You are on page 1of 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , karena berkah rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
”Kematian Ibu dan Bayi” sesuai waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami susun sebagai salah satu persyarat untuk memenuhi tugas
yang diberikan dosen pembimbing dalam materi pembelajaran ilmu kesehatan
masyarakat.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapatkan banyak pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada yang terhormat Bapak/Ibu :
1. Ani Intiyati , SKM, M. Kes selaku dosen pengajar,yang telah memberikan petunjuk,
saran, dorongan moril selama penyusunan makalah ini.
2. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil demi
terselesaikannya makalah ini.
Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan yang
diberikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi semua pembaca pada umumnya.

Surabaya, Maret 2018

Penulis

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… 2

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………... 3

1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………… 3

1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………………… 4

1.3. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………. 4

BAB 2 PEMBAHASAN ……………………………………………………….. 5

2.1. Pengertian Angka Kematian Ibu (AKI) ……………………………………... 5

2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Angka Kematian Ibu………………………..... 6

2.3. Upaya untuk Menekan Angka Kematian Ibu………………………………… 12

2.4. Angka prevalensi …………………………………………………………… 16

BAB 3 PENUTUP ……………………………………………………………… 17

3.1. Kesimpulan …………………………………………………………………. 17

3.2. Saran ……………………………………………………………………….... 17

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 19

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Di Indonesia Angka Kematian Ibu tertinggi
dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per 100.000
kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, danSingapura 6 per
100.000 kelahiran hidup (BPS, 2003). Berdasarkan SDKI 2007 Indonesia telah
berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu dari 390/100.000 kelahiran hidup (1992)
menjadi 334/100.000 kelahiran hidup (1997). Selanjutnya turun menjadi
228/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2008).
Saat ini dalam setiap menit, setiap harinya, seorang ibu meninggal disebabkan
oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kematian ibu diperkirakan
sebanyak 500.000 kematian setiap tahun, 99% diantaranya terjadi di negara
berkembang.
Menurut Millenium Development Goals (2004), dari lima juta kelahiran yang
terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat
komplikasi kehamilan atau persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN.
Risiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65, dibandingkan
dengan 1 dari 1.100 di Thailand
Menurut Depkes RI (2003) dalam Wayu (2009), kondisi derajat kesehatan di
Indonesia ini masih harus ditingkatkan antara lain ditandai dengan tingginya AKI
yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi baru lahir 35 per1.000
kelahiran hidup. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 3


2003, Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 307 per 100.000 dan turun menjadi 228
per 100.000 pada tahun 2007.
Komplikasi persalinan sebagian besar dapat dicegah, bila kesehatan ibu
selama hamil selalu terjaga melalui pemeriksaan antenatal care yang teratur dan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman. Hal ini dilakukan untuk mencapai
sasaran Millenium Development Goals (MDGs), yaitu Angka Kematian Ibu (AKI)
sebesar 102 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015.

1.2.Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan angka kematian ibu (AKI)?
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu (AKI)?
c. Bagaimana cara menekan angka kematian ibu (AKI)?

1.3.Tujuan Penulisan
a. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan AKI atau angka kematian ibu.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu.
c. Dan mengetahui cara yang cukup baik untuk menekan angka kematian ibu
(AKI)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Angka Kematian Ibu (AKI)

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 4


Kematian ibu adalah kematian dari setiap wanita waktu hamil, persalinan,dan
dalam 90 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa
memeperhitungkan tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri
kehamilan (WHO). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian
perempuan padasaat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lamadan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya
atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran
hidup.

Kematian maternal/AKI merupakan kematian wanita sewaktu hamil,


melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari
lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan
kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab
tambahan lainnya. (Sarwono,2002:22)

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian
dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya
kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain
sepertikecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).

Kematian ibu adalah kematian wanita dalam masa kehamilan, persalinan dan dalam
masa 42 hari (6 minggu) pasca bersalin, dengan rincian sebagai berikut:

Berakhirnya kehamilan tanpa memandang usia kehamilan, tempat melekatnya janin


dan plasenta maupun yang disebabkan oleh penyakit pada masa kehamilan bukan
akibat kecelakaan.

 Pada persalinan dengan penyulit yang menimbulkan perdarahan hebat dan


 Pasca persalinan (nifas) dengan kurun waktu 42 hari (6 minggu) mengalami
perdarahan hebat, infeksi dan penyakit lain sehingga mengakibatkan
kematian.

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 5


 Perhitungan AKI (Angka Kematian Ibu)
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan
per 1000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian denganangka fertilitas
umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematianmaternal per
1000kelahiran

Rumus

Dimana:
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada
tahun tertentu, di daerah tertentu.Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi
yang lahir hidup padatahun tertentu, di daerah tertentu.Konstanta =1000 bayi lahir
hidup.

2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Angka Kematian Ibu


Ada beberapa pendapat mengenai faktor yang sangat mempengaruhi angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia diantaranya,

a. Menurut Qomaria Alwi, 2009. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya angka kematian ibu (AKI)
- Kesadaran penduduk kurang dalam memanfaatkan karu Gakin, mereka
yang memegang kartu Gakin sering datang berulang-ulang ke Puskesmas meskipun
tidak sakit atau obat sebelumnya belum habis.
- Kesadaran ibu-ibu untuk periksa hamis kurang karena mereka datang tidak
secara khusus tetapi sambil berobat penyakit lain misalnya flu, panas, dan diare.
Keyakinan ibu-ibu terhadap dukun atau mantri di desanya masih tinggi terutama

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 6


untuk postnatal, ibu-ibu selalu ke dukun dan menggukan kotoran kambing untuk tali
pusat bayi.
- Bidan menyatakan rasa putus asa untuk meneruskan rasa putus asa untuk
menereuskan status PTT karena tidak ada harapan peningkatan kesejahteraan,
kemudian membuka praktek swasta karena izin praktek swasta dipermudah dengan
adanya pemutihan. Tarif persalinan dikenakan memang masih itnggi dari dukun dan
non bidan dengan alasan mereka mengikuti pendidikan/pelatihan khusus tentang
kebidanan dan membayar untuk itu.

b. Menurut Ahmad Syafiq, 2003. Membaginya dalam beberapa kategori, yaitu


- Tingkat pendidikan angka mempengaruhi tingkat kematian ibu. Berikut
penjelasannya.

Pendidikan AKI1 AKI2


Persentase WUS Tamat SD 0,316* 0,163
Persentase WUS Tamat SMP 0,635** 0,460
Persentase WUS Tamat SMA -0,368* -0,168**
Persentase WUS Tamat Akademi -0,351* -0,136
Persentase WUS Tamat Universitas -0,434** -0,416**
Dari tabel di atas dapat dimaknai bahwa sampai tingkat pendidikan tamat
SMP, korelasi masih bernilai positif (hubungan lurus) artinya semakin tinggi
persentase pendidikannya maka semakin tinggi pula AKI‐nya. Namun, dua data set
AKI menunjukkan bahwa korelasi bernilai negatif (hubungan terbalik) mulai
pendidikan tamat SMA ke atas. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa batas
pendidikan yang membawa pengaruh terhadap AKI adalah tamat SMA ke atas.

- Tingkat Ekonomi
Status Ekonomi AKI 1 AKI 2
Kepemilikan Rumah -0,003 0,058
Kepemilikan Tabungan -0,253 -0026
Tampak bahwa kedua variabel proksi dari status ekonomi yang dipilih dalam
tinjauan ini tidak cukup peka untuk dapat memiliki korelasi yang signifikan dengan
AKI absolut. Kepemilikan tabungan mungkin merupakan indikator status ekonomi
yang lebih baik dibandingkan kepemilikan rumah.

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 7


c. Menurut Nurul Aeni ada 3 faktor yang mempengaruhi tingka kematian ibu (AKI),
yaitu
- Penyakit Jantung.
Penyakit jantung kebanyakan diderita para ibu disebabkan oleh pola hidup yang
kurang sehat.
- Eklampsia
Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 13 persen kematian
ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 persen) 10 .Pemantauan kehamilan secara
teratur sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan
murah yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia.
- Pendarahan
Pendarahan ini terjadi ketika sang ibu melahirkan bayinya. Seperti yang di katakan
Ahmad Syafiq, bahwa tingkat pendidikan juga mempengaruhi dalam proses
persalinan sehingga dapat mencegah terjadinya pendarahan ketika proses persalinan

d. Menurut Cynthia Lina 2013. Ada beberapa macam penyebab utama AKI, yaitu

1. Penyebab Langsung
- Faktor reproduksi
a) Usia
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal
yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali setelah
usia 30-35 tahun.
b) Paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut pandang kematian
maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian
maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko
pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 8


pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan Keluarga Berencana.
Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.

c) Komplikasi Obstetri
Penyebab kematian ibu. adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan
darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan,
yang biasanya tidak biasa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung
jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa
nifas terjadi karena perdarahan post partum, retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini
mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan
pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat waktu.

2. Penyebab Tidak Langsung


Risiko kematian ibu dapat diperparah oleh adanya anemia dan penyakit menular
seperti malaria, tuberkulosis (TB), hepatitis, dan HIV/AIDS. Pada 1995, misalnya,
prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 persen, dan pada ibu
nifas 45 persen.
Anemia pada ibu hamil mempuyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak
dalam kandungan, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan
berat lahir rendah, serta sering menyebabkan kematian ibu dan bayi baru lahir. Faktor
lain yang berkontribusi adalah kekurangan energi kronik (KEK). Pada 2002, 17,6
persen wanita usia subur (WUS) menderita KEK.
Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, dan akses terhadap
sarana kesehatan dan transportasi juga berkontribusi secara tidak langsung terhadap
kematian dan kesakitan ibu. Situasi ini diidentifikasi sebagai “3 T” (terlambat).
Yang pertama adalah terlambat deteksi bahaya dini selama kehamilan,
persalinan, dan nifas, serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan ibu dan neonatal. Kedua, terlambat merujuk ke fasilitas
kesehatan karena kondisi geografis dan sulitnya transportasi. Ketiga, terlambat
mendapat pelayanan kesehatan yang memadai di tempat rujukan.
Pelayanan kesehatan merupakan tantangan berikutnya yang perlu ditangani.
Termasuk di dalamnya adalah kualitas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah
dan swasta serta penanganan disparitas akses pada kelompok rentan dan miskin. Data

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 9


terbaru menunjukkan bahwa jumlah bidan di desa (BDD) yang menyediakan
pelayanan bagi kelompok rentan dan miskin telah menurun.

Penting untuk mengetahui penyebab kematian ibu agar dapat melakukan upaya-
upaya pencegahan yang diperlukan sehingga kasus serupa tidak terus berulang terjadi.
Penyebab utama kematian ibu adalah faktor obstetrik dan kondisi selama kehamilan
yang dapat dibagi dalam 4 kelompok:

1. 4 Terlalu
o Terlalu muda (<20 tahun)

o Terlalu tua (>35 tahun)

o Terlalu sering/banyak (anaknya >3)

o Terlalu dekat (jaraknya <2 tahun)

2. Gizi ibu hamil yang kurang, sehingga mengalami KEK (kurang energi
kronis), anemia dan defisiensi zat besi.

3. Penyakit Menular seperti AIDS, herpes simplex, sifilis, herpes genital.

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 10


4. Penyakit lain seperti anemia berat, hipertensi, infeksi dalam kehamilan
(abortus), infeksi bukan karena kehamilan (terkena AIDS dan malaria)

Berdasarkan Gambar 2terlihat bahwa penyebab kematian ibu selama tahun


2010 – 2013 masih sama yaitu pendarahan. Sedangkan partus lama merukan
penyumbang kematian ibu terendah. Sementara itu penyebab lain juga berperan
cukup besar dalam menyebabkan kematian ibu yang dimaksud dengan penyebab lain
adalah penyebab kematian ibu secara tidak langsng , seperti kanker, ginjal, jantung,
TBC, kecelakaan atau yang lainnya. Tinggi nya kematian ibu akibat penyebab lain -
lain menurut peran besar rumah sakit dalam menangani penyebab tersebut.

2.3. Upaya untuk Menekan Angka Kematian Ibu


Menurut Cynthia Lina, 2013. Ada beberapa upaya untuk menekan angka
kematian pada ibu, diantaranya adalah
a. Upaya penanggulangan AKI saat ini :
1. Dibentuknya AMP di puskesmas
Audit Maternal Perinatal (AMP) menurut Departemen Kesehatan adalah suatu

kegiatan untuk menelusuri kembali sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal
dengan tujuan mencegah kesakitan dan kematian yang akan datang. AMP merupakan
suatu investigasi kualitatif mendalam mengenai penyebab dan situasi di seputar
kematian maternal dan perinatal/neonatal baik yang ditangani di fasilitas kesehatan
termasuk bidan di desa atau bidan praktek swasta secara mandiri, maupun di rumah.

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 11


Dari kegiatan ini dapat ditentukan

· Sebab dan faktor-faktor terkait dalam kesakitan / kematian ibu dan perinatal
· Tempat dan alasan berbagi sistem dan program gagal dalam mencegah kematian
· Jenis intervensi yang dibutuhkan

2. PONED
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayanan
untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang terjadi pada
ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu dalam masa nifas dengan komplikasi obstetri yang
mengancam jiwa ibu maupun janinnya. PONED merupakan upaya pemerintah dalam
menanggulangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia yang masih tinggi dibandingkan di Negara-negara Asean lainnya.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan
pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas.
Puskesmas PONED adalah puskesmas yang memiliki fasilitas dan kemampuan
memberikan pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal selama 24 jam. Sebuah Puskesmas PONED harus memenuhi standar yang
meliputi standar administrasi dan manajemen, fasilitas bangunan atau ruangan,
peralatan dan obat-obatan, tenaga kesehatan dan fasilitas penunjang lain. Puskesmas
PONED juga harus mampu memberikan pelayanan yang meliputi penanganan
preeklampsi, eklampsi, perdarahan, sepsis, sepsis neonatorum, asfiksia, kejang,
ikterus, hipoglikemia, hipotermi, tetanus neonatorum, trauma lahir, Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), sindroma gangguan pernapasan dan kelainan kongenital.
Alur pelayanan puskesmas PONED, setiap kasus emergensi yang datang di
setiap puskesmas mampu PONED harus langsung ditangani, setelah itu baru
melakukan pengurusan administrasi (pendaftaran, pembayaran  alur pasien).
Pelayanan yang diberikan harus mengikuti Prosedur Tetap (PROTAP).
- Pelayanan yang Diberikan Puskesmas PONED :

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 12


Puskesmas PONED harus memiliki tenaga kesehatan yang telah dilatih
PONED yaitu TIM PONED (Dokter dan 2 Paramedis). Pelayanan yang dapat
diberikan puskesmas PONED yaitu pelayanan dalam menangani kegawatdaruratan
ibu dan bayi meliputi kemampuan untuk menangani dan merujuk:

· Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia)


· Tindakan pertolongan Distosia Bahu dan Ekstraksi Vakum pada Pertolongan
Persalinan
· Perdarahan post partum
· infeksi nifas
· BBLR dan Hipotermi, Hipoglekimia, Ikterus, Hiperbilirubinemia, masalah
pemberian minum pada bayi
· Asfiksia pada bayi

3. GSI
Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan upaya untuk meningkatkan
pemberdayaan perempuan dan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi
yang masih tinggi dan merupakan gerakan masyarakat bekerja sama dengan
pemerintah. Dengan demikian, yang dimaksud dengan GSI adalah suatu gerakan
yang dilaksanakan oleh masyarakat bekerja sama dengan pemerintah untuk
meningkatkan perbaikan kualitas hidup perempuan (sebagai sumber daya manusia)
melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka
kematian ibu karena hamil, melahirkan, dan nifas, serta kematian bayi.
GSI yang kegiatannya ditunjang oleh Tim Pokja dan Tim Satgas GSI
diarahkan agar mampu mendorong masyarakat untuk berperan aktif dan
mengembangkan potensinya dengan melahirkan ide-ide kreatif dalam melaksanakan
GSI di daerahnya. Kegiatan-kegiatanya antara lain:
a) Melaksanakan pendataan ibu hamil, memberikan kode-kode terten tu untuk
memberi tanda bagi ibu hamil beresiko tinggi (tanda biru), untuk yang normal diberi

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 13


tanda kuning. Ini pertama kali dikembangkan di Sumatera Selatan, lalu
dikembangkan di daerah lain.
b) Melaksanakan kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi), melalui pengajian
dan penyuluhan bagi calon pengantin, bisa juga dikembangkan dalam bentuk
nyanyian, tarian, operet, puisi sayang ibu. Hendaknya juga didukung oleh para
Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), Petugas Depag, Dinas Kesehatan
dan sebagainya.
c) Menyediakan Pondok Sayang Ibu. Ide ini pertama kali dicetuskan di Lampung.
d) Menggalang Dana Bersalin (Arlin) dari masyarakat sebagai bentuk kepedulian.
e) Menggalang sumbangan donor darah untuk membantu persalinan.
f) Menyediakan Ambulans Desa, bisa berupa becak, mobil roda empat milik warga
yang dipinjamkan.

4. Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)


Pemerintah telah melakukan upaya penurunan jumlah kematian ibu dan bayi
dengan meningkatkan cakupan maupun kualitas pelayanan. Peningkatan kemampuan
tenaga kesehatan pada Puskesmas Rawat Inap dengan PONED di wujudkan untuk
menanggulangi permasalahan dan kondisi kematian ibu dengan “penyebab
langsung.” Sedangkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) diharapkan mampu menyelesaikan masalah atau kondisi ”tidak langsung”
yang menyebabkan ibu dan bayi meninggal.
Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang telah terbukti
mampu meningkatkan secara signifikan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan Buku KIA sebagai informasi dan pencatatan keluarga yang mampu
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu, bayi, dan balita. Dengan
tercatatnya ibu hamil secara tepat dan akurat serta dipantau secara intensif oleh
tenaga kesehatan dan kader di wilayah tersebut, maka setiap kehamilan sampai
persalinan dan nifas diharapkan dapat berjalan dengan aman dan selamat.

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 14


Manfaat dari P4K adalah meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu hamil, ibu bersalin. Ibu nifas dan bayi baru lahir melalui peningkatan

peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan dan bayi baru lahir
bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat. Dengan sasaran semua ibu hamil yang
ada di wilayah tersebut.

2.4 Angka Prevalensi

Pada gambar 1 dapat diketahui berdasarkan data SDKI, selama periode tahun
1991-2007 angka kematian ibu mengalami penurunan 390 mendadi 228 per 100.000
kelahiran hidup. Namun pada SDKI 2012 angka kematian ibu kembali naik menjadi
259 per 100.000 kelahiran hidup. Mskipun AKI hasil SDKI tahun 1990 dan 2012
tidak jauh berbeda, namun untuk mencapai target 2015 diperkirakn sulit tercapai.
Angka tersebut juga semakin jauh dari target MDGs 2015 sebesar 102 per 100.00
kelahiran hidup.

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 15


BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kematian ibu
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ekonomi, pendidikan dan juga
pengetahuan ibu akan pentingnya pemeriksaan janin selama masa mengandung.
Pengetahuan pemeriksaan janin ini berkaitan dengan tingkat pendidikan yang di
peroleh ibu, jika semakin tinggi tingka pendidikan seorang ibu, maka akan semakin
tinggi pula tingkat kepedulian ibu mengenai pemeriksaan bayi ata janin kepuskesmas.
Berdasarkan tingkat ekonomi, semakin rendah tingkat ekonomi sang ibu,
maka akan semakin jarang ibu memeriksakan bayinya. Sang ibu akan merasa jika
pemeriksaan janinnya akan lebih murah jika di periksakan ke dukun kampung tanpa
mengerti pentingnya penanganan medis sebelum proses persalinan.

3.2. Saran
a. Bagi Masyarakat
1. Masyarakat diharapkan lebih proaktif dalam membantu pelaksanaan pendataan
deteksi dini terhadap ibu hamil yang mengalami faktor resiko tinggi dan komplikasi
dalam kehamilan.
2. Masyarakat diharapkan dengan cepat melaporkan kasus kematian yang ada di
sekitarnya kepada petugas.
3. Memeriksakan diri tentang status gizinya, karana memerikasakan status gizi
sebelum, saat dan setelah kehamilan adalah sangat penting bagi keberlangsungan
hidup ibu dan anak.
4. Selalu berhati-hati pada saat kehamilan dan jangan ceroboh

b. Bagi Dinas Kesehatan

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 16


1. Memberikan pemahaman mengenai pentingnya kelengkapan data mengenai ibu
hamil yang mengalami komplikasi, faktor resti serta terdatanya angka kematian ibu.
Termasuk penyegaran tentang cara pengisian kartu skor Poedji Rochyati, formulir
autopsi verbal, dan formulir lainnya kepada petugas KIA di Puskesmas Kampus.
2. Memberikan penyuluhan terhadap ibu yang akan menikah, agar mengetahui
ststus gizinya. Calon ibu mengalami KEK atau tidak , jika akan diberikan penyuluhan
dan konsultasi untuk mengatasi masalah tersebut.
3. Memperbanyak media dan petugas di lapangan agar masyarakan mudah
mengaksesnya.
4. Melakukan penyuluhan secara tetatur di posyandu, puskesmas hingga rumah
sakit agar banyak ibu dan bayi yang bisa terselamatkan.

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 17


DAFTAR PUSTAKA

Qomariah Alwi. 2009. Faktor Yang Mempengaruhi Angka Kematian Ibu. Media
Litbang. 21/03/2018
Ahmad Syafiq. 2003. Angka Kematian Ibu Dan Pendidikan Perempuan. Fakultas
Kesahatan Masyarakat Universitas Indonesia.21/03/2018
Nurul Aeni. Faktor Risiko Kematian Ibu. Kantor Penelitian Dan Pengembangan
Kabupaten Pati.21/03/2018
Cynthia Lina.2013. Faktor Yang Mempengaruhi Aki. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sriwijaya 21/03/18
http://www.depkes.go.id/development/site/jkn/index.php?cid=793&id=untuk-
menurunkan-angka-kematian-ibu-dan-kematian-bayi-perlu-kerja-keras.html
22/03/2018
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf 23/03/2018
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf
22/03/2018
https://duniabidan.com/knowledge/pengertian-angka-kematian-ibu-aki-4-terlalu-3-
terlambat.html 29/03/2018

Ilmu Kesehatan Mansyarakat 18

You might also like