Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
ini tercantum jelas pada Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar (UUD) 1945
setelah amandemen ketiga pada tahun 2001. Kalimat pada Pasal tersebut
dari Pasal ini terdapat pada Penjelasan UUD 1945 (sebelum amandemen), bahwa
itu bisa disebut hak, melainkan hanya yang diberikan oleh hukum kepada
1
Barda Nawawi Arief, 2007, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam
Penanggulangan Kejahatan, Cetakan Pertama, Kencana, Jakarta, hlm. 11.
2
manusia dan kinerja para penegak hukum. Faktor kesadaran manusia ini
merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap penegakan hukum,
jabatannya, telah dengan tegas menunjukkan bahwa Notaris tidak berarti apa-apa
perhatian yang lebih kepada kebijakan dan tingkah laku pejabat publik terlebih
pidana korupsi ini dirumuskan sedemikian rupa sehingga meliputi pula perbuatan-
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi secara
tersebut, pengertian melawan hukum dalam tindak pidana korupsi dapat pula
2
Satjipto Raharjo, 2000 Ilmu Hukum, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 53.
3
Liliana Tedjosaputro, 1995, Etika Profesi Notaris (Dalam Penegakan Hukum Pidana), Bigraf
Publishing, Yogyakarta, hlm. 69.
4
H.F.A. Vollmar, 1948, Pengantar Studi Hukum Perdata, CV. Rajawali, Jakarta, hlm. 14.
3
Dalam tulisan ini, penulis ingin meneliti tentang Hak Ingkar Notaris
terkait tindak pidana korupsi, dengan salah satu contoh kasus Djoko Susilo (DS)5
satu aset yang dialihkan kepemilikannya terhadap pihak lain tersebut berupa
Dalam hal ini Notaris EM yang diminta Djoko Susilo membuat akta pendirian
pendirian Perseroan Terbatas (PT), dan sebelum dibuat Akta Jual Beli (AJB) oleh
yang dianggap perlu guna mengamankan hartanya yang diperoleh dari hasil tindak
pidana korupsi.
5
“Djoko Segera Disidang, KPK Terus Telusuri Asetnya”, dikutip dari
http://nasional.kompas.com/read/2013/04/01/1509309/Djoko.Segera.Disidang..KPK.Terus.Telusu
ri.Asetnya diakses pada tanggal 20 Januari 2014 pada pukul 21.10 WIB.
6
“Peran Notaris Dalam Kasus Djoko Susilo”,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51e370a2338ed/peran-notaris-dalam-kasus-djoko-
susilo. Diakses pada 30 Januari 2014 pada pukul 20.30 WIB.
4
sebagai saksi dari kasus tersebut. Terkait dengan profesi Notaris, hal ini tentunya
berkaitan dengan hak ingkar yang melekat pada profesi Notaris berdasarkan Pasal
4 ayat (2) yang berbunyi : Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatan
saya. Kemudian dalam Pasal 16 ayat (1) huruf f yang berbunyi: Dalam
mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna
menentukan lain”;
Konstitusi yang terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal 28 (dua puluh
delapan), bulan Mei, tahun 2013 (dua ribu tiga belas), melalui putusannya Nomor
Menyatakan :
1945;
5
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4432) tidak
kepada masyarakat yang memerlukan alat bukti tertulis, khususnya yang berupa
akta otentik.
Kedua, KUHPidana Pasal 322 (1) berbunyi : Barang siapa dengan sengaja
membuka rahasia yang wajib disimpan karena jabatan atau mata perncariannya,
baik yang sekarang maupun dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah. Ayat (2),
Apabila kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu
hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.
Ketiga, K.U.H. Acara Pidana : Pasal 170 ayat (1) berbunyi : Mereka yang karena
pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia,
dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi,
yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka. Ayat (2) Hakim menentukan
sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.
Keempat, K.U.H. Perdata dan H.I.R. Pasal 1909 dan Pasal 146 dan ada Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986, diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004, diubah kembali dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 pada Pasal
89 yang berbunyi :
(1) Orang yang dapat minta pengunduran diri dari kewajiban untuk
memberikan kesaksian ialah :
a. saudara laki-laki dan perempuan, ipar laki-laki dan perempuan salah
satu pihak;
b. setiap orang yang karena martabat, pekerjaan atau jabatannya
diwajibkan merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
martabat, pekerjaan atau jabatannya itu.
(2) Ada atau tidak adanya dasar kewajiban untuk merahasiakan segala
sesuatu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, diserahkan
kepada pertimbangan Hakim.
orang yang menolak panggilan sebagai saksi diatur di dalam Pasal 224 ayat (1)
KUHP yang berbunyi: “Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru
bunyi Pasal tersebut, bentuk kesalahan adalah kesengajaan, sehingga bagi saksi
hanya lupa atau segan untuk datang saja, maka hanya dikenakan Pasal 522
7
KUHP. Sehingga seseorang hanya dapat dihukum karena tidak mau menjadi
saksi apabila telah ada panggilan bagi dirinya untuk menjadi saksi dalam suatu
perkara pidana maupun perdata. Selama tidak ada panggilan tersebut, maka tidak
ada keharusan untuk bersaksi. Meskipun harus diingat pula ketentuan pada UU
konsekuensi profesi notaris adalah kewajiban untuk merahasiakan isi akta dan
mudah mengingat hal ini terpulang kepada Notaris sendiri dengan kesadaran dan
penuh tanggung jawab dalam tugas dan jabatannya mengikuti atau berdasarkan
aturan hukum yang berlaku.8 Tidak bisa dipungkiri, bahwa sebagian dari Majelis
sebagai pembela Notaris, oleh karena itu yang semestinya harus dibenahi adalah
7
A. Kohar, 1983, Notaris Dalam Praktek Hukum, Alumni, Bandung, hlm. 29.
8
Habib Adjie, 2011, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, PT Refika
Aditama, Bandung, hlm 3.
8
orang-orang yang duduk dan menjabat pada Majelis Pengawas Daerah, dan
Majelis tersebut.
Pasal 66 berbunyi :
(1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau
hakim dengan persetujuan majelis kehormatan Notaris berwenang:
a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan
pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris;
dan
b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan
dengan Akta atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan
Notaris.
(2) Pengambilan fotokopi Minuta Akta atau surat-surat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, dibuat berita acara penyerahan.
(3) Majelis kehormatan Notaris dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja terhitung sejak diterimanya surat permintaan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan jawaban
menerima atau menolak permintaan persetujuan.
(4) Dalam hal majelis kehormatan Notaris tidak memberikan jawaban
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), majelis
kehormatan Notaris dianggap menerima permintaan persetujuan.
Pasal 66A
(1) Dalam melaksanakan pembinaan, Menteri membentuk majelis
kehormatan Notaris.
(2) Majelis kehormatan Notaris berjumlah 7 (tujuh) orang, terdiri atas
unsur:
a. Notaris sebanyak 3 (tiga) orang;
b. pemerintah sebanyak 2 (dua) orang; dan
c. ahli atau akademisi sebanyak 2 (dua) orang.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan fungsi, syarat dan tata
cara pengangkatan dan pemberhentian, struktur organisasi, tata kerja,
dan anggaran majelis kehormatan Notaris diatur dengan Peraturan
Menteri.
merupakan materi muatan Pasal 66 (lama) ditambah materi muatan Pasal 12 dan
Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim adalah lembaga yang baru akan dibentuk,
melainkan juga harus menguasai berbagai macam ketentuan hukum acara maupun
B.Rumusan Masalah
Untuk menghindari agar penulisan ini tidak keluar dari pokok masalah,
2004?
20/PID.SUS/TPK/2013/PN.JKT.PST?
C.Tujuan Penulisan
20/PID.SUS/TPK/2013/PN.JKT.PST.
D.Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan ini, antara
1. Secara Praktis.
a. Penulisan ini dapat menjadi pemahaman yang lebih luas bagi praktisi
20/PID.SUS/TPK/2013/PN.JKT.PST.
2. Secara Teoritis
E.Keaslian Penulisan
penulisan dan karya-karya ilmiah telah dilakukan, dan telah ditemukan berbagai
hasil penulisan yang membahas permasalahan serupa tetapi tidak ditemukan hasil
penulisan lain yang secara spesifik membahas penyalahgunaan hak ingkar notaris
sebagai berikut:
Kepolisian dalam hal ini masih dinilai belum maksimal dan kurangnya
sidang pengadilan?
9
Arie Syahrur, 2012, Penyalahgunaan Hak Ingkar Notaris Dalam Penyidikan Perkara Pidana,
Tesis Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
10
Wahyu Kencana Wiguna, 2010, Hak Ingkar Notaris Dalam Hukum Pembuktian Pidana, Tesis
Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
13
akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris. Ketiga, Hak Istimewa Notaris ini
dapat dinegasikan demi keadilan yang lebih besar sehingga pengaturan hak
atau tidaknya hak ingkar notaris secara spesifik dalam tindak pidana korupsi