You are on page 1of 32

Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi

Kista Ovarium

Bab I
PENDAHULUAN

Secara umum, tumor adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal didalam
tubuh. Tetapi secara khusus, tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma.
Neoplasma berasal dari kata neoplasia, neos = baru, plassein = membentuk. Sehingga
didefinisikan, neoplasma adalah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal
dalam bentuk dan strukturnya.
Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker terjadi
karena timbul dan berkembang biaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel ini tumbuh
terus dan merusak bentuk dan formasi organ tempat tumbuhnya. Kanker, karsinoma, ataupun
sarkoma tumbuh menyusup (infiltratif) ke jaringan sekitarnya sambil merusak (destruktif)
inangnya. Sedangkan neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak
merusak, tetapi tumbuh membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansif). Diantara
bermacam-macam tumor, salah satunya adalah tumor ovarium. Tumor ovarium juga
diklasifikasikan menjadi tumor ganas dan tumor jinak. Pada pembahasan kasus ini, saya
hanya akan menguraikan mengenai tumor jinak saja.
Secara sederhana, neoplasma jinak dibagi 2 kelompok, yaitu: 1) tumor kistik; 2)
tumor solid. Tumor kistik dikelompokkan lagi menjadi kistoma ovarii simpleks, kistademona
ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, kista endometroid, dan kista dermoid.
Sedangkan tumor solid dikelompokkan menjadi fibroma, leiomioma, fibroadenoma,
papiloma, angioma, limfangioma, tumor brenner, dan tumor sisa adrenal.
Kista ovarium merupakan neoplasma jinak yang bertipe kistik. Sebenarnya masih
terdapat beberapa pertentangan mengenai pengklasifikasian tersebut. Hal ini terjadi akibat
klasifikasi yang berdasarkan histopatologi atau embriologi belum dapat dijelaskan secara
tuntas karena masih kurangnya pengetahuan mengenai asal usul tumor.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 1
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Bab II
PRESENTASI KASUS KISTA OVARIUM
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI-GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SERANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

Topik : Kista Ovarium


Penyusun : Rahimi Rahim

I. Identitas Pasien
- Nama : Ny. N
- Usia : 56 tahun
- Pendidikan : Sekolah Dasar ( Lulus )
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Nama Suami : Tn. M
- Pekerjaan Suami : Wiraswasta
- Agama : Islam
- Alamat : Kp. Cibandos, RT005/002, Kel. Cokopsulanja, Kec. Waringin
kurung, Kab. Kodya, Serang, Prov. Banten
- No. CM : 30 64 93
- Tanggal Masuk : 23 April 2018 14:12
- Ruang Rawat : Ruang Wijaya Kusuma

II. Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 24 April 2018 pukul 06.15 WIB.

o Keluhan Utama:
Nyeri pada ulu hati

o Keluhan Tambahan:
Sesak Nafas

o Riwayat Kehamilan Sekarang:

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 2
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Pasien datang ke poli kebidanan RSUD Cilegon pada tanggal 21 Juli 2010 tepatnya
pukul 10.00 WIB dengan keluhan nyeri pada ulu hati yang dirasakan sejak ± 3 hari
sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri ulu hati dirasakan tiba-tiba, hilang-timbul,
dan terasa sakit seperti ditusuk-tusuk. Nyeri menetap, tidak menjalar ke belakang dan ke
samping.

Pasien juga mengeluhkan sesak nafas yang dirasakan sejak ± 3 hari SMRS. Sesak
nafas muncul tidak lama setelah keluhan nyeri ulu hati timbul. Sesak nafas dirasakan
pertama sekali secara tiba-tiba oleh pasien ketika akan tidur. Sesak nafas tidak berbunyi,
dan keluhan sesak dirasakan berkurang bila pasien tidur dengan memakai 2 bantal kepala
atau lebih.

Saat ini pasien sedang hamil anak pertama dengan usia kehamilan ± 16 minggu 5 hari.
Pasien teratur memeriksakan kehamilannya di bidan setiap bulan. Pada pemeriksaan
terakhir dibidan, pasien dianjurkan untuk memeriksa kehamilan di rumah sakit karena
besarnya kehamilan tidak sesuai dengan usia kehamilan. Pasien pernah melakukan USG
di RS Kurnia sebelum datang ke poli kebidanan RSUD Cilegon. Oleh dokter di RS
Kurnia (dr. Syafe`i Sp.OG), pasien di diagnosa kista ovarium dan disarankan untuk
menjalani operasi pengangkatan kista.

Keluhan demam, mual-muntah, gangguan pencernaan, dan gangguan menstruasi


sebelum hamil disangkal oleh pasien. Pasien juga menyatakan tidak memiliki kebiasaan
merokok dan meminum alkohol baik selama ataupun sebelum kehamilan. Pasien juga
menyatakan tidak pernah meminum jamu-jamuan dan mengurut perutnya didukun selama
hamil. Dan pasien menyangkal ada sakit ataupun keluhan yang berarti selama ataupun
sebelum hamil.

o Riwayat Haid:
- Menarche : 14 tahun
- Siklus Haid : ± 28 hari, teratur
- Lama Haid : ± 7 hari
- HPHT : 26 Maret 2010
- Taksiran persalinan : 3 Januari 2011
o Riwayat Perkawinan:
Pernikahan sekarang merupakan yang pertama. Usia saat menikah adalah 18 tahun.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 3
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

o Riwayat Kehamilan dan Persalinan Terdahulu:


Kehamilan sekarang merupakan kehamilan yang pertama.

o Riwayat Penyakit Dahulu:


Keluhan darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, ginjal, epilepsi dan asma
sebelum hamil disangkal oleh pasien.

o Riwayat Penyakit Keluarga:


Pasien menyangkal adanya anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit darah
tinggi, kencing manis, penyakit jantung, ginjal, epilepsi dan asma.

o Riwayat Kontrasepsi:
Pasien mengaku tidak mengikuti program KB

o Riwayat Imunisasi:
Pasien menyatakan tidak ingat riwayat imunisasi yang pernah didapatnya.

III. Pemeriksaan Fisik


Dilakukan pada tanggal 21 Juli 2010, pukul 20.30 WIB.

o Vital Signs:
- kesadaran : Compos mentis
- keadaan umum : Sakit sedang
- tekanan darah : 110/80 mmHg
- nadi : 120 kali/menit (regular, equal, dan isi cukup)
- respirasi : 32 kali/menit (tipe Abdominotorakalis)
- suhu : 36 0C
- TB/BB : 159 cm/ 47 kg
- IMT : 18,59 kg/m2 (gizi cukup)
1. Status Generalis:
- Kulit : Berwarna coklat, tidak terdapat kelainan warna kulit, tidak terlihat ikterik,
suhu afebris, dan turgor kulit baik.
- Kepala : Bentuk oval, simetris, ekspresi wajah terlihat sakit.
- Rambut : Ikal, hitam, tumbuh sepanjang bahu, lebat, tidak mudah dicabut.
- Alis : hitam, tumbuh tipis, tidak mudah dicabut.
- Mata : tidak exopthalmus, tidak enopthalmus, konjunctiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, lensa jernih, pupil bulat dan isokor, pergerakan bola mata
baik.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 4
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

- Hidung : terdapat nafas cuping hidung, tidak deviasi septum, tidak ada sekret, dan
tidak hiperemis.
- Telinga : tidak terlihat adanya sekret di liang telinga, dan tidak hiperemis.
- Mulut : bibir tidak sianosis, gigi geligi lengkap, gusi tidak hipertropi, lidah tidak
kotor, mukosa mulut basah, tidak terdapat hiperemis oral dan tonsil T1-T1
tidak hiperemis.
- Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tidak terdapat
pembesaran tiroid, trakea tidak deviasi, dan Jugular Venous Pressure
bernilai 5 ± 2 cmH2O.
- Thoraks : Normal, Simetris kiri dan kanan.
Paru-paru : Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri pada saat
statis dan dinamis, dan terdapat retraksi trakea.
Palpasi : Stem fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : vesikuler kanan dan kiri, tidak terdapat rhonki, dan tidak
terdapat wheezing

Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat


Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat murmur dan
bunyi derap.
- Abdomen : Inspeksi : tampak simetris, membuncit, terdapat striae gravidarum dan
tidak terdapat linea nigra.
Auskultasi: bising usus normal, bising aorta abdominalis terdengar.
Palpasi : supel, turgor baik, terdapat nyeri tekan regio epigastrium, dan
tidak teraba hepatosplenomegali.
Perkusi : suara tymphani dilapang abdomen, dan tidak terdapat nyeri
ketuk.

- Ekstrimitas : Akral hangat, cappilary refill kurang dari 2 detik, kekuatan otot
tidak terdapat udem di ke-empat ekstrimitas. 5 5
- Refleks fisiologis dan patologis : tidak dilakukan pemeriksaan. 5 5

o Status Obstetri:
Perut membuncit dari simfisis pubis sampai prosesus xiphoideus, detak jantung janin
(+) dibawah umbilikus dengan frekuensi 135-145 kali/menit, ballotement (+).

IV. Pemeriksaan Penunjang


- USG abdomen : terlihat gambaran kista ovarium pada ruang peritoneal.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 5
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

- Pemeriksaan Laboratorium:
Hematologi: - Hemoglobin : 10,4 g/dl ( N: 12-16 g/dl )

- Leukosit : 11.980 /µl ( N: 5000-10.000 /µl )

- Hematokrit : 32,9 % ( N: 37 – 43 %)

- Trombosit : 393.000 /µl ( N: 150.000-450.000/µl)

- Masa perdarahan : 1’ ( N: 1- 6’ )

- Masa pembekuan : 9’ ( N: 5-15’)

- Golongan darah : B / rh (+)

Kimia Darah: - GDS : 80 mg/dl

Fungsi Liver: - Protein Total : 6,1 g/dl ( N: 6-8 g/dl )

- Albumin : 4,1 g/dl ( N: 3-6 g/dl )

- Globulin : 2,0 g/dl ( N: 1,5-3,5 g/dl )

- SGOT/SGPT : 26 µ/l / 35 µ/l ( N: < 31 µ/l )

Fungsi Ginjal: - Ureum : 11 mg/dl ( N: 17-43 mg/dl )

- Kreatinin : 1,0 mg/dl ( N: 0,6-0,9 mg/dl )

Imunoserologi: - HbSAg : Non Reaktif

V. Resume
o Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada ulu hati yang dirasakan sejak ± 3 hari
sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri ulu hati dirasakan tiba-tiba, hilang-timbul,
nyeri menetap dan terasa sakit seperti ditusuk-tusuk. Pasien juga mengeluhkan sesak nafas
secara tiba-tiba pada ± 3 hari SMRS. Sesak dirasakan berkurang bila pasien tidur dengan
memakai 2 bantal kepala atau lebih. Saat ini pasien sedang hamil anak pertama dengan
usia kehamilan ± 16 minggu 5 hari.

o Pemeriksaan Fisik

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 6
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Vital Signs:
- kesadaran : Compos mentis
- keadaan umum : Sakit sedang
- tekanan darah : 110/80 mmHg
- nadi : 120 kali/menit (regular, equal, dan isi cukup)
- respirasi : 32 kali/menit (tipe Abdominotorakalis)
- suhu : 36 0C
- TB/BB : 159 cm/ 47 kg
- IMT : 18,59 kg/m2
Status Generalis:
- Hidung : Nafas cuping hidung (+)
- Thorak : Retraksi Trakea (+)
- Abdomen : Membuncit simetris, nyeri tekan epigastrium (+), konsistensi teraba kenyal.

Status Obstetri:
Perut membuncit dari simfisis pubis sampai prosesus xiphoideus, detak jantung janin
(+) dibawah umbilikus dengan frekuensi 135-145 kali/menit, ballotement (+).

o Pemeriksaan Laboratorium
- USG abdomen : terlihat gambaran kista ovarium pada ruang peritoneal.

- Pemeriksaan Laboratorium:
Hematologi: - Hemoglobin : 10,4 g/dl ( N: 12-16 g/dl )

- Leukosit : 11.980 /µl ( N: 5000-10.000 /µl )

- Hematokrit : 32,9 % ( N: 37 – 43 %)

Fungsi Liver: - SGPT : 35 µ/l ( N: < 31 µ/l )

Fungsi Ginjal: - Ureum : 11 mg/dl ( N: 17-43 mg/dl )

- Kreatinin : 1,0 mg/dl ( N: 0,6-0,9 mg/dl )

VI. Diagnosis
G1P0A0 hamil ± 16 minggu dengan kista ovarium.

VII. Rencana Pengelolaan


a. Edukasi pasien
b. Istirahat (bed rest)
c. Rencana Operasi
d. Pemeriksaan patologi anatomi jaringan post operasi

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 7
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

VIII. Prognosis
Ibu: - Quo ad vitam : dubia bonam
- Quo ad functionam : dubia bonam

Janin: - Quo ad vitam : dubia bonam


- Quo ad functionam : dubia bonam

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 8
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

IX. Follow Up
Rawat hari Ke-1 (21 Juli 2010)
Pagi Siang Malam
Keluhan
- Pusing, nyeri epigastrium, sesak nafas

Keadaan Umum
- Sakit Sedang Sakit Sedang

Kesadaran
- Compos Mentis Compos Mentis

Tekanan Darah
- 110/80 mmHg 110/80 mmHg

Nadi
- 120 x/m 120 x/m

Suhu
- 35,7 oC 36 oC

Pernafasan
- 28 x/m 32 x/m

Pmrx. Fisik Nafas cuping hidung, retraksi trakea, Perut


-
membuncit, Supel, Nyeri tekan epigastrium (+).
Diagnosis
- G1P0A0 H ± 16 minggu dengan kista ovarium

Penatalaksanaan Observasi TTV, IVFD D5% asnet, rencana operasi,


DC(-), SIO (+), Puasa (+), Cukur pubis (+).

Rawat hari ke-2 (22 Juli 2010)


Pagi Siang Malam
Keluhan Sesak nafas (-), pusing,
Sesak nafas, pusing Sesak nafas, pusing
nyeri ditempat jahitan.
Keadaan Umum
Sakit Sedang Sakit Sedang Sakit Sedang

Kesadaran
Compos Mentis Compos Mentis Compos Mentis

Tekanan Darah
90/70 mmHg 100/60 mmHg 110/70 mmHg

Nadi
84 x/m 72 x/m 76 x/m

Suhu
36 0C 36 oC 36,3 oC

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 9
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Pernafasan
24 x/m 20 x/m 24 x/m

Pmrx. Fisik
Perut membuncit, supel Perut membuncit, supel Perut datar, supel

G1P0A0 H ± 16 minggu
Diagnosis G1P0A0 H ± 16 minggu G1P0A0 H ± 16 minggu post-op laparotomi +
dengan kista ovarium dengan kista ovarium salpingotomi a/i kista
ovarium H+0
Observasi TTV, IVFD
D5% asnet, rencana
Penatalaksanaan
operasi, DC(+), SIO Persiapan operasi Terapi post operasi
(+), Puasa (+), Cukur
pubis (+).

Tanggal 22 Juli 2010 pukul 11.30 WIB dilaksanakan operasi terhadap pasien yang
bersifat elektif. Jenis Operasi : Laparotomi+salpingotomi.
Laporan Operasi :
1. Penderita dibaringkan terlentang diatas meja operasi dan dilakukan general anestesi
2. Dalam keadaan narkose dilakukan disinfeksi perut dan sekitarnya. Kemudian ditutup
oleh doek steril
3. Dilakukan incisi pada linea mediana pada abdomen sepanjang ± 10-15 cm dari bawah
pusat.
4. Dilakukan incisi secara tajam sampai ke peritoneum parietale, peritoneum dibuka,
tampak massa kistik.
5. Dilakukan eksplorasi laparotomi: uterus, tuba falopi, dan ovarium sinistra dalam batas
normal. Pada ovarium dextra tampak massa tumor kistik, permukaan licin dengan
ukuran 40 x 50 x 60 cm, dan diperkecil ukurannya dengan aspirasi cairan musin ± 10
ltr. Cairan musinosum sebagai massa tumor padat. Diagnosa: Kistoma ovarii suspect
keganasan.
6. Kavum abdomen dibersihkan dari sisa-sisa darah, cairan musin, dan bekuan darah.
7. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis sampai kulit. Kulit dijahit secara simpul
dengan sutera.
8. Luka operasi ditutup dengan kasa betadine
9. Operasi Selesai

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 10
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

KU Post operasi : TD 100/70 mmHg, N 84x/menit, R 20 x/menit, S 36,2 0C. Perdarahan


selama operasi ± 400 cc. Diuresis : ± 500 cc

Instruksi post-op : - Observasi TTV setiap 15 menit selama 2 jam, jika sistol < 90 mmHg
segera dilaporkan.
- Puasa sampai peristaltik (+)
- Infuse RL : D5% = 2 : 1 dengan kecepatan 30 tpm
- Cek Hb post op. jika Hb < 10 gr % maka dilakukan transfusi
- Hitung balance cairan
- Terapi post op: - Ceftriaxone Inj 2x1 gr drip dalam 100cc normosalin
- Alinamin inj 3x1 amp (IV)
- Vitamin C Inj. 2x1 amp (IV)
- Vitamin B comp. 2x2 cc (IM)
- Tramadol Inj. 3x1 amp (IV)
- Terapi simptomatik: - Inj. Ketorolac 3x30 mg (IV) bila sakit
- Inj. Ondansetron 4 mg (IV) bila mual-muntah

Rawat hari ke-3 (23 Juli 2010)


Pagi Siang Malam
Pusing, lemas, jantung Pusing, lemas, jantung
Keluhan pusing, nyeri ditempat
berdebar, insomnia, berdebar, nyeri
jahitan.
nyeri ditempat jahitan ditempat jahitan
Keadaan Umum
Sakit Sedang Sakit Sedang Sakit Sedang

Kesadaran
Compos Mentis Compos Mentis Compos Mentis

Tekanan Darah
100/60 mmHg 100/60 mmHg 110/70 mmHg

Nadi
84 x/m 92 x/m 88 x/m

Suhu
36 0C 36,5 oC 36,2 oC

Pernafasan
22 x/m 20 x/m 20 x/m

Pmrx. Fisik
Perut datar, supel Perut datar, supel Perut datar, supel

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 11
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Laboratorium
Hb = 8,8 g/dl Hb = 8,8 g/dl
Leu = 10.260/µl Leu = 10.260/µl
Hb post op (-)
Ht = 28,8 % Ht = 28,8 %
Trombo = 349.000/µl Trombo = 349.000/µl

Diagnosis G1P0A0 H ± 17 minggu post-op laparotomi + salpingotomi a/i kista ovarium


H+1
Penatalaksanaan Terapi lanjut + pro Terapi lanjut + pro
Terapi lanjut
transfusi 2 kolf transfusi 2 kolf

Rawat hari ke-4 (24 Juli 2010)


Pagi Siang Malam
Keluhan Pusing, lemas, nyeri pusing, lemas, nyeri
-
ditempat jahitan ditempat jahitan
Keadaan Umum
Sakit Sedang Sakit Sedang Sakit Sedang

Kesadaran
Compos Mentis Compos Mentis Compos Mentis

Tekanan Darah
100/70 mmHg 90/60 mmHg 100/70 mmHg

Nadi
72 x/m 72 x/m 72 x/m

Suhu
36,1 0C 36 oC 36 oC

Pernafasan
24 x/m 24 x/m 20 x/m

Pmrx. Fisik
Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal

Diagnosis G1P0A0 H ± 17 minggu post-op laparotomi + salpingotomi a/i kista ovarium


H+2
Terapi diganti oral:
Penatalaksanaan - Amox 3x500 mg
Terapi lanjut Terapi oral lanjut
- As. Mef 3x500 mg
- SF/B.Comp 3x1 tab

Rawat hari ke-5 (25 Juli 2010)

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 12
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Pagi Siang Malam


Keluhan
- - -

Keadaan Umum
Sakit Sedang Sakit Sedang Sakit Sedang

Kesadaran
Compos Mentis Compos Mentis Compos Mentis

Tekanan Darah
100/70 mmHg 100/60 mmHg 100/60 mmHg

Nadi
68 x/m 68 x/m 72 x/m

Suhu
36,1 0C 36,5 oC 37 oC

Pernafasan
24 x/m 24 x/m 24 x/m

Dalam batas normal,


Pmrx. Fisik
Dalam batas normal luka bekas jahitan Dalam batas normal
kering
Diagnosis G1P0A0 H ± 17 minggu post-op laparotomi + salpingotomi a/i kista ovarium
H+3
Terapi oral lanjut + Ca
Penatalaksanaan
Glukonas post transfusi Terapi oral lanjut Terapi oral lanjut
2 kolf

Rawat hari ke-6 (26 Juli 2010)


Pagi Siang
Keluhan
- -
Keadaan Umum
Baik Baik
Kesadaran
Compos Mentis Compos Mentis
Tekanan Darah
120/90 mmHg 110/70 mmHg
Nadi
82 x/m 84 x/m
Suhu
36,4 0C 36,4 oC
Pernafasan
22 x/m 22 x/m

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 13
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Pmrx. Fisik
Dalam batas normal Dalam batas normal
Laboratorium
Hb = 10,4 g/dl, Leu = 7.020/µl, Hb = 10,4 g/dl, Leu = 7.020/µl,
Ht = 32,8 %, Trombo = 315.000/µl Ht = 32,8 %, Trombo = 315.000/µl
Diagnosis
G1P0A0 H ± 17 minggu post-op laparotomi + salpingotomi a/i kista ovarium
H+4
Terapi rawat jalan:
- Amox 3x1 tab
- As. Mef 3x1 tab
Penatalaksanaan
Terapi oral lanjut Saran-saran:
- obat diminum secara teratur
- 3 hari lepas rawat kontrol ke poli
obgyn dengan membawa hasil PA.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 14
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Bab III
Pembahasan Kasus

I. Identifikasi
Pasien Ny. E, 21 tahun, datang ke poli Obgyn RSUD Cilegon pada tanggal 21 Juli
2010 pukul 10.00 WIB atas rujukan seorang bidan karena besarnya perut pasien tidak sesuai
dengan usia kehamilan. Berdasarkan pemeriksaan fisik, penderita dapat didiagnosis awal
dengan G1P0A0 dengan hamil aterm. Tetapi berdasarkan anamnesa, terdapat ketidaksesuaian
antara besarnya perut pasien dengan usia kehamilan.
Pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak ± 3 hari. Pasien juga mengeluhkan
sesak nafas yang dirasakan hampir bersamaan dengan munculnya keluhan nyeri ulu hati.
Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan penunjang
terhadap pasien. Dilakukan USG abdomen terhadap pasien, dan terlihat adanya kista
ovarium. Pasien didiagnosa dengan kista ovarium.
Setelah ditegakkan diagnosa, pasien dipersiapkan untuk dirawat diruang edelweis dan
direncanakan untuk operasi pengangkatan kista pada pasien.

II. Permasalahan
1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan terhadap penderita ini sudah adekuat?

III.Analisa Kasus
1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka
diagnosis awal pasien ini adalah kista ovarium. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan :
 Anamnesis:
- keluhan nyeri pada ulu hati yang tiba-tiba, hilang-timbul, nyeri menetap dan terasa
sakit seperti ditusuk-tusuk.
- keluhan sesak nafas secara tiba-tiba dan berkurang bila tidur dengan memakai 2
bantal kepala atau lebih.
- pasien sedang hamil G1P0A0 H ± 16+5 minggu yang besarnya perut pasien tidak
sesuai dengan usia kehamilannya.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 15
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

 Pemeriksaan Fisik:
- respirasi dengan tipe Abdominotorakalis, Nafas cuping hidung (+), Retraksi Trakea
(+), Abdomen membuncit simetris, nyeri tekan epigastrium (+), konsistensi
abdomen teraba kenyal.
 Pemeriksaan Laboratorium:
- USG abdomen : terlihat gambaran kista ovarium pada ruang peritoneal.

2. Apakah penatalaksanaan penderita ini sudah adekuat?


Jika dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor
non-neoplastik tidak, maka penatalaksanaan yang diberikan terhadap pasien sudah tepat.
Pada tumor yang non-neoplastik biasanya akan mengalami pengecilan secara spontan dan
menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat
ditemukan ovarium yang besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini hendaknya
diambil sikap untuk menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara mengadakan
pemeriksaan ginekologis berulang. Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam
pertumbuhan tumor tersebut, maka dapat disimpulkan kemungkinan besar tumor tersebut
bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan suatu pengobatan operatif.
Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik jinak adalah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi
bila tumornya besar atau ada komplikasi yang menyertai, perlu dilakukan pengangkatan
ovarium, yang biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi). Pada
saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah tumor ditemukan
pada satu atau pada kedua ovarium. Pada operasi tumor ovarium yang diangkat harus
segera dibuka untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat adalah histerektomi dan salpingo-
ooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin memiliki keturunan
dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 16
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Bab IV
Tinjauan Pustaka

I. Definisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan. Kista Ovarium (atau kista indung telur)
berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (Ovarium). Kista
indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause atau juga
selama masa kehamilan.

( Gambar: Kista pada ovarium )

II. Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya dimengerti,
tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan
dalam mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Beberapa dari literatur menyebutkan
bahwa penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk
berovulasi. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon
hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan
penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, karena itu terbentuk
kista di dalam ovarium.

III. Anatomi dan Histologi Ovarium


Anatomi
Ovarium pada seorang wanita dewasa sebesar ibu jari tangan dan terletak di kiri
dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan
uterus dengan ligamentum ovarii proprium. Pembuluh darah kedua ovarium melalui
ligamentum suspensorium ovarii. Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 17
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

latum. Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum.
Bagian ovarian kecil berada dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Disitu masuk
pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan
lapisan belakang ligamentum latum dan ovarium dinamakan mesovarium.

(Gambar: Organ reproduksi Wanita)

Histologi
Bagian ovarium yang berada di dalam cavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik-
silindrik, disebut epithelium germinativun. Dibawah epitel ini terdapat tunika albuginea
dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel – folikel primordial. Pada
wanita diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua
folikel, berkembang menjadi folikel de graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian
ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka
ragam, dan pula dalam tingkat – tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi
oleh satu lapisan sel-sel saja sampai folikel de graaf yang matang. Folikel yang matang ini
terisi dengan likuour folikuli yang mengandung estrogen, dan siap untuk berovulasi.

( Gambar: Histologi folikel De Graaf )


IV. Patofisiologi
Fungsi Ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon, dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium
tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa
dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 18
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium dan
menyebabkan kemandulan pada wanita.

( Gambar: Fisiologi menstruasi )

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 19
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

V. Gambaran Klinis Tumor jinak ovarium


Banyak tumor jinak ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
jinak ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan,
aktivitas endokrin, atau komplikasi dari tumor-tumor tersebut.
V.1 Akibat pertumbuhan
Adanya tumor didalam perut bagian bawah akan menyebabkan pembenjolan pada
perut dan tekanan pada alat-alat disekitarnya, yang hal tersebut dipengaruhi oleh
besarnya tumor dan posisinya didalam perut. Bila tumor berposisi didepan uterus, tumor
dapat menekan kandung kemih sehingga menimbulkan gangguan miksi. Selain gangguan
miksi, tekanan tumor juga dapat mengakibatkan obstipasi, dan edema tungkai. Bila
tumor berukuran besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak, dan lain-lain.

V.2 Akibat aktivitas hormonal


Pada umumnya tumor jinak ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor
itu sendiri mengeluarkan hormon.

V.3 Akibat komplikasi


Perdarahan ke dalam kista, bila dalam jumlah sedikit hanya akan menimbulkan
gejala klinis yang minimal. Tetapi bila terjadi dalam jumlah yang banyak, akan terjadi
distensi yang cepat dari kista sehingga menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor yang bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih dan ukurannya belum terlalu besar. Adanya putaran tangkai akan menimbulkan
tarikan pada ligamentum infundibulopelvik terhadap peritoneum parietale dan ini akan
menimbulkan rasa sakit.
Infeksi pada tumor, terjadi jika tumor berada didekat sumber kuman patogen. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan yang disusul dengan pernanahan.
Robekan dinding kista, biasanya terjadi karena torsi tangkai, akan tetapi dapat pula
terjadi karena trauma, dan persetubuhan. Kalau kista hanya mengandung cairan serosa,
rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang. Tetapi bila robekan
disertai perdarahan yang timbul secara akut, maka akan menimbulkan rasa nyeri yang
terus-menerus disertai tanda-tanda akut abdomen.
Perubahan keganasan, biasanya terjadi pada beberapa kista jinak. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pemeriksaan patologi anatomi setelah tumor tersebut diangkat. Adanya

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 20
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

asites perlu dicurigai adanya keganasan, sehingga akan memperkuat diagnosis


keganasan.

VI. Diagnosis Tumor Jinak Ovarium


Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor dirongga perut bagian bawah dan atau
dirongga panggul, maka setelah diteliti sifatnya (besarnya, lokalisasinya, permukaan,
konsistensi, dan mobilisasinya), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor
ovarium biasanya uterus dapat teraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium
terletak digaris tengah dalam rongga perut bagian bawah dan konsistensinya kistik, perlu
dipikirkan adanya kehamilan ataupun kandung kemih yang penuh. Pada pengambilan
anamnesis yang cermat dan disertai pemeriksaan tambahan, kemungkinan-kemungkinan
tersebut dapat disingkirkan.
Tumor-tumor yang bukan dari ovarium yang terletak didaerah pelvis ialah ginjal
ektopik, limpa bertangkai, dan tumor pada kolon sigmoideum. Pemeriksaan pielogram
intravena dan pemasukan bubur barium dalam kolon dapat membantu untuk menentukan ada
tidaknya kemungkinan tersebut.
Metode-metode seperti laparoskopi, ultrasonografi, foto roentgen, dan parasentesis
dapat menolong dalam pembuatan diagnosis yang tepat.

( Gambar: USG pada kista ovarium )

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 21
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

VII. Pemeriksaan Penunjang Tumor Jinak Ovarium


I. USG kista ovarium
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula
dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
Kista Ovarium terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan
terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi
belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini
dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-
kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang
berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
2. Transabdominal Sonogram
Transabdominal ultrasonography lebih baik dibandingkan endovaginal
ultrasonography untuk mengevaluasi besarnya massa serta struktur intra abdominal
lainnya, seperti ginjal, hati, dan asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram
dilakukan dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh.
3. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu. Dengan pemeriksaan ini
dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau
kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan
dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
4. Endovaginal Sonogram
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan/memperlihatkan secara detail struktur pelvis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam
keadaan vesica urinaria kosong.
5. MRI
MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan, serta
ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-Scan dapat pemberian
petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam
beberapa/banyak kasus. USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista
ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.

VIII. Diagnosis Banding Tumor Jinak Ovarium


Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja. Karena banyak penyakit
dengan gejala yang sama pada kista ovarium, seperti:
 Inflamasi Pelvic (PID)

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 22
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Pada pemeriksaan endovaginal sonogram, memperlihatkan secara relative


pembesaran ovarium kiri (pada pasien dengan keluhan nyeri).
 Endometriosis
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo
yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
 Kehamilan Ektopik
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba,
dengan dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada
pembuahan intrauterine.
 Kanker ovarium
Pada pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan ireguler
(gambar Ca.Ovarium stage II).

IX. Penatalaksanaan Tumor Jinak Ovarium


Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan
tumor non-neoplastik tidak. Pada tumor yang non-neoplastik biasanya akan mengalami
pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah
beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal
ini hendaknya diambil sikap untuk menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara
mengadakan pemeriksaan ginekologis berulang. Jika selama waktu observasi dilihat
peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, maka dapat disimpulkan kemungkinan besar
tumor tersebut bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan suatu pengobatan operatif.
Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik jinak adalah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi bila
tumornya besar atau ada komplikasi yang menyertai, perlu dilakukan pengangkatan ovarium,
yang biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi). Paada saat operasi
kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah tumor ditemukan pada satu atau
pada kedua ovarium. Pada operasi tumor ovarium yang diangkat harus segera dibuka untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat adalah histerektomi dan salpingo-
ooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin memiliki keturunan
dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

X. Tumor Neoplastik Jinak Ovarium Tipe Kistik


X.1 Kistoma ovarii simpleks
Kista ini memiliki permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan didalam kista jernih,

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 23
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel lapis kubik.
Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi disertai gejala-gejala yang
mendadak. Diduga kista ini merupakan suatu jenis kistadenoma serosum, yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi
terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang
dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada
keganasan.

X.2 Kistadenoma ovarii musinosum


Asal tumor ini masih belum diketahui dengan pasti. Menurut meyer, tumor ini
mungkin berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen-elemen lain. Ada juga pendapat yang mengatakan tumor ini berasal
dari epitel germinativum . Dan ada juga pendapat lain yang menduga tumor ini memiliki
asal yang sama dengan tumor Brenner.
Angka kejadian
Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii
serosum. Kedua tumor ini merupakan kira-kira 60% dari seluruh tumor ovarium,
sedangkan kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok
neoplasma ovarium. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita yang berusia antara
20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa prapubertas.
Gambaran klinik
Tumor ini lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu permukaan terlihat seperti
berlobus-lobus. Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar. Tumor biasanya
unilateral, tetapi terkadang dapat juga dijumpai yang bilateral. Kista menerima darahnya
melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat juga terjadi torsi yang dapat mengganggu
sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus,
dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini bila
terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif didalam kista. Pada pembukaan kista
terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat, dan berwarna kuning
sampai kecoklatan (hal ini tergantung percampurannya dengan darah). Jika terjadi
robekan pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan
peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma
peritonei. Akibat dari pseudomiksoma peritonei adalah timbulnya penyakit menahun
dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Pada kista kadang-

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 24
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut
perlu diteliti dengan seksama karena biasanya akan ditemukan tanda-tanda keganasan.
Keganasan ini kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.

( Gambar: kistadenoma ovarii musinosum )

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 25
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista yang dilapisi oleh epitel torak
tinggi dengan inti pada dasar sel; terdapat diantaranya sel-sel yang membundir karena
terisi lendir (goblet cells).

( Gambar: Patologi anatomi kistadenoma ovarii musinosum)


Penanganan
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup
besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan
pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada saat pengangkatan
kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya dengan in toto tanpa mengadakan
pungsi terlebih dahulu. Jika tumor berukuran besar, maka perlu dilakukan pungsi untuk
mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan
tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik
ditempat-tempat yang dicurigai keganasan.

X.3 Kistadenoma ovarii serosum


Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithelium).
Angka Kejadian
Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Kista ini agak lebih sering
ditemukan bilateral.

Gambaran Klinik
Bentuk kista ini umumnya unilokular, bila multilokular perlu dicurigai adanya
keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak akan sebesar kista musinosum. Warna
kista ini putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler
kedalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista
berupa cairan berwarna kuning, dan terkadang coklat karena campuran dengan darah.
Tidak jarang kistanya sendiri berukuran kecil, tetapi permukaannya penuh dengan

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 26
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

pertumbuhan papiler (solid papilloma). Pada umumnya sulit untuk membedakan


kistadenoma papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopik
pun tidak memberikan kepastian.
Perubahan Keganasan
Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta
anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik
digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara
kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Bila
pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka
prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun secara histopatologis pertumbuhan itu
mungkin jinak. Klinis kasus tersebut harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang
ganas (clinically malignant).
Terapi
Penatalaksanaan pada umumnya sama dengan kistadenoma ovarii musinosum. Hanya,
berhubung dengan lebih besaarnya potensi keganasan, maka perlu dilakukan
pemeriksaan yang teliti setelah tumor dikeluarkan.

X.4 Kista endometrioid


Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan yang licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini tidak
ada hubngannya dengan endometriosis ovarii.

X.5 Kista Dermoid


Sebenarnya kista dermoid adalah salah satu teratoma kistik yang jinak dimana
struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut,
gigi, dan produk glandula sebacea berwarna putih kuning menyerupai lemak lebih
menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Dinding kista keabu-abuan
dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi
perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid.

(Gambar: Kista dermoid)


Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut adalah bahwa
tumor berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis dari tumor

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 27
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

ini adalah nyeri mendadak yang dirasakan diperut bagian bawah karena torsi tangkai
kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum.
Penatalaksanaannya dengan pengangkatan kista dermoid bersama seluruh ovarium.

XI. Tumor Non-neoplastik Jinak Ovarium.


Kista Fungsional
Ini merupakan jenis kista Ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal
dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang
normal.
Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk
melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista
fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi.
Kista Fungsional terdiri dari : kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak
mengganggu. Tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6-8
minggu.
a. Kista Folikuler
Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat ovulasi
bilamana ada rangsangan LH (luteinizing Hormon). Pengeluaran hormon diatur oleh
kelenjar hipofisis di otak. Bilamana semuanya berjalan lancar sel telur akan
dilepaskan dan mulai perjalanannya ke saluran telur untuk dibuahi. Kista folikuler
terbentuk jika lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai,
sehingga folikel tidak pecah atau melepaskan sel telur dan bahkan folikel tumbuh
terus hingga menjadi sebuah kista. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang
menimbulkan nyeri dan sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus menstruasi.
b. Kista Korpus luteum
Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain
dimulai. Folikel kemudian beraksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon
Estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan.
Perubahan dalam folikel ini disebut sebagai korpus luteum. Tetapi kadang-kadang
setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan
mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan menjadi kista.
Meski kista ini biasanya hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu, tetapi
kista ini dapat tumbuh hingga 4-9 inci (10 cm) diameternya dan berpotensi untuk
berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul
atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista ini dapat pecah dan menyebabkan
perdarahan intestinal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 28
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

( Gambar: Siklus sel telur dalam ovarium )

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 29
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

XII. Tumor Jinak Ovarium Tipe Kistik Pada Kehamilan dan Persalinan
Tumor pada ovarium memiliki arti obstetrik yang penting. Ovarium merupakan
tempat yang sering ditumbuhi tumor. Berikut pengaruh tumor jinak ovarium terhadap
kehamilan dan persalinan:
 Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan
abortus, partus prematurus.
 Tumor yang bertangkai, karena pembesaaran dan pengecilan uterus pada saat
persalinan; dapat terjadi torsi dan menimbulkan rasa nyeri, nekrosis, dan infeksi yang
disebut akut abdomen.
 Dapat menyebabkan kelainan letak janin.
 Dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.
 Tumor yang besar dan berlokasi dibawah dapat menghalangi persalinan.
 Penanganan pada kehamilan:
o Tumor ovarium yang lebih besar dari telur angsa harus diangkat.
o Waktu yang tepat untuk operasi adalah antara kehamilan 16-20 minggu.
o Operasi yang dilakukan pada kehamilan dibawah 20 minggu harus diberikan
substitusi progesteron selama beberapa hari sebelum dan sesudah operasi.
o Operasi darurat bila terjadi torsi dan abdomen akut.
o Bila tumor agak besar dan posisinya menghalangi jalan lahir, maka
penanganan yang dilakukan adalah
a. coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa.
b. bila tidak berhasil, persalinan dilakukan secara sectio sesarea dan tumor
sekaligus diangkat.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 30
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Bab V
Kesimpulan

Kista Ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau setengah cair
yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Beberapa teori menyebutkan penyebabnya
adalah karena adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan
balik ovarium-hipotalamus. Manifestasi klinik kista ovarium antara lain sering tanpa gejala,
nyeri saat menstruasi, nyeri di perut bagian bawah. Pemeriksaan penunjang pada kista
ovarium antara lain dengan USG dan Laparoskopi. Pengobatannya apabila tumor tidak
memberikan gejala, dan ukuran tumor < 5 cm kemungkinan kista tesebut adalah kista folikel
dan kista korpus luteum yang akan hilang secara spontan. Tindakan operasi pada tumor
ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi
pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada
komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan
tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah
histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 31
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, W., Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
2003:729-730.
2. Kumar, Robins. Ovarium dalam Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC.2002 :
390-393.
3. Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Jakarta. Penerbit Bina
Pustaka.2005: 346-361.
4. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Media Aesculapuis.
Jakarta : 388-389.
5. Rustam Mochtar, Prof., Dr., MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi 2, EGC,
Jakarta,1998, hal 135-136.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 32

You might also like