You are on page 1of 28

Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi

Kista Ovarium

Bab I
PENDAHULUAN

Semua jenis massa ovarium dapat menjadi penyulit dalam kehamilan. Insiden tumor
dan kista bervariasi sesuai kelompok usia yang diteliti, serta pemakaian sonografi rutin
selama kehamilan. Katz dkk (1993) mendapat kan insiden rata-rata massa adneksa sebesar 1
dalam 200 kehamilan. Whitecar dkk. (1999) melaporkan insiden rata-rata massa yang
memerlukan laparatomi sebesar 1 dalam 1300 kehamilan. Koonings dkk. (1988) melaporkan
adanya satu neoplasma adneksa untuk setiap 197 seksio sesarea.
Tumor ovarium yang tersering adalah tumor kistik. Whitecar dkk. (1999) melaporkan
130 kasus massa adneksa yang didiagnosis selama kehamilan, 30 % adalah teratoma kistik,
28% kistaadenoma serosa atau musinosa, 13% kista korpus luteum, 7% lainnya adalah kista
jinak. Menurut Comerci dkk. (1994), separuh dari 27 teratoma kistik matang selama
kehamilan dijumpai saat seksio sesarea.
USG merupakan modalitas utama yang digunakan untuk mendeteksi massa ovarium
dan untuk menilai risiko keganasan. Tumot marker digunakan untuk memantau status
penyakit paska pengobatan daripada menegakkan diagnosis karena dapat meningkat karena
kehamilan itu sendiri.
Penyulit paling sering dan paling serius dari kista ovarium jinak selama masa
kehamilan ialah torsio. Torsio menjadi penyulit pada 5 persen dari 130 massa adneksa. Torsio
paling sering terjadi pada trimester pertama, dan dapat menyebabkan rupture kista ke dalam
rongga peritoneum. Rupture kista juga dapat terjadi saat persalinan atau pelahiran secara
bedah. Apabila menghambat panggul tumor dapat menjadi rupture uteri.
Intervensi bedah dilakukan pada tumor yang besar atau yang menimbulkan gejala atau
yang mengarah ke suatu keganasan pada tes pencitraan. Tindakan bedah konservatif
diindikasikan untuk tumor jinak dan tumor ovarium borderline sedangkan yang lebih agresif
diindikasikan untuk yang tumor ovarium yang ganas dan untuk menentukan staging dari
tumor itu sendiri.

Bab II

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 1
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

PRESENTASI KASUS KISTA OVARIUM


KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI-GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SERANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

Topik : Kista Ovarium


Penyusun : Dea Ardelia Putri

I. Identitas Pasien
- Nama : Ny. N
- Usia : 56 tahun
- Pendidikan : Sekolah Dasar ( Lulus )
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Nama Suami : Tn. M
- Pekerjaan Suami : Wiraswasta
- Agama : Islam
- Alamat : Kp. Cibandos, RT005/002, Kel. Cokopsulanja, Kec. Waringin
kurung, Kab. Kodya, Serang, Prov. Banten
- No. CM : 30 64 93
- Tanggal Masuk : 23 April 2018 14:12
- Ruang Rawat : Ruang Wijaya Kusuma

II. Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 24 April 2018 pukul 06.15 WIB.

o Keluhan Utama:
Benjolan di perut yang semakin membesar

o Keluhan Tambahan:
Nyeri perut terutama saat haid

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 2
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

o Riwayat Kehamilan Sekarang:


Pasien datang ke RS melalui poliklinik kandungan dengan keluhan muncul benjolan
di perut yang semakin membesar sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan awalnya muncul di
sebelah kanan bawah perut dan hanya seukuran bola ping-pong namun makin membesar
dalam 1 tahun ini. Awal muncul benjolan pasien tidak pernah berobat kemanapun.
Pasien juga mengeluhkan nyeri perut terutama pada daerah benjolan yang muncul
sejak terdapat benjolan. Nyeri dirasakan hilang timbul dan dirasakan ter-nyeri saat
menstruasi.
Keluhan demam, mual-muntah, gangguan pencernaan, dan gangguan menstruasi
disangkal oleh pasien. Pasien juga menyatakan tidak memiliki kebiasaan merokok dan
meminum alkohol. Pasien juga menyangkal ada sakit ataupun keluhan yang berarti
sebelumnya.

o Riwayat Haid:
- Menarche : 10 tahun
- Siklus Haid : ± 28 hari, teratur
- Lama Haid : ± 6 hari
- Banyaknya haid : 2x ganti pembalut / hari
- Dismenorhea :(+)
o Riwayat Perkawinan:
Pernikahan sekarang merupakan yang ketiga dengan lama pernikahan 18 tahun. Usia
saat menikah pertama kali adalah 14 tahun.

o Riwayat Kehamilan dan Persalinan Terdahulu:


P1+1A0
1. Pasien lupa kapan melahirkan, Spontan di bantu dukun di rumah, Perempuan, meninggal
o Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertensi (+) Keluhn lain seperti, kencing manis, penyakit jantung, ginjal, epilepsi
dan asma disangkal oleh pasien.

o Riwayat Penyakit Keluarga:


Pasien menyangkal adanya anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit darah
tinggi, kencing manis, penyakit jantung, ginjal, epilepsi dan asma.

o Riwayat Kontrasepsi:
Pasien mengaku tidak mengikuti program KB

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 3
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

III. Pemeriksaan Fisik


Dilakukan pada tanggal 24 April 2018 pukul 06.15 WIB

o Vital Signs:
- kesadaran : Compos mentis
- keadaan umum : Sakit sedang
- tekanan darah : 130/90 mmHg
- nadi : 81 kali/menit
- respirasi : 21 kali/menit
- suhu : 36,5 0C

Status Generalis:
- Kulit : Berwarna coklat, tidak terdapat kelainan warna kulit, tidak terlihat ikterik,
suhu afebris, dan turgor kulit baik.
- Kepala : Bentuk oval, simetris, ekspresi wajah terlihat sakit.
- Rambut : Ikal, hitam, tumbuh sepanjang bahu, lebat, tidak mudah dicabut.
- Alis : hitam, tumbuh tipis, tidak mudah dicabut.
- Mata : tidak exopthalmus, tidak enopthalmus, konjunctiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, lensa jernih, pupil bulat dan isokor, pergerakan bola mata
baik.
- Hidung : tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak deviasi septum, tidak ada sekret,
dan tidak hiperemis.
- Telinga : tidak terlihat adanya sekret di liang telinga, dan tidak hiperemis.
- Mulut : bibir tidak sianosis, gigi geligi lengkap, gusi tidak hipertropi, lidah tidak
kotor, mukosa mulut basah, tidak terdapat hiperemis oral dan tonsil T1-T1
tidak hiperemis.
- Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tidak terdapat
pembesaran tiroid, trakea tidak deviasi, dan Jugular Venous Pressure
bernilai 5 ± 2 cmH2O.
- Thoraks : Normal, Simetris kiri dan kanan.
Paru-paru : Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri pada saat
statis dan dinamis, dan tidak terdapat retraksi trakea.
Palpasi : Stem fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : vesikuler kanan dan kiri, tidak terdapat rhonki, dan tidak
terdapat wheezing

Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat


Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 4
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan


Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat murmur dan
bunyi derap.
- Abdomen : Inspeksi : tampak benjolan di regio bawah perut, warna sama dengan
sekitar.
Auskultasi: bising usus normal, bising aorta abdominalis terdengar.
Palpasi : Teraba benjolan berukuran 25x24cm, permukaan rata, keras,
immobile, Nyeri tekan (+) .
Perkusi : suara tymphani dilapang abdomen, dan tidak terdapat nyeri
ketuk.

- Ekstrimitas : Akral hangat, cappilary refill kurang dari 2 detik, kekuatan otot
tidak terdapat udem di ke-empat ekstrimitas. 5 5
- Refleks fisiologis dan patologis : tidak dilakukan pemeriksaan. 5 5

IV. Pemeriksaan Penunjang


- USG abdomen : terlihat gambaran kista ovarium dengan grass root appearance. Ukuran
kista 16,02cm x 11,02 cm.

- Pemeriksaan Laboratorium:
Hematologi: - Hemoglobin : 12,1 g/dl ( N: 12-15,3 g/dl )

- Leukosit : 14.500 /µl ( N: 4400-11.300 /µl )

- Hematokrit : 36,7 % ( N: 35 – 47 %)

- Trombosit : 354.000 /µl ( N: 140.000-440.000/µl)

- Masa perdarahan : 1’ ( N: 1- 6’ )

- Masa pembekuan : 6’ ( N: 5-15’)

Fungsi Liver: - Protein Total : 6,4 g/dl ( N: 6,4-8,3 g/dl )

- Albumin : 3,3 g/dl ( N: 4-5,5 g/dl )

- Globulin : 3,1 g/dl ( N: 3,2-3,7 g/dl )

Imunoserologi: - HbSAg : Non Reaktif

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 5
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

V. Resume
o Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan muncul benjolan di perut yang semakin membesar sejak 1
tahun yang lalu. Benjolan makin membesar dalam 1 tahun ini. Pasien juga mengeluhkan
nyeri perut terutama pada daerah benjolan yang muncul sejak terdapat benjolan. Nyeri
dirasakan hilang timbul dan dirasakan ter-nyeri saat menstruasi.

o Pemeriksaan Fisik
Vital Signs:
- kesadaran : Compos mentis
- keadaan umum : Sakit sedang
- tekanan darah : 130/90 mmHg
- nadi : 81 kali/menit
- respirasi : 21 kali/menit
- suhu : 36,5 0C
Status Generalis:
- Abdomen : Inspeksi : tampak benjolan di regio bawah perut, warna sama dengan
sekitar.
Auskultasi: bising usus normal, bising aorta abdominalis terdengar.
Palpasi : Teraba benjolan berukuran 25x24cm, permukaan rata, keras,
immobile, Nyeri tekan (+) .
Perkusi : suara tymphani dilapang abdomen, dan tidak terdapat nyeri
ketuk.

o Pemeriksaan Laboratorium
- USG abdomen : terlihat gambaran kista ovarium dengan grass root appearance. Ukuran
kista 16,02cm x 11,02 cm.

- Pemeriksaan Laboratorium:
Hematologi: - Leukosit : 14.500 /µl ( N: 4400-11.300 /µl )

Fungsi Liver: - Albumin : 3,3 g/dl ( N: 4-5,5 g/dl )

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 6
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

- Globulin : 3,1 g/dl ( N: 3,2-3,7 g/dl )

Imunoserologi: - HbSAg : Non Reaktif

VI. Diagnosis
P1A0 dengan kista ovarium permagna dextra

VII. Rencana Pengobatan


a. Edukasi pasien
b. Istirahat (bed rest)
c. Rencana Operasi
d. Pemeriksaan patologi anatomi jaringan post operasi

VIII. Prognosis
Ibu: - Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 7
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

IX. Follow Up
Rawat hari Ke-1 (24 April 2018)
Follow Up
Keluhan
Nyeri perut bawah

Keadaan Umum
Sakit Sedang

Kesadaran
Compos Mentis

Tekanan Darah
130/80 mmHg

Nadi
84 x/m

Suhu
36,6 0C

Pernafasan
21 x/m

Pmrx. Fisik
Perut membuncit, teraba masa luas

Diagnosis
P1A0 dengan kista ovarium

Penatalaksanaan Observasi TTV, IVFD RL asnet, rencana operasi , SIO (+), Cukur
pubis (+), pro laparotomi

Rawat hari ke-2 (25 April 2018)


Follow Up
Keluhan
Nyeri perut bawah

Keadaan Umum
Sakit Sedang

Kesadaran
Compos Mentis

Tekanan Darah
140/100 mmHg

Nadi
87 x/m

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 8
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Suhu
36,5 0C

Pernafasan
20 x/m

Pmrx. Fisik
Perut membuncit, supel

Diagnosis
P1A0 dengan kista ovarium

Penatalaksanaan Observasi TTV, IVFD RL asnet, rencana operasi , SIO (+), Puasa
(+), Cukur pubis (+), pro laparotomi

Tanggal 25 April 2018 pukul 12.15 WIB dilaksanakan operasi terhadap pasien yang
bersifat elektif. Jenis Operasi : Laparotomi+salpingoovorokistektomi.
Laporan Operasi :
1. Penderita dibaringkan terlentang diatas meja operasi dan dilakukan general anestesi
2. Dalam keadaan narkose dilakukan disinfeksi perut dan sekitarnya. Kemudian ditutup
oleh doek steril
3. Dilakukan incisi pada linea mediana pada abdomen sepanjang ± 10-15 cm dari bawah
pusat.
4. Dilakukan incisi secara tajam sampai ke peritoneum parietale, peritoneum dibuka,
tampak massa kistik.
5. Dilakukan eksplorasi laparotomi: uterus, tuba falopi, dan ovarium sinistra dalam batas
normal. Pada ovarium dextra tampak massa tumor kistik, permukaan licin dengan
ukuran 24 x 25 x 20 cm, dan diperkecil ukurannya dengan aspirasi cairan musin ± 1
ltr. Cairan musinosum berwarna kehitaman. Diagnosa: Kistoma ovarii permagna
dextra suspect keganasan.
6. Kavum abdomen dibersihkan dari sisa-sisa darah, cairan musin, dan bekuan darah.
7. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis sampai kulit. Kulit dijahit secara simpul
dengan sutera.
8. Luka operasi ditutup dengan kasa betadine
9. Operasi Selesai
Instruksi post-op : - Puasa sampai peristaltik (+)
- Infuse RL 20 tpm

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 9
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

- Terapi post op: - Ceftriaxone Inj 2x1 gr drip


- Tramadol Inj. 3x1 amp (IV)

Rawat hari ke-3 (26 April 2018)


Follow Up
Keluhan
Nyeri luka post op, Nyeri ulu hati

Keadaan Umum
Sakit Sedang

Kesadaran
Compos Mentis

Tekanan Darah
120/70 mmHg

Nadi
86 x/m

Suhu
36,6 0C

Pernafasan
19 x/m

Pmrx. Fisik Luka post op tertutup kasa, terpasang drain dengan isi 100cc
darah, aktif produksi, luka rembes (+) minimal, Nyeri tekan (+)
Diagnosis Post laparotomi + salfingoovorokistektomi a/i kista ovarium
permagna dextra hari ke-1
Cefrtiaxone iv 2 x 1 gr
Penatalaksanaan
Tramadol iv 3 x 1 amp
Ranitidin iv 2 x 1 amp

Rawat hari ke-4 (27 April 2018)


Follow Up

Keluhan Nyeri luka post op berkurang

Keadaan Umum Sakit Sedang

Kesadaran Compos Mentis

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 10
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Tekanan Darah 120/80 mmHg

Nadi 89 x/m

Suhu 36,7 0C

Pernafasan 20 x/m

Pmrx. Fisik Luka post op tertutup kasa, terpasang drain isi kosong, tidak aktif
produksi, luka rembes (-) , Nyeri tekan (+)

Diagnosis Post laparotomi + salfingoovorokistektomi a/i kista ovarium


permagna dextra hari ke-2

Cefrtiaxone iv 2 x 1 gr
Tramadol iv 3 x 1 amp
Penatalaksanaan
Ranitidin iv 2 x 1 amp

Aff Drain, mobilisasi

Rawat hari ke-5 (28 April 2018)


Follow Up

Keluhan Nyeri luka post op berkurang

Keadaan Umum Sakit Sedang

Kesadaran Compos Mentis

Tekanan Darah 120/80 mmHg

Nadi 90 x/m

Suhu 36,6 0C

Pernafasan 20 x/m

Pmrx. Fisik Luka post op tertutup kasa, luka rembes (-) , Luka sudah kering,

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 11
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Nyeri tekan (+)

Diagnosis Post laparotomi + salfingoovorokistektomi a/i kista ovarium


permagna dextra hari ke-3

Pasien boleh pulang, Terapi rawat jalan:


- Amox 3x1 tab
- As. Mef 3x1 tab
Penatalaksanaan - Hemafort 1 x 1tab
Saran-saran:
- obat diminum secara teratur
- 3 hari lepas rawat kontrol ke poli obgyn dengan membawa hasil
PA
Bab III
Pembahasan Kasus

I. Permasalahan
1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan terhadap penderita ini sudah adekuat?

II. Analisa Kasus


1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka
diagnosis awal pasien ini adalah kista ovarium. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan :
 Anamnesis:
- keluhan nyeri bawah perut, hilang-timbul, dan paling terasa nyeri saat haid
- Muncul benjolan yang makin lama makin membesar semenjak 1 tahun terakhir
 Pemeriksaan Fisik:
Pada abdomen tampak benjolan di regio bawah perut, warna sama dengan sekitar,
benjolan berukuran 25x24cm, permukaan rata, keras, immobile, Nyeri tekan (+) .
 Pemeriksaan Laboratorium:
- USG abdomen: terlihat gambaran kista ovarium dengan grass root appearance.
Ukuran kista 16,02cm x 11,02 cm.

2. Apakah penatalaksanaan penderita ini sudah adekuat?

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 12
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Jika dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor
non-neoplastik tidak, maka penatalaksanaan yang diberikan terhadap pasien sudah tepat.
Pada tumor yang non-neoplastik biasanya akan mengalami pengecilan secara spontan dan
menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat
ditemukan ovarium yang besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini hendaknya
diambil sikap untuk menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara mengadakan
pemeriksaan ginekologis berulang. Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam
pertumbuhan tumor tersebut, maka dapat disimpulkan kemungkinan besar tumor tersebut
bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan suatu pengobatan operatif.
Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik jinak adalah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi
bila tumornya besar atau ada komplikasi yang menyertai, perlu dilakukan pengangkatan
ovarium, yang biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi). Pada
saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah tumor ditemukan
pada satu atau pada kedua ovarium. Pada operasi tumor ovarium yang diangkat harus
segera dibuka untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat adalah histerektomi dan salpingo-
ooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin memiliki keturunan
dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 13
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Bab IV
Tinjauan Pustaka

I. Definisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan. Kista Ovarium (atau kista indung telur)
berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (Ovarium). Kista
indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause atau juga
selama masa kehamilan.

( Gambar: Kista pada ovarium )

II. Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya dimengerti,
tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan
dalam mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Beberapa dari literatur menyebutkan
bahwa penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk
berovulasi. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon
hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan
penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, karena itu terbentuk
kista di dalam ovarium.

III. Anatomi dan Histologi Ovarium


Anatomi
Ovarium pada seorang wanita dewasa sebesar ibu jari tangan dan terletak di kiri
dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan
uterus dengan ligamentum ovarii proprium. Pembuluh darah kedua ovarium melalui

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 14
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

ligamentum suspensorium ovarii. Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum


latum. Sebagian besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum.
Bagian ovarian kecil berada dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Disitu masuk
pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan
lapisan belakang ligamentum latum dan ovarium dinamakan mesovarium.

(Gambar: Organ reproduksi Wanita)

Histologi
Bagian ovarium yang berada di dalam cavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik-
silindrik, disebut epithelium germinativun. Dibawah epitel ini terdapat tunika albuginea
dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel – folikel primordial. Pada
wanita diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua
folikel, berkembang menjadi folikel de graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian
ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka
ragam, dan pula dalam tingkat – tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi
oleh satu lapisan sel-sel saja sampai folikel de graaf yang matang. Folikel yang matang ini
terisi dengan likuour folikuli yang mengandung estrogen, dan siap untuk berovulasi.

( Gambar: Histologi folikel De Graaf )


IV. Patofisiologi
Fungsi Ovarium yang normal
tergantung kepada sejumlah hormon,

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 15
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal
kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam
ovarium dan menyebabkan kemandulan pada wanita.

( Gambar: Fisiologi menstruasi )

V. Gambaran Klinis Tumor jinak ovarium


Banyak tumor jinak ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor
jinak ovarium yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan,
aktivitas endokrin, atau komplikasi dari tumor-tumor tersebut.
V.1 Akibat pertumbuhan
Adanya tumor didalam perut bagian bawah akan menyebabkan pembenjolan pada
perut dan tekanan pada alat-alat disekitarnya, yang hal tersebut dipengaruhi oleh

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 16
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

besarnya tumor dan posisinya didalam perut. Bila tumor berposisi didepan uterus, tumor
dapat menekan kandung kemih sehingga menimbulkan gangguan miksi. Selain gangguan
miksi, tekanan tumor juga dapat mengakibatkan obstipasi, dan edema tungkai. Bila
tumor berukuran besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak, dan lain-lain.

V.2 Akibat aktivitas hormonal


Pada umumnya tumor jinak ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor
itu sendiri mengeluarkan hormon.

V.3 Akibat komplikasi


Perdarahan ke dalam kista, bila dalam jumlah sedikit hanya akan menimbulkan
gejala klinis yang minimal. Tetapi bila terjadi dalam jumlah yang banyak, akan terjadi
distensi yang cepat dari kista sehingga menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor yang bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih dan ukurannya belum terlalu besar. Adanya putaran tangkai akan menimbulkan
tarikan pada ligamentum infundibulopelvik terhadap peritoneum parietale dan ini akan
menimbulkan rasa sakit.
Infeksi pada tumor, terjadi jika tumor berada didekat sumber kuman patogen. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan yang disusul dengan pernanahan.
Robekan dinding kista, biasanya terjadi karena torsi tangkai, akan tetapi dapat pula
terjadi karena trauma, dan persetubuhan. Kalau kista hanya mengandung cairan serosa,
rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera mengurang. Tetapi bila robekan
disertai perdarahan yang timbul secara akut, maka akan menimbulkan rasa nyeri yang
terus-menerus disertai tanda-tanda akut abdomen.
Perubahan keganasan, biasanya terjadi pada beberapa kista jinak. Oleh sebab itu
perlu dilakukan pemeriksaan patologi anatomi setelah tumor tersebut diangkat. Adanya
asites perlu dicurigai adanya keganasan, sehingga akan memperkuat diagnosis
keganasan.

VI. Diagnosis Tumor Jinak Ovarium


Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor dirongga perut bagian bawah dan atau
dirongga panggul, maka setelah diteliti sifatnya (besarnya, lokalisasinya, permukaan,

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 17
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

konsistensi, dan mobilisasinya), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor
ovarium biasanya uterus dapat teraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium
terletak digaris tengah dalam rongga perut bagian bawah dan konsistensinya kistik, perlu
dipikirkan adanya kehamilan ataupun kandung kemih yang penuh. Pada pengambilan
anamnesis yang cermat dan disertai pemeriksaan tambahan, kemungkinan-kemungkinan
tersebut dapat disingkirkan.
Tumor-tumor yang bukan dari ovarium yang terletak didaerah pelvis ialah ginjal
ektopik, limpa bertangkai, dan tumor pada kolon sigmoideum. Pemeriksaan pielogram
intravena dan pemasukan bubur barium dalam kolon dapat membantu untuk menentukan ada
tidaknya kemungkinan tersebut.
Metode-metode seperti laparoskopi, ultrasonografi, foto roentgen, dan parasentesis
dapat menolong dalam pembuatan diagnosis yang tepat.

( Gambar: USG pada kista ovarium )

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 18
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

VII. Pemeriksaan Penunjang Tumor Jinak Ovarium


I. USG kista ovarium
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal
dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula
dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
Kista Ovarium terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan
terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang tipis/tegas/licin, dan di tepi
belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini
dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-
kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang
berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
2. Transabdominal Sonogram
Transabdominal ultrasonography lebih baik dibandingkan endovaginal
ultrasonography untuk mengevaluasi besarnya massa serta struktur intra abdominal
lainnya, seperti ginjal, hati, dan asites. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram
dilakukan dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh.
3. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari
ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu. Dengan pemeriksaan ini
dapat ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau
kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan
dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
4. Endovaginal Sonogram
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan/memperlihatkan secara detail struktur pelvis.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam
keadaan vesica urinaria kosong.
5. MRI
MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan, serta
ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-Scan dapat pemberian
petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam
beberapa/banyak kasus. USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista
ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-Scan.

VIII. Diagnosis Banding Tumor Jinak Ovarium


Diagnosis pasti tidak dapat dilihat dari gejala-gejala saja. Karena banyak penyakit
dengan gejala yang sama pada kista ovarium, seperti:
 Inflamasi Pelvic (PID)

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 19
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Pada pemeriksaan endovaginal sonogram, memperlihatkan secara relative


pembesaran ovarium kiri (pada pasien dengan keluhan nyeri).
 Endometriosis
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram tampak karakteristik yang difus, echo
yang rendah sehingga memberikan kesan yang padat.
 Kehamilan Ektopik
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba,
dengan dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada
pembuahan intrauterine.
 Kanker ovarium
Pada pemeriksaan transvaginal ultrasound di dapatkan dinding tebal dan ireguler
(gambar Ca.Ovarium stage II).

IX. Penatalaksanaan Tumor Jinak Ovarium


Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan
tumor non-neoplastik tidak. Pada tumor yang non-neoplastik biasanya akan mengalami
pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah
beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal
ini hendaknya diambil sikap untuk menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara
mengadakan pemeriksaan ginekologis berulang. Jika selama waktu observasi dilihat
peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, maka dapat disimpulkan kemungkinan besar
tumor tersebut bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan suatu pengobatan operatif.
Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik jinak adalah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi bila
tumornya besar atau ada komplikasi yang menyertai, perlu dilakukan pengangkatan ovarium,
yang biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi). Paada saat operasi
kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah tumor ditemukan pada satu atau
pada kedua ovarium. Pada operasi tumor ovarium yang diangkat harus segera dibuka untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat adalah histerektomi dan salpingo-
ooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin memiliki keturunan
dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.

X. Tumor Neoplastik Jinak Ovarium Tipe Kistik


X.1 Kistoma ovarii simpleks

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 20
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Kista ini memiliki permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan didalam kista jernih,
serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel lapis kubik.
Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi disertai gejala-gejala yang
mendadak. Diduga kista ini merupakan suatu jenis kistadenoma serosum, yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi
terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang
dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada
keganasan.

X.2 Kistadenoma ovarii musinosum


Asal tumor ini masih belum diketahui dengan pasti. Menurut meyer, tumor ini
mungkin berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen-elemen lain. Ada juga pendapat yang mengatakan tumor ini berasal
dari epitel germinativum . Dan ada juga pendapat lain yang menduga tumor ini memiliki
asal yang sama dengan tumor Brenner.
Angka kejadian
Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-sama dengan kistadenoma ovarii
serosum. Kedua tumor ini merupakan kira-kira 60% dari seluruh tumor ovarium,
sedangkan kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok
neoplasma ovarium. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita yang berusia antara
20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa prapubertas.
Gambaran klinik
Tumor ini lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu permukaan terlihat seperti
berlobus-lobus. Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat besar. Tumor biasanya
unilateral, tetapi terkadang dapat juga dijumpai yang bilateral. Kista menerima darahnya
melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat juga terjadi torsi yang dapat mengganggu
sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif, yang memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum, usus-usus,
dan peritoneum parietale.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini bila
terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif didalam kista. Pada pembukaan kista
terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat, dan berwarna kuning
sampai kecoklatan (hal ini tergantung percampurannya dengan darah). Jika terjadi

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 21
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

robekan pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan
peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma
peritonei. Akibat dari pseudomiksoma peritonei adalah timbulnya penyakit menahun
dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Pada kista kadang-
kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut
perlu diteliti dengan seksama karena biasanya akan ditemukan tanda-tanda keganasan.
Keganasan ini kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.

( Gambar: kistadenoma ovarii


musinosum )

Pada pemeriksaan
mikroskopik tampak dinding kista yang dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada
dasar sel; terdapat diantaranya sel-sel yang membundir karena terisi lendir (goblet cells).

( Gambar: Patologi anatomi kistadenoma ovarii musinosum)


Penanganan
Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup
besar sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya dilakukan
pengangkatan ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi). Pada saat pengangkatan

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 22
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

kista sedapat-dapatnya diusahakan mengangkatnya dengan in toto tanpa mengadakan


pungsi terlebih dahulu. Jika tumor berukuran besar, maka perlu dilakukan pungsi untuk
mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup dengan rapi sebelum mengeluarkan
tumor dari rongga perut. Setelah kista diangkat, harus dilakukan pemeriksaan histologik
ditempat-tempat yang dicurigai keganasan.

X.3 Kistadenoma ovarii serosum


Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithelium).
Angka Kejadian
Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Kista ini agak lebih sering
ditemukan bilateral.
Gambaran Klinik
Bentuk kista ini umumnya unilokular, bila multilokular perlu dicurigai adanya
keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi tidak akan sebesar kista musinosum. Warna
kista ini putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler
kedalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista
berupa cairan berwarna kuning, dan terkadang coklat karena campuran dengan darah.
Tidak jarang kistanya sendiri berukuran kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma). Pada umumnya sulit untuk membedakan
kistadenoma papiliferum yang ganas dari yang jinak, bahkan pemeriksaan mikroskopik
pun tidak memberikan kepastian.
Perubahan Keganasan
Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel, serta
anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara mikroskopik
digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis pemisah antara
kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang sukar ditentukan. Bila
pada suatu kasus terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan asites, maka
prognosis penyakit itu kurang baik, meskipun secara histopatologis pertumbuhan itu
mungkin jinak. Klinis kasus tersebut harus dianggap sebagai neoplasma ovarium yang
ganas (clinically malignant).
Terapi

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 23
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Penatalaksanaan pada umumnya sama dengan kistadenoma ovarii musinosum. Hanya,


berhubung dengan lebih besaarnya potensi keganasan, maka perlu dilakukan
pemeriksaan yang teliti setelah tumor dikeluarkan.

X.4 Kista endometrioid


Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan yang licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini tidak
ada hubngannya dengan endometriosis ovarii.

X.5 Kista Dermoid


Sebenarnya kista dermoid adalah salah satu teratoma kistik yang jinak dimana
struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut,
gigi, dan produk glandula sebacea berwarna putih kuning menyerupai lemak lebih
menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm. Dinding kista keabu-abuan
dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi
perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma epidermoid.

(Gambar: Kista dermoid)


Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut adalah bahwa
tumor berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis dari tumor
ini adalah nyeri mendadak yang dirasakan diperut bagian bawah karena torsi tangkai
kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum.
Penatalaksanaannya dengan pengangkatan kista dermoid bersama seluruh ovarium.

XI. Tumor Non-neoplastik Jinak Ovarium.


Kista Fungsional
Ini merupakan jenis kista Ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini berasal
dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang
normal.
Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk
melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista
fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 24
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Kista Fungsional terdiri dari : kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak
mengganggu. Tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6-8
minggu.
a. Kista Folikuler
Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat ovulasi
bilamana ada rangsangan LH (luteinizing Hormon). Pengeluaran hormon diatur oleh
kelenjar hipofisis di otak. Bilamana semuanya berjalan lancar sel telur akan
dilepaskan dan mulai perjalanannya ke saluran telur untuk dibuahi. Kista folikuler
terbentuk jika lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai,
sehingga folikel tidak pecah atau melepaskan sel telur dan bahkan folikel tumbuh
terus hingga menjadi sebuah kista. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang
menimbulkan nyeri dan sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus menstruasi.
b. Kista Korpus luteum
Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain
dimulai. Folikel kemudian beraksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon
Estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan.
Perubahan dalam folikel ini disebut sebagai korpus luteum. Tetapi kadang-kadang
setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan
mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan menjadi kista.
Meski kista ini biasanya hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu, tetapi
kista ini dapat tumbuh hingga 4-9 inci (10 cm) diameternya dan berpotensi untuk
berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul
atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista ini dapat pecah dan menyebabkan
perdarahan intestinal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.

( Gambar: Siklus sel telur dalam ovarium )

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 25
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

XII. Tumor Jinak Ovarium Tipe Kistik Pada Kehamilan dan Persalinan
Tumor pada ovarium memiliki arti obstetrik yang penting. Ovarium merupakan
tempat yang sering ditumbuhi tumor. Berikut pengaruh tumor jinak ovarium terhadap
kehamilan dan persalinan:
 Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan
abortus, partus prematurus.
 Tumor yang bertangkai, karena pembesaaran dan pengecilan uterus pada saat
persalinan; dapat terjadi torsi dan menimbulkan rasa nyeri, nekrosis, dan infeksi yang
disebut akut abdomen.
 Dapat menyebabkan kelainan letak janin.
 Dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.
 Tumor yang besar dan berlokasi dibawah dapat menghalangi persalinan.
 Penanganan pada kehamilan:
o Tumor ovarium yang lebih besar dari telur angsa harus diangkat.
o Waktu yang tepat untuk operasi adalah antara kehamilan 16-20 minggu.
o Operasi yang dilakukan pada kehamilan dibawah 20 minggu harus diberikan
substitusi progesteron selama beberapa hari sebelum dan sesudah operasi.
o Operasi darurat bila terjadi torsi dan abdomen akut.
o Bila tumor agak besar dan posisinya menghalangi jalan lahir, maka
penanganan yang dilakukan adalah
a. coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa.
b. bila tidak berhasil, persalinan dilakukan secara sectio sesarea dan tumor
sekaligus diangkat.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 26
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

Bab V
Kesimpulan

Kista Ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau setengah cair
yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Beberapa teori menyebutkan penyebabnya
adalah karena adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan
balik ovarium-hipotalamus. Manifestasi klinik kista ovarium antara lain sering tanpa gejala,
nyeri saat menstruasi, nyeri di perut bagian bawah. Pemeriksaan penunjang pada kista
ovarium antara lain dengan USG dan Laparoskopi. Pengobatannya apabila tumor tidak
memberikan gejala, dan ukuran tumor < 5 cm kemungkinan kista tesebut adalah kista folikel
dan kista korpus luteum yang akan hilang secara spontan. Tindakan operasi pada tumor
ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi
pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada
komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan
tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah
histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 27
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium

DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, W., Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
2003:729-730.
2. Kumar, Robins. Ovarium dalam Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC.2002 :
390-393.
3. Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Jakarta. Penerbit Bina
Pustaka.2005: 346-361.
4. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Media Aesculapuis.
Jakarta : 388-389.
5. Rustam Mochtar, Prof., Dr., MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi 2, EGC,
Jakarta,1998, hal 135-136.

Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 28

You might also like