You are on page 1of 9

Meningkatnya Tren Bayi Tabung di Indonesia

Oleh: Scholastica Gerintya - 23 Maret 2017

Tingkat keinginan pasangan Indonesia untuk memiliki anak tergolong tinggi. Lebih dari setengahnya
bahkan menginginkan anak lebih dari satu, meski tren jumlah pasangan yang ingin menambah anak
menurun.

Pada umumnya, anak menjadi dambaan pasangan yang sudah menikah. Namun, tak semua pasangan
bisa segera punya momongan. Ada yang pasrah dengan buah hati yang tak kunjung hadir, tetapi ada
pula yang berusaha keras, termasuk dengan mengikuti program bayi tabung.

Sekjen Perhimpunan Fertilitas In Vitro Indonesia (PERFITRI), Budi Wiweko, mengatakan terdapat empat
juta pasangan usia subur yang mengalami gangguan kesuburan. Gangguan kesuburan atau infertil
adalah ketidakmampuan hamil dalam satu tahun setelah secara teratur menjalani hubungan intim tanpa
alat kontrasepsi.

Pada 2002-2003, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), memperlihatkan terdapat 1,6
persen wanita menikah yang mengalami masalah kesuburan. Secara umum, tingkat infertilitas pada
kelompok laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan infertilitas pada perempuan. Pada 2007, tercatat
sebanyak 3,7 persen pria menikah mengalami gangguan kesuburan, lebih tinggi dari wanita yang hanya
1,2 persen. Pada 2012, proporsi pria dan wanita yang mengalami gangguan kesuburan tak berbeda jauh,
pria pada tingkat 1,2 persen dan wanita 1,1 persen.
Apabila dilihat lebih mendalam, persentase mereka yang sudah menikah dan tidak dapat hamil berada
di atas tingkat infertilitas. Pada 2002-2003, 5 persen perempuan menikah menyatakan tidak dapat
memiliki anak. Nilai ini menurun menjadi 2,3 persen pada 2012. Sebaliknya, proporsi pria menikah yang
tidak dapat memiliki anak meningkat dari 2,5 persen pada 2007 menjadi 3,8 persen pada 2012.
Menariknya, tingkat keinginan untuk memiliki anak (desire for children) di Indonesia tergolong tinggi.
Pada kelompok laki-laki dan perempuan yang sudah menikah dan tidak memiliki anak tetapi ingin segera
memiliki anak, memperlihatkan persentase yang tinggi. Khususnya pada kelompok perempuan, dari
tahun 2007 hingga 2012, angka tersebut meningkat dari 83,2% menjadi 83,9%. Bahkan keinginan
perempuan untuk memiliki anak lagi juga meningkat sebesar 2,4%. Demikian juga dengan kelompok laki-
laki yang telah memiliki satu anak, keinginan untuk memiliki anak dengan segera meningkat dari 21,7%
menjadi 24,0%.
SDKI juga mencatat keinginan pasangan untuk memiliki anak lagi dalam rentang waktu 2 tahun
tergolong tinggi. Baik pada kelompok laki-laki dan perempuan yang telah memiliki satu anak, tingkat
keinginan untuk menambah anak masih di atas 50 persen. Bahkan, pada pasangan yang telah memiliki
dua anak pun, tingkat keinginan untuk menambah anak rata-rata masih berada di atas 20 persen.

Meskipun demikian, terlihat tren penurunan dari pasangan yang memiliki keinginan untuk menambah
anak. Salah satu penyebabnya adalah ketidakpastian keadaan ekonomi, dengan biaya membesarkan
anak cukup besar.
Tingginya keinginan untuk memiliki anak membuat teknologi bayi tabung menjadi opsi alternatif. Bayi
tabung atau in vitro fertilization (IVF) merupakan salah satu prosedur bantuan teknologi untuk mencapai
kehamilan yang termasuk dalam Assisted Reproduction Technology (ART). Selain bayi tabung, yang
termasuk ART adalah fertility medication (pengobatan kesuburan) dan surrogacy (ibu pengganti).

Di Indonesia, teknik bayi tabung mulai dikenal sejak tahun 1980an. Teknik ini pertama kali berhasil
dilakukan pada 1988 yang ditandai dengan kelahiran Nugroho Karyanto, hasil bayi tabung pertama, pada
2 Mei 1988. Rumah Sakit pertama yang menggunakan teknik bayi tabung adalah RS Anak dan Bersalin
Harapan Kita, Jakarta.

Setiap tahunnya, tren bayi tabung semakin meningkat. Berdasarkan data PERFITRI, pada 2009, siklus
bayi tabung di Indonesia masih di bawah 1.000 dan meningkat hingga mencapai 2.627 siklus pada 2010.
Pada 2015, siklus penggunaan bayi tabung tumbuh 21,98 persen dari 4.827 siklus pada 2014 menjadi
5.888 siklus pada 2015. Tren ini semakin menunjukkan bahwa bayi tabung merupakan pilihan yang
paling diminati pasangan menikah di Indonesia untuk memiliki anak.
Berdasarkan usia penggunanya, kelompok usia di bawah 35 tahun merupakan yang paling banyak
menggunakan ART di Indonesia (48,85 persen). Sedangkan, kelompok usia di atas 40 tahun yang
menggunakan ART untuk kehamilan hanya 13,15 persen.

Secara umum, tingkat keberhasilan ART di Indonesia pada 2015 adalah sebesar 30,17 persen. Tingkat
keberhasilan tertinggi berada pada kelompok usia di bawah 35 tahun dengan proporsi sebesar 36,9
persen yang berhasil mengandung. Sedangkan, tingkat keberhasilan terendah berada pada usia lebih
dari 42 tahun yaitu sebesar 6,4 persen yang berhasil mengandung. Hal ini menunjukkan bahwa salah
satu yang memengaruhi keberhasilan teknik ART adalah usia.
Melalui prosedur ART, kemungkinan memiliki anak kembar dua atau lebih juga lebih tinggi. Pada 2015,
sebanyak 14,29 persen dari keberhasilan kehamilan melalui ART berhasil mendapatkan anak kembar
dua. Peserta ART yang berusia di bawah 35 tahun menjadi kelompok dengan keberhasilan mengandung
anak kembar 2 tertinggi (16,8 persen).

Masih tingginya keinginan memiliki anak di Indonesia merupakan salah satu indikasi program bayi
tabung masih akan menjadi pilihan penduduk yang memiliki masalah kesuburan. Karenanya, pemerintah
maupun pengelola rumah sakit perlu untuk memberikan perhatian bagi ketersediaan klinik bayi tabung.
Sehingga, masyarakat tak perlu sampai keluar negeri untuk melakukan program bayi tabung.

You might also like