Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
MOCHAMMAD FUAD BADAWI
P17211175011
OLEH :
MOCHAMMAD FUAD BADAWI
P17211175011
Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus dan hanya 1-3%, sisanya
adalah dari korpus uterus. Maka pembagian menurut letaknya dapat kita dapati sebagai:
1.Mioma submukosum: berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
saluran serviks dan dipanggil myomgeburt
2.Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium
3.Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada
jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari
uterus, sehingga disebut wandering/parasitic fibroid
Epidemiologi
Mioma uteri adalah perkara biasa yang sering berlaku kepada wanita. Seleksi uteri
dilakukan dari 100 wanita yang menjalankan histerektomi ditemukan 77% mempunyai mioma
uteri termasuk yang bersaiz sekecil 2mm. Mioma uteri juga sering ditemukan pada wanita
yang menjalankan histerektomi untuk indikasi yang lain walaupun ditemukan kecil dan tidak
banyak. Ini karena kebanyakan tehnik pemeriksaan imaging tidak mempunyai resolusi di
bawah 1 cm maka insidensi kejadian sebenar mioma uteri tidak dapat dipastikan meskipun
mioma uteri yang kecil tidak memberikan gejala klinis.
Spesimen histerektomi daripada wanita premenopaus dengan mioma uteri adalah rata-
rata 7,6. Wanita postmenopaus pula adalah 4,2. Random sampling daripada wanita berusia 35
- 49 tahun yang menjalani pemeriksaan rutin, hasil rekam medis dan pemeriksaan sonografi
didapatkan pada usia 35 tahun insidensi terjadinya mioma uteri adalah sebanyak 60% untuk
wanita Afrika-Amerika; insidensi ini meningkat sehingga 80% pada usia 50 tahun. Wanita
caucasia pula mempunyai insidensi setinggi 40% pada usia 35 tahun dan meningkat sehingga
70% pada usia 50 tahun.
Dari penelitian dilakukan oleh Ran Ok et-al di Pusan St. Benedict Hospital Korea yang
dilakukan terhadap 815 kasus mioma uteri diketahui bahwa kasus mioma uteri tebanyak
terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun dengan usia rata-rata 42,97 tahun. Keluhan utama
terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam abnormal (44,1%).
Mioma uteri tipe intramural adalah yang terbanyak dari tipe mioma uteri secara patologi
anatomi (51,3%). Kadar haemoglobin (Hb) rata-rata penderita mioma uteri adalah 10,92 gr%
dan 37,6% diantaranya dilakukan transfusi darah. Histerektomi total ditemukan sebagai
tindakan penatalaksanaan terbanyak pada kasus-kasus mioma uteri (91,5%).
2. Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul kerana gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri panggul
yang disebabkan mioma uteri bisa juga disebabkan degenerasi akibat oklusi
vaskuler,infeksi,torsi dari mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi miometrium yang
disebabkan mioma subserosum.Tumor yang besar dapat mengisi rongga pelvik dan menekan
bagian tulang pelvik yang dapat menekan saraf sehingga menyebabkan rasa nyeri yang
menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas posterior.
3. Gejala tanda penekanan
Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urin, pada
ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan
obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
Wiknjosastro, Hanifa, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiryoharjo.
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Mioma-uteri
Obstetri. Dalam: Profitasari, Hartanto H, Suyono YJ, Yusna D, Kosasih AA, Prawira J,
dkk, editor. Obstetri Williams Vol 1. Edisi 21. Jakarta: EGC; 2006. h. 685-742
DeCherney AH, Nathan L. 2003. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and
Treatment. Ninth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.
Khoman, JS. 2007. Mioma-uteri.Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 80, 1992:60-3.
TEKNIK INSTRUMENTASI HYSTERECTOMI
A. PENGERTIAN
Hysterectomi adalah suatu prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat
uterus, baik secara subtotal (sebagian) tanpa serviks uteri ataupun secara total
(seluruhnya).
B. INDIKASI
1) Mioma Uteri
2) Fibrosis Uteri
3) Pendarahan Uterus Abnormal
4) Endometriosis
5) Prolaps Uteri
6) Leiomioma
C. TUJUAN
D. PERSIAPAN PASIEN
1) Persetujuan operasi
2) Infom konsen
3) Alat – alat dan obat – obatan
4) Puasa
5) Lavement
E. PERSIAPAN ALAT
d. Set tambahan
1) Abdominal rectactor :1
2) Ring tang :1
3) Weith heim set :1
F. Prosedur Pelaksanaan
Pelaksanaan :
1. Pada saat pasien diintubasi, perawat instrumen mencuci tangan secara fuerbringer dengan
larutan desinfektan, kemudian dikeringkan dengan waslap steril.
2. Instumentor memakai gaun oprasi dan handscoen steril dengan teknik No – Toch (tanpa
sentuh).
3. Instrumentor menyiapkan instrumen dasar di meja mayo dan menata secara sistematis.
4. Instumentor memasang sarung meja mayo dan doek steril diatasnya sebanyak 3 lapis,
dilanjutkan dengan mengatur alat – alat instrumen di atas meja mayo secara sistematis.
5. Memasang plat diathermi yang dibantu oleh perawat sirkulasi.
6. Operator dan asisten mencuci tangan dan memakai gaun operasi serta handscoen steril
yang dibantu oleh instumentor dan perawat sirkulasi.
7. Memberikan desinfeksi klem dan betadine 10%, deppers yang ditaruh di dalam cucing
pada operator atau asisten untuk desinfeksi lapangan operasi.
8. Drapping lapangan operasi dengan menggunakan 2 doek besar, 5 doek kecil dan 4 doek
klem untuk fiksasi.
9. Instrumentor mendekatkan alat – alat instrumen ke meja operasi, mengatur dan
memasang senur dithermi dan selang suction yang dibantu oleh perawat sirkulasi.
10. Informasikan kepada operator bahwa instrumen sudah siap operasi dan operasi sudah bisa
dimulai.
11. Memberikan pinset chirurgis kepada operator untuk mengetes reaksi anastesi (bila SAB).
12. Memberikan handvat mess kepada operator untuk melakukan insisi kulit secara med-line
lapis demi lapis sampai fasia. Perdarahan dirawat dengan kassa, klem pean dan diathermi.
13. Memberikan pinset chirurgis dan gunting preparasi ke operator untuk memperpanjang
irisan ke arah proximal dan distal. Setelah kelihatan peritonium, operator dan asisten
membuka peritonium menggunakan gunting preparasi dan double pinset chirurgis,
kemudian dipegang dengan menggunakan double miculik. Irisan diperpanjang
secukupnya lalu jaukan dari lapangan operasi alat – alat instrumen yang pendek dan kassa
lepas.
14. Berikan abdominal rectactor untuk membuka lapangan operasi dan darm gass yang telah
sedikit dibasahi dengan larutan NaCl 0,9% untuk meliindungii usus.
15. Berikan double haemostatic klem kocher untuk memegang uterus.
16. Berikan doble haemostatic klem bengkok untuk menjepit ligamentum rotundum
kemudian digunting dengan preparasi scissors untuk memotongnya.
17. Berikan silk no 0 (jarum round ½ lingkaran) pada jaringan yang akan ditinggal,
sedangkan berikan silk no 1 (jarum round ½ lingkaran) pada jaringan yang akan dibuang.
18. Daerah retro peritonial kanan dan kiri dibuka.
19. Operator membuat tunnel avasculer, berikan kom klem untuk menjepit ligamentum
invidibulo pelvicum, dipotong dengan preparasi scissors dan dijahit dengan silk no 0.
20. Berikan gunting preparasi dan pinset chirurgis pada operator untuk membuat blader flap,
dengan cara membuka plika vesica urinaria.
21. Berikan krom klem untuk membuat sayatan tersebut. Setelah terbuka, beri kassa lepas 1
buah.
22. Berikan deppers yang dijepit dengan desinfeksi klem untuk memisahkan plika vesica
urinaria dengan babcock untuk menjepit ureter.
23. Berikan benang silk no 1 untuk kontra klem.
24. Berikan kocher klem untuk kontra klem, lalu digunting dan dijahit dengan silk no 0
secara transfiks (benang dipotong), jahitan kedua juga memakai silk no 0 lalu ujungnya
dijepit dengan klem pean.
25. Berikan jahitan silk no 1 uuntuk kontra klem.
26. Berikan kocher klem / krom klem untuk menjepit vasa uterina kanan dan kiri lalu
dipotong dengan gunting dengan gunting metzemboum dan dijahit dengan silk no 0,
dilanjutkan pemisahan vasa uterina sampai ke bawah sehingga jahitan sudut di atas
vagina kanan dan kiri.
27. Berikan ring tanng untuk pengambilan kelenjar getah bening kanan dan kiri.
28. Berikan double muscuito untuk menjepit pembulu darah dan diikat dengan silk no 0
dengan menggunakan right angle untuk mengambil benang.
29. Berikan weith heim klem untuk menjepit ligamentum sakro uterina, beri gunting
preparasi untuk memotongnya dan dijahit dengan silk no 0, uterus dipotong setinggi 1/3
proximal vagiina.
30. Berikan krom klem untuk memisahkan parametrium kanan dan kiri sampai di atas vagina
bila sudah terlepas.
31. Berikan catgut chromic no 2 (jarum cutting ½ lingkaran) untuk menjahit sudut, sedangkan
popyamide monofilament / monosyn no 1 unutk menjahit stoma vagina secara jelujur
feston dan ujung benang dijepit dengan klem pean.
32. Berikan silk no 0 untuk melakukan cross bila ada perdarahan.
33. Berikan pinset anatomis dan senur diathermi untuk merawat perdarahan.
34. Bila perlu siapkan spongstan 3 buah untuk mencegah perdarahan di daerah
retroperitoneal.
35. Berikan benang silk no 3/0 (jarum round) untuk mejahit retroperitoneum.
36. Siapkan cairan NaCl 0,9% untuk mencuci cavum abdomen.
37. PERHATIAN
Cek semua alat dan bahan yang dipakai sebelum menutup peritoneum. Setelah itu
operator melepas abdominal rectactor.