Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
b) Majas Sindiran
Majas sindiran terdiri dari ironi, sarkasme, sinisme, satire, dan innuendo.
1. Ironi merupakan sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenamya
dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
Contoh: suaramu sangat merdu seperti kaleng rombeng.
2. Sarkasme merupakan sindiran langsung dan kasar.
Contoh: putih benar wajahmu, sampai bisa disendoki bedaknya.
3. Sinisme ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa
kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: barang murahan seperti itu kok dipamerkan.
4. Satire adalah ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi,
untuk menertawakan gagasan, kebiasaan. Contoh: ya ampun! Soal
semudah ini kau tidak bisa menyelesaikannya.
5. Innuendo adalah sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
(onloli: in berubah menjadi cantik karena operasi plastik.
c) Majas Penegasan
1. Majas penegasan terdiri dari apofasis, pleonasme, repetisi, pararima, dan
allletasi.
2. Apofasis adalah penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang
ditegaskan.
Contoh: saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara
telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.
3. Pleonasme adalah menambahkan keterangan pada pemyataan yang sudah
jelas atau menambahkan keterangan yang sebenamya tidak diperlukan.
Contoh: Ayah memajukan mobil ke depan untuk menghindari tabrakan.
4. Repetisi adalah perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu
kalimat.
Contoh: Dialah yang kutunggu. Dialah yang kunanti. Dialah yang kuharap.
5. Pararima adalah pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau
bagian kata yang berlainan.
Contoh: bolak-balik, lika-liku.
6. Aliterasi adalah repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan, dan
lainnya.
Contoh: budi baik bagai bekal kehidupan kita.
d) Majas Pertentangan
Majas pertentangan terdiri dari paradoks, oksimoron, antitesis, kontradiksi
interminus, dan anakronisme.
G. Novel
Hakikat novel adalah cerita dalam bentuk prosa. Panjangnya tidak kurang dari
50.000 kata yang menceritakan kehidupan manusia yang bersifat imajinatif. Unsur
intrinsik novel terdiri dari judul, tokoh, watak, dan perwatakan, setting atau latar,
alur atau plot, gaya (style), sudut pandang pengarang, dan tema.
H. Cerpen
Cerita pendek adalah salah satu bentuk karya fiksi. Cerita pendek sesuai dengan
namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik peristiwa yang
diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku dan jumlah kata yang digunakan. Cerpen
adalah cerita yang panjangnya kira-kira 7 halaman kuarto spasi rangkap, isisnya
padat, lengkap, memiliki kesatuan, dan mengandung kesan yang mendalam.
Cerita pendek memliki unsur-unsur intrinsik seperti tema, plot, penokohan, setting
atau latar, sudut pandang, dan amanat. Ciri-ciri cerpen sendiri dilihat dari alur
yang lebih sederhana, tokohnya hanya beberapa orang, latarnya hanya sesaat dan
tema maupun nilai-nilainya sederhana. Cerpen memiliki lima fungsi yaitu fungsi
rekreatif, didaktif, estetis, moralitas, dan religiusitas.
.A Menggali suasana
Melukiskan suatu latar kadang-kadang memerlukan detail yang agak apik dan
kreatif. Penggambaran suasana yang biasa-biasa dan sudah dikenal umum
tidak akan menarik bagi pembaca. Jika hendak menuliskan keadaan kota
Jakarta dengan gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas dan
keramaian kotanya, penggambaran itu tidaklah menarik karena penggambaran
tersebut bukan merupakan hal yang baru. Akan tetapi, bila melukiskan
keadaan kota Jakarta dengan mengaitkannya pada suasana hati tokoh
ceritanya penggambaran tersebut akan lebih menyen- tuh pembacanya.
d) Fokus Cerita
Dalam cerita pendek, segala bentuk harus berfokus pada satu per- soalan
pokok. Fokus cerita dapat dikontrol atau dicermati dalam aluratau plot. Cerita
yang tidak fokus akan menghasilkan digresi atau lanturan, yaitu alur cerita
yang menyimpang atau menjauhi dari jalur atau alur utama cerita.
Teknik Pengisahan
Sebuah cerpen yang banyak disukai pembaca adalah cerpen yang
menggunakan teknik pengisahan standar atau bersifat umum. Lazimn- ya,
sebuah cerpen memiliki tiga bagian besar, yaitu awalan(pembuka), tengahan,
dan akhiran (penutup). Dari ketiga bagian tersebut masih diperinci lagi dengan
pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik, klimaks, penyelesaian atau
ending.
1. Pengenalan cerita
Pengarang memperkenalkan tokoh utama, penataan adegan cerita, dan
hubungan antartokoh yang terdapat dalam cerita.
2. Awal konflik
Pengarang memunculkan bagian-bagian dalam cerita yang dapat
menimbulkan permasalahan.
Tema cerpen yang disukai pembaca biasanya yang aktual pada suat penulisannya.
Tema bisa berasal dari lingkungan sekitar, permasalahan dalam kehidupan
manusia, bisa juga permasalahan dalam diri pengarang. Permasalahan tersebut
bersatu padu dengan imajinasi pengarang hingga menjadi pengisahan yang
menarik dan dramatik.
2. Latar
Latar cerpen bisa berupa tempat, waktu, suasana, dan budaya. Latar pada cerpen
sifatnya fiktif tetapi realistis. Artinya, semua latar ini hadir secara imajinatif,
namun memiliki hubungan sebab akibat yang masuk akal, wajar, dan bisa diterima
oleh pembaca sebagai kenyataan.
3. Penokohan
Penokohan adalah teknik pengarang dalam melukiskan watak atau karakter tokoh
cerita. Sedangkan penceritaan tokoh-tokoh cerita meliputi penentuan tokoh utama
(protagonis), tokoh lawan (antagonis), pemberian nama, dan penggambaran watak
berikut ciri-ciri fisiknya. Penggambaran watak tokoh dengan segala sifatnya
dalam cerita, bisa secara jelas maupun samar-samar.
4. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang bercerita dengan menempatkan pengarang
sebagai orang pertama, kedua, ketiga, atau bahkan di luar cerita. Pengambilan
sudut pandang ini berkaitan dengan teknik penokohan.
5. Alur
Alur adalah jalan cerita yang menunjukkan hubungan kausalitas. Namun, dalam
cerpen, alur bisa tidak terlihat mencolok. Karena, cakupan waktu cerita yang
pendek dalam sebuah cerpen. Namun, ada cara paling baik untuk memahami alur
dari sebuah cerpen, yakni sebagai struktur rangkaian kejadian dalam sebuah cerita
yang disusun secara kronologis. Atau, berupa rangkaian cerita sejak awal hingga
akhir serta tindakan-tindakan yang terdapat dalam cerita berkaitan satu sama lain
dalam cerita yang seluruhnya terkait dengan suatu kesatuan waktu.
Jenis Alur
Ada tiga jenis alur yang dapat digunakan dalam sebuah cerpen, Pengantar Teori
Sastra
2. Alur Mundur
Alur mundur juga disebut alur regresi atau flashback. Jalan cerita yang dibuka
atau dimulai justru dengan penyelesaian, kemudian dilanjutkan pada pengisahan
masa lalu tokoh. Sehingga, alur mundur .sering ditemui pada cerita dengan setting
waktu pada masa lampau yang dialami tokoh cerita. Pengisahan cerita dengan alur
mundur membutuhkan kepintaran khusus supaya tidak mempuat pembaca
kebingungan.
3. Alur campuran
Alur yang diawali dengan klimaks cerita, kemudian melihat lagi masa lalu dan
diakhiri dengan penyelesaian cerita. Alur campuran mudah digunakan dalam
pembuatan cerita, jika pengarang cerita mengerti cara mengatur plot ceritanya.
dipahami pembaca. .
Mempunyai plot atau alur
Bersifat antiplot, artinya tidak dapat
yang jelas.
dibedakan mana plot awal,
Tokoh-tokohnya selalu Tokohnya belum tentu tokoh fisik yang
mempunyai nama, memiliki mempunyai identitas dan perwatakan
identitas, dan tokoh- lokohnya yang jelas karena ada kecendrungan
biasanya fisik. untuk menghadirkan tokoh imajiner.
Bersifat rasionaL Bersifat antirasional. Kejadian yang
ditampilkan kadang-kadang tidak dapat
diterima akal sehat.
Drama mempunyai 2 (dua) aspek esensial, yaitu aspek cerita dan aspek
pementasan. Sedangkan dari segi dimensinya, drama memiliki 3 (tiga) dimensi,
yaitu sastra, gerakan, dan ujaran.
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani kuno. Akan
tetapi, sebuah buku yang berjudul A History of The Theatre menunjukkan pada
kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang diubah ke dalain festival drama di
Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Teks piramid yang bertanda angka tahun 4000
SM, adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar
masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan, sebelum Gaston Maspero
menunjukkan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi
berbagai tokohnya.
Unsur-unsur pembangun drama terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik drama terdiri dari judul, dialog, alur, tokoh, babak dan adegan,
serta petunjuk lakuan. Adapun unsur ekstrinsiknya adalah unsur di luar teks
drama, namun mempengaruhi penciptaan naskah drama itu sendiri.