You are on page 1of 44

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, segala puji bagi ALLAH Swt karena atas rahmat, nikmat, dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Asuhan keperawatan Gangguan Jiwa pada
klien dengan Usia Anak-anak dan Remaja. Asuhan keperawatan ini dibuat dengan
berbagai macam alasan dan tujuan. Di antaranya adalah sebagai tugas yang diberikan
oleh dosen pengajar mata kuliah “Keperawatan Jiwa”.
Dalam penyusunan ASKEP ini kami mendapat banyak dukungan dan
bimbingan dari dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Jiwa dan teman-teman.
Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima kasih. kami menyadari dalam
pembuatan ASKEP ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga Kami
membutuhkan kritikan dan saran agar dapat menyempurnakan tugas ini.

Gorontalo, 5 Mei 2018

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………….i
Daftar Isi……………………………………………………………………………...ii
BAB 1……...………………………………………………………………………….1
A. Latar belakang…………………………………..…………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………...……………………………...1
C. Tujuan…………………………………………………………………………2
BAB II………………………………………………………………………………...3
A. Jenis Gangguan Jiwa Anak-anak dan Remaja………………………….……..3
B. Etiologi Gangguan Psikiatrik Pada Anak-anak dan Remaja.............................5
C. Penatalaksanaan Gangguan Psikiatrik Pada Anak-Anak dan Remaja...............6
D. Tinjauan Proses Keperawatan Gangguan Psikiatrik Pada Anak-Anak dan
Remaja...............................................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................15
A. PENUTUP.......................................................................................................16
B. SARAN............................................................................................................16
DAFTAR ISI..............................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi,
yang umumnya tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat.
Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15% sampai 22% anak-anak dan remaja,
namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya kurang dari 20%. (Yusuf,
2015)
Gangguan hiperaktivitas-defisit perhatian (ADHD/ Attention Deficit-
Hyperactivity Disorder) adalah gangguan kesehatan jiwa yang paling banyak
terjadi pada anak-anak, dimana insidensinya diperkirakan antara 6% sampai
9%.
Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku
yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan
dengan norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya
fungsi adaptasi. (Townsend, 1999)
Dasar untuk memahami gangguan yang terjadi pada bayi, anak-anak,
dan remaja adalah dengan menggunakan teori perkembangan. Penyimpangan
dari norma-norma perkembangan merupakan tanda bahaya penting adanya
suatu masalah.
Gangguan spesifik dengan awitan pada masa kanak-kanak meliputi
retardasi mental, gangguan perkembangan, gangguan eliminasi, gangguan
perilaku destruktif, dan gangguan ansietas. Gangguan yang terjadi pada anak-
anak dan juga terjadi pada masa dewasa adalah gangguan mood dan gangguan
psikotik. Gejala-gejala gangguan jiwa pada anak-anak atau remaja berbeda
dengan orang dewasa yang mengalami gangguan serupa.
B. Rumusan Masalah
1. Konsep Medis Gangguan Jiwa pada Usia Anak-anak dan Remaja
2. Konsep Keperawatan Gangguan Jiwa pada Usia Anak-anak dan Remaja

3
C. Tujuan
1. Konsep Medis Gangguan Jiwa pada Usia Anak-anak dan Remaja
2. Konsep Keperawatan Gangguan Jiwa pada Usia Anak-anak dan Remaja

4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Medis
A. Jenis Gangguan Jiwa Anak-Anak dan Remaja
1. Gangguan perkembangan pervasif
Ditandai dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama:
perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi.
a. Retardasi mental
Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan
keterbatasan substandar dalam berfungsi, yang dimanifestasikan
dengan fungsi intelektual secara signifikan berada dibawah rata-rata
(mis., IQ dibawah 70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang
keterampilan adaptasi atau lebih (mis., komunikasi, perawatan diri,
aktivitas hidup sehari-hari, keterampilan sosial, fungsi dalam
masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi
akademis, dan bekerja.
b. Autisme
Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial
dan komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson,
1997). Gejala-gejalanya meliputi kurangnya responsivitas terhadap
orang lain, menarik diri dari hubungan sosial, kerusakan yang
menonjol dalam komunikasi, dan respon yang aneh terhadap
lingkungan (mis., tergantung pada benda mati dan gerakan tubuh yang
berulang-ulang seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan
memukul-mukulkan kepala).
c. Gangguan perkembangan spesifik
Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah
pada kerusakan fungsional pada bidang-bidang, seperti membaca,
aritmetika, bahasa, dan artikulasi verbal.

5
2. Defisit perhatian dan gangguan perilaku destruktif
a. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas, dan
hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan. Menurut
DSM IV, ADHD pasti terjadi di sedikitnya dua tempat (mis., di
sekolah dan di rumah) dan terjadi sebelum usia 7 tahun. (DSM IV,
1994)
b. Gangguan perilaku
Dicirikan dengan perilaku berulang, disruptif, dan kesengajaan
untuk tidak patuh, termasuk melanggar norma dan peraturan sosial.
Sebagian besar nak-anak dengan gangguan ini mengalami
penyalahgunaan zat atau gangguan kepribadian antisosial setelah
berusia 18 tahun. Contoh perilaku pada anak-anak dengan gangguan
ini meliputi mencuri, berbohong, menggertak, melarikan diri,
membolos, menyalahgunakan zat, melakukan pembakaran, bentuk
vandalisme yang lain, jahat terhadap binatang, dan serangan fisik
terhadap orang lain.
c. Gangguan penyimpangan oposisi
Gangguan ini merupakan bentuk gangguan perilaku yang lebih
ringan, meliputi perilaku yang kurang ekstrim. Perilaku dalam
gangguan ini tidak melanggar hak-hak orang lain sampai tingkat yang
terlihat dalam gangguan perilaku. Perilaku dalam gangguan ini
menunjukkan sikap menentang, seperti berargumentasi, kasar, marah,
toleransi yang rendah terhadap frustasi, dan menggunakan minuman
keras, zat terlarang, atau keduanya).
3. Gangguan ansietas sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan
berlanjut ke masa dewasa.

6
a. Gangguan obsesif kompulsif, gangguan ansietas umum, dan fobia
banyak terjadi pada anak-anak dan remaja, dengan gejala yang sama
dengan yang terlihat pada orang dewasa. Misalnya : Anoreksia
Nervosa.
b. Gangguan ansietas akibat perpisahan adalah gangguan masa kanak-
kanak yang ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yang paling
dekat dengannya. Gejala-gejalanya meliputi menolak pergi ke sekolah,
keluhan somatik, ansietas berat terhadap perpisahan dan khawatir
tentang adanya bahaya pada orang-orang yang mengasuhnya.
4. Skizofrenia
a. Skizofrenia anak-anak jarang terjadi dan sulit didiagnosis. Gejala-
gejalanya dapat menyerupai gangguan pervasif, seperti autisme.
Walaupun penelitian tentang skizofrenia anak-anak sangat sedikit,
namun telah dijumpai perilaku yang khas (Antai-Otong, 1995), seperti
beberapa gangguan kognitif dan perilaku, menarik diri secara sosial,
dan komunikasi.
b. Skizofrenia pada remaja merupakan hal yang umum dan insidensinya
selama masa remaja akhir sangat tinggi. Gejala-gejalanya mirip
dengan skizofrenia dewasa. Gejala awalnya meliputi perubahan
ekstrim dalam perilaku sehari-hari, isolasi sosial, sikap yang aneh,
penurunan nilai-nilai akademik, dan mengekspresikan perilaku yang
tidak disadarinya.
5. Gangguan mood
a. Gangguan ini jarang terjadi pada masa anak-anak dan remaja
dibanding pada orang dewasa (Keltner,1999). Prevalensi pada anak-
anak dan remaja berkisar antara 1% sampai 5% untuk gangguan
depresi. Eksistensi gangguan bipolar (jenis manik) pada anak-anak
masih kontroversial. Prevalensi penyakit bipolar pada remaja

7
diperkirakan 1%. Gejala depresi pada anak-anak sama dengan yang
diobservasi pada orang dewasa.
b. Bunuh diri
Adanya gangguan mood merupakan faktor resiko yang serius
untuk bunuh diri. Bunuh diri adalah penyebab kematian utama ketiga
pada individu berusia 15 sampai 24 tahun. Tanda-tanda bahaya untuk
bunuh diri pada remaja meliputi menarik diri secara tiba-tiba,
berperilaku keras atau sangat memberontak, menyalahgunakan obat
atau alkohol, secara tidak biasanya mengabaikan penampilan diri,
kualitas tugas-tugas sekolah menurun, membolos, melarikan diri,
keletihan berlebihan dan keluhan somatik, respon yang buruk terhadap
pujian, ancaman bunuh diri yang terang-terangan secara verbal, dan
membuang benda-benda yang didapat sebagai hadiah. (Newman,
1999)
6. Gangguan penyalahgunaan zat
a. Gangguan ini banyak terjadi; diperkirakan 32% remaja menderita
gangguan penyalahgunaan zat (Johnson, 1997). Angka penggunaan
alkohol atau zat terlarang lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding
perempuan. Risiko terbesar mengalami gangguan ini terjadi pada
mereka yang berusia antara 15 sampai 24 tahun. Pada remaja,
perubahan penggunaan zat menjadi ketergantungan zat terjadi lebih
cepat; misalnya, pada remaja penggunaan zat dapat berkembang
menjadi ketergantungan zat dalam waktu 2 tahun sedangkan pada
orang dewasa membutuhkan waktu antara 15 sampai 20 tahun.
b. Komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lainnya merupakan hal yag
banyak terjadi, termasuk gangguan mood, gangguan ansietas, dan
gangguan perilaku disruptif.
c. Tanda bahaya penyalahgunaan zat pada remaja, diantaranya adalah
penurunan fungsi sosial dan akademik, perubahan dari fungsi

8
sebelumnya, seperti perilaku menjadi agresif atau menarik diri dari
interaksi keluarga, perubahan kepribadian dan toleransi yang rendah
terhadap frustasi, berhubungan dengan remaja lain yang juga
menggunakan zat, menyembunyikan atau berbohong tentang
penggunaan zat.
B. Etiologi Gangguan Psikiatrik Pada Anak-anak dan Remaja
Tidak ada penyebab tunggal dalam gangguan mental pada anak-anak dan
remaja. Berbagai situasi, termasuk faktor psikobiologik, dinamika keluarga,
dan faktor lingkungan berkombinasi secara kompleks.
1. Faktor-Faktor Psikobiologik
a. Riwayat genetika keluarga
Seperti retardasi mental, autisme, skizofrenia kanak-kanak,
gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan ansietas.
b. Abnormalitas struktur otak
Penelitian menemukan adanya abnormalitas struktur otak dan
perubahan neurotransmitter pada pasien yang menderita autisme,
skizofrenia kanak-kanak, dan ADHD.
c. Pengaruh pranatal
Seperti infeksi maternal, kurangnya perawatan pranatal, dan
ibu yang menyalahgunakan zat, semuanya dapat menyebabkan
abnormalitas perkembangan saraf yang berkaitan dengan gangguan
jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan berkurangnya
suplai oksigen pada janin sangat signifikan dalam terjadinya retardasi
mental dan gangguan perkembangan saraf lainnya.
d. Penyakit kronis atau kecacatan
Dapat menyebabkan kesulitan koping bagi anak.
2. Dinamika keluarga
a. Penganiayaan anak

9
Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanak-kanak
awal, perkembangan otaknya kurang adekuat (terutama otak kiri).
Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak berkaitan
dengan berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah
memori, kesulitan belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam
membina hubungan. (Glod, 1998)
b. Disfungsi sistem keluarga
Misalnya kurangnya sifat pengasuhan, komunikasi yang buruk,
kurangnya batasan antar generasi, dan perasaan terjebak) disertai
dengan keterampilan koping yang tidak adekuat antaranggota
keluarga dan model peran yang buruk dari orang tua.
3. Faktor lingkungan
a. Kemiskinan
Perawatan pranatal yang tidak adekuat, nutrisi yang buruk, dan
kurang terpenuhinya kebutuhan akibat pendapatan yang tidak
mencukupi dapat memberi pengaruh buruk pada pertumbuhan dan
perkembangan normal anak.
b. Tunawisma
Anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan
yang memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka.
Berbagai penelitian menunjukkan adanya peningkatan angka
penyakit ringan kanak-kanak, keterlambatan perkembangan dan
masalah psikologis diantara anak tunawisma ini bila dibandingkan
dengan sampel kontrol. (Townsend, 1999)
c. Budaya keluarga
Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan
budaya sekitar dapat mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak
oleh teman sebaya dan masalah psikologik.

10
C. Penatalaksanaan Gangguan Psikiatrik Pada Anak-Anak dan Remaja
1. Perawatan Berbasis Komunitas. Saat Ini Lebih Banyak Terdapat Pada
Managed Care
a. Pencegahan primer
Melalui berbagai program sosial yang ditujukan untuk
menciptakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak.
Contohnya adalah perawatan pranatal awal, program intervensi dini
bagi orang tua dengan faktor resiko yang sudah diketahui dalam
membesarkan anak, dan mengidentifikasi anak-anak yang berisiko
untuk memberikan dukungan dan pendidikan kepada orang tua dari
anak-anak ini.
b. Pencegahan sekunder
Dengan menemukan kasus secara dini pada anak-anak yang
mengalami kesulitan di sekolah sehingga tindakan yang tepat dapat
segera dilakukan. Metodenya meliputi konseling individu dengan
program bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan jiwa komunitas,
layanan intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami situasi
traumatik, konseling kelompok di sekolah, dan konseling teman
sebaya.
c. Dukungan terapeutik bagi anak-anak
Diberikan melalui psikoterapi individu, terapi bermain, dan
program pendidikan khusus untuk anak-anak yang tidak mampu
berpartisipasi dalam sistem sekolah yang normal. Metode pengobatan
perilaku pada umumnya digunakan untuk membantu anak dalam
mengembangkan metode koping yang lebih adaptif.
d. Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga
Penting untuk membantu keluarga mendapatkan keterampilan
dan bantuan yang diperlukan guna membuat perubahan yang dapat
meningkatkan fungsi semua anggota keluarga.

11
2. Pengobatan Berbasis Rumah Sakit
a. Unit khusus untuk mengobati anak-anak dan remaja, terdapat di
rumah sakit jiwa. Pengobatan di unit-unit ini biasanya diberikan
untuk klien yang tidak sembuh dengan metode alternatif yang kurang
restriktif, atau bagi klien yang beresiko tinggi melakukan kekerasan
terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain.
b. Program hospitalisasi parsial juga tersedia, memberikan program
sekolah di tempat (on-site) yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan khusus anak yang menderita penyakit jiwa.
c. Seklusi dan restrein untuk mengendalikan perilaku disruptif masi
menjadi kontroversi. Penelitian menunjukkan bahwa metode ini
dapat bersifat traumatik pada anak-anak dan tidak efektif untuk
pembelajaran respon adaptif. Tindakan yang kurang restriktif
meliputi istirahat (time-out), penahanan terapeutik, menghindari adu
kekuatan, dan intervensi dini untuk mencegah memburuknya
perilaku.
3. Farmakoterapi
Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi
psikotropik digunakan dengan hati-hati pada klien anak-anak dan remaja
karena memiliki efek samping yang beragam.
a. Perbedaan fisiologi anak-anak dan remaja memengaruhi jumlah
dosis, respon klinis, dan efek samping dari medikasi psikotropik.
b. Perbedaan perkembangan neurotransmiter pada anak-anak dapat
memengaruhi hasil pengobatan psikotropik, mengakibatkan hasil
yang tidak konsisten, terutama dengan antidepresan trisiklik.

12
2. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Kaji kembali riwayat klien untuk adanya jhal-hal yang mencetuskan
stressor atau data yang signifikan, antara lain riwayat keluarga, peristiwa-
peristiwa hidup yang menimbulkan stres, hasil pemeriksaan kesehatan
jiwa, riwayat masalah fisik dan psikologis serta pengobatannya.
2. Catat pola pertumbuhan dan perkembangan anak dan bandingkan dengan
alat standar, seperti The Developmental Screening Test dan versi yang
sudah direvisi. (Wong, 1997)
3. Catat bukti pencapaian tugas perkembangan yang sesuai bagi anak atau
remaja.
4. Lakukan pemeriksaan fisik pada anak atau remaja, catat data normal atau
abnormal.
5. Kaji respon perilaku yang dapat mengindikasikan gangguan pada anak-
anak atau remaja. Pastikan untuk mengkaji interaksi langsung, observasi
permainan, dan interaksi dengan keluarga dan teman sebaya.
6. Identifikasi bukti gangguan kognitif.
7. Observasi adanya bukti-bukti gangguan mood.
8. Kaji kelebihan dan kelemahan sistem keluarga.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Resiko Bunuh Diri
3. Defisit Perawatan Diri
4. Perilaku Kekerasan
5. Ansietas

13
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Rencana Tindakan keperawatan Rasional
keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Isolasi Sosial 1. Klien dapat 1.1 Ekspresi wajah 1.1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling
membina bersahabat, percaya dengan percaya merupakan
hubungan menunjukan rasa menggunakan prinsip dasar untuk
saling percaya tenang , ada kontak komunikasi terapeutik: kelancaran hubngan
mata, mau berjabat a. Sapa klien dengan interaksi berikutnya.
tangan, mau namabaik verbal
menyebutkan nama, maupun non verbal
mau menjawab b. Perkenalkan diri dengan
salam, mau duduk sopan
berdampingan c. Tanyakan nama lengkap
dengan perawat, dan nama panggilan
mau mengutarakan yang disukai klien
masalah yang d. Jelaskan tujuan
dihadapi pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
g. Berikan perhatian
kepada klien dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien

14
2. Klien dapat 2.1 Klien dapat 2.1.1 Kaji pengetahuan Diketahuianya
menyebutkan menyebutkan klien tentang perilaku penyebab akan dapat
penyebab penyebab menarik menarik diri dan dihubungkan dengan
Menarik diri. diri yang berasal tandanya: fsktor resipitasi yang
dari: a. “Dirumah klien dialami klien.
a. Diri sendiri tinggal dengan siapa”
b. Orang lain b. “Siapa yang paling
c. Lingkungan dekat dengan klien”
c. “Apa yang membuat
klien dekat
denganya”
d. “Dengan siapa klien
tidak dekat”
e. “Apa yang membuat
klien tidak dekat”
2.1.2 Kaji pengetahuan
klien tentang
keuntungan memiliki
teman
2.1.3 Beri kesempatan
kepada klien untuk
berinteraksi dengan
orang lain
2.1.4 Diskusikan bersama

15
klien tentang
keuntungan
berinteraksi dengan
orang lain
2.1.5 Beri penguatan positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan
perasaan tentang
keuntungan
berinteraksi dengan
orang lain

3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1 Kaji pengetahuan


menyebutkan berinteraksi klien tentang
keuntungan menyebutkan kerugian bila tidak
dan kerugian keuntungan dan berinteraksi dengan
berinteraksi kerugian orang lain
dengan orang berinteraksi dengan 3.1.2 Beri kesempatan
lain orang lain. kepada klien untuk
Misalnya: mengungkapakan
a. Banyak teman perasaan tentang
b. Tidak sendiri kerugian bila tidak
c. Bisa diskusi,dll berinteraksi dengan
orang lain
3.1.3 Diskusikan bersama

16
klien tentang
kerugian tidak
berinteraksi dengan
orang lain
3.1.4 Beri penguatan
positif terhadap
kempuan
mengungkapkan
persaan tentang
kerugian tidak
berinteraksi dengan
orang lain

4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Kaji kemampuan klien


melaksanakan mendemonstrasikan membina hubungan
interaksi interaksi sosial dengan orang lain.
sosial secara secara bertahap 4.1.2 Bermain peran tentang
bertahap antara: cara
a. Klien-perawat berhubungan/berinteraksi
b. Klien-perawat- dengan orang lain.
perawat lain 4.1.3 Dorong dan Bantu klien
c. Klien-perawat- untuk berinteraksi dengan
perawat lain- orang lain melalui tahap:
klien lain a. Klien-perawat
d. Klien-keluarga- b. Kien-perawat-perawat

17
kelompok- lain
masyarakat c. Klien-perawat-perawat
lain-klien lain
d. Klien-
keluarga/komunitas/masy
arakat
4.1.4 Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan
yang telah dicapai
4.1.5 Bantu klien untuk
mengevaluasi keuntungan
menjalin hubungan sosial
4.1.6 Dikusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
bersama klien dalam
mengisi waktu, yaitu
berinteraksi dengan orang
lain
4.1.7 Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan
ruangan
4.1.8 Beri penguatan positif
atas kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan

18
5. Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1 Dorong klien untuk
mengungkapk mengungkapkan mengungkapkan
an perasaanya perasaanya setelah perasaanya bila
setelah berinteraksi dengan berinteraksi dengan
berinteraksi orang lain untuk: orang lain
dengan orang a. Diri-sendiri 5.1.2 Diskusikan dengan
lain b. Orang lain klien tentang
perasaan keuntungsn
berinteraksi dengan
orang lain
5.1.3 Beri penguatan
positif atas
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan keuntungan
berhubungan dengan
orang lain

6. Klien dapat 6.1 Keluarga dapat: 6.1.1 Bina hubungan saling


memberdayak a. Menjelaskan percaya dengan
an system perasaan nya keluarga:
pendukung b. Menjelaskan a. Salam,perkenalkan diri
atau keluarga cara merawat b. Jelaskan tujuan
klien menarik c. Buat kontrak
diri d. Eksplorasi perasaan

19
c. Mendemonstrasi klien
kan cara 6.1.2 Diskusikan dengan
perawatan klien anggota keluarga
menarik diri tentang:
d. Berpartisipasi a. Perilaku menarik diri
dalm perawatan b. Penyebab perilaku
klien menarik menarik diri
diri c. Akibat yang akan terjadi
jika perilaku menarik
diri tidak ditanggapi
d. Cara keluarga
menghadapi klien
menarik diri
6.1.3 Dorong anggota
keluarga untuk
memberi dukungan
kepada klien dalam
berkomunikasi dengan
orang lain
6.1.4 Anjurkan anggota
keluarga untuk secara
rutin bergantian
menjenguk klien
minimal satu kali
seminggu

20
6.1.5 Beri penguatan positif
atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga
Risiko Bunuh 1. Klien dapat 1. Menjawab salam 1.1 Kenalkan diri pada klien
Diri membina 2. Kontak mata 1.2 Tanggapi pembicaraan klien
hubungan 3. Menerima perawat dengan sabar dan tidak
saling percaya. 4. Berjabat tangan menyangkal.
1.3 Bicara tegas, jelas dan jujur.
1.4 Bersifat hargai dan
bersahabat.
1.5 Temani klien saat keinginan
menciderai diri meningkat.
1.6 Jauhkan klien dari benda-
benda yang membayakan
(sepeti : pisau, silet, gunting,
tali kaca, dll).

2. Klien dapat 1. Menceritaka 2.1 Dengarkan keluhan yang


mengekspresik n penderitaan klien rasakan.
an secara 2.2 Bersikap empati untuk
perasaannya. terbuka dan meningkatkan ungkapan
konstruktif keraguan, ketakutan dan
dengan orang keprihatinan.
lain. 2.3 Beri dorongan pada klien
untuk mengungkapkan

21
mengapa dan bagaimana
harapan karena harapan
adalah hal yang terpenting
dalam kehidupan.
2.4 Beri klien waktu dan
kesempatan untuk
menceritakan arti penderitaan
kematian dan sekarat.
2.5 Beri dorongan pada klien
untuk mengekspresikan
tentang mengapa harapan
tidak pasti dan dalam hal-hal
di mana harapan mempunyai
kegagalan.

3. Klien dapat 1. Mengenang dan 3.1 Bantu klien untuk memahami


meningkatkan meninjau kembali bahwa ia dapat mengatasi
harga diri. kehidupan secara aspek-aspek keputusasaan dan
positif. memisahkan dari aspek
2. Mempertimbangka harapan.
n nilai-nilai dan arti 3.2 Kaji dan kerahkan sumber-
kehidupan. sumber interval individu
3. Mengekspresikan (outonomi, mandiri, rasional
perasaan-perasaan pemikiran kognitif,
yang optimis fleksibilitas dan spiritualitas).

22
tentang yang ada. 3.3 Bantu klien mengidentifikasi
sumber-sumber harapan
(misal : hubungan antara
sesama, keyakinan, hak-hak
untuk di selesaikan).
3.4 Bantu klien mengembangkan
tujuan-tujuan realitas jangka
panjang dan jangka pendek
(beralih dari yang sederhana
ke yang lebih komleks, dapat
menggunakan suatu poster
tujuan untuk menandakan
jenis dan waktu untuk
pencapaian tujuan-tujuan
spesifik).

4. Klien 1. Mengekspresikan 4.1 Ajarkan klien untuk


menggunakan perasaan tentang mengantisipasi pengalaman
dukungan hubungan yang yang dia senang melakukan
sosial. positif dengan orang setiap hari (misal : berjalan,
terdekat. membaca buku favorit dan
2. Mengekspresikan menulis surat).
percaya diri dengan 4.2 Bantu klien untuk mengenali
hasil yang hal-hal yang dicintai, yang ia
diinginkan. sayangi dan pentingnya

23
3. Mengekspresikan terhadap kehidupan orang lain
percaya diri dengan disamping tentang kegagalan
diri dan orang lain. dalam kesehatan.
4. Menetapkan tujuan- 4.3 Beri dorongan pada klien
tujuan realistis. untuk berbagi keprihatinan
pada orang lain yang
mempunyai masalah dan/atau
penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman
positif dalam mengatasi
tersebut dengan kopimh yang
efektif.

5. Klien 1. Sumber tersedia 5.1 kaji dan kerahkan sumber-


menggunakan (keluarga, sumber eksternal individu
dukungan lingkungan dan (orang terdekat, tim
sosial. masyarakat). pelayanan kesehatan,
2. Keyakinan makin kelompok pendukung, agama
meningkat. yang dianutnya).
5.2 Kaji sistem pendukung
keyakinan (nilai, pengalaman
masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan
agama). Lakukan rujukan
selesai indikasi (misal :

24
konseling dan pemuka
agama).
Defisit 1. Klien 1.1.Klien dapat 1.1.1 Diskusikan bersama
perawatan dapat menyebutkan klien pentignya
diri mengenal pentingnya kebersihan diri
tentang kebersihan diri dengan cara
pentingny dalam waktu 2 kali menjelaskan
a pertemuan: pengertian tentang arti
kebersiha a. Tanda-tanda bersih dan tanda-tanda
n diri bersih bersih
b. Badan tidak bau 1.1.2 Dorong klien untuk
c. Rambut rapi, menyebutkan 3 dari 5
bersih da tidak tanda kebersihan diri
bau
d. Gigi bersih dan
tidak bau mulut
e. Baju rapid dan
tidak bau
2. Klien 1.2 Klien mampu 1.2.1 Diskusikan fungsi
dapat menyebutkan kebersihan diri untuk
mengident kembali kebersihan kesehatan dengan
ifikasi untuk kesehatan menggali pengetahuan
penyebab klien terhadap hal
perilaku yang berhubunga
kekerasan dengan kebersihan

25
diri.
1.2.2 Bantu klien
mengungkapkan arti
kebersihan diri dan
tujuan memelihara
kebersihan diri
1.2.3 Beri reinforcement
positif setelah klien
mampu
mengungkapkan arti
kebersihan diri.
3. Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.2.1 Ingatkan klien untuk
melakukan menjelaskan cara memelihara kebersihan
kebersihan merawat diri, antara diri seperti:
perawatan lain: a. Mandi 2 kali, pagi dan sore
diri secara a. Mandi 2 kali b. Sikat gigi minimal 2 kali
mandiri sehari dengan sehari (sesudah makan dan
sabun sebelum tidur)
b. Menggosok gigi c. Keramas dan menyisir
minimal 2 kali rambut
sehari setelah d. Gunting kuku bila panjang
makan dan akan
tidur
c. Mencuci rambut
2-3 kali seminggu

26
dan memotog
kuku bila panjang
d. Mencuci tangan
sebelum sesudah
makan
3.2 Klien berusaha 3.2.1 Motivasi klien untuk
untuk memelihara mandi:
kebersihan diri, yaitu: a. Ingatkan caranya, evaluasi
a. Mandi pakai hasilnya dan beri umpan
sabun dan disiram balik
dengan air sampai b. Bombing klien dengan
bersih bantuan minimal.
Mengganti c. Jika hasilnya kurang, kaji
pakaian bersih hambatan yang ada.
sekali dan 3.2.2 Bimbing klien untuk
merapikan mandi
penampilan a. Ingatkan dan anjurkan
untuk mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan
sabun.
b. Anjurkan klien untuk
meningkatkan cara mandi
yang benar.
3.2.3 Anjurkan klien untuk
mengganti baju setiap

27
hari:
a. Anjurkan klien untuk
mempertahankan dan
meningkatkan penampilan
diri setiap hari
b. Dorong klien untuk
mencuci pakaiannya
sendiri.
c. Demostrasi cara mencuci
pakaian yang benar dengan
sabun dan dibilas.
3.2.4 Kaji keinginan klien
untuk memotong kuku
dan merapikan rambut.
a. Beri kesempatan pada
klien untuk melakukan
sendiri
b. Ingatkan potong kuku dan
keramas.
3.2.5 Kolaborasi dengan
perawat ruangan untuk
pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri,
seperti mandi, dan
kebersihan kamar mandi.

28
3.2.6 Bekerja sama dengan
keluarga untuk
mengadakan fasilitas
kebersihan diri sendiri
seperti odol, sikat gigi,
sampo, pakaian ganti,
handuk dan sandal
3.2 Setelah satu minggu 3.3.1 Monitor klien dalam
klien dapat melaksanakan kebersihan
melakukan diri secara teratur.
perawatan Ingatkan untuk mencuci
kebersihan diri rambut, menyisir, gosok
secara rutin dan gigi, ganti baju dan pakai
teratur tanpa tujuan sandal.
anjuran
a. Mandi pagi dan
sore
b. Ganti baju setiap
hari
Penampilan
bersih dan rapi
4. Klien dapat 4.1 Klien selalu tampak 4.1.1 Beri reinforcement
mempertahan bersih dan rapi positif jika klien berhasil
kan melakukan kebersihan diri
kebersihan

29
diri secara
mandiri
5. Klien dapat 5.1 Keluarga selalu 5.1.1 Jelaskan pada keluarga
dukungan mengingatkan hal- tetang penyebab kurang
keluarga
hal yang minatnya klien menjaga
dalam
meningkatkan berhubungan dengan kebersihan diri
kebersihan kebersihan diri 5.1.2 Diskusikan bersama
diri.
keluarga tentang tindakan
yang telah dilakukan klien
selama di RS dalam
menjaga kebersihan dan
kemajuan yang telah
dialami di RS.
5.1.3 Anjurkan keluarga untuk
memutuskan memberi
stimulasi terhadap
kemajuan yang telah
dialami di RS
5.2 Keluarga 5.2.1 Jelaskan pada keluarga
menyiapkan sarana tentang manfaat sarana

30
untuk membantu yang lengkap dalam
klien dalam menjaga menjaga kebersihan diri
kebersihan diri klien.
5.2.2 Anjurka keluarga untuk
menyiapkan sarana dalam
menjaga kebersihan diri
5.2.3 Diskusikan bersama
keluarga cara membantu
klie menjaga kebersihan
5.3 Keluarga membantu 5.3.1 Diskusikan dengan keluarga
dan membimbing klien mengenai hal-hal yag dilakukan
dalam menjaga
kebersihan diri misalnya:
a. Mengingatkan klien pada
waktu mandi
b. Sikat gigi, keramas, ganti
baju, dan lain-lain
Membantu klien apabila
mengalami hambtan,
memberi pujian atas

31
keberhasilan klien

Perilaku 1. Klien 1.1 Klien mau 1.1.1 Beri salam/panggil nama


Kekerasan dapat membalas salam 1.1.2 Sebutkan nama perawat
membina 1.2 Klien mau menjabat sambil jabat tangan.
hubungan tangan 1.1.3 Jelaskan maksud
saling 1.3 Klien mau hubungan interaksi
percaya menyebutkan nama 1.1.4 Jelaskan tentang kontrak
1.4 Klien mau yang akan dibuat
tersenyum 1.1.5 Beri rasa aman dan
1.5 Klien mau kontak empati.
mata 1.1.6 Lakukan kontak singkat
1.6 Klien mau tetapi sering
mengetahui nama
perawat

2. Klien 2.1 Klien 2.1.1 Beri kesempatan untuk


dapat mengungkapkan mengungkapkan
mendefini perasaannya perasaanya.
sikan 2.2 Klien dapat 2.1.2 Bantu klien untuk
penyebab mengungkapkan mengungkapkan
prilaku perasaan penyebab perasaan
kekerasan. jengkel/kesal (dari jengkel/kesal
sendiri lingkngan
atau orang lain)

32
3. Klien 3.1 Klien dapat 3.2.2 Anjurkan klien untuk
dapat mengungkapkan mengungkapkan apa yang
mengident perasaan saat dialami dan dirasakan saat
ifiksi marah/jengkel jengkel/marah
tanda dan 3.2 Klien dapat 3.2.3 Observasi tanda dan
gejala menyimpulkan tanda gejala perilaku kekerasan
perilaku dan gejala pada klien.
kekerasan jengkel/kesal yang 3.2.4 Simpulkan bersama klien
dialaminya. tanda dan gejala
jengkel/kesal yang
dialami klien.

4. Klien 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien


dapat mengungkapkan untuk
mengident perilaku kekerasan mengungkapkan
ifikasi yang biasa perilaku kekerasan
perilaku dilakukan. yang biasa
kekerasan 4.2 Klien dapat bermain dilakukan klien.
yang biasa peran sesuai 4.1.2 Bantu klien
dilakukan perilaku kekerasan bermain peran
yang biasa sesuai dengan
dilakukan perilaku kekerasan
4.3 Klien dapat yang biasa
mengetahui cara dilakukan.
yang biasa 4.1.3 Bicarakan dengan

33
dilakukan untuk klien, apakah
menyelesaikan dengan cara yang
masalah klien lakukan
masalahnya
selesai.
5. Klien 5.1 Klien dapat 5.1.1 Bicarakan
dapat menjelaskan akibat/kerugian dari
mengident akibat dari cara cara yang dilakukan
ifikasi yang digunakan klien.
akibat klien: akibat pada 5.1.2 Bersama klien
perilaku klien sendiri, menyimpulkan
kekerasan akibat pada orang akibat dari cara yang
lain, akibat pada dilakukan oleh klien
lingkungan

6. Klien dapat 6.1 Klien dapat 6.1.1 Tanyakan pada klien


mendemonstr menyebutkan contoh “apakah ia ingin mempelajari
asikan cara pencegahan perilaku cara baru yang sehat”Diskusikan
fisik untuk kekerasan secara kegiatan fisik yang biasa
mencegah fisik: tarik napas dilakukan klien.
perilaku dalam, pukul kasur, 6.1.2 Beri pujian atas kegiatan
kekerasan. dan bantal dll fisik yang biasa
6.2 Klien dapat dilakukan kegiatan
mendemonstrasikan klien.
cara fisik untuk 6.1.3 Diskusikan dua cara

34
mencegah perilaku fisikyang paling mudah
kekerasan dilakukan untuk
6.3 Klien mempunyai mencegah perilaku
jadwal untuk kekerasan yaitu: tarik
melatih cara napas dalam, pukul
pencegahan fisik bantal dan kasur.
yang telah dipelajari 6.1.4 Diskusikan cara
sebelumnya melakukan tarik napas
6.4 Klien mengevaluasi dalam dengan klien.
kemampuannya 6.1.5 Beri contoh pada klien
dalam melakukan tentang cara menarik
cara fisik sesuai napas dalam
jadwal yang telah 6.1.6 Minta klien untuk
disusun. mengikuti conto
6.5 Klien dapat sebanyak lima kali.
menyebutkan cara 6.1.7 Beri pujian positif atas
yang baik(verbal) kemampuan klien
dalam mencegah mendemontrasikan cara
perilaku kekerasan: menarik napas dalam.
meminta dengan 6.1.8 Tanyakan perasaan klien
baik, menolak setelah selesai.
dengan baik, 6.1.9 Anjurkan klien untuk
mengungkapkan menggunakan cara yang
dengan baik. telah dipelajari saat
6.6 Klien dapat marah/jengkel

35
mendemonstasikan 6.1.10 Lakukan hal yang sama
cara verbal yang untuk cara fisik lain
baik. dipertemuan lain.
6.7 Klien mempunyai 6.1.11 Diskusikan dengan klien
jadwal untuk mengenai frekuensi
melatih cara bicara latihan yang akan
yang baik dilakukan klien.
6.8 Klien melakukan 6.1.12 Susun jadwal kegiatan
evaluasi terhadap untuk melatih cara yang
kemampuan cara telah dipelajari.
bicara yang sesuai 6.1.13 Klien mengevaluasi
dengan jadwal yang pelaksanaan latihan cara
disusun. pencegahan perilaku
kekerasan yang telah
dilakukan dengan
mengisi jadwal kegiatan
harian.
6.1.14 Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan.
6.1.15 Berikan pujian atas
keberhasilan klien.
7. Klien dapat 7.1 Klien dapat 7.1.1 Tanyakan kepada
mendemonstr menyebutkan klien “apakah
asikan cara kegiatan ibadah kegiatan cara

36
spiritual yang biasa pencegahan
untuk dilakukan. perilaku kekerasan
mencegah 7.2 Klien dapat dapat mengurangi
perilaku mendemonstrasikan perasaan marah”
kekerasan cara ibadah yang 7.1.2 Diskusikan cara
dipilih bicara yang baik
7.3 Klien mempunyai dengan klien.Beri
jadwal untuk contoh bicara
melatih kegiatan yang baik.
ibadah 7.1.3 Minta klien
7.4 Klien melakukan mengikuti contoh
evaluasi terhadap cara bicara yang
kemampuan baik.
melakukan kegiatan 7.1.4 Minta klien
ibadah mengulangi
sendiri.
7.1.5 Beri pujian atas
keberhasilan.
7.1.6 Diskusikan
dengan klien
tentang waktu dan
kondisi cara bicara
yang dapat dilatih
diruangan
misalnya;

37
meminta obat,
baju dll serta
menolak ajakan
merokok.

Ansietas TUM :
Klien 1. Setelah 1x30 1. Bina hubungan saling Hubungan saling
menunjukkan cara menit, klien percaya : percaya merupakan
koping adaptif menunjukkan 1.1. Beri salam setiap dasar dari terjadinya
terhadap tanda-tanda interaksi komunikasi teraupetik
stres/kecemasan percaya terhadap 1.2. Perkenalkan nama, sehingga akan
m ahasiswa yang nama panggilan memfasilitasi dalam
TUK : ditandai dengan: perawat dan tujuan pengungkapan
1. Klien dapat  Wajah tersenyum perawat berkenalan perasaan, emosi, dan
menjalin dan /ramah 1.3. Tanyakan dan panggil harapan klien
mempertahank  Mau berkenalan nama kesukaan klien
an hubungan  Ada kontak mata 1.4. Tunjukkan sikap jujur
saling percaya  Bersedia dan menepati janji
menceritakan setiap berinteraksi
perasaannya dengan klien
 Bersedia 1.5. Tanyakan perasaan
menceritakan klien dan masalah yang
tentang dihadapi klien
kehidupannya 1.6. Buat kontrak interaksi
yang jelas

38
1.7. Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
1.8. Penuhi kebutuhan dasar
klien

2. Klien dapat 2. Setelah 1x30 2.1.Jadilah pendengar yang Dengan mengenal


mengenal menit, klien hangat dan responsif ansietasnya, klien
ansietasnya dapat 2.2. Beri waktu yang cukup pada akan lebih kooperatif
menyebutkan klien untuk berespons terhadap tindakan
tentang definisi 2.3. Diskusikan tentang perasaan keperawatan.
dari ansietas, klien saat sedang Menyamakan
tanda dan gejala menghadapi masalah atau persepsi bahwa
ansietas, akibat tekanan. ansietas terjadi pada
yang diperoleh 2.4. Beri dukungan pada klien klien.
jika ansietas untuk mengekspresikan
tidak teratasi perasaannya
2.5. Identifikasi situasi yang
membuat klien ansietas
2.6. Bersama klien identifikasi
penyebab ansietas
2.7. Bersama klien identifikasi
perilaku akibat ansietas
2.8. Reinforcement positif
2.9. Bantu klien untuk

39
mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya.

3. Klien dapat 3. Setelah 3x30 3.1. Ajarkan klien teknik Didapatkannya cara
menggunakan menit, klien mampu relaksasi fisik : tarik nafas lain yang sehat yang
teknik mendemonstrasikan dalam akan membantu klien
mengurangi teknik nafas dalam 3.2 Ajarkan klien teknik untuk mencari cara
ansietas secara dengan benar untuk relaksasi : pengalihan yang adaptif dalam
positif mengurangi ansietas, situasi mengurangi atau
menjelaskan teknik 3.3. Ajarkan klien teknik menghilangkan
distraksi dan cara relaksasi untuk ansietasnya
spiritual untuk meningkatkan kontrol dan
menurunkan ansietas, rasa percaya diri
serta mampu 3.4. Ajarkan klien mengatasi
mendemonstrasikan ansietas dengan
teknik hipnotis 5 jari menggunakan teknik
hipnosis 5 jari
4. Klien dapat 4. Keluarga mempu 4.1. diskusikan masalah yang Dukungan keluarga,
dukungan merawat anggota dihadapi keluarga mendukung proses
keluarga untuk keluarga dengan perubahan perilaku
meningkatkan ansietas, dengan ansietas klien.
perawatan diri latihan teknik 4.2. jelaskan proses tejadi, Untuk meningkatkan
nafas dalam dan tanda gejala, penyebab motivasi klien dalam
teknik distraksi ansietas pada anggota menghilangkan
keluarga ansietasnya.

40
4.3. ajarkan cara merawat Untuk memberikan
anggota keluarga dengan pengetahuan kepada
latihan relaksasi keluarga sehingga
keluarga dapat
memahami cara yang
tepat dalam
menangani klien dan
pentingnya perhatian
keluarga.
4.4. diskusikan tanda-tanda Agar keluarga dapat
anggota keluarga harus merawat klien di
dirujuk rumah secara
4.5. beri reinforcement positif mandiri.

41
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi,
yang umumnya tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat.
Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15% sampai 22% anak-anak dan remaja,
namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya kurang dari 20%. (Keys,
1998)
Diagnosis gangguan jiwa pada anak-anak dan remaja adalah perilaku
yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan
dengan norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya
fungsi adaptasi. (Townsend, 1999).

B. Saran
Kami mengharapkan setalah ini pembaca tidak hanya sekedar mengetahui apa
saja yang ada dalam asuhan keperawatan klien dengan usia anak-anak dan
remaja tapi juga mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari
jika nantinya di lapangan menemukan kasus pasien jiwa dengan keadaan yang
dimaksud. Semoga seluruh isi ASKEP ini dapat bermanfaat bagi kita semua
terutama untuk kami.

42
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, A. (2015). Buku ajar Keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Isaae, Ann. 2004. Panduan Belajar : Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiartrik.
Jakarta EGC
Damaiyanti, iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung. RefikaAditama

43
44

You might also like