Professional Documents
Culture Documents
Kista Ovarium
Bab I
PENDAHULUAN
Semua jenis massa ovarium dapat menjadi penyulit dalam kehamilan. Insiden tumor
dan kista bervariasi sesuai kelompok usia yang diteliti, serta pemakaian sonografi rutin
selama kehamilan. Katz dkk (1993) mendapat kan insiden rata-rata massa adneksa sebesar 1
dalam 200 kehamilan. Whitecar dkk. (1999) melaporkan insiden rata-rata massa yang
memerlukan laparatomi sebesar 1 dalam 1300 kehamilan. Koonings dkk. (1988) melaporkan
adanya satu neoplasma adneksa untuk setiap 197 seksio sesarea.
Tumor ovarium yang tersering adalah tumor kistik. Whitecar dkk. (1999) melaporkan
130 kasus massa adneksa yang didiagnosis selama kehamilan, 30 % adalah teratoma kistik,
28% kistaadenoma serosa atau musinosa, 13% kista korpus luteum, 7% lainnya adalah kista
jinak. Menurut Comerci dkk. (1994), separuh dari 27 teratoma kistik matang selama
kehamilan dijumpai saat seksio sesarea.
USG merupakan modalitas utama yang digunakan untuk mendeteksi massa ovarium
dan untuk menilai risiko keganasan. Tumot marker digunakan untuk memantau status
penyakit paska pengobatan daripada menegakkan diagnosis karena dapat meningkat karena
kehamilan itu sendiri.
Penyulit paling sering dan paling serius dari kista ovarium jinak selama masa
kehamilan ialah torsio. Torsio menjadi penyulit pada 5 persen dari 130 massa adneksa. Torsio
paling sering terjadi pada trimester pertama, dan dapat menyebabkan rupture kista ke dalam
rongga peritoneum. Rupture kista juga dapat terjadi saat persalinan atau pelahiran secara
bedah. Apabila menghambat panggul tumor dapat menjadi rupture uteri.
Intervensi bedah dilakukan pada tumor yang besar atau yang menimbulkan gejala atau
yang mengarah ke suatu keganasan pada tes pencitraan. Tindakan bedah konservatif
diindikasikan untuk tumor jinak dan tumor ovarium borderline sedangkan yang lebih agresif
diindikasikan untuk yang tumor ovarium yang ganas dan untuk menentukan staging dari
tumor itu sendiri.
Bab II
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 1
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
I. Identitas Pasien
- Nama : Ny. N
- Usia : 56 tahun
- Pendidikan : Sekolah Dasar ( Lulus )
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Nama Suami : Tn. M
- Pekerjaan Suami : Wiraswasta
- Agama : Islam
- Alamat : Kp. Cibandos, RT005/002, Kel. Cokopsulanja, Kec. Waringin
kurung, Kab. Kodya, Serang, Prov. Banten
- No. CM : 30 64 93
- Tanggal Masuk : 23 April 2018 14:12
- Ruang Rawat : Ruang Wijaya Kusuma
II. Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 24 April 2018 pukul 06.15 WIB.
o Keluhan Utama:
Benjolan di perut yang semakin membesar
o Keluhan Tambahan:
Nyeri perut terutama saat haid
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 2
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
o Riwayat Haid:
- Menarche : 10 tahun
- Siklus Haid : ± 28 hari, teratur
- Lama Haid : ± 6 hari
- Banyaknya haid : 2x ganti pembalut / hari
- Dismenorhea :(+)
o Riwayat Perkawinan:
Pernikahan sekarang merupakan yang ketiga dengan lama pernikahan 18 tahun. Usia
saat menikah pertama kali adalah 14 tahun.
o Riwayat Kontrasepsi:
Pasien mengaku tidak mengikuti program KB
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 3
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
o Vital Signs:
- kesadaran : Compos mentis
- keadaan umum : Sakit sedang
- tekanan darah : 130/90 mmHg
- nadi : 81 kali/menit
- respirasi : 21 kali/menit
- suhu : 36,5 0C
Status Generalis:
- Kulit : Berwarna coklat, tidak terdapat kelainan warna kulit, tidak terlihat ikterik,
suhu afebris, dan turgor kulit baik.
- Kepala : Bentuk oval, simetris, ekspresi wajah terlihat sakit.
- Rambut : Ikal, hitam, tumbuh sepanjang bahu, lebat, tidak mudah dicabut.
- Alis : hitam, tumbuh tipis, tidak mudah dicabut.
- Mata : tidak exopthalmus, tidak enopthalmus, konjunctiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, lensa jernih, pupil bulat dan isokor, pergerakan bola mata
baik.
- Hidung : tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak deviasi septum, tidak ada sekret,
dan tidak hiperemis.
- Telinga : tidak terlihat adanya sekret di liang telinga, dan tidak hiperemis.
- Mulut : bibir tidak sianosis, gigi geligi lengkap, gusi tidak hipertropi, lidah tidak
kotor, mukosa mulut basah, tidak terdapat hiperemis oral dan tonsil T1-T1
tidak hiperemis.
- Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tidak terdapat
pembesaran tiroid, trakea tidak deviasi, dan Jugular Venous Pressure
bernilai 5 ± 2 cmH2O.
- Thoraks : Normal, Simetris kiri dan kanan.
Paru-paru : Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri pada saat
statis dan dinamis, dan tidak terdapat retraksi trakea.
Palpasi : Stem fremitus simetris kiri dan kanan
Perkusi : tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : vesikuler kanan dan kiri, tidak terdapat rhonki, dan tidak
terdapat wheezing
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 4
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
- Ekstrimitas : Akral hangat, cappilary refill kurang dari 2 detik, kekuatan otot
tidak terdapat udem di ke-empat ekstrimitas. 5 5
- Refleks fisiologis dan patologis : tidak dilakukan pemeriksaan. 5 5
- Pemeriksaan Laboratorium:
Hematologi: - Hemoglobin : 12,1 g/dl ( N: 12-15,3 g/dl )
- Hematokrit : 36,7 % ( N: 35 – 47 %)
- Masa perdarahan : 1’ ( N: 1- 6’ )
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 5
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
V. Resume
o Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan muncul benjolan di perut yang semakin membesar sejak 1
tahun yang lalu. Benjolan makin membesar dalam 1 tahun ini. Pasien juga mengeluhkan
nyeri perut terutama pada daerah benjolan yang muncul sejak terdapat benjolan. Nyeri
dirasakan hilang timbul dan dirasakan ter-nyeri saat menstruasi.
o Pemeriksaan Fisik
Vital Signs:
- kesadaran : Compos mentis
- keadaan umum : Sakit sedang
- tekanan darah : 130/90 mmHg
- nadi : 81 kali/menit
- respirasi : 21 kali/menit
- suhu : 36,5 0C
Status Generalis:
- Abdomen : Inspeksi : tampak benjolan di regio bawah perut, warna sama dengan
sekitar.
Auskultasi: bising usus normal, bising aorta abdominalis terdengar.
Palpasi : Teraba benjolan berukuran 25x24cm, permukaan rata, keras,
immobile, Nyeri tekan (+) .
Perkusi : suara tymphani dilapang abdomen, dan tidak terdapat nyeri
ketuk.
o Pemeriksaan Laboratorium
- USG abdomen : terlihat gambaran kista ovarium dengan grass root appearance. Ukuran
kista 16,02cm x 11,02 cm.
- Pemeriksaan Laboratorium:
Hematologi: - Leukosit : 14.500 /µl ( N: 4400-11.300 /µl )
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 6
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
VI. Diagnosis
P1A0 dengan kista ovarium permagna dextra
VIII. Prognosis
Ibu: - Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 7
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
IX. Follow Up
Rawat hari Ke-1 (24 April 2018)
Follow Up
Keluhan
Nyeri perut bawah
Keadaan Umum
Sakit Sedang
Kesadaran
Compos Mentis
Tekanan Darah
130/80 mmHg
Nadi
84 x/m
Suhu
36,6 0C
Pernafasan
21 x/m
Pmrx. Fisik
Perut membuncit, teraba masa luas
Diagnosis
P1A0 dengan kista ovarium
Penatalaksanaan Observasi TTV, IVFD RL asnet, rencana operasi , SIO (+), Cukur
pubis (+), pro laparotomi
Keadaan Umum
Sakit Sedang
Kesadaran
Compos Mentis
Tekanan Darah
140/100 mmHg
Nadi
87 x/m
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 8
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
Suhu
36,5 0C
Pernafasan
20 x/m
Pmrx. Fisik
Perut membuncit, supel
Diagnosis
P1A0 dengan kista ovarium
Penatalaksanaan Observasi TTV, IVFD RL asnet, rencana operasi , SIO (+), Puasa
(+), Cukur pubis (+), pro laparotomi
Tanggal 25 April 2018 pukul 12.15 WIB dilaksanakan operasi terhadap pasien yang
bersifat elektif. Jenis Operasi : Laparotomi+salpingoovorokistektomi.
Laporan Operasi :
1. Penderita dibaringkan terlentang diatas meja operasi dan dilakukan general anestesi
2. Dalam keadaan narkose dilakukan disinfeksi perut dan sekitarnya. Kemudian ditutup
oleh doek steril
3. Dilakukan incisi pada linea mediana pada abdomen sepanjang ± 10-15 cm dari bawah
pusat.
4. Dilakukan incisi secara tajam sampai ke peritoneum parietale, peritoneum dibuka,
tampak massa kistik.
5. Dilakukan eksplorasi laparotomi: uterus, tuba falopi, dan ovarium sinistra dalam batas
normal. Pada ovarium dextra tampak massa tumor kistik, permukaan licin dengan
ukuran 24 x 25 x 20 cm, dan diperkecil ukurannya dengan aspirasi cairan musin ± 1
ltr. Cairan musinosum berwarna kehitaman. Diagnosa: Kistoma ovarii permagna
dextra suspect keganasan.
6. Kavum abdomen dibersihkan dari sisa-sisa darah, cairan musin, dan bekuan darah.
7. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis sampai kulit. Kulit dijahit secara simpul
dengan sutera.
8. Luka operasi ditutup dengan kasa betadine
9. Operasi Selesai
Instruksi post-op : - Puasa sampai peristaltik (+)
- Infuse RL 20 tpm
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 9
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
Keadaan Umum
Sakit Sedang
Kesadaran
Compos Mentis
Tekanan Darah
120/70 mmHg
Nadi
86 x/m
Suhu
36,6 0C
Pernafasan
19 x/m
Pmrx. Fisik Luka post op tertutup kasa, terpasang drain dengan isi 100cc
darah, aktif produksi, luka rembes (+) minimal, Nyeri tekan (+)
Diagnosis Post laparotomi + salfingoovorokistektomi a/i kista ovarium
permagna dextra hari ke-1
Cefrtiaxone iv 2 x 1 gr
Penatalaksanaan
Tramadol iv 3 x 1 amp
Ranitidin iv 2 x 1 amp
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 10
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
Nadi 89 x/m
Suhu 36,7 0C
Pernafasan 20 x/m
Pmrx. Fisik Luka post op tertutup kasa, terpasang drain isi kosong, tidak aktif
produksi, luka rembes (-) , Nyeri tekan (+)
Cefrtiaxone iv 2 x 1 gr
Tramadol iv 3 x 1 amp
Penatalaksanaan
Ranitidin iv 2 x 1 amp
Nadi 90 x/m
Suhu 36,6 0C
Pernafasan 20 x/m
Pmrx. Fisik Luka post op tertutup kasa, luka rembes (-) , Luka sudah kering,
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 11
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
I. Permasalahan
1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan terhadap penderita ini sudah adekuat?
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 12
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
Jika dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor
non-neoplastik tidak, maka penatalaksanaan yang diberikan terhadap pasien sudah tepat.
Pada tumor yang non-neoplastik biasanya akan mengalami pengecilan secara spontan dan
menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat
ditemukan ovarium yang besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini hendaknya
diambil sikap untuk menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara mengadakan
pemeriksaan ginekologis berulang. Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam
pertumbuhan tumor tersebut, maka dapat disimpulkan kemungkinan besar tumor tersebut
bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan suatu pengobatan operatif.
Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik jinak adalah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi
bila tumornya besar atau ada komplikasi yang menyertai, perlu dilakukan pengangkatan
ovarium, yang biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi). Pada
saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah tumor ditemukan
pada satu atau pada kedua ovarium. Pada operasi tumor ovarium yang diangkat harus
segera dibuka untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak.
Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat adalah histerektomi dan salpingo-
ooforektomi bilateral. Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin memiliki keturunan
dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal.
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 13
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
Bab IV
Tinjauan Pustaka
I. Definisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan. Kista Ovarium (atau kista indung telur)
berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (Ovarium). Kista
indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopause atau juga
selama masa kehamilan.
II. Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya dimengerti,
tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan
dalam mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Beberapa dari literatur menyebutkan
bahwa penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk
berovulasi. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon
hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan
penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, karena itu terbentuk
kista di dalam ovarium.
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 14
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
Histologi
Bagian ovarium yang berada di dalam cavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik-
silindrik, disebut epithelium germinativun. Dibawah epitel ini terdapat tunika albuginea
dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel – folikel primordial. Pada
wanita diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua
folikel, berkembang menjadi folikel de graaf. Folikel-folikel ini merupakan bagian
ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka
ragam, dan pula dalam tingkat – tingkat perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi
oleh satu lapisan sel-sel saja sampai folikel de graaf yang matang. Folikel yang matang ini
terisi dengan likuour folikuli yang mengandung estrogen, dan siap untuk berovulasi.
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 15
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal
kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam
ovarium dan menyebabkan kemandulan pada wanita.
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 16
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
besarnya tumor dan posisinya didalam perut. Bila tumor berposisi didepan uterus, tumor
dapat menekan kandung kemih sehingga menimbulkan gangguan miksi. Selain gangguan
miksi, tekanan tumor juga dapat mengakibatkan obstipasi, dan edema tungkai. Bila
tumor berukuran besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak, dan lain-lain.
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 17
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
konsistensi, dan mobilisasinya), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor
ovarium biasanya uterus dapat teraba tersendiri, terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium
terletak digaris tengah dalam rongga perut bagian bawah dan konsistensinya kistik, perlu
dipikirkan adanya kehamilan ataupun kandung kemih yang penuh. Pada pengambilan
anamnesis yang cermat dan disertai pemeriksaan tambahan, kemungkinan-kemungkinan
tersebut dapat disingkirkan.
Tumor-tumor yang bukan dari ovarium yang terletak didaerah pelvis ialah ginjal
ektopik, limpa bertangkai, dan tumor pada kolon sigmoideum. Pemeriksaan pielogram
intravena dan pemasukan bubur barium dalam kolon dapat membantu untuk menentukan ada
tidaknya kemungkinan tersebut.
Metode-metode seperti laparoskopi, ultrasonografi, foto roentgen, dan parasentesis
dapat menolong dalam pembuatan diagnosis yang tepat.
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 18
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 19
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 20
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
Kista ini memiliki permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali
bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan didalam kista jernih,
serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel lapis kubik.
Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi disertai gejala-gejala yang
mendadak. Diduga kista ini merupakan suatu jenis kistadenoma serosum, yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Terapi
terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang
dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada
keganasan.
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 21
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
robekan pada dinding kista, maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan
peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma
peritonei. Akibat dari pseudomiksoma peritonei adalah timbulnya penyakit menahun
dengan musin terus bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Pada kista kadang-
kadang dapat ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan papiler. Tempat-tempat tersebut
perlu diteliti dengan seksama karena biasanya akan ditemukan tanda-tanda keganasan.
Keganasan ini kira-kira 5-10% dari kistadenoma musinosum.
Pada pemeriksaan
mikroskopik tampak dinding kista yang dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada
dasar sel; terdapat diantaranya sel-sel yang membundir karena terisi lendir (goblet cells).
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 22
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 23
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 24
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
Kista Fungsional terdiri dari : kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak
mengganggu. Tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6-8
minggu.
a. Kista Folikuler
Folikel sebagai penyimpan sel telur akan mengeluarkan sel telur pada saat ovulasi
bilamana ada rangsangan LH (luteinizing Hormon). Pengeluaran hormon diatur oleh
kelenjar hipofisis di otak. Bilamana semuanya berjalan lancar sel telur akan
dilepaskan dan mulai perjalanannya ke saluran telur untuk dibuahi. Kista folikuler
terbentuk jika lonjakan LH tidak terjadi dan reaksi rantai ovulasi tidak dimulai,
sehingga folikel tidak pecah atau melepaskan sel telur dan bahkan folikel tumbuh
terus hingga menjadi sebuah kista. Kista folikuler biasanya tidak berbahaya, jarang
menimbulkan nyeri dan sering hilang dengan sendirinya antara 2-3 siklus menstruasi.
b. Kista Korpus luteum
Bilamana lonjakan LH terjadi dan sel telur dilepaskan, rantai peristiwa lain
dimulai. Folikel kemudian beraksi terhadap LH dengan menghasilkan hormon
Estrogen dan progesteron dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk pembuahan.
Perubahan dalam folikel ini disebut sebagai korpus luteum. Tetapi kadang-kadang
setelah sel telur dilepaskan, lubang keluarnya tertutup dan jaringan-jaringan
mengumpul di dalamnya, menyebabkan korpus luteum membesar dan menjadi kista.
Meski kista ini biasanya hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu, tetapi
kista ini dapat tumbuh hingga 4-9 inci (10 cm) diameternya dan berpotensi untuk
berdarah dengan sendirinya atau mendesak ovarium yang menyebabkan nyeri panggul
atau perut. Jika kista ini berisi darah, kista ini dapat pecah dan menyebabkan
perdarahan intestinal dan nyeri tajam yang tiba-tiba.
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 25
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
XII. Tumor Jinak Ovarium Tipe Kistik Pada Kehamilan dan Persalinan
Tumor pada ovarium memiliki arti obstetrik yang penting. Ovarium merupakan
tempat yang sering ditumbuhi tumor. Berikut pengaruh tumor jinak ovarium terhadap
kehamilan dan persalinan:
Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan
abortus, partus prematurus.
Tumor yang bertangkai, karena pembesaaran dan pengecilan uterus pada saat
persalinan; dapat terjadi torsi dan menimbulkan rasa nyeri, nekrosis, dan infeksi yang
disebut akut abdomen.
Dapat menyebabkan kelainan letak janin.
Dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.
Tumor yang besar dan berlokasi dibawah dapat menghalangi persalinan.
Penanganan pada kehamilan:
o Tumor ovarium yang lebih besar dari telur angsa harus diangkat.
o Waktu yang tepat untuk operasi adalah antara kehamilan 16-20 minggu.
o Operasi yang dilakukan pada kehamilan dibawah 20 minggu harus diberikan
substitusi progesteron selama beberapa hari sebelum dan sesudah operasi.
o Operasi darurat bila terjadi torsi dan abdomen akut.
o Bila tumor agak besar dan posisinya menghalangi jalan lahir, maka
penanganan yang dilakukan adalah
a. coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa.
b. bila tidak berhasil, persalinan dilakukan secara sectio sesarea dan tumor
sekaligus diangkat.
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 26
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
Bab V
Kesimpulan
Kista Ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau setengah cair
yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Beberapa teori menyebutkan penyebabnya
adalah karena adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan
balik ovarium-hipotalamus. Manifestasi klinik kista ovarium antara lain sering tanpa gejala,
nyeri saat menstruasi, nyeri di perut bagian bawah. Pemeriksaan penunjang pada kista
ovarium antara lain dengan USG dan Laparoskopi. Pengobatannya apabila tumor tidak
memberikan gejala, dan ukuran tumor < 5 cm kemungkinan kista tesebut adalah kista folikel
dan kista korpus luteum yang akan hilang secara spontan. Tindakan operasi pada tumor
ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi
pada bagian ovarium yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada
komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan
tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat ialah
histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral.
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 27
Analisa Kasus Kepaniteraan Klinik Obstetri -Ginekologi
Kista Ovarium
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong, W., Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
2003:729-730.
2. Kumar, Robins. Ovarium dalam Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta: EGC.2002 :
390-393.
3. Prawirohardjo,Sarwono. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Jakarta. Penerbit Bina
Pustaka.2005: 346-361.
4. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Media Aesculapuis.
Jakarta : 388-389.
5. Rustam Mochtar, Prof., Dr., MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi 2, EGC,
Jakarta,1998, hal 135-136.
Bagian Obstetri-Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi – RSUD Serang Halaman 28