You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN MYOMA UTERI

DENGAN TEKNIK INSTRUMENTASI HYSTEREKTOMY


DI KAMAR OPERASI 3
RSUD DOKTER MOHAMAD SALEH PROBOLINGGO

OLEH :
MOCHAMMAD FUAD BADAWI
P17211175011

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG
2018
ASUHAN KEPERAWATAN MYOMA UTERI
PADA Ny. A DI KAMAR OPERASI 3
RSUD DOKTER MOHAMAD SALEH PROBOLINGGO

OLEH :
MOCHAMMAD FUAD BADAWI
P17211175011

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG
2018
MYOMA UTERI

Definisi Mioma Uteri


Secara umum, uterus mempunyai 3 lapisan jaringan iaitu lapisan terluar perimetrium,
lapisan tengah miometrium dan yang paling dalam adalah endometrium. Miometrium adalah
yang paling tebal dan merupakan otot polos berlapis tiga; yang sebelah luar longitudinal, yang
sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini beranyaman.Miometrium dalam
keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi. Tumor jinak yang berasal dari sel otot
polos dari myometrium dipanggil leiomioma. Tetapi kerana tumor ini berbatas tegas maka
ianya sering dipanggil sebagai fibroid. Mioma uteri juga adalah berasingan, bulat, berbatas
tegas, warna putih hingga merah jambu pucat, bersifat jinak dan terdiri dari otot polos dengan
kuantiti jaringan penghubung fibrosa yang berbeda-beda. Sebanyak 95% mioma uteri berasal
dari corpus uteri dan lagi 5% berasal dari serviks. Mioma uteri juga adalah tumor pelvis yang
sering terjadi dan diperkirakan sebanyak 10% kasus ginekologi umumnya. Neoplasma jinak
ini mempunyai banyak nama sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma,
leiomioma, fibroid atau pun mioma uteri.

Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus dan hanya 1-3%, sisanya
adalah dari korpus uterus. Maka pembagian menurut letaknya dapat kita dapati sebagai:

1.Mioma submukosum: berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
saluran serviks dan dipanggil myomgeburt
2.Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium

3.Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada
jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari
uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid
Epidemiologi
Mioma uteri adalah perkara biasa yang sering berlaku kepada wanita. Seleksi uteri
dilakukan dari 100 wanita yang menjalankan histerektomi ditemukan 77% mempunyai mioma
uteri termasuk yang bersaiz sekecil 2mm. Mioma uteri juga sering ditemukan pada wanita
yang menjalankan histerektomi untuk indikasi yang lain walaupun ditemukan kecil dan tidak
banyak. Ini karena kebanyakan tehnik pemeriksaan imaging tidak mempunyai resolusi di
bawah 1 cm maka insidensi kejadian sebenar mioma uteri tidak dapat dipastikan meskipun
mioma uteri yang kecil tidak memberikan gejala klinis.
Spesimen histerektomi daripada wanita premenopaus dengan mioma uteri adalah rata-
rata 7,6. Wanita postmenopaus pula adalah 4,2. Random sampling daripada wanita berusia 35
- 49 tahun yang menjalani pemeriksaan rutin, hasil rekam medis dan pemeriksaan sonografi
didapatkan pada usia 35 tahun insidensi terjadinya mioma uteri adalah sebanyak 60% untuk
wanita Afrika-Amerika; insidensi ini meningkat sehingga 80% pada usia 50 tahun. Wanita
caucasia pula mempunyai insidensi setinggi 40% pada usia 35 tahun dan meningkat sehingga
70% pada usia 50 tahun.
Dari penelitian dilakukan oleh Ran Ok et-al di Pusan St. Benedict Hospital Korea yang
dilakukan terhadap 815 kasus mioma uteri diketahui bahwa kasus mioma uteri tebanyak
terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun. Keluhan utama
terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam abnormal (44,1%).
Mioma uteri tipe intramural adalah yang terbanyak dari tipe mioma uteri secara patologi
anatomi (51,3%). Kadar haemoglobin (Hb) rata-rata penderita mioma uteri adalah 10,92 gr%
dan 37,6% diantaranya dilakukan transfusi darah. Histerektomi total ditemukan sebagai
tindakan penatalaksanaan terbanyak pada kasus-kasus mioma uteri (91,5%).

Etiologi dan Patogenesis


Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti sampai saat ini, tetapi
penyelidikan telah dijalankan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik,
growth factor, dan biologi molekular untuk tumor jinak ini. Faktor yang diduga berperan
untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada
miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium, perubahan
hormonal, atau respon kepada kecederaan iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri,
perubahan-perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promoter (hormon) dan efektor
(growth factors).
Bagi Meyer dan De Snoo, mereka mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam
abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau
testosteron. Puukka dan kawan-kawan pula menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma
lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel
imatur, bukan dari selaput otot yang matur.
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik
maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor-
faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum diketahui pasti. Dari penelitian
menggunakan glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari
jaringan uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan
mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan
growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan
tumor.
Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma,
namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari
reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya
namun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Hormon progesteron
meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor
pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan
pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan
dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler.
Faktor Risiko
1. Usia penderita
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
3.Riwayat Keluarga
4.Etnik
5.Berat Badan
6.Diet
7. Kehamilan dan paritas
8.Kebiasaan merokok
Patologi Anatomi
Gambaran histopatologi mioma uteri adalah seperti berikut: Pada gambaran
makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas, bersimpai, pada penampang
menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran-lingkaran konsentrik di dalamnya.
Tumor ini bisa terjadi secara tunggal tetapi kebiasaanya terjadi secara multipel dan bertaburan
pada uterus dengan saiz yang berbeda-beda.
Perubahan-perubahan sekunder yang terjadi pada mioma uteri adalah:
1. Atrofi:
Sesudah kehamilan atau sesudah menopause mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi Hialin:
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan
struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau sebagian kecil
daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasi Kistik:
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, di mana sebagian dari mioma menjadi cair,
sehingga terbentuk ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dengan kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu (Calcireous Degeneration):
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh kerana adanya gangguan dalam
sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi
keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5. Degenerasi merah (Carneous Degeneration):
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis terjadinya
diperkirakan kerana suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan
dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah bewarna merah disebabkan oleh pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila pada kehamilan muda
disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan.
6.Degenerasi lemak
Jarang terjadi dan merupakan lanjutan degenerasi hialin.
Gambaran Klinis dan Keluhan
Kebanyakan kasus ditemui secara kebetulan kerana tumor ini tidak mengganggu.
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, ukuran
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.Gejala yang terjadi dapat digolongkan seperti
berikut:
1. Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan
dapat juga terjadi metroragia. Antara penyebab perdarahan ini adalah:
-pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium
-permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa
-atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
-miometrium tidak dapat berkontraksi optimal kerana adanya sarang mioma di antara serabut
miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Disebabkan permukaan endometrium yang menjadi lebih luas akibat pertumbuhan mioma,
maka lebih banyak dinding endometrium yang terhakis ketika menstruasi dan ini
menyebabkan perdarahan abnormal. Walaupun menstruasi berat sering terjadi tetapi siklusnya
masih tetap
Perdarahan abnormal ini terjadi pada 30% pasien mioma uteri dan perdarahan
abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.Pada suatu penelitian yang
mengevaluasi wanita dengan mioma uteri dengan atau tanpa perdarahan abnormal, didapat
data bahwa wanita dengan perdarahan abnormal secara bermakna menderita mioma
intramural (58% banding 13%) dan mioma submukosum (21% banding 1%) dibanding
dengan wanita penderita mioma uteri yang asimtomatik.

2. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul kerana gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri panggul
yang disebabkan mioma uteri bisa juga disebabkan degenerasi akibat oklusi
vaskuler,infeksi,torsi dari mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang
disebabkan mioma subserosum.Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvik dan menekan
bagian tulang pelvik yang dapat menekan saraf sehingga menyebabkan rasa nyeri yang
menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas posterior.
3. Gejala tanda penekanan
Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urin, pada
ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan
obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

Infertilitas dan Abortus


Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangakn mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh
kerana distorsi rongga uterus.

Mioma Uteri dan Kehamilan


Selain dari potensi mioma untuk menyebabkan infertilitas dan abortus, kehamilan itu
sendiri dapat menimbulkan perubahan pada mioma uteri seperti:
1. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama kerana pengaruh estrogen yang
kadarnya meningkat.
2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas.
3. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai tetapi dapat juga mengalami torsi dengan gejala
dan tanda sindrom abdomen akut.
Diagnosa Mioma Uteri
Dapat ditegakkan dengan:
1. Anamnesis:
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Ultra Sonografi (USG): mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan kombinasi
transabdominal dan transvaginal sonografi. Gambaran sonografi mioma kebiasaanya adalah
simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi kistik menunjukkan anechoic.
b) Magnetic Resonance Imagine (MRI): lebih baik daripada USG tetapi mahal. MRI mampu
menentukan saiz, lokasi dan bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak penembusan
mioma submukosa di dalam dinding miometrium.
Diagnosa Banding
Diagnosa banding yang perlu dipikirkan adalah tumor abdomen di bagian bawah atau
panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma submukosum yang dilahirkan harus
dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural harus dibedakan dengan suatu
adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri.
Komplikasi Mioma Uteri
Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh
mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru
ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan
uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma
dalam menopause (Prawirohardjo, 2007).
Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi
terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaklah dibedakan dengan suatu
keadaan di mana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma
dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan kerana gangguan sirkulasi darah
padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia
atau menoragia disertai leukore dan gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus
sendiri.
Penatalaksanaan Mioma Uteri
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma
uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu
masih kecil dan tidak menimbulakan gangguan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan
pengamatan setiap 3-6 bulan.
Penanganan mioma uteri menurut usia,paritas,lokasi dan ukuran tumor terbagi kepada:
1. Terapi medisinal (hormonal)
Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis memberikan
hasil yang baik memperbaiki gejala klinis mioma uteri. Tujuan pemberian GnRH agonis
adalah mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium.
Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi
vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal
yang lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan mengurangi gejala
pendarahan tetapi tidak mengurangi ukuran mioma uteri.
2. Terapi pembedahan
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of obstetricians
and Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive Medicine (ASRM) adalah
a. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
b. Sangkaan adanya keganasan
c. Pertumbuhan mioma pada masa menopause
d. Infertilitas kerana ganggaun pada cavum uteri maupun kerana oklusi tuba
e. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu
f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
g. Anemia akibat perdarahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi atau histerektomi.
1. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma sahaja tanpa pengangkatan
uterus.Miomektomi ini dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan funsi
reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya
pada mioma submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi ini
dikerjakan kerana keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan
adalah 30-50%.
Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun
dengan laparoskopi. Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk
mengangkat mioma dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan
pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin
timbul pada pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada
miomektomi secara laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan
mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien, disamping masa penyembuhan paska operasi lebih
lama, sekitar 4-6 minggu.
Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma submukosum yang
terletak pada kavum uteri.Keunggulan tehnik ini adalah masa penyembuhan paska operasi
sekitar 2 hari. Komplikasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul perlukaan pada
dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan.
Miomamektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma yang
bertangkai diluar kavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Mioma
subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat diangkat dengan tehnik ini.
Keunggulan laparoskopi adalah masa penyembuhan paska operasi sekitar 2-7 hari. Resiko
yang terjadi pada pembedahan ini termasuk perlengketan, trauma terhadap organ sekitar
seperti usus, ovarium,rektum serta perdarahan.
Sampai saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan prosedur standar bagi
wanita dengan mioma uteri yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya.
2. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan terpilih.
Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Histerektomi
dijalankan apabila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus
urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu. Tindakan histerektomi
dapat dilakukan secara abdominal (laparotomi), vaginal dan pada beberapa kasus dilakukan
laparoskopi.
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal
hysterectomy (TAH) dan subtotal abdominal histerectomy (STAH). Masing-masing prosedur
ini memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari resiko operasi
yang lebih besar seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih
dan rektum. Namun dengan melakukan STAH kita meninggalkan serviks, di mana
kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi yang
timbul pada tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdaraahn
paska operasi di mana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.
Histerektomi juga dapat dilakukan pervaginanm, dimana tindakan operasi tidak
melalui insisi pada abdomen. Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya
merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal
sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Maka histerektomi
pervaginam tidak terlihat parut bekas operasi sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik.
Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi lebih minimal dan masa
penyembuhan lebih cepat dibandng histerektomi abdominal.
Histerektomi laparoskopi ada bermacam-macam tehnik. Tetapi yang dijelaskan hanya
2 iaitu; histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi (Laparoscopically assisted vaginal
histerectomy / LAVH) dan classic intrafascial serrated edged macromorcellated hysterectomy
(CISH) tanpa colpotomy.
Pada LAVH dilakukan dengan cara memisahkan adneksa dari dinding pelvik dengan
memotong mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian bawah, pemisahan pembuluh
darah uterina dilakukan dari vagina.
CISH pula merupakan modifikasi dari STAH, di mana lapisan dalam dari serviks dan
uterus direseksi menggunakan morselator. Dengan prosedur ini diharapkan dapat
mempertahankan integritas lantai pelvik dan mempertahankan aliran darah pada pelvik untuk
mencegah terjadinya prolapsus. Keunggulan CISH adalah mengurangi resiko trauma pada
ureter dan kandung kemih, perdarahan yang lebih minimal,waktu operasi yang lebih cepat,
resiko infeksi yang lebih minimal dan masa penyembuhan yang cepat. Jadi terapi mioma uteri
yang terbaik adalah melakukan histerektomi. Dari berbagai pendekatan, prosedur histerektomi
laparoskopi memiliki kelebihan kerana masa penyembuhan yang singkat dan angka
morbiditas yang rendah dibanding prosedur histerektomi abdominal.
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiryoharjo.
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Mioma-uteri
Obstetri. Dalam: Profitasari, Hartanto H, Suyono YJ, Yusna D, Kosasih AA, Prawira J,
dkk, editor. Obstetri Williams Vol 1. Edisi 21. Jakarta: EGC; 2006. h. 685-742

DeCherney AH, Nathan L. 2003. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and
Treatment. Ninth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.

Khoman, JS. 2007. Mioma-uteri.Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 80, 1992:60-3.
TEKNIK INSTRUMENTASI HYSTERECTOMI

A. PENGERTIAN
Hysterectomi adalah suatu prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat
uterus, baik secara subtotal (sebagian) tanpa serviks uteri ataupun secara total
(seluruhnya).

B. INDIKASI
1) Mioma Uteri
2) Fibrosis Uteri
3) Pendarahan Uterus Abnormal
4) Endometriosis
5) Prolaps Uteri
6) Leiomioma

C. TUJUAN

1) Mengerti langkah – langkah teknik operasi Radical Hysterectomy.


2) Memperlancar jalannya operasi.
3) Dapat mempertahankan kesterilan alat-alat instrument.
4) Dapat mengatur alat secara sistematis di meja mayo.
5) Dapat mencegah tertinggalnya instrument pada lapangan operasi.

D. PERSIAPAN PASIEN

1) Persetujuan operasi
2) Infom konsen
3) Alat – alat dan obat – obatan
4) Puasa
5) Lavement
E. PERSIAPAN ALAT

a. Alat non steril


1) Desinfektan (betadine 10%, Alkohol 70 % dan savlon) pada tempatnya.
2) Cairan PZ (NaCl 0,9%)
3) Plat diathermi
4) Mesin diathermi
5) Mesin suction
6) Meja mayo
7) Meja Operasi
8) Meja instrumen
9) Tempat sampah
10) Lampu operasi
11) Plester polyester (Hypavik)
12) Urobag, Spuit 10 cc
13) Gunting verban
b. Alat steril
1) Linen set:
 Linen besar
 Linen kecil
 Gaun operasi
 Sarung meja instrument
2) Kassa dan deppers
3) Darm gass
4) Senur diathermi dan selang suction.
5) Bengkok berisi cucing besar yang didalamnya terdapat cairan NaCl 0,9%, cucing kecil
berisi cairan Betadine 10%
6) Mess no 20
7) Larutan desinfektan
8) Handel lampu
9) Benang – benang:
 Non Absorbsable : Silk no 0,1,2/0, 3/0.
 Absorbsable :
 Catgut Plain no 1, 2/0
 PGA (Vicryl, optime, safil) no 1
 Catgut chromic no 2
 Monosyn no 1, 3/0
10) Jarum ½ lingkaran round dan cutting
11) Folley cateter no 16
12) Handscoen steril no 6, 7 sesuai kebutuhan

c. Set dasar (Basic set)


1) Desinfeksi klem :2
2) Doek klem :5
3) Handvat mesz / Scalpel Handel no 3 :1
4) Pincet chirurgie / Tissue Forceps :2
5) Pinset anatomis :2
6) Arteri klem van pean :6
7) Arteri klem bengkok : 10
8) Arteri klem van kocher :4
9) Langen back :1
10) Wound hag gigi tajam / tumpul :2
11) Wound hag timan :2
12) Tongue spatel :1
13) Miculik :4
14) Babcock Ellis klem :2
15) Blass speculum :1
16) Fesel tip :2
17) Wend huk :1
18) Kogel tang :1
19) Right angle :2
20) Gunting Metzemboum :1
21) Gunting preparasi :1
22) Irrigation canule :1
23) Gunting benang / Ligatur Scissors :1
24) Nald voeder / Needler Holder :2

d. Set tambahan
1) Abdominal rectactor :1
2) Ring tang :1
3) Weith heim set :1

F. Prosedur Pelaksanaan

Pelaksanaan :
1. Pada saat pasien diintubasi, perawat instrumen mencuci tangan secara fuerbringer dengan
larutan desinfektan, kemudian dikeringkan dengan waslap steril.
2. Instumentor memakai gaun oprasi dan handscoen steril dengan teknik No – Toch (tanpa
sentuh).
3. Instrumentor menyiapkan instrumen dasar di meja mayo dan menata secara sistematis.
4. Instumentor memasang sarung meja mayo dan doek steril diatasnya sebanyak 3 lapis,
dilanjutkan dengan mengatur alat – alat instrumen di atas meja mayo secara sistematis.
5. Memasang plat diathermi yang dibantu oleh perawat sirkulasi.
6. Operator dan asisten mencuci tangan dan memakai gaun operasi serta handscoen steril
yang dibantu oleh instumentor dan perawat sirkulasi.
7. Memberikan desinfeksi klem dan betadine 10%, deppers yang ditaruh di dalam cucing
pada operator atau asisten untuk desinfeksi lapangan operasi.
8. Drapping lapangan operasi dengan menggunakan 2 doek besar, 5 doek kecil dan 4 doek
klem untuk fiksasi.
9. Instrumentor mendekatkan alat – alat instrumen ke meja operasi, mengatur dan
memasang senur dithermi dan selang suction yang dibantu oleh perawat sirkulasi.
10. Informasikan kepada operator bahwa instrumen sudah siap operasi dan operasi sudah bisa
dimulai.
11. Memberikan pinset chirurgis kepada operator untuk mengetes reaksi anastesi (bila SAB).
12. Memberikan handvat mess kepada operator untuk melakukan insisi kulit secara med-line
lapis demi lapis sampai fasia. Perdarahan dirawat dengan kassa, klem pean dan diathermi.
13. Memberikan pinset chirurgis dan gunting preparasi ke operator untuk memperpanjang
irisan ke arah proximal dan distal. Setelah kelihatan peritonium, operator dan asisten
membuka peritonium menggunakan gunting preparasi dan double pinset chirurgis,
kemudian dipegang dengan menggunakan double miculik. Irisan diperpanjang
secukupnya lalu jaukan dari lapangan operasi alat – alat instrumen yang pendek dan kassa
lepas.
14. Berikan abdominal rectactor untuk membuka lapangan operasi dan darm gass yang telah
sedikit dibasahi dengan larutan NaCl 0,9% untuk meliindungii usus.
15. Berikan double haemostatic klem kocher untuk memegang uterus.
16. Berikan doble haemostatic klem bengkok untuk menjepit ligamentum rotundum
kemudian digunting dengan preparasi scissors untuk memotongnya.
17. Berikan silk no 0 (jarum round ½ lingkaran) pada jaringan yang akan ditinggal,
sedangkan berikan silk no 1 (jarum round ½ lingkaran) pada jaringan yang akan dibuang.
18. Daerah retro peritonial kanan dan kiri dibuka.
19. Operator membuat tunnel avasculer, berikan kom klem untuk menjepit ligamentum
invidibulo pelvicum, dipotong dengan preparasi scissors dan dijahit dengan silk no 0.
20. Berikan gunting preparasi dan pinset chirurgis pada operator untuk membuat blader flap,
dengan cara membuka plika vesica urinaria.
21. Berikan krom klem untuk membuat sayatan tersebut. Setelah terbuka, beri kassa lepas 1
buah.
22. Berikan deppers yang dijepit dengan desinfeksi klem untuk memisahkan plika vesica
urinaria dengan babcock untuk menjepit ureter.
23. Berikan benang silk no 1 untuk kontra klem.
24. Berikan kocher klem untuk kontra klem, lalu digunting dan dijahit dengan silk no 0
secara transfiks (benang dipotong), jahitan kedua juga memakai silk no 0 lalu ujungnya
dijepit dengan klem pean.
25. Berikan jahitan silk no 1 uuntuk kontra klem.
26. Berikan kocher klem / krom klem untuk menjepit vasa uterina kanan dan kiri lalu
dipotong dengan gunting dengan gunting metzemboum dan dijahit dengan silk no 0,
dilanjutkan pemisahan vasa uterina sampai ke bawah sehingga jahitan sudut di atas
vagina kanan dan kiri.
27. Berikan ring tanng untuk pengambilan kelenjar getah bening kanan dan kiri.
28. Berikan double muscuito untuk menjepit pembulu darah dan diikat dengan silk no 0
dengan menggunakan right angle untuk mengambil benang.
29. Berikan weith heim klem untuk menjepit ligamentum sakro uterina, beri gunting
preparasi untuk memotongnya dan dijahit dengan silk no 0, uterus dipotong setinggi 1/3
proximal vagiina.
30. Berikan krom klem untuk memisahkan parametrium kanan dan kiri sampai di atas vagina
bila sudah terlepas.
31. Berikan catgut chromic no 2 (jarum cutting ½ lingkaran) untuk menjahit sudut, sedangkan
popyamide monofilament / monosyn no 1 unutk menjahit stoma vagina secara jelujur
feston dan ujung benang dijepit dengan klem pean.
32. Berikan silk no 0 untuk melakukan cross bila ada perdarahan.
33. Berikan pinset anatomis dan senur diathermi untuk merawat perdarahan.
34. Bila perlu siapkan spongstan 3 buah untuk mencegah perdarahan di daerah
retroperitoneal.
35. Berikan benang silk no 3/0 (jarum round) untuk mejahit retroperitoneum.
36. Siapkan cairan NaCl 0,9% untuk mencuci cavum abdomen.
37. PERHATIAN
Cek semua alat dan bahan yang dipakai sebelum menutup peritoneum. Setelah itu
operator melepas abdominal rectactor.

38. Luka operasi ditutup lapis demi lapis.


a. Berikan 4 buah miculik untuk menjepit tiap sisi peritonium dan dijahit dengan catgut
plain usp 1 secara feston jarum round dan dipegang dengan pinset anatomis.
b. Kemudian otot dijahit dengan catgut plain usp 0 jarum round satu persatu dan dipegang
dengan pinset chirurgis.
c. Berikan double kocker untuk menjepit ujung fasia, kemudian dijahit dengan safil no 1 dan
dipengan dengan pinset chirurgis + langen back.
d. Berikan naldvoelder beserta monosyn 3/0 jarum cutting dan pinset chirurgis untuk
menjahit kulit.
39. Luka operasi dibersihkan dengan kassa basah (PZ) dan dikeringkan dengan kassa kering.
Kemudian luka operasi dioles dengan betadine 10%, lalu ditutup dengan kassa kering dan
difiksasi dengan hypavik.
40. Cek semua instrumen kemudian diserahkan kepada perawat sirkulasi untuk dibesihkan
dan diset ulang

You might also like