Setiap resep harus memiliki persyaratan yang lengkap sesuai peraturan
perundangan yang berlaku seperti persyaratan administratif, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis. Komponen yang ada dalam administrasi kelengkapan penulisan resep memiliki peran penting untuk kejelasan keterangan dalam resep. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 persyaratan administratif meliputi: a. Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien b. Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter c. Tanggal penulisan resep d. Ruangan/unit asal resep Pada contoh resep yang diperoleh, persyaratan administratif yang terdapat pada resep tersebut hanya ada nama pasien, nama dokter, alamat klinik, dan tanggal penulisan resep. Pencantuman nama pasien di dalam resep sangat penting, yaitu untuk menghindari tertukarnya obat dengan pasien lain pada waktu pelayanan di apotek. Untuk alamat pasien sering kali tidak dibutuhkan kecuali untuk pasien dengan obat narkotika/psikotropika, alamat pasien berguna sebagai identitas pasien apabila terjadi kesalahan dalam pemberian obat di apotek, atau obat tertukar dengan pasien lain. Pencantuman umur pasien di dalam resep berguna dalam kaitannya dengan perhitungan dosis obat, karena banyak rumus untuk perhitungan dosis menggunakan umur pasien. Umur pasien juga berkaitan dengan kesesuaian bentuk sediaan akhir pada resep racikan. Pada resep tersebut hanya terdapat nama pasien saja yaitu Meisha namun tidak terdapat umur ataupun alamat pasien. Nama dokter merupakan salah satu syarat administrasi resep yang harus dipenuhi, karena dengan dicantumkannya nama dokter menujukkan bahwa resep tersebut asli dan dapat di pertanggungjawabkan dan tidak dapat disalahgunakan orang lain selain tenaga keprofesian dokter dalam hal ini untuk menentukan keputusan medis kepada pasien. Dalam resep, terdapat nama dokter yaitu dokter Putri H. Selain nama dokter, penulisan SIP dokter wajib dicantumkan di dalam resep, terutama untuk dokter praktik pribadi karena untuk menjamin bahwa dokter tersebut secara sah diakui dalam praktek keprofesian dokter. Peraturan menteri kesehatan juga menyebutkan bahwa dokter dan dokter gigi wajib memiliki SIP (Menkes RI, 2007). Namun dalam resep tidak dicantumkan SIP dari dokter tersebut. Alamat dokter terdiri dari alamat praktek, alamat rumah, dan nomor telepon dokter yang biasa dicantumkan dalam resep. Alamat dokter harus dicantumkan dengan jelas dan diperlukan apabila suatu resep tulisannya tidak jelas atau meragukan dapat langsung menghubungi dokter yang bersangkutan, hal ini juga akan memperlancar pelayanan pasien pada waktu di apotek. Namun, khusus untuk resep rumah sakit atau klinik sudah lengkap dicantumkan alamat dan nomor telepon rumah sakit atau klinik seperti yang tertera pada bagian atas resep tersebut. Pencantuman paraf dokter digunakan agar resep yang ditulis otentik dan dapat dipertanggungjawabkan agar tidak disalahgunakan oleh masyarakat umum, hal itu terkait dalam penulisan resep narkotik maupun psikotropika. Untuk tanggal penulisan resep dicantumkan untuk keamanan pasien dalam hal penggambilan obat. Apoteker dapat menentukan apakah resep tersebut masih dapat dilayani di apotek atau disarankan kembali ke dokter. Pada resep tersebut terdapat tanggal penulisan resep yaitu 17 Mei 2018 namun tidak disertai paraf dokter. Kelengkapan resep dalam hal administrasi sering kali terjadi penyimpangan yang meliputi tanggal penulisan resep, SIP, alamat dokter, paraf dokter, dan keterangan bentuk sediaan. Tidak lengkapnya tanggal penulisan dan paraf dokter membuat keabsahan atau keaslian resep diragukan (Rahmawati dan Oetari, 2002). Jadi, setiap komponen dalam penulisan resep sangat penting untuk dilengkapi, selain untuk keamanan pasien juga dapat membantu apoteker dalam proses pembacaan resep dan kemudahan dalam pelayanan pemberian obat. Daftar Pustaka Rahmawati. F dan Oetari. R. 2002. Tinjauan Penulisan Resep : Tinjuan Aspek Legalitas dan Kelengkapan Resep di Apotek - Apotek Kotamadya Yogakarta. Majalah Farmasi Indonesia. vol.13 hal : 89-94.