You are on page 1of 11

TEORI SASTRA

Oleh :

1. Samsul Bahri 171210091


2. Novita Sari 171210072
3. Nindy Savira 171210068
4. Yuli Selvia 171210113

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2017/2018
F. Majas / Gaya Bahasa
Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam
suatu karangan. Tujuannya adalah untuk mewakili perasaan dan pikiran dari
pengarang itu sendiri. Majas dibagi menjadi beberapa macam, yakni majas
perbandingan, majas sindiran, majas penegasan, dan majas pertentangan.

a) Majas Perbandingan terdiri dari:

1) Alegori adalah menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau


penggambaran. Contohnya: Iman adalah kemudi dalam mengurangi
zaman.
2) Alusio adalah pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena
sudah dikenal. Contohnya: Apakah peristizva Madiun akan terjadi lagi di
sini?
3) Simile adalah pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang
dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti "’layaknya" dan
"bagaikan". Contohnya: pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam.
4) Metafora adalah pengungkapan berupa perbandingan analogis
dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan. Contohnya:
Perpustakaan adalah Gudang ilmu
5) Antropomorfisme adalah menggunakan kata atau bentuk lain yang
berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia, dan lain-
lain. Contohnya : mulut gua itu sangat sempit.

b) Majas Sindiran
Majas sindiran terdiri dari ironi, sarkasme, sinisme, satire, dan innuendo.
1. Ironi merupakan sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenamya
dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
Contoh: suaramu sangat merdu seperti kaleng rombeng.
2. Sarkasme merupakan sindiran langsung dan kasar.
Contoh: putih benar wajahmu, sampai bisa disendoki bedaknya.
3. Sinisme ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa
kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: barang murahan seperti itu kok dipamerkan.
4. Satire adalah ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi,
untuk menertawakan gagasan, kebiasaan. Contoh: ya ampun! Soal
semudah ini kau tidak bisa menyelesaikannya.
5. Innuendo adalah sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
(onloli: in berubah menjadi cantik karena operasi plastik.

c) Majas Penegasan
1. Majas penegasan terdiri dari apofasis, pleonasme, repetisi, pararima, dan
allletasi.
2. Apofasis adalah penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang
ditegaskan.
Contoh: saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara
telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.
3. Pleonasme adalah menambahkan keterangan pada pemyataan yang sudah
jelas atau menambahkan keterangan yang sebenamya tidak diperlukan.
Contoh: Ayah memajukan mobil ke depan untuk menghindari tabrakan.
4. Repetisi adalah perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu
kalimat.
Contoh: Dialah yang kutunggu. Dialah yang kunanti. Dialah yang kuharap.
5. Pararima adalah pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau
bagian kata yang berlainan.
Contoh: bolak-balik, lika-liku.
6. Aliterasi adalah repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan, dan
lainnya.
Contoh: budi baik bagai bekal kehidupan kita.

d) Majas Pertentangan
Majas pertentangan terdiri dari paradoks, oksimoron, antitesis, kontradiksi
interminus, dan anakronisme.

1. Paradoks adalah pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-


olah bertentangan, namun sebenamya keduanya benar. Contoh: dia besar
tetapi nyalinya kecil.
2. Oksimoron merupakan paradoks dalam satu frase.
Contoh: ada cinta dalam bend yang kau sematkan padaku.
3. Antitesis adalah pengungkapan dengan menggunakan kata- kata yang
berlawanan arti di antara satu dengan yang lainnya. Contoh: siang malam,
dari pagi sampai petang, ia bekerja mencari uang.
4. Kontradiksi Interminus merupakan pemyataan yang bersifat
menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Contoh:
kamar itu benar-benar kosong dan sunyi. Tidak ada suara menggema di
dalamnya.
5) Anakronisme merupakan ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian
antara peristiwa dengan waktunya.
Contoh: dalam tulisan Caesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga
kali (saat itu jam belum ada).

G. Novel

Hakikat novel adalah cerita dalam bentuk prosa. Panjangnya tidak kurang dari
50.000 kata yang menceritakan kehidupan manusia yang bersifat imajinatif. Unsur
intrinsik novel terdiri dari judul, tokoh, watak, dan perwatakan, setting atau latar,
alur atau plot, gaya (style), sudut pandang pengarang, dan tema.

H. Cerpen

Cerita pendek adalah salah satu bentuk karya fiksi. Cerita pendek sesuai dengan
namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik peristiwa yang
diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku dan jumlah kata yang digunakan. Cerpen
adalah cerita yang panjangnya kira-kira 7 halaman kuarto spasi rangkap, isisnya
padat, lengkap, memiliki kesatuan, dan mengandung kesan yang mendalam.

Cerita pendek memliki unsur-unsur intrinsik seperti tema, plot, penokohan, setting
atau latar, sudut pandang, dan amanat. Ciri-ciri cerpen sendiri dilihat dari alur
yang lebih sederhana, tokohnya hanya beberapa orang, latarnya hanya sesaat dan
tema maupun nilai-nilainya sederhana. Cerpen memiliki lima fungsi yaitu fungsi
rekreatif, didaktif, estetis, moralitas, dan religiusitas.

I'eknik menulis cerita pendek adalah sebagai berikut:

Paragraf porlnma yang menegaskan


Paragral perlama merupakan kunci pembuka. Cerita pendek merupakan
karangan pendek. Paragraf pertama dapat langsung masuk pada pokok
persoalan dan bukan melantur pada hal-hal klise. Apalagi bila kemudian
terkesan menggurui. Hal tersebut tentunya hanya menimbulkan kebosanan
dan rasa apatis bagi pembacanya.

.A Menggali suasana
Melukiskan suatu latar kadang-kadang memerlukan detail yang agak apik dan
kreatif. Penggambaran suasana yang biasa-biasa dan sudah dikenal umum
tidak akan menarik bagi pembaca. Jika hendak menuliskan keadaan kota
Jakarta dengan gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas dan
keramaian kotanya, penggambaran itu tidaklah menarik karena penggambaran
tersebut bukan merupakan hal yang baru. Akan tetapi, bila melukiskan
keadaan kota Jakarta dengan mengaitkannya pada suasana hati tokoh
ceritanya penggambaran tersebut akan lebih menyen- tuh pembacanya.

B Menggunakan kalimat efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang langsung memberikan kesan kepada
pembacanya. Dengan menggunakan kalimat efektif, pembaca diharapkan
dapat lebih mud ah menangkap maksud dari se- tiap bagian cerita hingga
tamat.
Selain menggunakan kalimat efektif, pengarang juga dituntut un- tuk memiliki
kekayaan kosakata dan gaya bahasa agar cerita yang dibuatnya dapat mengalir
dengan lancar dan tidak kering serta membosankan.
C Menggerakkan tokoh (karakter)
Dalam cerita selalu ada tokoh. Tokoh-tokohyanghadir senantiasa bergerak
secara fisik atau psikis hingga terlukis kehidupan yang sama dengan
kehidupan sehari-hari.
Tokoh yang mengalami pergerakan, perubahan, atau perkembangan karakter,
misalnya dari berwatak baik kemudian* berubah menjadi jahat, atau
sebaliknya, dari berwatak jahat akhimya berubah menjadi baik, disebut round
character, karakter atau tokoh bulat.
Sementara itu, tokoh yang tidak mengalami perubahan karakter disebut tokoh
datar atau flat character.

d) Fokus Cerita
Dalam cerita pendek, segala bentuk harus berfokus pada satu per- soalan
pokok. Fokus cerita dapat dikontrol atau dicermati dalam aluratau plot. Cerita
yang tidak fokus akan menghasilkan digresi atau lanturan, yaitu alur cerita
yang menyimpang atau menjauhi dari jalur atau alur utama cerita.

Teknik Pengisahan
Sebuah cerpen yang banyak disukai pembaca adalah cerpen yang
menggunakan teknik pengisahan standar atau bersifat umum. Lazimn- ya,
sebuah cerpen memiliki tiga bagian besar, yaitu awalan(pembuka), tengahan,
dan akhiran (penutup). Dari ketiga bagian tersebut masih diperinci lagi dengan
pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik, klimaks, penyelesaian atau
ending.

1. Pengenalan cerita
Pengarang memperkenalkan tokoh utama, penataan adegan cerita, dan
hubungan antartokoh yang terdapat dalam cerita.

2. Awal konflik
Pengarang memunculkan bagian-bagian dalam cerita yang dapat
menimbulkan permasalahan.

3. Menuju konflik atau pemunculan konflik (generating circumstances)


Pengarang meningkatkan permasalahan yang dialami olah tokoh.
4. Konflik memuncak atau klimaks
Permasalahan antartokoh mencapai puncak. Tiap-tiap tokoh cerita
diliadapkan pada penentuan akhir dari yang dialaminya, keberhasilan atau
kegagalan, yang menjadi penentuan nasib tokoh cerita.

5. Penyelesaian atau ending (denouement)


Cerita berakhir dengan penyelesaian atau masalah tetap dibiarkan
menggantung. Meski pengarang membiarkan permasalahan menggantung,
cerita harus diakhiri. Kecenderungan cerita mutakhir berupa sentakan
terakhir yang membuat pembaca heran dan penasaran.

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen


Sebuah cerpen disusun oleh unsur-unsur cerita, yang meliputi unsur intrinsik dan
ekstrinsik. Unsur intrinsik cerpen adalah elemen atau komponen penceritaan yang
menjadi bagian utama dalam proses penulisan. Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen
adalah unsur yang membangun cerpen dari luar. Meskipuns tidak termasuk dalam
cerita, unsur ekstrinsik dapat mempengaruhi dan mewarnai unsur mlrinsiknya.

Unsur Intrinsik Cerpen


I. Tema
lema adalah gagasan atau ide dasar yang akan mendasari k eseluruhan cerita dari
sebuah cerpen. Tema menjadi sangat penting hagi pengarang yang akan membuat
sebuah cerpe., karena, tema lerkait dengan apa yang akan diceritakan lewat cerpen
yang akan dibuat.

Tema cerpen yang disukai pembaca biasanya yang aktual pada suat penulisannya.
Tema bisa berasal dari lingkungan sekitar, permasalahan dalam kehidupan
manusia, bisa juga permasalahan dalam diri pengarang. Permasalahan tersebut
bersatu padu dengan imajinasi pengarang hingga menjadi pengisahan yang
menarik dan dramatik.
2. Latar
Latar cerpen bisa berupa tempat, waktu, suasana, dan budaya. Latar pada cerpen
sifatnya fiktif tetapi realistis. Artinya, semua latar ini hadir secara imajinatif,
namun memiliki hubungan sebab akibat yang masuk akal, wajar, dan bisa diterima
oleh pembaca sebagai kenyataan.

3. Penokohan
Penokohan adalah teknik pengarang dalam melukiskan watak atau karakter tokoh
cerita. Sedangkan penceritaan tokoh-tokoh cerita meliputi penentuan tokoh utama
(protagonis), tokoh lawan (antagonis), pemberian nama, dan penggambaran watak
berikut ciri-ciri fisiknya. Penggambaran watak tokoh dengan segala sifatnya
dalam cerita, bisa secara jelas maupun samar-samar.

4. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang bercerita dengan menempatkan pengarang
sebagai orang pertama, kedua, ketiga, atau bahkan di luar cerita. Pengambilan
sudut pandang ini berkaitan dengan teknik penokohan.

5. Alur
Alur adalah jalan cerita yang menunjukkan hubungan kausalitas. Namun, dalam
cerpen, alur bisa tidak terlihat mencolok. Karena, cakupan waktu cerita yang
pendek dalam sebuah cerpen. Namun, ada cara paling baik untuk memahami alur
dari sebuah cerpen, yakni sebagai struktur rangkaian kejadian dalam sebuah cerita
yang disusun secara kronologis. Atau, berupa rangkaian cerita sejak awal hingga
akhir serta tindakan-tindakan yang terdapat dalam cerita berkaitan satu sama lain
dalam cerita yang seluruhnya terkait dengan suatu kesatuan waktu.

Jenis Alur

Ada tiga jenis alur yang dapat digunakan dalam sebuah cerpen, Pengantar Teori
Sastra

yakni alur maju atau kronologis (progresi),


1. Alur Maju
Alur dengan serangkaian peristiwa secara kronologis, maju, atau lu- I US , disebut
juga alur progresif. Cerita berjalan secara runtut dari tali.ip awal, tahap tengah,
hingga tahap akhir cerita. Alur ini umumnya digunakan pada cerita yang
sederhana sehingga mudah dipahami atau dicema, misalnya cerita anak-anak.
Meski demikian, bukan be- r.irti alur maju tidak dapat digunakan pada cerita yang
serius.

2. Alur Mundur

Alur mundur juga disebut alur regresi atau flashback. Jalan cerita yang dibuka
atau dimulai justru dengan penyelesaian, kemudian dilanjutkan pada pengisahan
masa lalu tokoh. Sehingga, alur mundur .sering ditemui pada cerita dengan setting
waktu pada masa lampau yang dialami tokoh cerita. Pengisahan cerita dengan alur
mundur membutuhkan kepintaran khusus supaya tidak mempuat pembaca
kebingungan.

3. Alur campuran
Alur yang diawali dengan klimaks cerita, kemudian melihat lagi masa lalu dan
diakhiri dengan penyelesaian cerita. Alur campuran mudah digunakan dalam
pembuatan cerita, jika pengarang cerita mengerti cara mengatur plot ceritanya.

Unsur Ekstrinsik Cerpen


Unsur ekstrinsik antara lain yang berhubungan dengan pengarang cerpen.
Misalnya, la tar belakang sosial budaya pengarang, keadaan masyarakat,
lingkungan keagamaan, dan pengalaman hidup pengarang. Disadari atau tidak,
semua unsur ini ikut mempengaruhi pengarang ketika menyusun cerpen.
• Latar Belakang Pengarang
Meliputi kehidupan pengarang secara keseluruhan dan keadaan
kejiwaannya pada saat cerpen ditulis. Kondisi psikologis dapat
dipengaruhi oleh permasalahan pribadi yang dihadapi, kekecewaan
terhadap peristiwa yang terjadi di masyarakat, dan keadaan yang
diharapkan berdasarkan keinginannya.
Salah satu cara memahami cerpen antara lain menelusuri atau mempelajari
riwayat hidup pengarangnya atau biografinya dalam rentang waktu
tertentu atau secara keseluruhan, termasuk pola pikir atau ideologi, selera,
kebiasaan, dan kesukaan atau hobi.
• Latar Belakang Masyarakat
Upaya memahami setting cerita dapat dibantu melalui pemahaman
terhadap peristiwa atau permasalahan yang terjadi pada masyarakat
tertentu ketika cerpen ditulis. Pada hakikatnya, karya sastra mencerminkan
kondisi masyarakat pada kurun masa tertentu saat cerita ditulis.
Pengungkapan setting sosial atau kehidupan masyarakat tertentu pada
masa tertentu dapat membantu pembaca dalam memahami dan
mengapresiasi sebuah cerpe

I. Prosa Fiksi Inkonvensional


Perbedaan antara karya fiksi konvensional dengan karya inkonvensional
atau kontemporer dipaparkan seperti berikut ini (Suyitno, 1986):
Konvensional Inkonvensional
Mudah dipahami pembaca. Bersifat absurd, sehingga sulit

dipahami pembaca. .
Mempunyai plot atau alur
Bersifat antiplot, artinya tidak dapat
yang jelas.
dibedakan mana plot awal,
Tokoh-tokohnya selalu Tokohnya belum tentu tokoh fisik yang
mempunyai nama, memiliki mempunyai identitas dan perwatakan
identitas, dan tokoh- lokohnya yang jelas karena ada kecendrungan
biasanya fisik. untuk menghadirkan tokoh imajiner.
Bersifat rasionaL Bersifat antirasional. Kejadian yang
ditampilkan kadang-kadang tidak dapat
diterima akal sehat.

Perwatakan kabur karena kita hanya


mengenalpelaku- pelakunya secara
kabur. Yang dipentingkan adalah
bagaimana ide tersampaikan lewat
tokoh siapa pun.
lidak selalu Mengandung penemuan-
mcngandung penemuan baru. penemuan
J. Drama
Drama adalah salah satu bentuk seni yang bercerita melalui percakapan dari
action tokoh-tokohnya. Sebuah drama pada hakikanya hanya terdiri dari dialog.

Drama mempunyai 2 (dua) aspek esensial, yaitu aspek cerita dan aspek
pementasan. Sedangkan dari segi dimensinya, drama memiliki 3 (tiga) dimensi,
yaitu sastra, gerakan, dan ujaran.

Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani kuno. Akan
tetapi, sebuah buku yang berjudul A History of The Theatre menunjukkan pada
kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang diubah ke dalain festival drama di
Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Teks piramid yang bertanda angka tahun 4000
SM, adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar
masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan, sebelum Gaston Maspero
menunjukkan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi
berbagai tokohnya.

Unsur-unsur pembangun drama terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik drama terdiri dari judul, dialog, alur, tokoh, babak dan adegan,
serta petunjuk lakuan. Adapun unsur ekstrinsiknya adalah unsur di luar teks
drama, namun mempengaruhi penciptaan naskah drama itu sendiri.

You might also like