Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1. Definisi
2. Epidemiologi
4. Patofisiologi
5. Gejala Klinis
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah karena imunitas
belum begitu berkembang. Keadaan umumnya bervariasi dari ringan
sampai berat. Pada yang berat kesadaran menurun, pasien dapat soporous
sampai koma. Mulanya penyakit akut dapat diserati gejala prodromal
berupa malaise, demam nyeri kepala, batuk pilek dan nyeri tenggorokan
Muntah dan diare juga dapat muncul sebagai gejala awal. Gejala awal
tersebut dapat berkembang menjadi gejala yang lebih berat, yang ditandai
dengan peningkatan kecepatan denyut nadi dan laju pernapasan, rasa lemah,
serta penurunan kesadaran.3
Adapun 3 kelainan utama ( trias kelainan) yang muncul pada Sindrom
Stevens-Johnson antara lain:
6. Diagnosis
a. Klinis2
1) Anamnesis
Penyebab terpenting adalah penggunaan obat.
Riwayat penggunaan obat sistemik (jumlah dan jenis obat, dosis,
cara pemberian, lama pemberian, urutan pemberian obat), serta
kontak obat pada kulit yang terbuka (erosi, eskoriasi, ulkus) atau
mukosa.
Jangka waktu dari pemberian obat sampai timbul kelainan kulit
(segera, beberapa saat atau jam atau hari atau hingga 8 minggu).
Identifikasi faktor pencetus lain: infeksi (Mycoplasma pneumoniae,
virus), imunisasi, dan transplantasi sumsum tulang belakang.
2) Pemeriksaan fisik
SSJ dan NET ditandai dengan keterlibatan kulit dan membran
mukosa.
Kelainan kulit yaitu: eritema, vesikel, papul, erosi, eskoriasi,
krusta kehitaman, kadang purpura, dan epidermolisis. Tanda
Nikolsky positif. Kelainan mukosa
setidaknya pada dua tempat): biasanya dimulai dengan eritema,
erosi dan nyeri pada mukosa oral, mata dan genital. Kelainan
mata berupa konjungtivitis kataralis, purulenta, atau ulkus.
Kelainan mukosa oral berupa erosi hemoragik, nyeri yang tertutup
pseudomembran putih keabuan dan krusta. Kelainan genital berupa
erosi yang dapat menyebabkan sinekia (perlekatan).
Gejala ekstrakutaneus: demam, nyeri dan lemah badan, keterlibatan
organ dalam seperti paru-paru yang bermanifestasi sebagai
peningkatan kecepatan pernapasan dan batuk, serta komplikasi
organ digestif seperti diare masif, malabsorbsi, melena, atau
perforasi kolon.
3) Kriteria SSJ, SSJ overlap NET, dan NET berdasarkan luas area
epidermis yang terlepas (epidermolisis), yaitu: SSJ (<10% luas
permukaan tubuh), SSJ overlap NET (10-30%), dan NET (>30%).
b. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang penting untuk
menunjang diagnosis. Pemeriksaan histopatologis kulit dapat
menyingkirkan diagnosis banding, dan umumnya diperlukan untuk
kepentingan medicolegal. Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan
untuk evaluasi keparahan penyakit dan tatalaksana pasien. 3
Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah : darah tepi lengkap,
analisis gas darah, kadar elektrolit, albumin dan protein darah, fungsi
ginjal, fungsi hepar, gula darah sewaktu dan foto rontgen paru. Selama
perawatan, perlu diwaspadai tanda-tanda sepsis secara klinis dan
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagnosis sepsis.
3
7. Pengobatan
Penatalaksanaan pada sindroma steven jhonson terbagi atas 2 yaitu terapi
non medikamentosa dan terapi medikamentosa.
a) Non Medikamentosa
i. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
ii. Penanganan kulit yang mengalami epidermolisis, seperti
kompres dan mencegah infeksi sekunder.
iii. Berikan nutrisi secara enteral pada fase akut, baik secara oral
maupun nasogastric.
b) Medikamentosa
i. Prinsip
ii. Topikal
Terapi topikal bertujuan untuk mencegah kulit terlepas lebih
banyak, infeksi mikroorganisme, dan mempercepat
reepitelialisasi.
Penanganan lesi kulit dapat secara konservatif maupun
pembedahan (debrideman).