You are on page 1of 8

INTERPRETASI ANALISA GAS DARAH (AGD) DI RUANG ICU RSUP

Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Disusun Oleh :

Ari Sapto Legono


170300387

ROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan dan disetujui, pembuatan Analisa Gas Darah “Interpretasi Analisa Gas Darah
(AGD) Di Ruang IGD RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro”, sebagai bukti untuk pemenuhan
tugas praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Gawat Darurat, kegiatan yang diwajibkan
untuk mahasiswa/i yang menjalani Profesi Ners di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Mahasiswa

(Ari Sapto Legono)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Preseptor

( ) ( )
INTERPRETASI AGD

1. Identitas Klien
 Nama : Ny. P berusia 48 tahun
 Alamat : Jaden, Klaten
 Status perkawinan : Menikah
 Pendidikan : SD
 Tanggal Masuk RS : 28 Januari 2018 Jam 03.15 WIB
 No.RM : 10285XX
 Tanggal pemeriksaan : 29/01/2018
 Diagnosa Medis : Ketoasidosis Diabetik,

2. Keadaan Umum klien


Ny. L masuk IGD dengan keluhan penurunan kesadaran. Saat pengkajian KU kritis,
kesadaran Koma, terpasang O2 NRM 12 lpm, terpasang kateter, terpasang infus 2 jalur
cairan infus Dekstrose 10%. Metronidazole 100 ml. GDS : 69 mg/dL. Sliding Scale.
Vital Sign : TD : 165/110 mmHg
HR : 120 x/mnt
RR : 30 x/mnt
S : 36,9 ºc
SpO2 : 100 %
3. Hasil pemeriksaan AGD
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
Measure 37,0ºC
pH 7. 598 7,35 - 7,45 Alkalosis
pCO2 22.5 35 - 45 mmHg Alkalosis Respiratori
HCO3- 22.2 22,0-26,0 Normal ( Tidak
Terkompensasi )
pO2 76.3 83,0-108,0 mmHg Hipoksemia
Derived Parameters
Caa++ 0,94 32,0-51,0 % Rendah

Na+ 145.5 136,0-145,0 mM Tinggi


K+ 5.26 3,50-5,10 mM Tinggi
BE 0.4 -2-+2 mEq/L Asidosis
Sample Info :
FIO2 61,0 %

4. Hasil interpretasi AGD


Gangguan keseimbangan asam-
pH PCO2 HCO3
basa BE

Alkalosis Respiratori Tidak


Alkalosis Normal Asidosis
Terkompensansi Alkalosis
Respiratori Tidak
Terkompensansi
Hasil pemeriksaan AGD Ny L pada tanggal 29 Januari 2018, didapatkan
hasil pH mengalami peningkatan (7. 598), yaitu alkalosis. Kadar HCO3 dalam batas
normal (Tidak Terkompensansi). PCO2 mengalami penurunan (22.5), yang berarti
mengalami Alkalosis respiratori. hal ini termanifestasi dengan adanya gagal nafas
atau hipoksia/ hipoksemia. Kesimpulannya klien mengalami alkalosis respiratorik
tidak terkompensansi terkompensasi .
Alkalosis respiratorik merupakan suatu keadaaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam sehingga menyebabkan kadar PCO2 dalam
darah rendah. Hal tersebut dapat terjadi dalam keadaan: hiperventilasi emosional
(takut, cemas), setting ventilator, anemia. Alkalosis respiratori berat dapat timbul pada
tetani disertai aritmia jantung, karena kurangnya ion kalsium. Keadaan ini paru
mengeluarkan PCO2 demikian banyak sehingga asam karbonat berkurang.
Mekanisme kompensasi pada tahap awal ini dilakukan oleh ginjal dengan
mengeluarkan bikarbonat, Na+ dan K+, sehingga urine menjadi basa. Ion H dan
anion lain ditahan karena K+ dikeluarkan melalui ginjal, maka diperlukan pemberian
cairan yang mengandung K+.

5. Pembahasan
Cardio Miopati adalah sekumpulan kelainan pada jantung dengan kelainan utama
terbatas pada miokardium. Kondisi ini seringkali berakhir dengan menjadi gagal
jantung (Rosendorff C, 2005). Peripartum Cardiomyopathy (PPCM) merupakan suatu
keadaan kardiomiopati idiopatik, berhubungan dengan kehamilan yang bermanifestasi
sebagai gagal jantung karena disfungsi sistolik ventrikel kiri. PPCM biasanya terjadi
selama 1 bulan terakhir kehamilan sampai 5 bulan masa postpartum pada wanita tanpa
penyakit kardiovaskuler lain.
Penatalaksanaan medis PPCM secara garis besar sama dengan terapi Congestive
Heart Failure (CHF) karena disfungsi sistolik, dengan pengecualian pemberian
terapi pada ibu hamil harus dipikirkan efek toksisitas pada janin. Tujuan akhir
penatalaksanaan medis pasien PPCM adalah memperbaiki oksigenasi dan menjaga
cardiac output demi meningkatkan prognosis ibu dan anak.
Penatalaksanaan awal PPCM adalah istirahat, pembatasan garam, dan terapi
diuretik. Oksigen dapat diberikan lewat face mask atau continuous positive airway
pressure (CPAP) dengan tekanan 5-7,5 cm H2O untuk membantu meringankan
cardiac output dan mendapatkan saturasi oksigen arteri =95%. Pembatasan garam
kurang dari 2 g/ hari dapat mencegah retensi air, sedangkan loop-diuretic dengan
dosis efektif terkecil dapat menurunkan pulmonary congestion. Restriksi cairan
kurang dari 2 L/hari mungkin tidak diperlukan pada kasus PPCM ringan sedang.

1. Hubungan hasil interpretasi AGD dengan penyakit


Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi
rendah. Penyebab pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran
darah. Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan. Apabila penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa
meredakan penyakit ini. Apabila penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat
pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung kertas dapat membantu
meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali
karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita
untuk menahan nafasnya selama mungkin kemudian menarik nafas dangkal dan
menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang-ulang dalam
satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Apabila kadar karbondioksida meningkat, gejala
hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan
menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

2. Penentuan terapi yang sesuai dengan hasil interpretasi AGD


Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi
rendah. Penyebab pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran
darah. Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat
pernafasan.
Tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi gangguan rasa nyaman gelisah
(cemas) pada pasien peri partum cardio miopati karena sesak nafas adalah dengan
mempertahankan tirah baring atau posisi semi fowler dan terapi oksigenasi, untuk
memenuhi kebutuhan oksigenasi sehingga status AGD dapat menjadi normal. Sesak
nafas akan berkurang dan kebutuhan pasien terpenuhi sehingga kondisi pasien dapat
optimal. Berdasarkan penelitian (Widiyanto, Budi.2014) berjudul “Terapi oksigen
terhadap perubahan saturasi oksigen melalui Pemeriksaan oksimetri pada pasien
infark miokard akut (IMA) didapatkan hasil bahwa berdasarkan uji statistik dengan
menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai p value 0,000 (p < 0,05) maka disimpulkan
bahwa ada pengaruh perubahan saturasi oksigen yang sangat signifikan sebelum
pemberian terapi oksigen dengan setelah pemberian terapi oksigen pada pasien infark
miokard akut RSUD Dr. Moewardi di Surakarta.
3. Kesimpulan
Alkalosis respiratorik merupakan keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat sehingga kadar PCO2 dalam darah rendah. Terapi yang
diberikan pada kasus ini dengan memposisikan pasien semi fowler dan memberikan
O2 NRM 12 Lpm evaluasi yang didapatkan klien tampak lebih nyaman , frekuensi
nafas lebih teratur.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wilson LM, Gangguan Asam Basa Dalam Patofisiologi Konsep Klinis Prose-Proses
Penyakit.volume 1. Edisi 6. EGC. Jakarta . 2003. Hal 374-402
2. Horne MM., Swearingen PL. Keseimbangan Cairan Elektrolit & Asam Basa. Edisi 2.
EGC. Jakarta. 2000. Hal 135-182
3. WiraGotera, Dewa Gede Agung Budiyasa, 2012. “Penatalaksanaan Ketoasidosis
Diabetik”, diakses tanggal 21 Maret 2017.
4. Potter & Perry.2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
5. Rosendorff C. 2005. Essential cardiology principle and practice. 2ed. New Jersey:
Humana Press.
6. Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 Vol 2 . Jakarta: EGC.

You might also like