Professional Documents
Culture Documents
Akuntansi manajemen lingkungan merupakan sub bagian dari akuntansi lingkungan yang
digunakan untuk menyediakan informasi dalam pengambilan keputusan suatu organisasi,
walaupun informasi yang dihasilkan untuk tujuan yang lain, seperti pelaporan ekternal, dengan
pelaporan dan pengiriman informasi tentang: a.) Informasi berdasarkan arus bahan dan energi, b.)
informasi biaya lingkungan, c.) Informasi lainnya yang terukur, dibentuk berdasarkan akuntansi
manajemen lingkungan untuk pengambilan keputusan bagi perusahaan.
Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting atau EA) merupakan istilah yang
berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (environmental costs) ke dalam praktek
akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul dari
sisi keuangan mampun non-keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang
mempengaruhi kualitas lingkungan. Akuntansi Manajemen Lingkungan (Environmental
Management Accounting) merupakan salah satu sub sistem dari Akuntansi Lingkungan yang
menjelaskan mengenai persoalan pengukuran dari dampak-dampak bisnis perusahaan ke dalam
sejumlah unit moneter. Akuntansi Manajemen Lingkungan juga dapat digunakan sebagai suatu
tolak ukur dalam kinerja lingkungan (Rustika, 2011 dalam mardikawati, dkk, 2014).
2. Ramah Lingkungan (Eco-Friendly), dalam hal ini akuntansi manajemen lingkungan harus dapat
melakukan pengawasan terhadap efisiensi penggunaan SDA dan sumber energi lain, dampak
terhadap lingkungan, dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
3. Posisi Strategis (Strategic Positioning) , dalam hal ini perusahaan harus membuat program-
program yang terkait dengan lingkungan untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan.
Akuntansi manajemen lingkungan harus dapat mengawasi apakah biaya-biaya yang dikeluarkan
dapat mencapai tujuan tersebut.
Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan menurut Hansen dan Mowen adalah biaya yang dikeluarkan karena adanya
kualitas lingkungan yang buruk atau karena kualitas lingkungan yang buruk yang mungkin terjadi,
dengan demikian, biaya lingkungan dikaitkan dengan kreasi, deteksi, perbaikan, dan pencegahan
degradasi lingkungan.
Dengan definisi ini, Hansen dan Mowen dapat mengklasifikasi biaya lingkungan menjadi empat
kategori yaitu:
Menurut Jaworski (1988), sistem pengendalian manajemen dibagi menjadi dua yaitu (1)
pendekatan formal yaitu mekanisme pengendalian yang tertulis dan diciptakan manajemen untuk
mempengaruhi karyawan agar berperilaku mendukung tujuan organisasi. Pengendalian output
merupakan jenis pengendalian formal; (2) pendekatan informal merupakan pengendalian berbasis
proses atau perilaku. Pengendalian input merupakan pengendalian informal. Anthony dan
Govindarajan (1998: 6) melihat sistem pengendalian manajemen merupakan struktur dan proses
dimana manajer mempengaruhi anggota organisasi yang lain untuk mengimplementasikan
strategi. Proses pengendalian manajemen meliputi tahapan penentuan perencanaan stratejik,
program dan penganggaran.
Pendekatan Tradisional
Pedekatan tradisional adalah strategi, sasaran, dan tujuan organisasi yang hanya sedikit
berubah atau bahkan tidak ada perubahan sama sekali sampai batas waktu yang ditentukan, yang
biasanya empat bulan atau satu bulan penuh. Pendekatan tradisional didasarkan pada pendekatan
umpan balik.
Pendekatan tradisional dalam pengendalian stratejik mengikuti tahapan yang berurutan sebagai
berikut :
2. Strategi diimplementasikan
3. Kinerja diukur berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan
Sistem pengendalian tradisional seperti itu dinamakan pembelajaran single-loop oleh Chris
Argyris dari Harvard University. Intinya, dengan sistem ini, sistem pengendalian hanya
membandingkan kinerja aktual dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pendekatan ini
akan tepat digunakan apabila lingkungan bisnis berada dalam keadaan yang stabil dan relatif
sederhana.
karena, strategi yang tidak diubah dapat menghambat perusahaan untuk bisa bersaing dalam
lingkungan yang sangat kompetitif, karena untuk bisa bersaing perusahaan perlu mengubah dan
menyesuaikan strateginya terus-menerus, selain itu pemikiran bahwa perusahaan yang baik bisa
terus maju dengan perencanaan yang rinci dan akurat sering dipertanyakan oleh banyak kalangan,
perusahaan tidak akan bisa terus maju hanya dengan mengandalkan perencanaan awal yang dibuat
tanpa melakukan perubahan, perencanaan bisa menjadi tidak tepat seiring perusahaan berjalan
Pendekatan Kontemporer
Pendekatan kontemporer menekankan pada pentingnya evaluasi lingkungan (baik secara internal
maupun eksternal) yang berkelanjutan untuk melihat apabila terdapat tren dan kejadian penting
yang memberikan sinyal terhadap pentingnya malakukan modifikasi strategi, sasaran, dan tujuan
organisasi. Dengan semakin tidak pasti dan kompleksnya lingkungan persaingan, maka kebutuhan
pemikiran, sasaran dan strategi organisasi dievaluasi, diuji dan dikaji ulang secara terus-menerus.
Dalam pendekatan ini, adaptasi dan antisipasi perubahan lingkungan internal dan eksternal
merupakan bagian integral dari pengendalian stratejik. Hubungan antara formulasi strategi,
(Simons,1995) :
1. Sistem ini harus terfokus pada informasi yang terus berubah yang dapat diidentifikasi oleh
2. Informasi harus cukup penting untuk dapat menarik perhatian manajer operasi pada semua
3. Data dan informasi yang dihasilkan oleh sistem pengendalian paling baik bila
diinterpretasikan dan didiskusikan pada pertemuan tatap muka dengan atasan, bawahan,
4. Sistem pengendalian kontemporer adalah katalis kunci bagi perdebatan tentang data,
Perbedaan yang penting pada kedua pendekatan di atas dalam sistem pengendalian strategi
adalah, dalam pendekatan tradisional, pemahaman asumsi dasar adalah langkah awal dalam proses
yang formal, sistem informasi yang dapat memelihara atau mengubah pola kegiatan, yang
tidak hanya berorientasi kepada pencapaian sasaran namun juga inovasi. Kerangka tersebut
Simon (2000) menjelaskan bahwa terdapat empat sistem kontrol Levelrs of Control (LOC)
yaitu belief system, boundary system, diagnostic control system, dan interactive control
a. Belief System
Belief system merupakan sistem formal yang digunakan oleh manajer untuk
membuat, serta mengeluarkan upaya dalam tindakan yang tepat (Simon, 1994).
tujuan dan arah organisasi, definisi organisasi, tujuan dan arah organisasi.
b. Boundary System
Boundary system merupakan sistem formal yang digunakan oleh top manajer untuk
mengkomunikasikan batasan dan aturan organisasi untuk dihormati. Boundary
System memberitahukan karyawan apa yang mereka tidak dapat lakukan.
Tujuannya adalah untuk memungkinkan karyawan memiliki kebebasan untuk
memungkinkan karyawan memiliki kebebasan untuk berinovasi, menggali,
menciptakan, dan mencapai standar tertentu. Salah satu contoh dari boundary
system dalam (Simon, 1994) yaitu merupakan sistem yang berisi tentang aturan,
batasan, dan larangan dalam : Kode etik organisasi, Sistem perencanaan strategis,
sistem penganggaran.
Diagnostic control system merupakan sistem umpan balik formal yang digunakan
untuk memantau manfaat organisasi serta mengkoreksi kesalahan apakah sesuai
dengan standar kinerja organisasi. Tujuan dari diagnostic control system adalah
memotivasi karyawan untuk melakukan, menyelaraskan perilaku karyawan dengan
tujuan organisasi, dan untuk menyediakan mekanisme pemantauan, selain itu
dengan adanya diagnostic control system, karyawan memiliki kebebasan dalam
berinovasi, membuat serta mencapai target tertentu dalam sebuah organisasi.
Contoh dari diagnostic control system yaitu rencana laba dan pengangaran, sistem
tujuan organisasi, sistem pemantauan kegiatan, sistem pemantauan pendapatan.