You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Gastroenteritis
Gastroenteritis (GE) akut atau lebih sering disebut sebagai diare, yaitu
frekuensi yang abnormal dan konsistensi tinja yang lebih encer/cair. Diare disebabkan
oleh berbagai infeksi atau proses peradangan pada usus yang secara langsung
mempengaruhi sekresi enterosit dan fungsi absorbsi. Beberapa proses ini terjadi
akibat peningkatan kadar cyclic adenosine monophosphate (AMP) (yaitu Vibrio
cholerae, toksin heat-labile dari Escherichia coli, tumor penghasil vasoactive
intestinal peptide). Proses lainnya (toksin Shigella, kloridorea kongenital)
menyebabkan diare sekretorik dengan cara mempengaruhi kanal ion atau melalui
mekanisme yang belum diketahui. Gastroenteritis dapat disebabkan oleh virus,
bakteri maupun parasit.2
Diare merupakan penyebab utama morbiditas dan merupakan penyakit yang
umum terjadi pada anak di berbagai negara.Di negara berkembang, diare merupakan
penyebab utama kematian pada anak.Epidemiologi gastroenteritis bergantung pada
faktor penyebab.Cara penyebaran penyakit adalah dengan kontak erat dari orang ke
orang, melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, serta dari binatang ke
manusia.Seringkali kuman menyebar melalui berbagai rute. Kemampuan kuman
untuk mengakibatkan penyakit tergantung pada modus penyebaran, kemampuan
untuk membentuk koloni di saluran cerna dan jumlah minimal kuman untuk
menyebabkan penyakit.2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gastroenteritis
2.1.1 Definisi
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair lebih dari tiga kali sehari
disertai atau tanpa darah, dengan atau tanpa lendir. Diare akut adalah diare yang
terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut adalah diare
yang terjadi secara mendadak dan sembuh dalam kurun waktu kurang dari empat
belas hari. Diare rotavirus adalah penyakit infeksi akut yang ditandai dengan buang
air besar cair dan muntah yang disebabkan oleh rotavirus, dan paling sering dijumpai
pada anak umur di bawah dua tahun1

2.1.2 Etiologi2
1. Infeksi
Enteral :
a. Virus : Rotavirus, Calicvirus, Astrovirus, Adenovirus enterik serotipe 40
dan 41.
b. Bakteri : Campylobacter jejuni, Clostridium difcile, E.coli, Salmonella,
Shigella, Vibrio cholera.
c. Parasit : E.hystolitica, G.lamblia, Balantidium coli.
Parenteral :
a. OMA
b. Sepsis
c. Ensefalitis
d. Bronchopneumonia

2. Non Infeksi
a. Sindroma malabsorbsi
b. Keracunan makanan

2
c. Kelainan anatomis

2.1.3 Manifestasi Klinis


Gastroenteritis dapat timbul bersamaan dengan gejala sistemik seperti demam,
letargi, dan nyeri abdomen.2
Diare akibat virus memiliki karakteristik diare cair (watery stool), tanpa disertai
darah ataupun lendir.Dapat disertai gejala muntah dan dehidrasi tampak jelas.Bila ada
demam, umumnya ringan.Demam tifoid memiliki karakteristik adanya bakteremia
dan demam yang umumnya timbul pada akhir masa enterik. Keluhan demam, sakit
kepala, dan nyeri abdomen makin jelas setelah 48-72 jam, dengan gejala mual,
penurunan nafsu makan, dan konstipasi yang timbul pada minggu pertama. Apabila
tidak diobati, penyakit akan menetap selama 2-3 minggu yang ditandai dengan
penurunan berat badan yang bermakna dan terkadang timbul hematokesia atau
melena. Perforasi usus merupakan komplikasi demam tifoid yang seringkali
ditemukan pada pasien dewasa, tetapi jarang terjadi pada anak.2
Disentri adalah penyakit infeksi saluran cerna yang melibatkan bagian kolon
dan rectum, dan ditemukan adanya darah dan lendir pada tinja, serta bau busuk dan
demam. Shigella merupakan prototype penyebab penyakit disentri.2

2.1.4 Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila
disertai muntah: volume dan frekuensinya. Kencing : biasa, berkurang, jarang atau
tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama
diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis
media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare : memberi
oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasinya.5

3
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-
tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-
tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.2
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.Bising
usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas
perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang
terjadi.2

Penentuan derajat Dehidrasi menurut WHO 19955


Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umum *Baik,sadar *Gelisah Rewel *Lesu,Lunglai atau
tidak sadar
Mata, *Normal *Cekung *Sangat Cekung
dan Kering
Air mata *Ada *Tidak Ada *Sangat Kering

Mulut dan Lidah *Basah *Kering *Sangat kering

Rasa Haus *Minum biasa *Haus,ingin minum *Malas minum atau


tidak haus banyak tidak bias minum
% Kehilangan 2-4 % 5-10 % > 10%
Berat badan

Periksa :Turgor *Kembali Cepat *Kembali Lambat *Kembali sangat

4
kulit lambat
Hasil Pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi Berat
ringan/sedang *bila ada 1 tanda
*Bila ada 1 tanda ditambah 1 atau
ditambah 1 atau lebih tanda lain
lebih tanda lain

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada diare akut tidak dilakukan secara rutin, hanya
pada indikasi tertentu. Pemeriksaan elektrolit, kadar urea darah/ BUN (blood urea
nitrogen), kreatinin, dan berat jenis urin dapat dipakai sebagai indikator hidrasi.
Specimen tinja diperiksa bila dicurigai adanya invasi bakteri.Adanya lender, darah
ataupun leukosit dapat mengindikasikan adanya colitis sebagai respons terhadap
invasi bakteri yang luas pada mukosa kolon seperti infeksi kuman shigella,
salmonella, C. jejuni dan E.coli invasif. Pasien yang terdeteksi E. histolytica
umumnya memiliki leukosit pada tinja yang minimal.2
Rotavirus pada tinja dapat diketahui dengan Rapid diagnostic test.
Pemeriksaan kultur feses dianjurkan pada diare yang persisten, klinis toksik. Apabila
hasil pemeriksaan feses tidak ditemukan adanya darah dan peningkatan leukosit, dan
tidak terdapat riwayat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi, tipe ini
umumnya disebabkan oleh virus.Pemeriksaan tinja parasit perlu dipertimbangkan
pada penyakit disentri akut, terutama pada para pelancong, dan pada diare yang
berkepanjangan namun tidak ada bakteri yang teridentifikasi.Penegakan diagnosis E.
histolytica dilakukan berdasarkan identifikasi organisme pada tinja.Pemeriksaan
serologis berguna untuk menegakkan diagnosis amoebiasis ekstraintestinal, termasuk
abses hati amuba. Diagnosis Giardiasis dapat ditegakkan dengan menemukan
trofozoit atau kista didalam tinja, pemeriksaan lainnya adalah aspirasi duodenum atau
biopsi duodenum atau jejunum proksimalis apabila diperlukan, tetapi pemeriksaan ini
jarang dilakukan.2

5
2.1.5 Diagnosis Banding
Diare dapat disebabkan oleh infeksi, toksin, alergi saluran cerna (termasuk
alergi susu sapi ataupun komponen-komponennya), defek malabsorbsi,
infalammatory bowel disease, penyakit celiac, atau adanya cedera pada eritrosit.
Infeksi spesik dibedakan satu sama lain melalui pemeriksaan kultur tinja dan ELISA
(enzyme linked immunisorbent assay) atau apabila diperlukan pemeriksaan PCR
(polymerase chain reaction). Enteritis akut dapat menyerupai berbagai penyakit akut
lainnya, seperti intususepsi dan apendisitis akut, yang dapat diidentifikasi melalui
pemeriksaan pencitraan. Berbagai penyakit non infeksius lainnya dapat
menyebabkan diare kronik, berlangsung lebih dari 14 hari. Diare persisten atau kronik
memerlukan pemeriksaan terhadap malabsorbsi atau pemeriksaan invasif, antara lain
endoskopi dan biopsi usus.4
Sumber utama diare umumnya dihubungkan dengan tertelannya makanan
yang telah terkontaminasi. Bakteri yang pernah dilaporkan berkaitan dengan
penyebab food borne, antara lainSalmonella non-tifoid, Campylobacter, Shigella,
Yersinia, Literia monocytogenes, dan V. Cholerae. Sedangkan pada golongan parasit
antara lain Crypstosporidium parvum dan Cyclospora cayetanensis4

2.1.6 Terapi5
a. Lintas diare (cairan,nutrisi, zinc, antibiotic yang tepat, dan edukasi).
b. Tanpa dehidrasi
Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10
mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-
100 ml, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 ml, dan umur di atas 5 tahun diberikan
semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak.ASI harus
terus diberikan. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi
lain (tidak mau minum, muntah terus-menerus, diare frekuen dan profus)
c. Dehirasi ringan-sedang

6
Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 ml/kgBB
dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10
ml/kgBB setiap diare cair.
Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi
minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa
nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau
NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan.Status hidrasi
dievaluasi secara berkala.
d. Dehidrasi berat
Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat
100 ml/kgBB dengan cara pemberian :
- Umur <12 bulan: 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70
ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya
- Umur >12 bulan : 30 ml/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70
ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya.
- Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat
minum, dimulai dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi.
e. Zinc
Zinc terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air
besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada
anak.
- Umur <6 bulan: 10 mg per hari
- Umur >6 bulan: 20 mg per hari
f. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang
hilang.
g. Medikamentosa
- Antibiotik

7
Diberikan apabila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah) atau kolera.
Pemberian antibiotic yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus
sehingga dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh
yang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang
tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotic.Untuk disentri
basiler, antibiotic diberikan sesuai dengan data sensitivitas setempat, bila tidak
memungkinkan dapat mengacu kepada data publikasi yang dipakai saat ini, yaitu
kotrimoksazol sebagai lini pertama, kemudia sebagai lini kedua.Bila kedua antibiotik
tersebut sudah resistem maka lini ketiga adalah sefiksim.

- Antiparasit
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan untuk
amuba vegetatif.
h. Edukasi
Orangtua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan
Kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau
minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.
Orangtua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar.

2.1.7 Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi utama dari gastroenteritis adalah dehidrasi dan gangguan fungsi
kardiovaskular akibat hipovolemia berat.Kejang dapat terjadi dengan adanya demam
tinggi, terutama pada infeksi Shigella.Abses intestine dapat terjadi pada infeksi
Shigella dan Salmonella, terutama pada demam tifoid, yang dapat memicu terjadinya
perforasi usus, suatu komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Muntah hebat akibat
gastroenteritis dapat menyebabkan ruptur esofagus atau aspirasi.3
Kematian akibat diare mencerminkan adanya masalah gangguan sistem
homeostasis cairan dan elektrolit, yang memicu terjadinya dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit dan instabilitas vaskular, serta syok. Diperkirakan 10 %
pasien yang menderita demam tifoid akan menjadi penyebar kuman S. typhi selama 3

8
bulan, dan 4 % akan menjadi karier kronik. Risiko menjadi karier kronik pada anak
cukup rendah.3

2.1.8 Pencegahan
Hal terpenting untuk mencegah terjadinya diare pada anak adalah penyediaan
air bersih, tidak terkontaminasi, dan kebersihan dalam menyiapkan makanan.
Menjaga hieginitas dengan baik, terutama tindakan mencuci tangan dengan sabun dan
air, merupakan cara terbaik untuk mengendalikan penyebaran penyakit gastroenteritis
dari individu ke individu. Hal ini juga harus dilakukan pada berbagai produk daging
unggas yang diperkirakan memiliki potensi untuk terkontaminasi kuman Salmonella
sehingga harus ditangani dan dimasak dengan baik.2
Pemberian imunisasi untuk melawan infeksi rotavirus dan tifoid.Anggota
keluarga penderita harus menyadari risiko tertular salmonellosis dari hewan reptile
peliharaan. Transmisi Salmonella dari reptile dapat dicegah dengan cara mencuci
tangan dengan sabun dan air setelah memegang binatang tersebut ataupun
kandangnya. Anak dibawah 5 tahun dan pada pasien imunokompromais harus
menghindari kontak dengan hewan reptil. Reptil yang menjadi hewan peliharaan
tidak diperbolehkan untuk berkeliaran dengan bebas di area rumah dan harus
dijauhkan dari area dapur dan tempat penyiapan makanan untuk menghindari
terjadinya kontaminasi.2
Risiko diare pelancong (travelers diarrhea) yang disebabkan terutama oleh
ETEC, dapat diminimalisasi dengan cara menghindari konsumsi makanan mentah
dan air minum yang tidak masak. Pada diare ringan dianjurkan pemberian rehidrasi
oral WHO (ORS- oral rehydration solution). Pemeriksaan fisis secara seksama
dilakukan pada diare yang telah berlangsung selama lebih dari 3 hari, disertai adanya
tinja berdarah, demam lebih dari 39°c atau menggigil, muntah persisten, atau
dehidrasi derajat sedang sampai berat.2
Pemberian zinc elemental 10 mg/kgBB perhari untuk bayi dibawah usia 6
bulan dan 20mg/kgBB perhari untuk anak usia sama atau di atas 6 bulan selama 10-

9
14 hari dapat mengurangi frekuensi buang air besar dan volume tinja, disamping
dapat mengurangi kekambuhan untuk 3 bulan mendatang.2
Probiotik, meskipun banyak dilaporkan dapat mengurangi volume feses dan
frekuensi diare, tetapi penggunaannya belum direkomendasikan baik oleh WHO.5

10
BAB III
KESIMPULAN

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa darah dan/
atau lendir dalam tinja.Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat.Manifestasi klinis tergantung pada organisme dan hospes, dan meliputi infeksi
tidak bergejala, diare cair, diare berdarah, dan diare kronis. Penyebab diare terbagi
menjadi dua yaitu penyebab infeksi dan non infeksi.Sebagian besar infeksi penyebab
diare pada anak bersifat dapat pulih dengan sendirinya.Tatalaksana primer diare
akibat infeksi virus maupun bakteri adalah terapi suportif dan terdiri dari koreksi
dehidrasi dan perbaikan defisit cairan dan elektrolit, serta mengelola berbagai
komplikasi sekunder yang terjadi akibat kerusakan mukosa.

11
BAB IV
STATUS ANAK SAKIT

I. Anamnesa pribadi pasien


Nama : Muhammad Rafandi
Umur : 1 Tahun 4 Bulan 18 Hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. B.Zeind Hamid Gg Family Kec. Medan Johor
BB Masuk : 9 kg
TB Masuk : 72cm
Lingkar Kepala : 39 cm
Tanggal Masuk : 5 Novomber 2017
II. Anamnesa mengenai orang tua os:

Identitas Ayah Ibu


Nama Suwardi Dewi Puspita Sari
Umur 39 Tahun 39 Tahun
Suku / Bangsa Indonesia Indonesia
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Penyakit - -
Alamat Jl. B.Zeind Hamid Gg Family Kec. Medan Johor
Prov. SUMUT.

12
III. Riwayat kelahiran os
Cara lahir : Normal
Tempat lahir : Klinik
Tanggal lahir : 11 Juni 2016
Penolong : Bidan
Usia Kehamilan : 9 Bulan 1 Minggu
BB lahir : 3100 gram
PB lahir : 47 cm

IV. Perkembangan fisik


Keadaan saat lahir : Segera menangis kuat dan spontan
0-3 bulan : Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah
3-6 bulan : Berbalik dari telungkup ke telentang
Mengangkat kepala saat telungkup
Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
6-9 bulan : Dapat duduk tanpa di bantu
Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
9-12 bulan : Mengangkat badannya ke posisi berdiri
Belajar berdiri dan berpegangan di kursi
Dapat berjalan dengan di tuntun
12-Sekarang : Dapat berjalan tanpa di bantu

V. Anamnesa Makanan
0 hari –6 bulan : ASI Ekslusif
6-8 bulan : ASI + Bubur susu
8-12 bulan : ASI + Nasi tim
12- sekarang : Makanan Keluarga

13
VI. Imunisasi
Keterangan imunisasi
JENIS LAHIR 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24
IMUNISASI
Hepatitis B V V V V
BCG V
Polio V V V V
DPT V V V
Campak V
Hib V V V

Kesan :Imunisasi dasar tidak lengkap, karena imunisasi booster belum dilakukan
yaitu : - Polio 4 pada usia 18 bulan
- DTP 4 dan Hib 4 pada usia 18 bulan

VII. Penyakit yang pernah diderita :

VIII. Keterangan mengenai saudara pasien: Os merupakan anak ke 4 dari 4


bersaudara
1. Anak pertama, laki-laki, usia 13 tahun, sehat
2. Anak kedua, laki-laki usia 10 tahun, sehat
3. Anak ketiga, perempuan usia 8 tahun, sehat
4. Anak keempat adalah os.

IX. Anamnesa mengenai os


Keluhan Utama : Mencret (+)
Telaah :
Seorang anak perempuan usia 1 tahun 4 bulan datang dengan keluhan mencret
yang di alami sejak 1 minggu yang lalu. Mencret dengan frekuensi 4-5 kali perhari

14
berwarna kuning-kecoklatan disertai lendir dan darah dengan volume ± ½ aqua gelas,
dimana air lebih banyak dari ampas.Gelisah dan rewel serta rasa haus yang berlebihan
di alami os ± 3 hari ini. Mual dijumpai disertai muntah dengan frekuensi 2-3 kali
perhari dengan isi apa yang di makan dan di minum os.
RPO :Tidak dijumpai
RPT :Varisela
Riwayat atopipada keluarga : Tidak dijumpai

X. Pemeriksaan fisik :
1. Status presens
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/Baik Anemis : (+)
Kesadaran :Compos mentis Dyspnoe : (-)
Tekanan darah : 100/60 mmHg Ikterik : (-)
Frekuensi nadi : 100 x/i Edema : (-)
Frekuensi napas : 40 x/i Cyanosis : (-)
Temperature :36oC
BB Masuk :9 kg
PB Masuk : 72cm

2. Status Lokalisata
a. Kepala
Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor, conjungtiva palpebra inferior
anemis (-/-), mata cekung(+/+).
Hidung : pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Mukosa mulut kering (+)
b. Leher : Trakea letak medial, Pembesaran KGB (-)
c. Thoraks
Inspeksi : Simetris fusiformis, retraksi intercostal (-)
Palpasi : Sulit di nilai

15
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi :SP: Vesikuler
ST: (-)
d. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/R/L tidak teraba, turgor kembali cepat,
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) meningkat
e. Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, CRT< 3”
Bawah : Akral hangat, CRT< 3”
f. Genitalia : os adalah seorang anak perempuan dan tidak di jumpai kelainan
kongenital

XI. Status neurologis


a. Syaraf otak : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Sistem motorik
Pertumbuhan otot : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kekuatan otot : Tidak dilakukan pemeriksaan
Neuromuscular : Tidak dilakukan pemeriksaan
Involuntary movement : Tidak dilakukan pemeriksaan
Koordinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Sensibilitas : Tidak dilakukan pemeriksaan

XII. Pemeriksaan khusus :


a. Radiologi : Tidak dilakukan pemeriksaan

16
b. Pungsi lumbal : Tidak dilakukan pemeriksaan

c. Darah rutin : 05Novomber 2017

Hasil Nilai Normal


WBC 11.72 x 103/ μL 5.0-15.5
RBC 3.34 x 106/μL 3.9-5.0
HGB 8.2 g/dL 11.5-12.5
HCT 26.0 % 34.0-37.0
MCV 77.8 fL 75-81
MCH 24.6 pg 5
MCHC 31.5 g/dL 31-34
PLT 362 x103/ μL 150-300
RDW-CV 14.1% 10.0-15.0
RDW-SD 37.9fL 35-47
PDW 9.3 fL 10.0-18.0
MPV 9.2 fL 15-25.0
PCT 0.33 % 0.2-0.5

d. Feses rutin
Feses Rutin Hasil Nilai Normal
Mikroskopis-warna Cokelat 0.00-0.00
Mikroskopis- Lembek 0.00-0.00
konsistensi
Mikroskopis-lendir Negatif 0.00-0.00
Mikroskopis-darah Negatif 0.00-0.00
Mikroskopis-amuba Negatif Negatif

17
Mikroskopis-kista Negatif Negatif
Mikroskopis-telur Negatif Negatif
Mikroskopis-telur Negatif Negatif
ascaris
Mikroskopis-telur Negatif Negatif
hookworm
Mikroskopis-oxyuris Negatif Negatif
Mikroskopis- Negatif Negatif
trichuris

e. EKG Tidak dilakukan Pemeriksaan


f. Pungsi sumsum tulang Tidak dilakukan pemeriksaan
g. Mikrobiologi Tidak dilakukan pemeriksaan
h. CT-Scan Tidak dilakukan pemeriksaan
i. Biopsi Tidak dilakukan pemeriksaan
j. EEG Tidak dilakukan pemeriksaan
k. Kimia klinik 05 November 2017
Glukosa ad random 77.00 mg/dl <140 mg/dl

Elektrolit Hasil Nilai normal

(Natrium,kalium,chloride)

Natrium 151.00 mmol/L 136-155 mmol/L

Kalium 3.10 mmol/L 3,50-5,50 mmol/L

Chlorida 108 mmol/L 95,0-103,0 mmol/L

XIII. Differential Diagnosis :


Gastroenteritis + dehidrasiringan-sedang
Diagnosa Kerja : Gastroenteritis+ dehidrasiringan-sedang

18
XIV. Terapi :
- IVFD RL 160 gtt/i micro habis dalam 4 jam selanjutnya maintenance
20 gtt/I micro
- Metronidazol 100gr/8 jam
- Paracetamol syr3x Cth I (k/p)
- Zinc tab 1x20mg
- Ranitidin 10 gr/12 jam
- Diet MII BA
3. Usul :
- Cek elektrolit
- Cek feses rutin dan urin rutin

4. Prognosa : Dubia ad Bonam

19
I. FOLLOW UP PASIEN
Tanggal 6 November 2017 7 November 2017 8 November 2017

Keluhan Mencret (+), Mencret (+) mencret (-),


Mual (+) Mual (-) mual (-),
muntah (+) muntah (-) muntah (-)
KU/KP/KG Sedang/sedang/ Sedang/baik/baik Baik/baik/baik
Baik
Sensorium Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Tekanan darah 90/60 mmHg 90/70 mmHg 90/60 mmHg
Frekuensi nadi 88 x/i 96 x/i 92 x/i
Frekuensi nafas 23 x/i 23 x/i 24 x/i
Temperatur 35,8 C 37,0 C 36,8 C
BB masuk 9 kg 9,5 kg 9,5 kg
BB sekarang 9 kg 9,5 kg 9,5 kg
Status Mata: RC (+/+), Mata: RC (+/+), Mata: RC (+/+),
lokalisata: Pupil isokor, Pupil isokor, konj. Pupil isokor,
kepaladanleher konj. Palpebra Palpebra inferior konj. Palpebra
inferior anemis (- anemis (-/-), mata inferior anemis (-
/-),mata cekung cekung (-/-), /-), mata cekung
(+/+) pedarahan (-/-), pedarahan
Hidung: dalam konjuctiva (-/-) konjuctiva (-/-)
batas normal Hidung: dalam Hidung: dalam
Mulut: mukosa batas normal batas normal
mulut dan bibir Mulut: bibir Mulut: dalam
kering kering batas normal
Leher: Leher: Leher:
pembesaran KGB pembesaran KGB pembesaran KGB
(-), trakea letak (-), trakea letak (-), trakea letak
medial medial medial
Thorax Inspeksi: retraksi Inspeksi: retraksi Inspeksi: retraksi
intercostal (-) intercostal(-) intercostal(-)
Auskultasi: Auskultasi: Auskultasi:
SP: Vesikuler SP: Vesikuler SP: Vesikuler
ST: - ST: - ST: -
Abdomen Inspeksi: Inspeksi: simetris Inspeksi: simetris

20
simetris Palpasi: Palpasi: soepel,
Palpasi: soepel,hepar,lien, renal tidak teraba,
soepel,hati,lien,re renal tidak teraba, lien tidak teraba,
nal tidak teraba, Turgor kembali Turgor kulit
lien tidak teraba, cepat Perkusi: kembali cepat
turgor kulit timpani Perkusi: timpani
kembali lambat auskultas: auskultas:
Perkusi: timpani peristaltik (+) peristaltik (+)
auskultas: normal normal
peristaltik (↑)
Ekstremitas Atas: akral Atas: akral hangat, Atas: akral
hangat, CRT< 3” CRT< 3” hangat, CRT< 3”
Bawah:akral Bawah:akral Bawah:akral
hangat, CRT< 3” hangat, CRT<3” hangat, CRT< 3”
Pemeriksaanpen - - -
unjang
Diagnosis - - -
tambahan
Terapi -IVFD RL 160 -IVFD RL 35 gtt/i -IVFD RL 35 gtt/i
gtt/i micro habis mikro mikro
dalam 4 jam -Metronidazol -Paracetamol syr
selanjutnya 100gr/8 jam 3 x Cth I (k/p)
maintenance 20 -Paracetamol syr 3 -Zinc tab 1x20mg
gtt/I micro x Cth I (k/p) -Diet MII Bubur
-Metronidazol -Zinc tab 1x20mg Ayam
100gr/8 jam -Diet MII Bubur
-Paracetamol syr Ayam
3 x Cth I (k/p)
-Zinc tab 1x20mg
-Ranitidin 10
gr/12 jam
-Diet MII Bubur
Ayam

21
Usul PBJ
Obat yang
dibawapulang :
-Cefixime tab 80
mg pulvis
-Zinc 1x20 mg
selama 5 hari.
-B Complex ½
tab 1 x bungkus

R/ PBJ
Edukasi kepada orang tua :
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:
Beri cairan tambahan, beri tablet zinc, lanjutkan pemberian makan, serta kapan harus
kembali.
1. Beri Cairan Tambahan (sebanyak anak mau)6
Jelaskan kepada ibu:
– Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang
utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
– Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan.
– Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini:oralit,
cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang.
Anak harus diberi larutan oralit di rumah jika:
– Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini.
– Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah parah.
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit
(200 ml) untuk digunakan di rumah. Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan
termasuk oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya
sehari-hari :
< 2 tahun 50 sampai 100 ml setiap kali BAB

22
≥ 2 tahun 100 sampai 200 ml setiap kali BAB
Katakan kepada ibu:
– Agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas.
– Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat.
– Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
2. Beri Tablet Zinc6
– Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet Zinc selama 10 hari dan harus habis
dengan dosis:
o Umur < 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari
o Umur > 6 bulan: 1 tablet (20 mg) per hari
5. Lanjutkan Pemberian Makan/Asi
6. Medikamentosa atas indikasi
Misalnya anak batuk diberi obat batuk.Pemberian antibotik secara empiris
jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh
kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik.7
Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi,
seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik dapat secara
empiris, tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi
kuman.7
4. Kapan Harus Kembali
Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya bertambahparah,
atau tidak bisa minum atau menyusu, atau malas minum, atautimbul demam, atau ada
darah dalam tinja. Jika anak tidak menunjukkansalah satu tanda ini namun tetap tidak
menunjukkan perbaikan, nasihatiibu untuk kunjungan ulang pada hari ke-5.6

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Hasibuan, B., Nasution, F., Guntur. 2011. Infeksi Rotavirus pada Anak Usia
di bawah Dua Tahun. Sari Pediatri 13, (03), pp. 165-168
2. Juffrie, Mohammad.,dkk. 2015. Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Jakarta :
Ikatan Dokter Anak Indonesia
3. Marcdante, Karen J., Dkk. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi
Keenam.Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
4. Pudjiadi Antonius H., dkk. 2009. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
5. Tim Adaptasi Indonesia. 2008. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta : WHO Indonesia
6. Farthing M, Salam MA, Lindberg G, Dite P, Khalif I, Salazar-Lindo E, et al.
Acute: A global perspective. World diarrhea in adults and
childrenGastroenterology Organisation Global Guidelines. J Clin
Gastroenterol. 2013; 47(1): 12-20

24
25

You might also like