Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi
2. Anatomi Pankreas
2
3. Klasifikasi
b. sindrom Cushing
c. feokromositoma
d. hipertiroidisme
5. Karena obat/zat kimia :
a. vacor, pentamidin, asam nikotinat
b. glukokortikoid, hormon tiroid
c. tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain
6. Infeksi :
a. Rubella kongenital, Cytomegalovirus (CMV)
7. Sebab imunologi yang jarang :
a. antibodi anti insulin
8. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM :
a. sindrom Down, sindrom Kleinfelter, sindrom Turner,
dan lain-lain.
D. Diabetes Kehamilan/gestasional
1. Keluhan Klasik
a. Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan biasanya relatif singkat dan terjadi rasa
lemah yang hebat. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat
masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga. Oleh karena itu, sumber tenaga diambil dari
cadangan lain, yaitu sel lemak dan otot, akibatnya penderita kehilangan
jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
b. Poliuri
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak urin. Urin yang sering dan dalam jumlah banyak
akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
c. Polidipsi
Rasa haus sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang
keluar dari urin. Penderita menyangka rasa haus ini disebabkan karena
udara yang panas atau beban kerja yang berat sehingga penderita minum
banyak.
d. Polifagia
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan
menjadi glukosa di dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan
sehingga penderita selalu merasa lapar.
2. Keluhan Lain
a. Gangguan Saraf Tepi (Kesemutan)
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam, sehingga mengganggu tidur.
b. Gangguan Penglihatan
10
1. Edukasi
Diabetes Tipe 2 biasa terjadi pada usia dewasa, suatu periode
dimana telah terbentuk kokoh pola gaya hidup dan perilaku.
Pengelolaan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi
aktif pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan
harus mendampingi pasien dalam perubahan perilaku tersebut, yang
berlangsung seumur hidup. Keberhasilan dalam mencapai perubahan
perilaku, membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan (skill),
dan motivasi yang berkenaan dengan:
12
c. Menggunakan obat diabetes secara aman, teratur, dan pada waktu-waktu yang
spesifik.
2. Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak sesuai kecukupan
gizi baik sebagai berikut:
Karbohidrat 45-60 %
Protein 10-20 %
Lemak 20-25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi,
umur, stres akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan idaman.
Untuk kepentingan klinik praktis, dan menghitung jumlah kalori,
penentuan status gizi memanfaatkan rumus Broca, yaitu:
Status gizi:
3. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)
dengan durasi 30 menit, yang sifatnya CRIPE (continous, rhytmical,
interval, progressive, endurance training) misalnya jalan kaki, jalan
cepat atau jogging. Dan diharapakan dapat mencapai sasaran denyut
nadi maksimal dan disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
penyakit penyerta.
N. Prognosis
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebaakan
penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah, sampai
dengan berat berupa koma disertai kejang.Penyebab terseing hipoglikemia
pada pasien DM adalah obat golongan sulfonilurea. Tanda hipoglikemia
muncul bila glukosa darah <50 mg/dl.
2. Ketoasidosis diabetic
KAD merupakan defisisnsi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit diabetes mellitus. Timbulnya KAD merupakan
ancaman bagi penderita DM. Pada DKA tubuh tidak dapat menggunakan
sumber glukosa maka lemak pun dipecah dalam lipolisis untuk
menghasilkan energi dan menghasilkan ketone. Tanda- tanda dari DKA
adalah :
Hyperglikemia > 300 mg/dl
Bicarbonat < 15 mEq/L
Asidosis (pH < 7,3) dengan ketonemia dan ketonuria.
3. Hyperglycemic hyperosmolar state
Hyperglycemic hyperosmolar state adalah suatu sindrome yang
ditandai denagn hiperglikemik berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa
ketoacidosis disertai penurunan kesadaran.
15
Komplikasi Kronis DM
1. Komplikasi Mikrovaskular
a. Retinopati diabetika
Kecurigaan akan diagnosis DM terkadang berawal dan gejala
berkurangnya ketajaman penglihatan atau gangguan lain pada mata yang dapat
mengarah pada kebutaan.Retinopati diabetes dibagi dalam 2 kelompok, yaitu
Retinopati non proliferatif dan Proliferatif. Retinopati non proliferatif merupkan
stadium awal dengan ditandai adanya mikroaneurisma, sedangkan
retinoproliferatif, ditandai dengan adanya pertumbuhan pembuluh darah kapiler,
jaringan ikat dan adanya hipoksia retina.
Pada stadium awal retinopati dapat diperbaiki dengan kontrol gula darah
yang baik, sedangkan pada kelainan sudah lanjut hampir tidak dapat diperbaiki
hanya dengan kontrol gula darah, malahan akan menjadi lebih buruk apabila
dilakukan penurunan kadar gula darah yang terlalu singkat.
b. Nefropati diabetika
Diabetes mellitus tipe 2, merupakan penyebab nefropati paling banyak,
sebagai penyebab terjadinya gagal ginjal terminal. Kerusakan ginjal yang spesifik
pada DM mengaikibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul
besar seperti protein dapat lolos ke dalam kemih (mis. Albuminuria). Akibat
nefropati diabetika dapat timbul kegagalan ginjal yang progresif.
Nefropati diabetic ditandai dengan adanya proteinuri persisten ( > 0.5 gr/24
jam), terdapat retino pati dan hipertensi. Dengan demikian upaya preventif pada
nefropati adalah kontrol metabolisme dan kontrol tekanan darah.
c. Neuropati
Umumnya berupa polineuropati diabetika, kompikasi yang sering terjadi
pada penderita DM, lebih 50 % diderita oleh penderita DM. MAnifestasi klinis
dapat berupa gangguan sensoris, motorik, dan otonom. Proses kejadian
neuropatibiasanya progresif di mana terjadi degenerasi serabut-serabut saraf
17
dengan gejala-gejala nyeri atau bahkan baal. Yang terserang biasanya adalah
serabut saraf tungkai atau lengan.
Neuropati disebabkan adanya kerusakan dan disfungsi pada struktur syaraf
akibat adanya peningkatan jalur polyol, penurunan pembentukan myoinositol,
penurunan Na/K ATP ase, sehingga menimbulkan kerusakan struktur syaraf,
demyelinisasi segmental, atau atrofi axonal.
2. Komplikasi Makrovaskular
a. Stroke
Aterosklerosis serebri merupakan penyebab mortalitas kedua tersering pada
penderita diabetes. Kira-kira sepertiga penderita stroke juga menderita
diabetes.Stroke lebih sering timbul dan dengan prognosis yang lebih serius untuk
penderita diabetes. Akibat berkurangnya aliran atrteri karotis interna dan arteri
vertebralis timbul gangguan neurologis akibat iskemia, berupa:
1) Pusing, sinkop
2) Hemiplegia: parsial atau total
3) Afasia sensorik dan motorik
4) Keadaan pseudo-dementia
Kriteria Pengendalian DM
P. MASALAH-MASALAH KHUSUS
1. Diabetes dengan infeksi
Kejadian infeksi lebih sering terjadi pada pasien dengan diabetes akibat
munculnya lingkungan hiperglikemik yang meningkatkan virulensi patogen,
menurunkan produksi interleukin, menyebabkan terjadinya disfungsi
kemotaksis dan aktivitas fagositik, serta kerusakan fungsi neutrofil, glikosuria,
dan dismotilitas gastrointestinal dan daluran kemih.
a. TB pada DM
b. ISK
c. Infeksi HIV
d. Infeksi saluran nafas
e. Infeksi saluran cerna
f. Infeksi jaringan lunak dan kulit
g. Infeksi rongga mulut
h. Infeksi telinga
TB pada DM
Diagnosis
Gejala klinik
Gejala klinik tuberkulosis dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik dan
gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik
a. batuk ≥ 3minggu
b. batuk darah
c. sesak napas
d. nyeri dada
2. Gejala sistemik
a. Demam
b. Malaise, keringat malam, anoreksia, BB menurun
21
Pemeriksaan Jasmani
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksaan
Dapat berasal dari dahak, cairan pleura, LCS, bilasan bronkus, bilasan
lambung, kurasan bronkoalveolar, urin, faeces, dan jaringan biopsi.
b. Cara pengumpulan dan pengiriman dahak
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 berturut-turut atau dengan
cara:
1) Sewaktu (dahak sewaktu saat kunjungan)
2) Dahak pagi (keesokan harinya)
3) Sewaktu (pada saat mengantarkan dahak pagi)
c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain
Pemeriksaan dbakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain dapat
dilakukan dengan cara :
1) Mikroskopik
i. Biasa : pewarnaan Ziehl- Nielsen dan pewarnaan Kinyoun
Gabbet
ii. Fluoresens : pewarnaan auramin-rhodamin
2) Biakan
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto thorax PA dengan atau tanpa foto lateral.
22
2. Ulkus Diabetikum
a. Defenisi
Ulkus diabetikum merupakan tukak yang timbul pada penderita
diabetes melitus yang disebabkan karena angiopati diabetik, neuropati
diabetik atau akibat trauma.
b. Etiologi
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum
dibagi menjadi factor endogen dan ekstrogen.
1) Faktor endogen
a) Angiopati diabetik
b) Neuropati diabetik
2) Faktor ekstrogen
a) Trauma
b) Infeksi
c) Obat
23
c. Patofisiologi
Penyakit diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui
kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati
diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada
pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada
pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Bila pada
kaki timbul luka yang sukar sembuh sampai menjadi busuk (gangren).
Selain itu bila saraf yang terkena timbul neuropati diabetik, sehingga ada
24
1) Riwayat merokok
2) Penurunan denyut nadi perifer
3) Penurunan sensibilitas
4) Deformitas anatomis atau bagian yang menonjol (seperti bunion atau
kalus)
5) Riwayat ulkus kaki atau amputasi
6) Pengendalian kadar gula darah yang buruk
d. Gambaran Klinis
Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren
panas karena walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa
hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal.
Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki.
Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah,
sedangkan secara akut emboli akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu:
1) Pain (nyeri).
2) Paleness (kepucatan).
25
e. Klasifikasi.
Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam
enam derajat menurut Wagner, yaitu ;
Sistem Klasifikasi Kaki Diabetik, Wagner. 8
DERAJAT LESI
0 Kulit utuh; ada kelainan bentuk kaki akibat neuropati
1 Tukak superfisial
2 Tukak lebih dalam
Tukak dalam disertai abses dengan kemungkinan selulitis
3
dan atau osteomielitis
4 Gangren jari
5 Gangren kaki
f. Penatalaksanaan.
Pengobatan kelainan kaki diabetik terdiri dari pengendalian
diabetes dan penanganan terhadap kelainan kaki.
28
1) Pengendalian Diabetes.
Langkah awal penanganan pasien dengan kaki diabetik adalah
dengan melakukan manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara
sistemik karena kebanyakan pasien dengan kaki diabetik juga menderita
malnutrisi, penyakit ginjal kronik, dan infeksi kronis. Diabetes melitus jika
tidak dikelola dengan baik akan dapat menyebabkan terjadinya berbagai
komplikasi kronik diabetes, salah satunya adalah terjadinya gangren
diabetik. Jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik,
diharapkan semua komplikasi yang akan terjadi dapat dicegah, paling
sedikit dihambat.
2) Penanganan Kelainan Kaki.
a) Strategi Pencegahan.
b) Fokus utama penanganan kaki diabetik adalah pencegahan
terhadap terjadinya luka. Strategi pencegahan meliputi edukasi
kepada pasien, perawatan kulit, kuku dan kaki dan penggunaan
alas kaki yang dapat melindungi. Pada penderita dengan risiko
rendah diperbolehkan menggunakan sepatu, hanya saja sepatu yang
digunakan tidak sempit atau sesak. Sepatu atau sandal dengan
bantalan yang lembut dapat mengurangi resiko terjadinya
kerusakan jaringan akibat tekanan langsung yang dapat memberi
beban pada telapak kaki.
c) Pada penderita diabetes melitus dengan gangguan penglihatan
sebaiknya memilih kaos kaki yang putih karena diharapkan kaos
kaki putih dapat memperlihatkan adanya luka dengan mudah.
d) Perawatan kuku yang dianjurkan pada penderita diabetes melitus
adalah kuku-kuku harus dipotong secara transversal untuk
mengurangi risiko terjadinya kuku yang tumbuh kedalam dan
menusuk jaringan sekitar.
e) Kaidah pencegahan kaki diabetik, yaitu:
i. Setiap infeksi meskipun kecil merupakan masalah penting
sehingga menuntut perhatian penuh.
29
b. Penanganan Ulkus.
Ulkus pada kaki neuropati biasanya terjadi pada kalus yang
tidak terawat dengan baik. Kalus ini terbentuk karena rangsangan
dari luar pada ujung jari atau penekanan oleh ujung
tulang.Nekrosis terjadi dibawah kalus yang kemudian membentuk
rongga berisi cairan serous dan bila pecah akan terjadi luka yang
sering diikuti oleh infeksi sekunder.
Penanganan ulkus diabetik dapat dilakukan dalam beberapa
tingkatan, yaitu ;
1) Tingkat 0.
Penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas
kaki khusus dan pelengkap alas kaki yang dianjurkan. Sepatu atau
sandal yang dibuat secara khusus dapat mengurangi tekanan yang
terjadi. Bila pada kaki terdapat tulang yang menonjol atau adanya
deformitas, biasanya tidak dapat hanya diatasi dengan penggunaan
alas kaki buatan umumnya memerlukan tindakan pemotongan
30
BAB III
32
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A,. Hall, J,. 2006. Insulin, Glucagon, and Diabetes Mellitus in:
Medical Physiology. Elsevier Saunder: Philadelphia. Pp. 974-75.
Moore L., Keith & Dalley F., Arthur. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis. Edisi
5. Jakarta: Erlangga. pp. 286-87.
Silbernagi,. Lang,. 2000. Acute Effect of Insulin Deficiency in: Color Atlas of
pathophysiology. Thieme: Newyork. pp. 288.
33
https://radiopaedia.org/cases/diabetic-foot-2
http://www.staff.ncl.ac.uk/philip.home/who_dmc.htm