You are on page 1of 8

2.

5 Las Listrik
Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau
lebih dengan menggunakan energi panas, maka logam yang disekitar daerah las
mengalami perubahan struktur
metalurgi, deformasi dan tegangan termal.Salah satu cara untuk mengurangi
pengaruh buruk tersebut, maka dalam proses pengelasan perlu prosedur pengelasan
yang benar dan tepat, atau dicari arus, kecepatan pengelasan dan
masukan panas yang optimal.Pada aplikasi di lapangan sambungan las harus
memenuhi persyaratan yang sangat ketat diantaranya harus mempunyai kekuatan
tarik yang tinggi dan ketangguhan impak yang baik, untuk memenuhi standar AWS
yaitu 27 Joule pada temperature -51 ̊C
Sambungan las yang akan digunakan pada sambungan konstruksi baja
seperti jembatan dan bejana tekan, harus memenuhi persyaratan yang ketat
diantaranya adalah tegangan tarik harus mempunyai nilai yang tinggi dan
ketangguhan minimal 27 joule pada suhu -500C atau 100 Joule pada suhu 00C
(Johnson dkk,1985).
2.5.1 Peralatan-peralatan pada Las Listrik
Adapun peralatan-peralatan pada las listrik terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu sebagai berikut.
2.5.1.1 Peralatan Utama
Peralatan utama pada las listrik yang terdapat pada labolatorium proses
produksi Teknik Mesin Universitas Diponegoro adalah sebagai berikut.
1. Pembangkit arus listrik
Pembangkit listrik merupakan alat yang berfungsi untuk mengatur arus yang
diperlukan saat melakukan pengelasan. seperti tampak pada gambar 2.114

Gambar 2.114 Pembangkit arus listrik (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


2. Holder
Holder adalah alat yang berfungsi untuk memegang elektroda yang akan
digunakan pada saat pengelasan. seperti tampak pada gambar 2.115

Gambar 2.115 Holder (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


3. Klem masa
Dipasang pada saat proses pengelasan pada benda kerja atau pada meja kerja
sebagai kutub pengelasan. seperti tampak pada gambar 2.116

Gambar 2.116 Klem masa (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


4. Meja kerja
Meja las berfungsi untuk menaruh benda kerja yang akan di las digunakan
jika benda kerjanya berukuran kecil. Seperti tampak pada gambar 2.117.

Gambar 2.117 Meja Kerja (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


5. Elektroda
Elektroda adalah kawat las yang berfungsi sebagai pembakar yang akan
menimbulkan busur nyala. Seperti tampak pada gambar 2.118.

Gambar 2.118 Elektroda (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


6. Benda kerja
Berikut ini adalah benda kerja yang dipakai (gambar 2.119) saat proses las
listrik yaitu sebuah plat besi dengan dimensi 90x50x6 mm.

Gambar 2.119 Benda kerja (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


2.5.1.2 Peralatan Pembantu
Peralatan pembantu berfungsi sebagai alat penunjang pada saat proses
pengelasan. Peralatan tambahan yang ada pada saat proses pengelasan yaitu:
1. Tang penjepit
Digunakan untuk menjepit benda kerja, karena setelah proses pengelasan
benda kerjakan panas dan berbahaya jika dipegang langsung. Seperti
tampak pada gambar 2.120.

Gambar 2.120 Tang penjepit (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


2. Palu las
Digunakan untuk membersihkan kerak pada benda kerja, biasanya
dipukulkan pada bekas pengelasan. Seperti tampak pada gambar 2.121.

Gambar 2.121 Palu las (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


3. Sikat baja
Digunakan untuk membersihkan kerak pada benda kerja, bisanya untuk
kerak yang susah dibersihkan atau di sela-sela benda kerja. Seperti tampak
pada gambar 2.122.

Gambar 2.122 Sikat baja (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


4. Kipas Blower
Untuk menyedot asap pada saat pengelasan agar tidak terhirup karena gas
sisa pengelasan sangat berbahaya bagi kesehatan. Seperti tampak pada
gambar 2.123.

Gambar 2.123 Kipas blower (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


2.5.1.3 Peralatan Keamanan
Beberapa peralatan keamanan yang diperlukan pada saat proses pengelasan
diantaranya yaitu sebagai berikut.
1. Sarung tangan
Digunakan untuk melindungi tangan dari percikan api pada saat proses
pengelasan. Seperti tampak pada gambar 2.124.

Gambar 2.124 Sarung tangan (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


2. Topeng las
Digunakan untuk melindungi mata dan wajah dari percikan api pada proses
pengelasan. Seperti tampak pada gambar 2.125.

Gambar 2.125 Topeng las (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


3. Wearpack
Wearpack atau biasa disebut pakaian kerja berfungsi sebagai pelindung
anggota tubuh mulai dari badan sampai kaki. Seperti ditunjukan pada
gambar 2.126.

Gambar 2.126 Wearpack (Laboratorium Proses Produksi, 2017)


4. Safety shoes
Safety shoes adalah sepatu pengaman yang berfungsi sebagai pelindung
kaki. Berikut contoh safety shoes yang ditunjukan oleh gambar 2.127.

Gambar 2.127 Safety shoes (Laboratorium Proses Produksi, 2017)

2.5.2 Parameter yang Mempengaruhi Pengelasan


Ada beberapa parameter yang dapat memperngaruhi proses pengelasan,
antara lain sebagai berikut.
1. Tegangan dan arus pengelasan
Makin tinggi arus listrik pengelasan yang digunakan dalam pengelasan,
makin tinggi pula penembusan (penetrasi) serta kecepatan pencairan.
Arus listrik yang besar juga dapat memperkecil percikan butiran, dan
meningkatkan penguatan manik. Tetapi dengan tingginya arus listrik maka akan
memperlebar daerah HAZ (Budiarsa, 2008.)
2. Waktu dan kecepatan pengelasan
Semakin lama waktu pengelasan berarti semakin besar pula panas yang
ditimbulkan. Hal ini mengakibatkan daerah pelelehan dan penyambungan logam
akan semakin melebar. Sedangkan bila waktu yang dipergunakan terlalu singkat
maka panas yang timbul sedikit, sehingga belum terjadi pelelehan dan tidak
terjadi penyambungan (Agustriyana dkk, 2011)
3. Polaritas listrik
Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik. Sifat busur listrik
arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC). Terdapat dua
jenis polaritas yaitu polaritas lurus, dimana benda kerja positif dan electron
negatif. Polaritas balik adalah sebaliknya. Karakteristik dari polaritas balik yaitu
pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan, maka polaritas ini
mempunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibandingkan polaritas lurus.
Polaritas elektroda juga berperan penting, karena ada perubahan panas yang lebih
besar di anoda dari pada katoda. Hal ini disebabkan fakta bahwa masukan energi
untuk melepaskan elektron pada katoda pulih pada anoda dalam bentuk panas
sebagai elektron diserap oleh anoda. Artinya ada beban panas yang berkurang
pada elektroda ketika panas sedang berkonsentrasi pada benda kerja (Weman,
2012).
4. Penetrasi elektroda
Jika elektroda ditekankan terhadap benda kerja tidak tegak lurus, maka
perubahan busur saat penetrasi terjadi dengan cara mendorong logam cair keluar
ke depan busur, tergantung pada sudut elektroda. Beberapa faktor lain juga
mempengaruhi penetrasi. Arus (yaitu arus tidak searah) di kawah las membawa
panas turun dari busur sehingga bahan dasar meleleh (Weman, 2012).
5. Laju Deposisi
Panas berasal dari penurunan tegangan, yang dihitung dengan rumus. Jika
kita kalikan anoda dan katoda tegangan tetes oleh arus pengelasan, kita
memperoleh nilai untuk panas dirilis pada elektroda dan pada benda kerja.
Sebagai tegangan anoda dapat dianggap sebagai drop tegangan konstan, daya
pemanasan sebanding dengan arus. Oleh karena itu tingkat leleh juga sebanding
dengan arus dan, setidaknya dalam teori, independen dari pengaturan tegangan
(Weman, 2012).
LAMPIRAN LAS LISTRIK KELOMPOK 5

You might also like