Professional Documents
Culture Documents
Presentan: Oponen :
Mona Theresia
Lanny Hendrian
Alita Daniel
Ryan Betty
Dessy Handy
Riyma Dik Adi
Andi Cellica
Septi
Yogie
Tia
Moderator :
dr. Aloysius Suryawan, SpOG
Nama : Ny. N
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Nama suami : Tn. T
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Kopo No. 40 Rt 3 Rw 4
Tanggal masuk : 04-10-2005
Pendidikan terakhir : SMP
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS PRAESENS GENERALIS
A. Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
B. Tanda Vital : Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 116 x/menit
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 38,4ºC
C. Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Conjungtiva anemis +/+
Sklera ikterik -/-
Hidung : PCH -/-
Leher : JVP 5+0 cm H2O, KGB tidak membesar
Thoraks : Bentuk dan pergerakan simetris kanan dan kiri
Pulmo : VBS +/+ normal, Rh -/-, Wh-/-
Cor : BJM regular, murmur (–)
Abdomen : agak cembung, nyeri tekan (+) minimal, bising usus
(+) lemah
Ekstremitas : oedem -/-, RF +/+, RP -/-
2. STATUS OBTETRICUS
Tidak dilakukan.
RENCANA TERAPI : - Cek lab darah (Hb,Ht, Leu, Tc, Na, K, Ureum ,GDS)
- Sanmol 500 mg 3 x 1
- Clavamox 3 x 1
- Rantin 2 x 1 amp IV
- Sedia PRC 3 labu, masukkan 1 labu per hari
- Observasi tensi dan nadi
OBSERVASI
Tanggal Pukul Follow up Hasil
04-05- 15.25 Kesadaran : Compos Mentis Darah :
2005 Tanda vital : Hb : 7,7 gr/dl
Tensi : 140/90 mmHg Ht : 25 %
Nadi : 116 x/menit Leukosit : 24.600 /mm³
Respirasi: 28 x/menit Trombosit : 221.000/mm³
Suhu : 38,4° C Natrium : 130
Pemeriksaan fisik : Kalium : 3,4
Kepala : Konjungtiva anemis +/+ Ureum : 14
Sklera ikterik -/- GDS : 106
Leher : KGB tidak teraba
membesar
Thorax : Bentuk dan pergerakan
simetris kanan=kiri
Paru : VBS +/+, Rh -/-, Wh -/-
Jantung : BJM, Reguler, murmur
Abdomen: Datar, lembut, BS ↓, H/L
tidak teraba
Ekstremitas: Tidak ada kelainan
16.00 IGD lapor ke dr. KH. SpPD dengan D/
febris + anemia post kuretase, advis : -
Sanmol 500 mg 3 x 1
- Clavamox 3 x 1
- Rantin 2 x 1 amp IV
- Sedia PRC 3 labu,
masukkan 1 labu per hari
- Observasi tensi dan nadi
08-10- 08.45
Visite bag.Obgyn :
2005
febris (-), anemis +/+, advis :
- Transfusi 1 labu
- Catheter aff
- Tidak usah cek Hb
- Boleh makan
- Th/ lanjutkan
Lapor bag.Obgyn, suhu pasien 39°C
Advis : - Kalmethason 1 amp IV
13.00
- Xyla : Della = 1 cc : 1cc IM
- Transfusi stop
- Infus aff
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital :
08.00
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,6°C
LAPORAN OPERASI
1. Pasien berbaring terlentang di meja operasi
2. Dilakukan tindakan a dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya
3. Lapangan operasi ditutup dengan doek steril
4. Dalam narcose umum, dibuat sayatan vertikal ± 10 cm dan dinding abdomen
dibuka lapis demi lapis mulai dari kulit – subcutis – fascia – otot – peritoneum.
Tampak berwarna kebiruan,peritoneum ditembus lalu dieksplorasi tampak
tuba dextra mengalami ruptur 6 x 6 x 5 cm
5. Dilakukan Salphingoovorektomi dextra, kemudian mesosalphing,
mesoovarium, infundibulum.
6. Bekuan darah diperiksa. Kesan perdarahan ± 1000 cc
7. Cavum abdomen dicuci dan Nacl. Eksplorasi ovarium dan tuba kiri baik.
Kontrol perdarahan –
8. Setelah yakin perdarahan tidak ada, dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
Sebelumnya cavum abdomen dibersihkan dari sisa – sisa darah dan bekuan
- Peritoneum : Jelujur, catgut
- Musculus : Simpul, catgut
- Fascia : Jelujur, biosyn
- Subkutis : Simpul, catgut
- Kutis : Jelujur subkutikuler, chromic catgut
9. Luka operasi ditutup dengan kasa steril
10. Operasi selesai
RESUME
Anamnesis
- Wanita 29 tahun, G4P1A2 datang dengan keluhan utama febris
- Perut kembung (+), nausea (+), vomitus (+)
- 17 hari SMRSI nyeri perut kanan bawah dan keluar darah dari jalan lahir,
lendir (-), gumpalan darah (-), jaringan (-).
- 14 hari SMRSI kontrol ke dokter di RS Soreang, dilakukan kuret
(kehamilan 3 bulan).
- BAK dan BAB t.a.k
- RPD: Hipertensi (-), DM (-), Asma (-)
- RPK: Hipertensi (-), DM (-), Asma (-)
- Riwayat operasi : tidak ada
- Riwayat menstruasi : Menarche umur 18 tahun, siklus teratur (28 hari),
lamanya haid 5 – 7 hari, nyeri haid tidak ada
- HPHT : Juli 2005
- Taksiran tanggal persalinan: April 2006
- Riwayat Obstetri : Partus maturus spontan per vaginam, lahir bayi laki-laki
6 tahun y.l., abortus 2x.
Pemeriksaan Fisik
Status Presens Generalis
- KU: Sedang, kesadaran: CM
- TV: TD 140/90 mmHg, N 116 x/menit, R 28 x/menit, tO 38,4ºC
- Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Conjungtiva anemis +/+
Abdomen : agak cembung, NT (+) minimal, BU (+) lemah
Status Obstetrikus
(Setelah diperiksa dokter Spesialis Kebidanan hari ke-2 diopname)
Hasil pemeriksaan :
Konjungtiva anemis +/+
VT : - Fluksus (+)
- v/v t.a.k
- portio licin lunak
- OUE tertutup
- corpus uteri sulit dinilai karena
nyeri
- Cavum Douglas menonjol
- nyeri goyang cervix (+)
Pemeriksaan penunjang:
USG :
Uterus dalam batas normal, dalam uterus tidak tampak adanya gestasional sac.
Parametrium kanan : tampak massa komplek ± bulat diameter 5,46 cm disekitarnya tampak cairan
bebas yang meluas sampai cavum Douglas dan subhepatik.
Parametrium kiri : tampak massa kistik ± bulat diameter 4,48 cm.
Kesan : suspek kehamilan ektopik terganggu kanan dengan perdarahan jumlah sedang.
PERMASALAHAN
Pada kasus ini akan dibahas:
1. Apakah diagnosis di rumah sakit Soreang sudah tepat?
2. Apakah umur kehamilan pada pasien ini sudah tepat?
3. Apakah penatalaksanaan di rumah Sakit Soreang sudah tepat?
4. Apakah perdarahan pada saat masuk Rumah sakit Soreang merupakan
fenomena Arias Stella dari kehamilan ektopik atau abortus pada kehamilan
intra uterin?
5. Mengapa pasien ini tidak langsung dirawat ke bagian kebidanan?
6. Mengapa pada pasien ini tidak dilakukan cavum douglas punksi?
7. Mengapa pada pasien ini memang terdapat keterlambatan dalam diagnosis
suatu KET?
8. Bagaimana penatalaksanaan KET?
PEMBAHASAN
1. Apakah D/ di RS Soreang sudah tepat ?
Pada pasien ini, penderita adalah seorang ibu hamil G4P1A2 gravida 12-14
minggu datang dengan keluhan panas badan yang dirujuk dari RS Soreang
dengan keterangan pasien post kuret dengan mual, muntah, perut kembung
sebelumnya ke Rumah Sakit Soreang dengan keluhan perdarahan dan sudah di
USG. Jadi kemungkinan pasien ini di rumah sakit soreang hanya didiagnosis
sebagai abortus pada kehamilan intrauterin.
2. Apakah penatalaksanaan di RS Soreang sudah tepat ?
Tidak. Ketidaktepatan dalam mendiagnosis kehamilan ektopik terganggu ini
kemungkinan disebabkan oleh kesalahan USG (tidak terdiagnosis KE).
3. Apakah umur kehamilan pada pasien ini sudah tepat?
Menurut pasien ini HPHT yaitu juli 2005 dengan tanggal yang tidak diketahui
secara pasti. Dengan demikian bila dihitung, pasien ini mulai merasa ada
keluhan pada usia kehamilan 12-14 minggu yang berarti kemungkinan
kehamilan ektopik terjadi pada ovarium karena menurut penelitian kehamilan
ektopik pada tuba biasanya terganggu +/- usia kehamilan 6-10minggu.
4. Apakah perdarahan pada saat masuk RS Soreang merupakan fenomena arias
stella dari kehamilan ektopik atau abortus pada kehamilan intrauterin ?
Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan patologi anatomi pada hasil
kuretase. Hasil PA dapat menentukan apakah ini merupakan suatu abortus
pada kehamilan intrauterin, KET murni atau gabungan kehamilan pada
intrauterin dan ekstrauterin.
5. Mengapa pasien ini tidak langsung dirawat ke bagian kebidanan ?
Di UGD RSI seharusnya tidak hanya memikirkan kasus penyakit dalam saja
karena pada pasien ini harus juga dipikirkan penyebab anemi dari alat
reproduksinya. Anemi pada pasien ini disebabkan oleh perdarahan akibat
ruptur tuba yang menyebabkan terakumulasinya darah pada cavum Douglas
yang merupakan suatu ruangan tertutup dan terendah dari rongga perut.
6. Mengapa pada pasien ini memang terdapat keterlambatan dalam diagnosis
suatu KET ?
Dikarenakan gejala klinis yang ada semakin tidak khas. Seperti kita ketahui
KET memiliki seribu wajah dalam gejala klinisnya, apalagi pada pasien ini
sudah dilakukan kuretase terlebih dahulu. Pasien ini dikonsulkan pada hari
kedua dan setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis kebidanan
didapatkan kesimpulan adanya Hematokel retrouterina. Maka selanjutnya
dilakukan USG dan didapatkan kesan: Suspek KET kanan dengan perdarahan
bebas dengan jumlah sedang.
7. Mengapa pada pasien ini tidak dilakukan cavum douglas punksi?
Saat pemeriksaan obstetrik dilakukan pada pasien ini, dengan dibantu
pemeriksaan penunjang USG, dokter spesialis kebidanan sudah cukup yakin
adanya suatu KET.
8. Bagaimana penatalaksanaan KET ?
Penanganan setelah didiagnosis KET adalah rencana operasi namun hal ini
sempat tertunda beberapa jam karena keluarga masih berunding. Setelah
disetujui kemudian dilakukan laparotomi dan dilakukan Salpingo-Ovorektomi
Dekstra.
KESIMPULAN
Penanganan KET harus cepat karena itu membutuhkan diagnosis yang
akurat, bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti USG,
laparoskopi, kuldosentesis
DAFTAR PUSTAKA