Professional Documents
Culture Documents
ASSIGNMENT
Submitted in partial fulfilment of the requirements for INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION course
By
Christian Ekasetia
01619170002
I. Profil Perusahaan
PT Bintang Toedjoe adalah salah satu anak perusahaan dari PT Kalbe Farma, Tbk,
suatu perusahaan farmasi yang terkemuka di Indonesia. Beberapa produk Bintang
Toedjoe yang terkenal adalah minuman energi Extra Joss dan Irex dan Puyer Bintang
Toedjoe yang pernah terkenal pada dasawarsa 1970-an.PT Bintang Toedjoe didirikan
pada 29 April 1946 di Garut, Jawa Barat, oleh shinse Tan Jun She, Tjia Pu Tjien, dan
Hioe On Tjan. Nama Bintang Toedjoe sendiri dipilih berdasarkan jumlah anak
perempuan Tan, yakni 7 orang. Pada waktu itu, dengan alat-alat yang sederhana dan
mempekerjakan beberapa orang karyawan, PT Bintang Toedjoe berhasil memproduksi
obat-obatan yang dijual
bebasguna memenuhi
kebutuhan masyarakat akan
obat. Salah satu obat yang
diproduksi sejak berdirinya
adalah Puyer No. 16 (Obat
Sakit Kepala No. 16) yang sampai saat ini masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia dan diekspor ke beberapa negara. Empat tahun sejak didirikan, PT Bintang
Toedjoe pindah dari Garut ke kawasan Krekot, Jakarta, dan pada tahun 1974 PT
Bintang Toedjoe kembali pindah ke kawasan Cempaka Putih, Jakarta.
Pada tahun 1970-an ini PT Bintang Toedjoe mulai memproduksi obat resep dokter.
Pada tahun 1985, PT Bintang Toedjoe dibeli oleh Kalbe Group dan berkembang dengan
pesat. Tahun 1990 produk-produk PT Bintang Toedjoe mulai diekspor ke
mancanegara. Sejalan dengan peningkatan produksinya, lokasi di kawasan Cempaka
Putih sudah tidak memadai lagi, sehingga pada tahun 1993 PT Bintang Toedjoe pindah
ke Kawasan Industri Pulogadung, menempati area seluas 12.000-meter persegi. Lalu
September 2002, Head Office pindah ke Pulomas, pabrik tetap di Pulogadung. Di area
yang ditempati sampai sekarang ini, selain pabrik juga terletak kantor pusat PT Bintang
Toedjoe. (Wikipedia, 2018)
Saat ini, dengan memperkerjakan lebih dari 1000 orang karyawan, PT Bintang Toedjoe
merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia yang tidak hanya
memproduksi obat-obatan, melainkan juga memproduksi suplemen makanan dan
fitofarmaka.
Produk terkenal yang diciptakan oleh PT Bintang Toedjoe adalah sebagai berikut:
Bintang Toedjoe Masuk Angin (dahulu Bintangin)
Bintang Toedjoe Panas Dalam
Bintang Toedjoe Turun Panas
Caxon Ion C
Extra Joss
E-Juss
Femirex
Juss Ginseng
Komix
Puyer 16 Bintang Tujuh
Waisan
Irex
Selain itu masih menurut Terence A. Shimp (2009) ada beberapa tahapan
pengembangan IMC yang efektif yaitu:
(1) Mengenali audiens sasaran,
(2) Menentukan tujuan komunikasi,
(3) Merancang pesan,
(4) Membuat keputusan atas bauran komunikasi pemasaran
Di lain pihak, Rayna Skolnik menyatakan bahwa agar dapat mencapai kesusksesan
dalam menerapkan IMC, perusahaan dapat melakukan langkah-angkah sebagai
berikut:
(1) Identifikasi kebutuhan dengan mengadakan riset
(2) Mengintegrasikan agensi-agensi di luar dengan perusahaan, atau lebih baik
menggunakan satu agensi untuk menangani seluruh elemen bauran komunikasi
(3) Mengedepankan kerjasama tim
(4) Selalu konsisten sehingga dapat menciptakan awareness, menekankan pesan yang
ingin disampaikan, dan turut membangun merek
(5) Melakukan meeting cross-functional secara regular
(6) Menyediakan pelatihan bagi karyawan
(7) Memonitor hasilnya melalui media
(8) Memikirkan kembali masalah kompensasi, karena program insentif seharusnya
sejalan dengan pencapaian tujuan organisasi bukan hanya tujuan individu maupun
departemen semata.
Penyakit masuk angin adalah penyakit yang sangat popular di Indonesia. Banyak yang
memandang sebelah mata dan menganggap sebagai penyakit yang tidak penting.
Tetapi, jangan anggap remeh masuk angin karena gejalanya membuat tubuh kita
menjadi tidak nyaman. Gejalanya bervariasi: mulai dari mual, keringat dingin, pusing,
badan lemas, sampai perut kembung dan meriang. Apa sebetulnya penyebab masuk
angin? Terlambat makan diyakini sebagai penyebab utama masuk angin, bisa juga
karena kelelahan, stres, atau beberapa faktor lain. Populernya penyakit masuk angin di
Indonesia, tak heran obat masuk angin pun tumbuh subur di Tanah Air. Studi MARS
Indonesia (Marketing & Research Indonesia) yang terangkum dalam Indonesia
Consumer Profile 2016 mengungkapkan bahwa penetrasi obat masuk angin di
Indonesia ternyata mencapai 44,1%. Dari 7 kota yang diteliti, penetrasi obat masuk
angin tertinggi berada di Jakarta, yaitu mencapai 55,3%, disusul oleh Surabaya sebesar
42,9%. Jika dilihat dari sisi kelompok usia, penyebaran konsumsi obat masuk angin
relatif merata, namun tertinggi berada di kelompok usia 25-34 tahun yang mencapai
45,4%, disusul oleh kelompok usia 35-55 tahun yaitu 45,1%. Bagaimana jika dianalisa
dari sisi status ekonomi sosial? Obat masuk angin ternyata paling banyak dikonsumsi
oleh masyarakat di SES D-E (Social Economic Status yang memiliki tingkat
pengeluaran dibawah 500 ribu rupiah sampai dengan 700 ribu rupiah dalam 1 bulan),
yaitu mencapai 67,5%. Bagaimana persaingan antar pemain di pasar obat masuk angin?
Jika melihat statistiknya, Jamu Tolak Angin Sido Muncul ternyata mendapatkan
awareness tertinggi dari masyarakat, yaitu mencapai 52,7%, di bawahnya adalah
Antangin JRG sebesar 40,8% dan Bintang Toedjoe Masuk Angin mencapai 1,5%.
Boleh jadi tingginya awareness masyarakat terhadap obat masuk angin terjadi karena
besarnya belanja iklan para pabrikan obat masuk angin. Bagaimana dengan pangsa
pasar obat masuk angin? Kendati angkanya berbeda, posisinya rupanya tak berbeda
jauh dibandingkan dengan tingkat awareness-nya. Jamu Tolak Angin Sido Muncul
memiliki market share tertinggi yaitu sebesar 66,8%, disusul oleh Antangin JRG
sebesar 32,3% dan Bintang Toedjoe Masuk Angin yang mencapai 0,8%. Menurut data
fase I Top Brand Index 2018 untuk kategori obat masuk angin masih ditempati oleh
Tolak Angin dengan 53,5% disusul oleh Antangin 42,4% dan Bintang Toedjoe Masuk
Angin dengan 1% (http://www.topbrand-award.com/top-brand-survey/survey-
result/top_brand_index_2018_fase_1)
Dari data diatas terlihat bahwa market share terbesar ada di tangan Tolak Angin
besutan PT Sido Muncul dan Antangin JRG besutan PT. Deltomed. Mengapa Bintang
Toedjoe Masuk Angin berada di posisi terakhir dan selalu memiliki agregat angka
terkecil? Hal ini dimungkinkan karena Bintang Toedjoe Masuk Angin baru masuk ke
pasar obat masuk angin Indonesia di tahun 2012 sedangkan Tolak Angin dan Antangin
secara berurutan sudah sejak tahun 2000 dan 2003. Kebanyakan produk Indonesia yang
memiliki brand history lama dan sampai sekarang masih teringat di benak orang
Indonesia, pasti produk tersebut laku di pasaran. Contoh produk di Indonesia dengan
brand history yang lama adalah Aqua, Indomie, Segitiga Biru dll.
Kemapanan dari Tolak Angin inilah yang ingin didobrak oleh Bintangin. Masalah
bermula dari hal ini (mendobrak eksistensi Tolak Angin) dikarenakan STP
(segmentation, targeting, positioning) Bintangin memang sama persis dengan Tolak
Angin. Harga relatif sama, produknya sama, bahkan desain packaging dan warnanya
juga mirip. (me too product). Berdasar analisis pribadi sebenarnya masalah utama
daripada Bintangin ini adalah brand DNA yang
kurang jelas, ingin seperti Tolak Angin tetapi
pada proses pemasaran malah menyasar ke
konsumen menengah kebawah. Bintangin
menurut saya telah salah dari semula ketika
ingin masuk ke dalam pasar obat angin karena
selama peluncuran produknya Bintangin hanya
masuk pada tataran peningkatan jumlah
penjualan atau sales promosi, tidak sepenuh hati dalam menaruh brand awareness di
benak masyarakat. Sementara dalam hal membangun atau menciptakan image,
Bintangin juga kurang jeli dalam mengenali karakter konsumen. Apalagi dalam
melakukan positioning produknya, Bintangin gagal memahami insight target
konsumen akan produk obat Tolak Angin yang belum bisa dipenuhi oleh Tolak Angin
sendiri.
Selama ini Bintangin gagal dalam menaikkan image produknya sehingga dalam
memasuki pasar yang telah dirajai oleh produk lama, yakni Tolak Angin, bukannya
menjatuhkan produk kompetitor malah menjatuhkan dirinya sendiri sebagai produknya
orang bodoh.
V. Permasalahan Bintangin VS Tolak Angin
Permasalahan pertama adalah dari segi iklan. Iklan menurut Rangkuti (2009,178)
merupakan penyajian informasi nonpersonal mengenai produk, perusahaan yang
dilakukan dengan bayaran tertentu. Sedangkan menurut Wells, Burnet &Moriarty
(2003, 10) iklan merupakan bentuk kompleks dari komunikasi yang bertujuan
mengaktualisasikan strategi-strategi yang mengarahkan pada berbagai dampak di
pikiran, perasaan dan perilaku audiens. Iklan bukan saja memperkenalkan produk
kepada audien tetapi iklan berperan dalam membentuk brand image (citra
merek). Untuk membuat pesan iklan tidaklah sembarangan, karena di dalam iklan
perlu mengandung informasi berikut (Madjadikara, 2004),
a. Brand, merupakan penjelasan apakah merek tersebut adalah merek baru atau merek
yang telah lama ada di pasar
b. Product knowledge, Penjelasan singkat tentang fitur yang terkandung dalam produk
d. Target Audience, yaitu segmentasi yang dimaksud oleh suatu produk yang akan
diiklankan. Kelompok mana yang akan menjadi target market suatu produk tersebut.
Iklan sebagai pembentuk citra merek tentunya memerlukan strategi khusus sehingga
produk dikenali dan diminati oleh audiens. Menurut David Aaker (dalam Sutherland &
Alice K, 2005), Sebuah strategi merek yang konsisten dan ditopang oleh sebuah simbol
yang kuat mampu menghasilkan keuntungan besar dalam melaksanakan program
komunikasi
Permasalahan ketiga adalah dari segi re-branding mereka yang menurut saya kurang
berhasil. Menurut Muzellec (2006) rebranding adalah strategi pemasaran di mana nama
baru, istilah, simbol, desain, atau kombinasinya diciptakan untuk merek yang mapan
dengan maksud mengembangkan identitas baru yang berbeda di benak konsumen,
investor, pesaing, dan pemangku kepentingan lainnya. Perubahan semacam ini
biasanya bertujuan untuk memposisikan merek / perusahaan, kadang-kadang untuk
menjauhkan diri dari konotasi negatif dari merek sebelumnya, atau untuk
memindahkan pasar merek; mereka juga dapat mengomunikasikan pesan baru yang
diinginkan dewan direktur baru untuk berkomunikasi.
Dari data di atas sebenarnya Bintang Toedjoe Masuk Angin memiliki kelebihan di
harga, komposisi, dan distribusi karena mereka mengejar penjualan target dengan harga
yang berada dibawah kompetitor, komposisi yang lebih bervariasi dan distribusi yang
langsung menawarkan ke toko-toko dan warung, semestinya brand awareness bagi
masyarakat akan cepat terbentuk tetapi kelebihan itu tertutupi dengan tagline yang
dianggap masyarakat Indonesia menjelek-jelekan produk lain.
Permasalahan ke empat adalah endorser atau artis yang dipilih. Tolak Angin sebagai
pasar yang ingin digoyang oleh Bintang Toedjoe Masuk Angin memilih endorser yang
merupakan public figure yang berhasil di bidang masing-masing dan artis papan atas
sepertia Dahlan Iskan, Sophia Latjuba, Rhenald Khasali, dll. Tolak Angin memakai
endorser yang disebutkan karena sesuai dengan STP yang sedang dituju yaitu kelas
menengah keatas. Bintang Toedjoe Masuk Angin yang ingin menyamai Tolak Angin
malah memakai endorser berupa sosok figure yang sedang booming dan fenomenal di
masyarakat contohnya Cesar maupun Cita Citata. Target Audience dari Bintang
Toedjoe Masuk Angin menjadi membingungkan apakah ingin kelas menengah keatas
atau menengah ke bawah. Selain itu booming dan fenomenal merupakan peristiwa
sementara yang pasti akan hilang dalam jangka waktu tertentu. ("Advertising That
Sells", 2006). Jadi bisa disimpulkan sebenarnya yang mau dilakukan oleh Bintang
Toedjoe Masuk Angin adalah penetrasi cepat demi mengejar sales yang tinggi tanpa
memperhitungkan secara matang promotional mix yang dibuat.
VI. Solusi
Sebagai pendatang baru, Bintang Toedjoe Masuk Angin seharusnya melakukan analisis
yang mendalam sebelum menentukan positioning sebagai produk baru dan melawan
produk kompetitor yang sudah sangat kuat. Beberapa hal yang harus diperhatikan
bintangin sebagai produk baru, yaitu: