You are on page 1of 10

Muhammad Ali Azhar Public Policy and

Public Policy Resistance

PUBLIC POLICY AND PUBLIC POLICY RESISTANCE:


Critical Analysis toward Badung Regency Government Policy in Operating
Mengwi Terminal

Oleh:
Muhammad Ali Azhar

Political Science Program


Faculty of Social and political Sciences
Udayana University
E-mail: muhammad23ib@yahoo.co.id

Abstract
Policy is an instrument of government, not just in the sense of government as state
officials, but also various forms of governance that touches both private
institutions, businesses, and civil society. If they are not involved in government
policy, some institutional forms as mention above will be resistant to the policy.
This paper reviews resistance about the government's policy in Mengwi terminal
operations. Start at 22nd of June 2012, through decree number SK.1543/AJ.106/DR
JD in 2012, the government of Badung regency which is related to its ranks;
government of Denpasar, Bali's provincial and central government decided that
Mengwi terminal operated. However, operationally decision, not necessarily get a
positive response from the object being regulated. It is caused, they are not
engaged by the Badung regency government in their policy development terminal.
As a result, the terminal is operated only half-heartedly by the holders discretion.

Key words : policy, model and policy approaches, resistance policy

A. Latar Belakang Sejatinya sebuah kebijakan


Kebijakan merupakan kata akan lebih bermakna apabila
kunci dalam penyelenggaraan kebijakan itu selaras dengan
pemerintahan. Pentingnya kebijakan keinginan publiknya1. Karena yang
dalam pemerintahan karena segala namanya kebijakan, pasti memiliki
urusan pemerintahan senantiasa obyek yang diaturnya dalam
berhubungan erat dengan pekerjaan; menanggapi isu-isu pokok yang
mengurusi, memberi, dan melayani dihadapinya. Namun bagaimana
kebutuhan warga masyarakat. Maka kalau kebijakan itu bertentangan
untuk melaksanakan tugas-tugas dengan obyek yang diaturnya
tersebut pemerintah butuh kebijakan sendiri. Tentu kebijakan tersebut
untuk mencapainya. Hal tersebut akan menimbulkan resistensi
dimaksudkan untuk memberikan dikalangan elemen masyarakat yang
perhatian kepada warga masyarakat, menjadi obyek dari pelaksanaan
baik berupa pelayanan kenyamanan
ataupun keamanan. 1
Miftah Thoha, (1992). Dimensi-dimensi Prima
Ilmu Administrasi Negara. Jakarta; CV Rajawali

SPEKTRUM Vol. 14, No. 2, Juli 2013


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Muhammad Ali Azhar Public Policy and
Public Policy Resistance

kebijakan tersebut. Pertentangan sebuah terminal adalah untuk


antara kebijakan pemerintah dan melayani kebutuhan masyarakat
keinginan publiknya diatas, seperti akan kemudahan pelayanan untuk
yang terjadi pada kebijakan mengakses transportasi sesuai yang
pengoperasian “terminal mengwi” diinginkan. Pembangunan terminal
oleh pemerintah daerah kabupaten yang seharusnya menjadi sebagai
Badung provinsi Bali. sebuah produk kebijakan publik
Terminal Mengwi yang mengayomi dan memuaskan
merupakan terminal yang dibangun kebutuhan para pengguna dunia
secara tripartit oleh pemerintah transportasi, tetapi yang terjadi
daerah Kabupaten Badung bersama malah sebaliknya.
pemerintah provinsi Bali dan Persoalan pun semakin tidak
pemerintah pusat. Pemerintahan dapat terurai, dimulai dari persoalan
tripartit ini, mulai mengoperasikan akses lokasi yang sangat jauh dari
terminal tersebut lewat surat jangkauan penumpang, sampai
keputusannya bernomor dengan kegamangan pemerintah
1543/AJ.106/DR JD tahun 2012. dalam melakukan tindakan
Terminal ini merupakan terminal pemaksaan terhadap pengguna jasa
terbesar di provinsi Bali yang terminal menjadi tontotan menarik.
dibangun setaraf dengan standar- Penolakan pun semakin tidak bisa
standar terminal terbesar di dihindari, seperti ketidakpatuhan
Indonesia2. Dengan kelengkapan para sopir angkot, terlebih para sopir
fasilitasnya terminal ini dibangun mobil lintas (trans) daerah dalam
untuk melayani arus penumpang menaikan dan menurunkan
baik yang berasal dari dalam penumpang di sana. Kondisi ini
maupun luar daerah Bali. Selain itu, semakin diperparah dengan ulah
rencana membangun terminal ini penumpang dan sopir yang
adalah untuk menggantikan terminal bekerjasama tidak bersedia turun di
lama, ‘terminal Ubung’ yang terminal tersebut. Padahal, sebagai
dianggap sudah tidak memadai lagi sebuah terminal akhir sebaiknya naik
untuk melayani arus mobilitas jasa turunnya penumpang dilakukan
transportasi dan peningkatan arus disana.
jumlah penumpang yang ada di Kota Melihat persoalan diatas,
Denpasar. tentu ada persoalan serius yang
Sejak terminal Mengwi terjadi dengan kebijakan pemerintah
dioperasikan perduapuluh dua Juni dalam pembangunan terminal,
tahun 2012 sudah mulai terlihat terlebih lagi pemindahan lokasi
adanya tanda-tanda penolakan dari terminal tersebut seolah
berbagai pihak, baik dari pengguna mengabaikan aspirasi dan keinginan
jasa transportasi maupun penyedia masyarakat luas. Kebijakan yang
jasa transportasi umum3. Padahal semestinya mampu memberikan
seyogyanya tujuan dari dibangunnya pelayanan yang prima terhadap
publiknya, yang terjadi malah
sebaliknya. Bahkan kebijakan
2 Terminal Mengwi merupakan terminal yang
dibangun oleh pemerintah daerah setaraf dengan
tersebut bukan hanya menimbulkan
pelayanan internasional, karena mengikuti ikon resistensi ditingkat masyarakat, akan
Bali sebagai pusat pariwisata dunia. tetapi telah mengakibatkan konflik
3 Bali Pos, Denpasar, 16 Agustus 2012

SPEKTRUM Vol. 14, No. 2, Juli 2013


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Muhammad Ali Azhar Public Policy and
Public Policy Resistance

ditingkat jajaran pengatur (1992;2) diartikan seperti “whatever


transportasi diantara ketiga government choose to do or not to do”.
pemerintahan tersebut. Islamy (1984;12),
Sehubungan dengan memberikan defenisi kebijakan
persoalan diatas, pertanyaan kunci publik adalah apa pun yang
yang menarik untuk dijelaskan pemerintah pilih untuk melakukan
dalam tulisan ini, “mengapa terjadi atau tidak melakukan sesuatu atau
penentangan publik terhadap apa yang pemerintah katakan dan
implementasi kebijakan tersebut”? dilakukan atau tidak dilakukan.
Leslie A. Pal (1987;2)
B. Kebijakan Publik mengkategorikan defenisi ini
Kebijakan pada intinya menjadi dua macam. Kategori
merupakan keputusan-keputusan, pertama, defenisi yang lebih
pilihan-pilihan tindakan yang secara mengedepankan kepada maksud
langsung mengatur pengelolaan dan dan tujuan utama sebagai kunci
pendistribusian sumber daya alam, kriteria kebijakan. Kategori kedua,
financial dan manusia demi lebih mengedepankan pada dampak
kepentingan publik, yakni rakyat tindakan pemerintah berkaitan
banyak, penduduk, masyarakat, atau dengan pemerintah tersebut.
warga negara. Kebijakan merupakan Sebagai tulisan yang
hasil dari adanya sinergi, kompromi menganalisa dampak dari suatu
atau bahkan kompetisi antar kebijakan pembangunan. Pendapat
berbagai, gagasan, teori, dan Leslie A. Pal (1987;4) memberikan
kepentingan yang mewakili sistem defenisi yang tepat mengenai
politik suatu negara. kebijakan publik untuk tulisan ini
Banyak sekali mengenai sebagai berikut; pertama, what
defenisi kebijakan. Dalam beberapa government actually do and why,
defenisi sulit sekali membedakan kedua, action taken by government dan
defenisi kebijakan itu terpisah ketiga, a policy may usefull be
dengan defenisi kebijakan publik. considered as a cource action or inaction
Sebagian besar para ahli langsung rather than specifik decision or action,
memberikan pengertian kebijakan ini and such a course has to be perceived and
disertai dengan kebijakan publik. indentified by the analyst in question.
Sebagian besar mereka memberikan Berdasarkan defenisi diatas,
pengertian kebijakan publik dalam kebijakan atau kebijakan publik
kaitannya keputusan atau ketetapan adalah merupakan upaya untuk
pemerintah untuk melakukan suatu memahami dan mengartikan apa
tindakan yang dianggap akan yang dilakukan atau yang tidak
membawa dampak baik bagi dilakukan oleh pemerintah mengenai
kehidupan warganya. Bahkan dalam suatu masalah, mengenai apa yang
pengertian yang lebih luas, kebijakan menyebabkan atau
(lih. publik) sering diartikan sebagai mempengaruhinya dan apa
‘apa saja yang dipilih oleh pengaruh dan dampak dari
pemerintah untuk dilakukan atau kebijakan tersebut4.
tidak dilakukan’. Seperti yang
dikemukakan oleh Thomas R. Dye 4Joko Widodo, (2009). Analisis Kebijakan Publik;
konsep dan aplikasi analisa proses kebijakan
publik. Malang; Bayumedia Publishing, hal. 13

SPEKTRUM Vol. 14, No. 2, Juli 2013


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Muhammad Ali Azhar Public Policy and
Public Policy Resistance

dan spesifikasi elemen-elemen


C. Model dan Pendekatan kondisi masalah, model-model
Kebijakan kebijakan merupakan rekonstruksi
Sebagai sebuah hasil dari artifisial dari realitas dalam wilayah
proses kebijakan, pembangunan yang merentang dari energi dan
terminal mengwi seharusnya tidak lingkungan sampai ke kemiskinan,
menimbulkan persoalan seperti yang kesejahteraan dan kejahatan.
terjadi saat ini. Bila ada persoalan Sementara pendekatan kebijakan
tentu ada sesuatu yang kontroversial adalah pilihan strategis pemerintah
dalam proses pengambilan melakukan pendekatan terhadap
keputusan pembangunan terminal. jalannya kebijakan6.
Dalam hal ini penyebabnya adalah Dalam tulisan ini pilihan
para pengambil keputusan dalam penulis kepada model kebijakan
proses penentuan kebijakan tersebut. elitis dan pendekatan kelompok
Boleh jadi para pengambil keputusan merupakan pilihan paling tepat
dalam pembangunan terminal ini sebagaimana dijelaskan berikut ini;
adalah para pengambil keputusan
yang menganut pola pemikiran 1. Model Elitis
tertentu dalam mengambil Kalau kita menyelami lebih
keputusan (kebijakan umum) ini.5 jauh kebijakan publik,
Dalam berbagai literatur orientasinya tunggalnya adalah
kebijakan, pola pemikiran yang pada kepentingan publik. Maka
diambil oleh para pengambilan tiap-tiap kebijakan publik
keputusan tersebut, dapat dilihat seyogyanya memiliki ‘semangat
dalam model dan pendekatan kepublikan’ yang mau tidak mau
kebijakan publik oleh pemerintah. implikasinya harus menempatkan
Model kebijakan adalah representasi publik sebagai aktor utama dalam
sederhana mengenai aspek-aspek tiap proses kebijakan publik’7.
yang terpilih dari suatu kondisi Namun seringkali kebijakan
masalah yang disusun untuk tujuan- itu berjalan hanya
tujuan tertentu. Seperti halnya menguntungkan segelintir orang.
masalah-masalah kebijakan yang Pada umumnya kebijakan seperti
merupakan bangunan mental yang ini dilakukan hanya berdasarkan
berdasarkan pada konseptualisasi preferensi dan nilai dari kalangan
tertentu, misalnya kalangan elite
5 Dua bentuk keputusan politik (kebijakan umum) penguasa. Hal itu sejalan dengan
yang mempunyai ruang lingkup pengaruh yang teori elite yang menyatakan
berbeda. Pertama, kebijakan umum yang mampu bahwa masyarakat bersifat apatis
menimbulkan perubahan mendasar dan
menyeluruh disebut sebagai keputusan yang
dan kekurangan informasi
komprehensif. Keputusan yang komprehensif mengenai kebijakan publik. Oleh
biasanya lebih mungkin terjadi dalam sistem politik karena itu, kelompok elitelah
totaliter karena jumlah orang yang membuat
yang akan memproduksi dan
keputusan pada umumnya relatif sedikit dan
dilakukan secara sentralisasi. Kedua, kebijakan mempertajam pendapat umum.
umum yang mampu menimbulkan perubahan
pada perubahan dan “pingir-pinggir”
permasalahan saja atau keputusan yang bersifat 6 Shilatul Hamri, Makalah Model dan pendekatan
marjinal atau keputusan yang bersifat “tambal kebijakan (2012),
sulam”. Paul Con dalam Ramlan Surbakti, (2007), 7 Fadilah Putra, (2005). Kebijakan tidak untuk

memahami ilmu politik, hal. 200 publik, Yogyakarta; Resist book, hal. 34

SPEKTRUM Vol. 14, No. 2, Juli 2013


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Muhammad Ali Azhar Public Policy and
Public Policy Resistance

Semantara pejabat administrator asumsi bahwa kebijakan publik


hanyalah pelaksana kebijakan dapat dipandang sebagai nilai-
yang telah ditentukan oleh nilai dan pilihan-pilihan dari elit
kelompok elite tersebut. yang memerintah. Argumentasi
Tidak dipungkiri memang pokok dari model ini adalah
pada awal perkembangannya bahwa bukan rakyat atau
kebijakan publik sering disebut “massa” yang menentukan
sebagai ilmunya para penguasa. kebijakan publik melalui
Pada masa awal tuntutan-tuntutan dan tindakan
perkembangannya kebijakan mereka, tetapi kebijakan publik
publik itu benar-benar hanya ditentukan oleh elit yang
menjadi bahan pembicaraan di memerintah dan dilaksanakan
tingkat elit politik saja. Yaitu para oleh pejabat-pejabat dan badan-
pemegang kekuasaan politik dan badan pemerintah yang berada di
pakar-pakar kebijakan publik bawahnya.
umum dan sektoral. Thomas R. Dye dan Harmon
Hal itu, dibuktikan di negara dalam The Irony of Democracy
kita sendiri di Indonesia pada memberikan suatu ringkasan
dekade 80-an, perumusan pemikiran menyangkut
kebijakan yang terjadi bersifat perumusan kebijakan model elit
sangat elitis8. Agenda kebijakan ini, yakni 9:
lebih didasarkan pada 1. Masyarakat terbagi dalam
kepentingan pemerintah bukan suatu kelompok kecil yang
negara sebagai suatu keseluruhan mempunyai kekuasaan
dengan komponen swasta (power) dan massa yang
maupun masyarakat. Pemerintah tidak mempunyai
memiliki kekuatan besar dalam kekuasaan. Hanya seke-
menentukan arah kebijakan yang lompok kecil saja orang yang
diambil. Keterlibatan stakeholder mengalokasikan nilai-nilai
lain seperti swasta maupun untuk masyarakat sementara
masyarakat sangat dibatasi. massa tidak memutuskan
Swasta sebagai pemilik modal kebijakan.
dilibatkan karena memiliki akses 2. Kelompok kecil yang
terhadap peluang untuk investasi memerintah itu bukan tipe
bagi berkembangnya industri. massa yang dipengaruhi.
Sedangkan masyarakat yang Para elit ini (the rulling class)
diwakili oleh lembaga perwakilan biasanya berasal dari lapisan
(DPR) kurang berperan bahkan masyarakat yang
cenderung sebagai ‘stempel’ atas ekonominya tinggi.
kebijakan yang diputuskan 3. Perpindahan dari
pemerintah. kedudukan non-elit ke elitis
Dalam proses implementasi sangat pelan dan
kebijakan, perumusan kebijakan
elitis diatas sejalan dengan model
elitis. Model ini mempuyai 9Muhammad Afif Bizri, Model-Model dalam
Analisis Kebijakan Publik, jurnal online edisi 29
8Parsons, Wayne, ……, Public Policy: Pengantar November, 2011
Teori dan Praktik Analisa Kebijakan, hal 251

SPEKTRUM Vol. 14, No. 2, Juli 2013


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Muhammad Ali Azhar Public Policy and
Public Policy Resistance

berkesinambungan untuk nyata tentang kebijakan yang


memelihara stabilitas dan elitis. Keterlibatan pemerintah
menghindari revolusi. daerah sebagai stakeholder
Hanya kalangan non-elit sangat kuat bahkan menjadi
yang telah menerima penentu pengambilan
konsensus elit yang keputusan atas sebuah
mendasar yang dapat kebijakan. Pemerintah berhak
diterima ke dalam lingkaran mengeluarkan ijin operasi
yang memerintah. terminal dalam bentuk hak
4. Elit memberikan konsensus pengusahaan terminal yang
pada nilai-nilai dasar sistem kemudian diikuti oleh unit
sosial dan pemeliharaan pemerintahan dibawahnya
sistem. Misalnya, di Amerika tanpa bisa menolak.
Serikat konsensus elit
mencakup perusahaan 2. Pendekatan Kelembagaan
swasta, hak milik pribadi, Dalam kaitan dengan
pemerintahan terbatas dan pembangunan sarana ini, rupanya
kebebasan individu. pemerintah memakai pendekatan
5. Kebijakan publik tidak secara kelembagaan dalam
merefleksikan tuntutan- memproduksi kebijakannya.
tuntutan massa, tetapi nilai- Pendekatan kelembagaan
nilai elit yang berlaku. diasumsikan bahwa sebuah
Perubahan-perubahan dalam kebijakan publik diambil,
kebijakan publik adalah dilaksanakan, dan dipaksakan
secara inkremental daripada secara otoritatif oleh lembaga
secara revolusioner. yang ada dalam pemerintahan,
Perubahan-perubahan secara misalnya parlemen, kepresidenan,
inkremental memungkinkan pemerintah daerah, kehakiman,
tanggapan-tanggapan yang partai politik dan sebagainya.
timbul hanya mengancam Kebijakan publik model ini
sistem sosial dengan memiliki beberapa karakteristik
perubahan sistem yang yaitu pemerintah mampu
relatif kecil dibandingkan memberikan legitimasi atas
bila perubahan tersebut kebijakan yang dikeluarkan,
didasarkan teori rasional kebijakan yang dikeluarkan oleh
komprehensif. pemerintah mampu bersifat
6. Para elit secara relatif universal artinya menjangkau
memperoleh pengaruh semua lapisan masyarakat,
langsung yang kecil dari terakhir adalah kebijakan yang
massa yang apatis. dikeluarkan pemerintah mampu
Sebaliknya, para elit memonopoli paksa semua
mempengaruhi massa yang masyarakat, dalam artian mampu
lebih besar. menjatuhkan sanksi bagi
Dalam pandangan diatas, pelanggar kebijakan.
sebenarnya kebijakan Salah satu kelemahan
pemerintah membangun pemerintahan dalam pendekatan
terminal merupakan contoh seperti ini tidak adanya

SPEKTRUM Vol. 14, No. 2, Juli 2013


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Muhammad Ali Azhar Public Policy and
Public Policy Resistance

keterlibatan aktor-aktor lain mempengaruhi terhadap suatu


dalam memutuskan kebijakan. kebijakan. Pada proses awal akan
Kebijakan top down, model ini sangat detail sekali dalam
tidak memberikan curahan melakukan analisis kebijakan
perhatian kepada hubungan antar karena menjadi fondasi utama
lembaga-lembaga pemerintahan dalam suatu pembuatan
dan substansi dari kebijakan kebijakan.
publik. Setelah diambil alihnya Hal lain yang menyebabkan
tindakan pengoperasioanalan, kebijakan ini mendapatkan
banyak tindakan dan aksi perlawanan dari obyek yang
perlawanan masyarakat diaturnya, karena tidak adanya
mengabaikan perintah yang pertimbangan suatu nilai, fakta
dikeluarkan oleh pemerintah. Hal dan tindakan yang hendak
tersebut nampak jelas bahwa dicapai. Nilai sangat penting
kebijakan ini tidak melibatkan karena masyarakat selalu dinamis
banyak aktor yang mempunyai sehingga akan diimplementasikan
kepentingan dengan target group pada tindakan publik. Nilai yang
atau penerima kebijakan ini. didapat, merupakan hasil dari
Padahal keterlibatan aktor- pencarian, pendefinisian,
aktor itu sangat penting untuk spesifikasi, pengenalan masalah
mengkondisikan dan sehingga benar-benar tahu dan
memunculkan suatu kebijakan mengerti mengenai masalah yang
yang memuaskan. Misalnya dihadapi. Namun ketika
dengan melakukan pendekatan kebijakan yang dijalankan tidak
terhadap suatu lingkungan berorientasi kepada nilai, maka
tertentu. Lingkungan menjadi kebijakan akan terjadi benturan
titik awal untuk mengadaptasikan dan berujung kepada tidak
kebijakan yang akan dibuat. terimplementasikannya
Seorang analis akan kebijakan.
mengidentifikasikan potret suatu Persoalan semakin lengkap,
lingkungan sebagai arah dalam setelah kebijakan pembangunan
pembuatan kebijakan. Dengan terminal ini disinyalir
mengetahui kondisi lingkungan mengabaikan proses analisa
terhadap suatu implementasi kebijakan tanpa merujuk pada
kebijakan maka akan dengan suatu kajian yang eksploratif. 10
mudah mengeliminir resiko Kecenderungannya banyak yang
kegagalan suatu kebijakan karena bersifat politis dan kadang
analisanya mencoba meramalkan mengabaikan nilai substansi
kemungkinan yang akan datang. suatu kebijakan. Memang suatu
Memang terkesan sedikit kebijakan tidak sepenuhnya
mendasar, akan tetapi dengan rasional karena ada muatan-
mencoba mengetahui hal-hal muatan politis yang masuk.
yang mendasar untuk memulai Dominannya kekuatan politis
membuat suatu kebijakan sangat tersebut mengabaikan sisi
penting. Karena sesuatu yang rasionalitas dengan berlindung
mungkin hanya dianggap sepele
tapi ternyata sangat 10Wawancara dengan salah seorang pegawai
dishub kota Denpasar. Kamis 27 September 2012

SPEKTRUM Vol. 14, No. 2, Juli 2013


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Muhammad Ali Azhar Public Policy and
Public Policy Resistance

dibawah kepentingan publik atau masyarakat luas atau kelompok-


sosial. Namun dengan mengacu kelompok tertentu, maka kebijakan
pada sisi rasionalitas publik seperti itu tidak akan dilaksanakan
seharusnya bisa memberikan atau dipatuhi.
acuan mengenai alternatif Kedua, adanya ketidak patuhan
kebijakan karena dengan selektif terhadap hukum. Ada
mengacu pada sisi rasionalitas beberapa peraturan perundangan
publik dapat diketahui pilihan atau kebijakan yang bersifat kurang
yang terbaik. mengikat pada individu-individu.
Ketiga, keanggotaan seseorang
D. Resistensi Kebijakan dalam suatu perkumpulan atau
Sekali kebijakan diputuskan dan kelompok. Seseorang bisa patuh
disahkan oleh pihak yang pada peraturan perundangan atau
berwenang, maka keputusan keputusan/kebijakan negara
kebijakan itu telah siap untuk keterlibatannya dalam keanggotaan
diimplementasikan (Islamy, suatu perkumpulan atau kelompok
2004:102). Namun, persoalan kadang-kadang mempunyai ide-ide
muncul jika tidak diikuti dengan atau gagasan-gagasan yang tidak
proses penyebaran atau sosialisasi sesuai/bertentangan dengan hukum
kebijakan negara secara baik, atau keinginan pemerintah.
masyarakat akan mengalami Akibatnya mereka cenderung untuk
kesulitan dalam memahami tidak patuh atau melawan peraturan
kebijakan atau keputusan tersebut. atau kebijakan negara.
Jadi, problemnya ketika tidak adanya Keempat, ketidak adanya
tindakan sosialisasi pemerintah, kepastian hukum. Tidak adanya
menyebabkan warga masyarakat kepastian hukum, ketidakjelasan
merasa kaget dengan kebijakan yang ukuran kebijakan yang saling
diputuskan oleh pemerintah. Kondisi bertentangan satu sama lain dapat
diatas tepat sekali untuk menjadi sumber ketidak patuhan
menggambarkan permasalahan yang orang pada hukum atau kebijakan
kini tengah dihadapi oleh terminal negara. Suatu peraturan
Mengwi dan stakeholdernya. perundangan atau kebijakan negara
Melihat persoalan diatas, penulis yang tidak pasti, tidak jelas atau
mengutip pendapat James E. isinya bertentangan satu sama lain
Anderson (dalam Irfan Islamy dapat menyebabkan adanya salah
2004:108) yang mengemukakan pengertian terhadap penafsiran
beberapa sebab mengapa setiap peraturan atau kebijakan tersebut.
anggota masyarakat tidak mematuhi Disamping itu adanya perbedaan
dan melaksanakan kebijakan negara. pandangan dan kepentingan antara
Faktor-faktor yang menjadi pejabat pemerintah dan masyarakat
penyebabnya adalah sebagai berikut menyebabkan penafsiran mereka
; terhadap peraturan atau kebijakan
Pertama, kebijakan negara yang itu juga berbeda-beda. Ini semua
bertentangan dengan sistem nilai menyebabkan orang tidak mematuhi
masyarakat. Bila suatu kebijakan peraturan atau kebijakan negara.
dipandang bertentangan secara tajam Berangkat dari beberapa sebab
dengan sistem nilai yang dianut diatas, poin penting yang mendekati

SPEKTRUM Vol. 14, No. 2, Juli 2013


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Muhammad Ali Azhar Public Policy and
Public Policy Resistance

ketidak patuhan atau tindak resisten keuntungan ekonomis akibat dari


elemen masyarakat terhadap pemindahan terminal 11.
pengimplementasian terminal; Ketegasan pemerintah semakin
pertama, kebijakan negara yang tidak optimal, setelah diantara dua
bertentangan dengan nilai yang terminal (pihak pemerintah) tidak
dianut masyarakat. Masyarakat dan saling koordinasi dan kerjasama
kalangan pengusaha transportasi untuk mendukung bagi
(swasta) merasa dirugikan dengan terlaksananya operasional terminal.
dioperasikannya terminal tersebut. Walaupun telah terjadi penurunan
Dari kalangan penumpang mereka tingkat pada terminal Ubung dari
merasa dirugikan secara ekonomi, tipe A turun menjadi tipe B. Hal
waktu dan tenaga karena masyarakat tersebut disebabkan, antara pihak
sebagai pihak pengguna jasa pemerintah kota Denpasar dan
transportasi melihat pemindahan pemerintah kabupaten Badung tidak
lokasi terminal dianggap sangat terjadi kesepahaman karena salah
merugikan. Hal tersebut karena satunya (pemerintah Kota Denpasar)
akses lokasi pemindahan sangat jauh menganggap proyek pembangunan
dengan pusat Denpasar sebagai kota terminal mengwi dilakukan tanpa
tujuan. koordinasi dengan pihak mereka12.
Kedua, adanya ketidak patuhan
selektif terhadap hukum. Yakni E. Kesimpulan
adanya perundangan atau kebijakan Dari penjelasan dan argumentasi
yang sifatnya kurang mengikat pada diatas penulis mengambil
individu-individu atau lembaga. Hal kesimpulan bahwa terjadinya
tersebut dibuktikan dengan tidak tindakan pengabaian komponen
adanya regulasi yang optimal masyarakat terhadap
menyebabkan pemerintah tidak pengoperasionalan terminal mengwi
dapat memaksakan kehendak saat ini, disebabkan karena ada
kepada masyarakat untuk mematuhi persoalan serius disekitar munculnya
kebijakan yang telah diputuskan. kebijakan pemerintah kabupaten
Melihat kondisi tersebut, Badung dalam rencana
perbedaan pandangan dan pembangunan terminal.
kepentingan antara pemerintah dan Diantaranya yang menjadi
masyarakat serta sektor swasta tidak penyebab kebijakan atau keputusan
bisa dihindari. Pihak penyedia jasa tersebut ditolak dalam proses
transportasi tidak bisa mematuhi implementasinya, pertama, kelompok
aturan pemerintah karena sasaran tidak mengetahui kebijakan
menghadapi dua tekanan arus besar, atau keputusan tersebut dibuat.
pertama dari pihak penumpang atau Dalam arti tidak ada pelibatan dalam
masyarakat pengguna jasa rencana pembuatan kebijakan. Bisa
transportasi tidak bersedia di ditebak bahwa keputusan yang
turunkan di terminal baru (mengwi) ditolak tersebut dulunya dirumuskan
tersebut. Kedua, ada kekuatan dalam suatu proses konversi yang
tersembunyi di balik pro dan kontra elitis. Kebijakan mengalir secara top
pemindahan terminal yang merasa
akan kehilangan sumber dan 11 Wawancara dengan salah seorang staf dishub
kota Denpasar
12 Ibid.

SPEKTRUM Vol. 14, No. 2, Juli 2013


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional
Muhammad Ali Azhar Public Policy and
Public Policy Resistance

down dari kehendak elit ke


administrator atau birokrat dan
bersasaran pada rakyat.
Kedua, dampak dari ditolaknya
keputusan atau kebijakan oleh target
group menyebabkan kebijakan
dijalankan hanya setengah hati oleh
pemangku kepentingan atau
pemerintah daerah, sehingga sampai
saat ini terjadi dualisme terminal
yang beroperasi di provinsi Bali.

Daftar Pustaka

Budi Winarno (2007). Kebijakan


Publik; Teori dan Proses.
Yogyakarta: Media
Pressindo.

Fadillah Putra, (2005). Kebijakan


Tidak untuk Publik,
Yogyakarta: Resist Book

Miftah Toha (2005). Dimensi-


Dimensi Prima Ilmu
Aministrasi Negara. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.

Muhammad Afif Bizri, (2011).


Model-Model dalam Analisis
Kebijakan Publik, Jurnal
Edisi 29 November 2011.

Riant Nugroho, (2003). Kebijakan


Publik: formulasi,
implementasi, dan evaluasi.
Jakarta:
Elex Media Komputindo.

Samodra Wibawa, (2005), Politik


Perumusan Kebijakan Publik”.
Yogyakarta;

William N. Dunn (1999). Pengantar


Analisis Kebijakan Publik,
Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press.

SPEKTRUM Vol. 14, No. 2, Juli 2013


Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional

You might also like