atau karena penderita gemuk. Hernia ini masuk melalui anulus femoralis ke dalam
kanalis femoralis dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.3-6
Kanalis femoralis terletak medial dari vena femoralis di dalam lakuna vasorum
dorsal dari ligamentum inguinale, tempat vena safena magna bermuara di dalam vena
femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh pinggir keras dan tajam. Batas
kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinale, kaudodorsal oleh pinggir os. pubis
yang terdiri dari ligamen iliopektineale (ligamen Cooper), sebelah lateral sarung vena
femoralis, dan di sebelah medial ligamen lakunare Gimbernati. Hernia femoralis
keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligament inguinale. Keadaan anatomi ini
sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.5,6

1.8 Diagnosis dan Diagnosis Banding

1. Pemeriksaan Fisik1-6

Tanda -tanda vital didapatkan temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi


meningkat, dan tekanan darah meningkat. Selanjutnya dari pemeriksaan status lokalis:

a. Inspeksi
 Hernia reponibel : terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah berbaring.
 Hernia inguinal
- Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong.
- Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
 Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan
tojolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
 Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
 Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
 Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.

18
 Hernia perineum : benjolan di perineum.

b. Palpasi
 Titik tengah antara SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka
dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
 Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan
maka dapat diasumsikan sebagai hernia inguinalis lateralis.
 Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti
hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
 Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini
disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi
mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia
dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien
mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis
lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia
inguinalis medialis.
 Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
 Hernia inkarserata : nyeri tekan.

c. Palpasi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia strangulata.

d. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami
obstruksi usus (hernia inkarserata).

Colok dubur. Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship-Romberg
(hernia obtutaratoria).

19
Pemeriksaan Finger Test. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5. Dimasukkan lewat
skrotum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal. Penderita disuruh batuk:
 Bila impuls diujung jari berarti hernia inguinalis lateralis.
 Bila impuls disamping jari hernia inguinalis medialis.

Gambar 8. Finger Test


Pemeriksaan Ziemen Test. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu
(biasanya oleh penderita). Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan. Penderita
disuruh batuk bila rangsangan pada:
 jari ke 2 : hernia inguinalis lateralis.
 jari ke 3 : hernia ingunalis medialis.
 jari ke 4 : hernia femoralis.

Gambar 9. Ziement Test

20
Pemeriksaan Thumb Test. Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita
disuruh mengejan.
 Bila keluar benjolan berarti hernia inguinalis medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.

Gambar 10. Thumb Test


2. Pemeriksaan Penunjang5-7

Pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit


>10.000 – 18.000 / mm3 dan peningkatan serum elektrolit.

Pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan ultrasound pada daerah inguinal dengan


pasien dalam posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan
memiliki sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan
ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incarserata dari suatu nodus
limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang teraba di inguinal. Pada
pasien yang sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau
sonografi yang menunjukkan hernia inguinalis.7 CT scan dapat digunakan untuk
mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator. 6

3. Diagnosis Banding

Adapun diagnosis banding untuk hernia adalah sebagai berikut:

21
Tabel 1. Diagnosis banding hernia

1.9 Penatalaksanaan dan Komplikasi

a. Non- Operatif

Pengobatan konservatif hanya sebatas melakukan tindakan reposisi dan pemakaian


penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi
(pemakaian sabuk TRUSS). Indikasinya adalah :

- Bila pasien menolak dilakukan operasi

- Disertai penyakit berat yang dapat menimbulkan meningkatnya


tekanan intraabdominal (asites, sirosis, tumor paru)

- Hernia inguinalis medialis yang berukuran kecil dan belum


mengganggu

b. Operatif

Indikasi dilakukannya operasi pada hernia :


22
- Hernia inguinalis dengan komplikasi inkarserata ataupun strangulata

- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak maupun dewasa (reponible


maupun irreponible)

- Hernia inguinalis medialis yang cukup besar dan mengganggu

Macam-macam teknik operasi :

1. Herniotomy, yaitu : membuang kantong hernia seproximal mungkin


terutama pada anak-anak karena dasarnya adalah kongenital bukan
akibat kelemahan otot dinding abdomen.

2. Herniorraphy, yaitu : hernitomy yang disertai tindakan bedah untuk


memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis
(hernioplasty).

Komplikasi post operasi


1. Hematoma (pada luka atau pada skrotum)
2. Infeksi pada luka operasi
3. Nyeri kronis
4. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis
5. Rekurensi atau residif
6. Cedera v. Femoralis, n. Illioinguinalis, n. Illiofemoralis, ductus deferens, dan buli-
buli.

1.10 Prognosis
Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan penanganan. Tapi
pada umumnya baik karena kekambuhan setelah operasi jarang terjadi, kecuali pada hernia
berulang atau hernia yang besar yang memerlukan penanganan materi prostesis. Pada
penyakit hernia ini yang penting adalah mencegah faktor predisposisinya. 8

23
DAFTAR PUSTAKA

1. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran.


Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317.
2. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step approach).
Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery Institute.
New Delhi. 2003. (Ebook, diakses 11 Januari 2017).
3. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356.
4. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718.
5. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I. Penerbit GEM
Foundation. 2004. Hal 39-58.
6. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit Hodder
Arnold. 2006.
7. Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis). Edisi I. Penerbit
Williams & Wilkins, a Waverly Company. 1997.
8. Way L.W. Hernia and Other Lesions Of Abdominal Wall. Current Surgical Diagnosis and
Treatment, ninth edition. Pretince Hall International Inc. 700-710. (Ebook, diakses 13
Januari 2017).

24

You might also like