You are on page 1of 9

TAKSONOMI BLOOM – REVISI : RANAH KOGNITIF SERTA

PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

FARA DIBA FAUZET


Keguruan Bahasa Arab, Pascasarjana Universitas Negeri Malang
faradiba.fauzet@gmail.com

Abstrak: Taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan telah lama


dikembangkan oleh seorang tokoh terkenal bernama Benjamin S.Bloom
(1956). Menurut Taksonomi Bloom, tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga
domain (ranah kawasan), yaitu : (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, , (3)
ranah psikomotor. Menurut Bloom dalam ranah kognitif terdapat enam
jenjang proses berfikir yang diurutkan secara hierarki pyramidal,
kemudian di revisi oleh David R.Kratwohl dan Lorin W.Anderson (2001).
Revisi pada Taksonomi Bloom yaitu perubahan dari kata benda menjadi
kata kerja (dalam Taksonomi Revisi), meliputi: (1) mengingat, (2)
memahami, (3) mengaplikasikan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi dan
(6) mencipta. Dalam pembelajaran bahasa Arab terdapat penerapan ranah
kognitif yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar, seperti:
menghafal mufradat, menterjemah, serta menguasai ketrampilan berbahasa
Arab.

Kata Kunci : Taksonomi Bloom, Ranah Kognitif, Pembelajaran Bahasa


Arab

Pendahuluan
Secara umum dalam kehidupan, proses pembelajaran tidak bisa dipisahkan
dari manusia. Proses pembelajaran akan membawa perubahan yang signifikan bagi
kehidupan manusia menjadi lebih baik.
Dalam dunia pendidikan proses pembelajran merupakan unsur yang penting
dan tidak terpisahkan. Pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar
dan belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru yang berorientasi pada
kegiatan mengajarkan materi, pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
siswa sebagai sasaran pembelajaran. Meskipun guru berorientasi pada kegiatan
mengajarkan materi, bukan berarti siswa tidak di tuntut aktif di kelas. Menurut
Oemar Hamalik (2010:58)pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa ssuai yang di harapkan.
Pembelajaran merupakan sebuah kegiatan interaktif dan timbal balik antara guru
dan siswa, dengan adanya pembelajaran diharapkan terjadi transfer pengetahuan
dari guru ke siswa. Tolak ukur dari keberhasilan proses pembelajaran adalah
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah disepakati sebelumnya.

1. Taksonomi Bloom
Menurut John W.Santrock (2007:468) secara istilah Taksonomi diartikan
sebagai sistem klasifikasi. Taksonomi merupakan klasifikasi yang didasarkan pada
penelitian ilmiah atau ilmu pengetahuan dalam pengelompokkannya. Sebagai
contoh, taksonomi dalam bidang ilmu botani didasarkan pada karakteristik

436
tumbuhan tertentu. Muhammad Yaumi (2013:88) mengemukakan bahwa taksonomi
berasal dari bahasa yunani taxis yang berarti pengaturan dan nomos yang berarti
ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam dunia pendidikan terdapat taksonomi tujuan
pembelajaran. Suyono dan Hariyanto (2014:166) berpendapat bahwa taksonomi
sendiri berarti suatu himpunan dari prinsip-prinsip klasifikasi atau suatu struktur
klasifikasi, sedangkan domain bermakna kategori.
Taksonomi tujuan pembelajaran adalah pengelompokkan tujuan pembelajaran
didasarkan kepada domain (ranah kawasan) yang dimiliki oleh siswa. Tujuan
pembelajaran merupakan unsur penting yang harus dipertimbangkan untuk
mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dalam kenyataan di lapangan
saat ini, tampaknya guru masih kesulitan dalam merumuskan tujuan pembelajaran
yang hendak dilakukannya, sehingga hal ini menyebabkan proses pembelajaran
yang tidak efektif dan tidak efisien. Tapi hal ini bukanlah permasalahan yang tidak
bisa diselesaikan, pada tahun 1956 seorang psikolog bidang pendidikan yaitu
Benjamin S. Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl merumuskan tiga kerangka
domain kemudian menerbitkan sebuah karya “ Taxonomy of educational objective
cognitive domain”, dan pada tahun 1964 terbitlah karya “ Taxonomy of educational
objectives, affective domain”, dan pada tahun 1971 terbitlah karyanya yang berjudul
“Handbook on formative and summative evaluation of student learning” serta karyanya
yang lain yakni “ Developing talent in young people”.
Menurut Zahara Idris dan Lisma jamal (1992:32) taksonomi yang dicetuskan
oleh Benjamin S.Bloom adalah klasifikasi sasaran atau tujuan pendidikan menjadi
tiga domain (ranah kawasan),yaitu: ranah kognitif, ranah afektif serta ranah
psikomotor, dan setiap ranah tersebut dibagi kembali kedalam pembagian yang
lebih rinci berdasarkan hierarkinya. Dimyanti dan mudjiono (2009:298) menyebut
istilah lain dalam mengambarkan hal yang sama, yakni : aspek cipta, aspek rasa dan
aspek karsa. Secara ringkas ketiga ranah kawasan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir. Ranah kognitif masih dibagi lagi menjadi enam klasifikasi,
yaitu: (1)pengetahuan / knowledge,(2) pemahaman / comprehension,(3) penerapan
/ application, (4)analisis / analysis, (5) sintesis / synthesis dan (6) evaluasi /
evaluation.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri. Ranah afektif terdiri dari lima ranah yang berhubungan dengan respons
emosional. Pembagian ranah kognitif ini disusun oleh Bloom bersama David
Kratwohl, antara lain : (1) penerimaan, (2) partisipasi, (3) penilaian atau
penentuan sikap, (4) organisasi, dan (5) pembentukan pola hidup
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin. Pembagian ranah ini tidak dibuat oleh
Bloom, namun oleh ahli lain berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, yaitu :
(1) persepsi, (2) kesiapan, (3) gerakan terbimbing, (4) gerakan yang terbiasa, (5)
gerakan yang kompleks, (6)penyesuaian pola gerakan, (7)kreativitas.

437
2. Ranah Kognitif
Para ahli psikologi kognitif menyebutkan bahwa pendayagunaan kapasitas
ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan saat manusia mulai mendayagunakan
kapasitas motor dan sensorinya,hanya cara dan intensitas pendayagunaan kapasitas
ranah kognitif tersebut masih belum jelas dan benar, (Muhibbin Syah,2010:65).
Ranah kognitif berhubungan dengan yang mencakup kegiatan mental (otak). Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya
kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi. Menurut Muhibbin Syah (2010:82) ranah psikologis
yang terpenting adalah ranah kognitif. Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2009:298)
ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan dengan aspek-aspek
pengetahuan, penalaran, atau pikiran. Hampir seluruh kegiatan pembelajaran
terjadi di dalam ranah kognitfi, tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan siswa dapat
berpikir. Benjamin S. Bloom (1956) telah membuat jenjang ranah kognitif, seperti
gambar berikut :

Gambar 2.1 jenjang ranah kognitif dalam taksonomi bloom sebelum direvisi
Masing– masing jenjang pada taksonomi bloom dapat di jelaskan sebagai
berikut :
1. Pengetahuan / Knowledege (C1)
Pegetahuan (knowledge) adalah jenjang paling dasar dalam Taksonomi bloom.
Meskipun pengetahuan adalah jenjang paling dasar, tapi jenjang ini adalah
komponen yang penting. Penerapan dalam jenjang ini misalnya: siswa mengetahui
istilah, atau mengetahui fakta spesifik. Menurut Suyono dan Hariyanto (2014:169)
jenjang ini menekankan pada kemampuan siswa menguraikan isi pokok bacaan,
mendefinisikan istilah serta memaparkan fakta-fakta.
2. Pemahaman / Comprehension (C2)
Jenjang ini adalah tinggkat kedua stelah pengetahuan, siswa memahami dan
dapat mengunahkan bahan atau materi yang telah disampaikan oleh guru. Siswa
harus mengetahui fakta–fakta tertentu dahulu sebelum memahami konsep yang
dikembangkan dari saling hubungan diantaranya. Menurut W.S. Winkel (1987 :150)
pada tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menangkap makna dan arti
tentang hal yang dipelajari.

3. Penerapan / Application (C3)


Pada jenjang ini siswa mampu menggunakan materi yang bersifat abstrak
disalam situasi yang kongkret. Materi yang bersifat abstrak bisa berupa
gagasan,prinsip–prinsip,dan kaidah–kaidah. Menurut W.S. Winkel(1987:150)

438
penerapan merupakan suatu kaidah atau metode untuk menghadapi suatu kasus
atau problem yang konkret atau nyata dan baru.
4. Analisa / Analysis (C4)
Menurut Oemar Hamalik (2010:79) jenjang ini menuntut siswa untuk membuat
jenjang gagasan–gagasan dalam satu kesatuan materi secara jelas atau membuat
hubungan-hubungan antara gagasan-gagasan secara eksplisit. Analisis diartikan
sebagai pemecahan atau pemisahan konsep menjadi unsur–unsur peyusunnya,
sehingga ide itu relative menjadi lebih jelas.. Menurut John W.Santrock (2007:468)
pada tingkat ini, seseorang mampu memecahkan informasi yang kompleks menjadi
bagian–bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain.
5. Synthesis / Sintesa (C5)
Jenjang perilaku ini menuntut siswa untuk memadukan bagian-bagian menjadi
satu kesuluruhan atau kesatuan. Kemampuan untuk mengenali data-data serta
informasi yang didapat kemudian menghubungkannya untuk mendapat solusi yang
dibutuhkan.
6. Evaluation / Evaluasi (C6)
Pada evaluasi terdapat pertimbangan tentang nilai materi dan metode yang
digunakan untuk maksud tertentu. Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2009:28)
evaluasi adalah kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu materi
pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami,
dilakukan, dianalisis, dan dihasilkan.
Jenjang–jenjang pada Taksonomi Bloom tersebut telah digunakan hampir
setengah abad. Namun pada tahun 2001 terbit sebuah buku “ A Taxonomy for
learning, Teaching, and Assesing : A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational
Objectives” yang disusun oleh Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl. Menurut
Muhammad Yaumi (2013: 92) alasan Anderson beserta rekannya merevisi
Taksonomi Bloom sebab adanya kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-
pengetahuan dan pemikiran baru dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan
pendidikan. Dengan diadakan revisi menurut Anderson, taksonomi yang baru
merefleksikan bentuk sistem berpikir yang lebih aktif dan akurat dibandingkan
dengan taksonomi sebelumnya dalam menciptakan tujuan-tujuan pendidikan.
Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl
(2001:66-68) meliputi: mengingat (remembering), memahami/mengerti
(understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi
(evaluating),dan menciptakan (creating). Berikut Taksonomi Bloom setelah di revisi:

Gambar 2.2 : Taksonomi Bloom (2001) ranah kognitif setelah di revisi

439
Ranah kognitif pada taksonomi bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan
Krathwohl (2001), dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Mengingat (remembering) / C1
Mengingat adalah proses kognitif paling rendah pada taksonomi bloom.
Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2009:27) pengetahuan dalam pengertian ini
melibatkan proses mengingat kembali (recall) atau mengenal kembali (recognition).
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori
atau ingatan yang telah lampau maupun yang baru saja didapatkan. Contohnya,
yaitu: pemberian tes pilihan ganda pada siswa, menghitung fakta-fakta atau
statistic,serta mengutip.
2. Memahami (understanding) / C2
Pada jenjang ini siswa dituntut agar dapat menunjukkan bahwa mereka telah
mempunyai pengertian yang memadai untuk mengorganisasikan dan menyusun
materi. Kemampuan untuk memahami instruksi dan menegaskan
pengertian/makna ide atau konsep yang telah diajarkan. Seperti contoh penerapan
dalam jenjang ini adalah menjelaskan atau menafsirkan makna dari suatu
pernyataan tertentu.
3. Menerapkan (applying) / C3
Menerapkan adalah kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan
konsep dalm situasi tertentu. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan
procedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan
prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing). Pada jenjang ini
siswa di tuntut mengubah teori atau kaidah menjadi efek
praktis,mendemonstrasikan,serta memecahkan masalah.
4. Menganalisis (analyzing) / C4
Menganalisis adalah kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa
unsur-unsur serta mengorganisasikan prinsip-prinsip. Pada jenjang ini siswa di
tuntut mengidentifikasi bagian-bagian penyusun dan fungsi dari proses atau
konsep.
5. Mengevaluasi (evaluating) / C5
Evaluasi berkaitan dngan kemampuan menetapkan derajat sesuatu
berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu. Evaluasi berkaitan dengan proses
kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar standar yang sudah
ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan
konsistensi. Jenjang ini menuntut siswa untuk meriviu, atau perencanaan strategis
dalam kaitan dengan keberlangsungan program,serta menghitung akibat dari suatu
perencanaan atau strategi (Muchlas Samami,2014:169)
6. Menciptakan (creating) / C6
Menciptakan adalah kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu
bentuk baru yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil.
Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada
pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir
kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk
menciptakan. Menciptakan pada jenjang ini yaitu mengarahkan siswa untuk dapat
melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa.

440
Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:403) perubahan dari kerangka pikir
asli ke revisinya dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.3 perubahan kerangka pikir taksonomi bloom ke taksoomi bloom revisi
(Anderson dan Krathwohl)
Berdasarkan gambar 2.3 dapat diketahui perubahan taksonomi dari kata benda
(dalam taksonomi bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi). Perubahan
ini dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan
mengindikasikan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan
sesuatu (kata benda).

3. Penerapan domain kognitif revisi dalam pembelajaran bahasa arab


Menurut Acep Hermawan (2011:32) pembelajaran adalah upaya yang
dilakukan oleh guru dalam menciptakan kegiatan belajar materi tertentu yang
kondusif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa Arab,
dikenal empat keterampilan berbahasa yang harus dipenuhi setiap pelajar bahasa,
yaitu keterampilan mendengar (maharah al-istima’), ketrampilan berbicara (al-kalam),
ketrampilan membaca (maharah al-qira’ah), dan ketrampilan menulis (maharah al-
kitabah). Tidak bisa dipungkiri bahwa ranah kognitif mempunyai kaitan erat dengan
pembelajaran bahasa Arab. Tidak hanya keterampilan berbahasa yang harus
dikuasai siswa, siswa juga harus mempelajari unsur-unsur bahasa arab,yakni: bunyi
bahasa Arab (al-ashwat),kosa kata bahasa Arab (al-mufradat) dan tarakib, Bagi penutur
asing, pembelajaran unsur-unsur bahasa arab adalah penting, salah satunya adalah
pembelajaran kosa kata Arab (mufradat). Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul
Hamid (2010:33) bahwa mufradat adalah salah satu basis pengembangan berbahasa
Arab. Diantara tujuan utama pembelajaran mufradat bahasa arab adalah memahami
makna kosakata, baik secara denotatif maupun leksikal (berdiri sendiri) maupun
dalam konteks kaliamat tertentu.
Pada pembelajaran mufradat untuk tingkat pemula (mubtadi’),terdapat kaitan
erat dengan ranah kognitif pada Taksonomi Bloom yaitu pada jenjang mengingat
(remembering) dan memahami (understanding). Pada pembelajaran mufradat bahasa

441
Arab untuk tingkat pemula (mubtadi’), siswa akan mengenali (recognizing)
mufradat bahasa arab yang baru didapat serta memanggil kembali (recalling)
mufradat bahasa arab yang telah diketahui sebelumnya, bahkan tidak jarang guru
akan meminta siswa untuk menghafalkan mufradat.
Tidak hanya pada pembelajaran unsur bahasa arab, pada pembelajaran
keterampilan (maharah) bahasa Arab juga terdapat kaitan erat dengan ranah kognitif
pada Taksonomi Bloom. Sama halnya dengan pembelajaran mufrodat bahasa Arab,
pada pembelajaran ketrampilan mendengar (maharah istima’) terjadi proses
mengenali (recognizing) mufrodat yang sedang didengar, kemudian siswa akan
berusaha memanggil ulang (recalling) mufrodat yang telah diketahui, sehingga akan
memberikan pemahaman bagi siswa yang sedang mendengarkan.
Fungsi bahasa yang paling utama adalah komunikasi,menurut Abdul Hamid
(2010:53) pada pembelajaran ketrampilan berbicara bahasa arab (maharah kalam)
siswa mampu mengekspresikan ide, pikiran dan perasaan dalam bahasa arab lisan
(ta’bir syfawi). Pada pembelajaran maharah kalam, selain mengingat kembali
(remembering), dan memahami (understanding), juga terdapat jenjang pada ranah
kognitif yang sering digunakan, yaitu mengaplikasikan (applying). Jenjang ini
menekankan pada kemampuan siswa dalam menggunakan mufradat yang telah
dipahami di dalam mengekspresikan ide dalam bahasa Arab (ta’bir syafawi).
Sedangkan dalam pembelajaran ketrampilan membaca bahasa Arab (Maharah
al-qiraah), menurut Abdul Hamid (2010:63) untuk mengembangkan maharah al-
qiraah ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki siswa,yaitu: (1) kemampuan
membedakan huruf dan kemampuan mengetahui hubungan antara lambang dan
bunyinya. (2)kemampuan mengenal kata; baik di dalam sebuah kalimat maupun
tidak, (3)memahami makna kata sesuai dengan konteks, (4)memahami makna nyata,
(5) mengetahui hubungan logis dan penggunaan kata penghubung dalam suatu
kalimat., (6)menyimpulkan isi wacana dengan cepat, (7)membaca kritis,
(8)memahami metode gaya bahasa penulis, (9)menemukan informasi tersurat
maupun tersirat, (10)membaca cepat, (11)ketelitian dalam membaca,
(12)menentukan tema atau judul besar,dan (13)menemukan ide pokok dan ide
penunjang.
Jenjang ranah kognitif yang digunakan pada pembelajaran maharah al-qiraah
mulai kompleks, mulai pada jenjang mengingat (remembering) sampai menciptakan
(creating). Penerapan ranah kognitif pada pembelajaran maharah al-qiraah siswa harus
mampu membedakan huruf serta mengenal kata (remembering), mampu memahami
makna kata (understanding), mampu mengetahui hubungan logis (analyzing),
menyimpulkan isi wacana dari pemahaman yang telah didapat serta membaca kritis
(creating).
Pada pembelajaran ketrampilan menulis bahasa Arab (maharah al-kitabah),
untuk mengembangkan maharah al-kitabah menurut Abdul Hamid (2010:74)
dibutuhkan juga beberapa kemampuan penunjang lainnya seperti penguasaan
sistem bahasa Arab yang meliput pengetahuan mengenai kosakata (mufradat),
tatabahasa (qawaid) bahasa arab sehingga tulisan itu dapat dipahami. Pada maharah
al-kitabah siswa harus meiliki kemampuan untuk menuangkan ide,pikiran atau
gagasan kedalam bentuk tulisan berbahasa Arab dengan benar, logis dan sistematis

442
(ta’bir ibdai). Pada pembelajaran maharah al-kitabah, siswa akan mengunakan
jenjang ranah kognitif secara utuh.
Menuangkan ide, pikiran atau gagasan dalam tulisan berbasa Arab adalah
salah satu contoh penerapan ranah kognitif pada jenjang menciptakan (creating).
Dalam penerapan di jenjang menciptakan (creating), siswa harus bisa memadukan
mufradat yang telah diketahui sebelumnya sehingga menjadi tulisan yang
logis,sistematis dan mudah dipahami.

Kesimpulan
Taksonomi Bloom adalah taksonomi untuk mengkalsifikasikan tujuan
pendidikan berdasarkan hierarkinya. Pada Taksonomi Bloom terdapat tiga domain
(ranah kejiwaan), yaitu : (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, dan (3) ranah
psikomotor. Pada ranah kognitif diklasifikasikan menjadi enam jenjang yang telah
direvisi, yaitu: (1) mengingat, (2) memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisi, dan
(5) mengevaluasi.
Keenam ranah kognitif ini tidak bisa dipisahkan dalam pembelajara bahasa
Arab.Pada pembelajaran bahasa arab terdapat empat ketrampilan (maharah ),yaitu :
maharah istima’,maharah kalam, maharah qiraah serta maharah kitabah, juga terdapat tiga
unsur bahasa Arab,yakni: al-ashwat,mufrodat dan tarakib. seluruh ketrampilan dan
unsur bahasa Arab tersebut tak dapat dipisahkan dari ranah kognitif dalam
Taksonomi Bloom.
Penerapan ranah kognitif jenjang mengingat (remembering) dalam pembelajaran
bahasa Arab,misalnya : menghafal mufrodat, membedakan bunyi bahasa arab (al-
ashwat). Sedangkan penerapan ranah kognitif yang lebih kompleks terdapat dalam
pembelajaran ketrampilan (maharah) bahasa Arab, seperti dalam ketrampilan
mendengar bahasa arab (maharah al-istima’) penerapan kognitif yang digunakan
adalah mengingat (remembering), dan memahami (understanding). Pada pembelajaran
ketrampilan berbicara (maharah al-kalam) ranah penerapan kognitif yang sering
digunakan adalah mengingat (remembering), memahami (understanding), serta
menerapkan (applying). Siswa akan diminta untuk menggunakan mufrodat yang
telah diketahui sebelumnya, kemudian menerapkannya dalam komunikasi.
Dalam pembelajaran ketrampilan membaca (maharah al-qiraah) penerapan
ranah kognitif yang sering digunakan adalah menganalisis (analyzing), siswa harus
memahami kemudian memecahkan struktur-struktur kompleks menjadi struktur
yang lebih sederhana. Sedangkan penerapan ranah kognitif dalam ketrampilan
menulis bahasa arab lebih kompleks lagi daripada maharah sebelumnya yaitu pada
jenjang mencipta (creating). Setelah siswa mengingat, memahami, menganalisis dan
menerapkan, siswa harus menciptakan (creating) kalimat baru yang kemudian akan
digunakan dalam berkomunikasi.

Daftar Pustaka
Anderson and Krathwohl. 2010. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives. (Agung
Prihantoro.Terjemamahan ) New York: Addison Wesley Longman, Inc. Buku asli
diterbitkan tahun 2001
Dimyanti dan Mudjiono. 2009. Belajar dan pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

443
Hamalik, Oemar. 2010. Psikologi Belajar & mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Hamid, H.M Abdul. 2010. Mengukur Kemampuan Bahasa Arab – Untuk Studi
Islam, Malang: UIN Maliki Press
Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Santrock, John W.2007.Psikologi Pendidikan, Jakarta:Kencana
Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Winkel, W.S. 1987. Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia.
Yaumi, Muhammad. 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, Jakarta: Kencana.
Zahara Idris dan Lisma Jamal. 1992. Pengantar Pendidikan 1, Jakarta: Grasindo.

444

You might also like