You are on page 1of 5

Rusun di kawasan prioritas Cilacap

Garis pantai di Cilacap memanjang hingga 53 kilometer. Daerah ini sangat rawan karena dilintasi
zona subduksi lempeng Eurasia dan Australia.

Peta Rawan Tsunami oleh Kementrian ESDM

Sebagai sarana evakuasi bila terjadi bencana tsunami atau banjir rob maka di rencanakan di buat
gedung yang bisa di gunakan sebagai sarana evakuasi. Bangunan tersebut di harapkan bisa menampung
masyarakat yang ada dan memiliki kemampuan dalam menghadapi gempa ( biasanya tsunami di awali
dengan gempa) dan juga memiliki beberapa lantai yang tidak tenggelam apabila ada tsunami.
Gempa yang terjadi dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu :

Gempa ringan, sedang, dan besar.

1. Gempa ringan yang terjadi tidak mengakibatkan efek yang berarti pada struktur,
2. Gempa sedang sedikit berakibat pada struktur tapi masih aman,
3. Dan untuk gempa yang besar, sudah mengakibatkan kerusakan pada struktur, tapi strukturnya
masih tetap berdiri dan tidak roboh. Itulah pentingnya perencanaan bangunan tahan gempa, agar
bangunan yang kita tempati aman, stabil, dan tidak mudah roboh saat terjadi gempa.

Berikut ini ada prinsip- prinsip yang dipakai dalam perencanaan bangunan tahan gempa :

1. Pondasi :
Membangun pondasi memang sederhana, tapi pondasi yang kuat memerlukan
pengetahuan yang cukup. Sehingga fondasi bangunan yang baik haruslah kokoh dalam
menyokong beban dan tahan terhadap perubahan termasuk getaran. Penempatan fondasi juga
perlu diperhatikan kondisi batuan dasarnya.Pada dasarnya fondasi yang baik adalah seimbang
atau simetris. Dan untuk pondasi yang berdekatan harus dipisah, untuk mencegah terjadinya
keruntuhan local (Local Shear).
2. Desain Kolom
Kolom harus menggunakan kolom menerus (ukuran yang mengerucut/ semakin mengecil
dari lantai ke lantai). Dan untuk meningkatkan kemampuan bangunan terhadap gaya lateral
akibat gempa, pada bangunan tinggi (high rise building) acapkali unsur vertikal struktur
menggunakan gabungan antara kolom dengan dinding geser (shear wall).
3. Denah Bangunan
Bentuk Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris, dan dipisahkan (pemisahan struktur).
Untuk menghindari adanya dilatasi (perputaran atau pergerakan) bangunan saat gempa. Namun
dilatasi ini pun menimbulkan masalah pada bangunan yaitu :
a. 2 atau beberapa gedung yang dilatasi akan mempunyai waktu getar alami yang berbeda,
sehingga akan menyebabkan benturan antar gedung,
b. Ketidak efektifan dalam pemasangan interior, seperti : plafond, keramik, dll
c. Perlunya konstruksi khusus (balok korbel).
4. Bahan bangunan harus seringan mungkin
Berat bahan bangunan adalah sebanding dengan beban inersia gempa. Sebagai contoh
penutup atap GENTENG menghasilkan beban gempa horisontal sebesar 3X beban gempa yang
dihasilkan oleh penutup atap SENG. Sama halnya dengan pasangan dinding BATA menghasiIkan
beban gempa sebesar 15X beban gempa yang dihasilkan oleh dinding KAYU.
5. Struktur Atap
Jika tidak terdapat batang pengaku (bracing) pada struktur atap yang menahan beban
gempa dalam arah horizontal, maka keruntuhan akan terjadi seperti, diperlihatkan pada gambar
berikut:
6. Konsep Desain Kapasitas (Capasity Design)
Konsep Desain Kapasitas adalah dengan meningkatkan daktalitas elemen- elemen
struktur dan perlindungan elemen- elemen struktur lain yang diharapkan dapat berperilaku
elastik. Salah satunya adalah dengan konsep “strong column weak beam”. Dengan metode ini,
bila suatu saat terjadi goncangan yang besar akibat gempa, kolom bangunan di desain akan tetap
bertahan, sehingga orang- orang yang berada dalam Gedung masing mempunyai waktu untuk
menyelamatka diri sebelum Bangunan roboh seketika. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk
mendesain kolom yang kuat antara lain :
a. Pengaturan jarak antar sengkang,
b. Peningkatan mutu beton, dan
c. Perbesaran penampang.
d. Serta untuk struktur bangunan dengan baja, bisa dimodifkasi sambungan hubungan
antara balok dengan kolom. Berikut ini adalah ilustrasi pembentukan sendi plastis dalam
perencanaan bangunan tahan gempa.

7. Tiap Negara mempunyai desain sendiri dalam merencanakan tingkat daktilitas untuk keamanan
bangunan yang mereka bangun, hal ini tergantung dari letak geologi negara masing- masing.
Misalnya Jepang yang menerapkan tingkat daktilitas 1. Dengan desain ini, bangunan di desain
benar- benar kaku (full elastic). Berikut ini adalah macam- macam tingkat daktlitas beserta kondisi
yang ditimbulkan :
a. Daktilitas 1 : Keadaan elastis, dengan konsep ini tulangan di desain besar- besar untuk
membuat bangunan menjadi kaku (full elastic).
b. Daktilitas 2 : Keadaan Plastis (intermediete)
c. Daktilitas 3 : Keadaan plastis dengan struktur yang daktil, perecanaan struktur dengan
metode Capasity Design. Nah, ini dia yang menjadi dasar perencanaan bangunan tahan
gempa di Indonesia, yaitu dengan pembentukan sendi plastis di balok, sehingga saat ada
gempa Bangunan akan memberi 'tanda' atau peringatan terlebih dahulu, sehingga orang-
orang dalam gedung mempunyai waktu untuk menyelamatkan diri.

Soft story adalah istilah yang sering digunakan dalam pembahasan tentang struktur gedung tahan
gempa. Sekedar analogi, kita bisa misalkan gedung bertingkat sebagai lapisan-lapisan batu bata
yang ditumpuk di atas sebuah meja. Tiap lapisan batu bata merinpresentasikan lantai gedung.
Sementara itu ada tumpukan batu bata lain. Tapi di tengah- tengah tumpukan tersebut, ada satu
lapisan yang batu batanya mempunyai rongga yang cukup besar di dalamnya.
Bantalan karet sering dikenal sebagai base isolation, tampaknya penggunaannya akan
semakin berkembang luas di masa datang. Berbagai daerah di Indonesia yang dikategorikan
rawan gempa, menjadikan bantalan karet peredam gempa ini sangat diperlukan untuk
melindungi struktur bangunan. Bantalan karet ini tergolong murah, dan bukan merupakan alat
berteknlogi tinggi.

Dalam aplikasinya, bantalan karet tersebut dipasang pada setiap kolom, yaitu diantara
pondasi dan bangunan. Bantalan karet alam ini, berfungsi untuk mengurangi getaran akibat
gempa. Sedangkan lempengan baja, digunakan untuk menambah kekakuan bantalan karet,
sehingga penurunan bangunan saat bertumpu di atas bantalan karet tidak terlalu besar. Adapun
prinsip kerja dari bantalan karet (base isolation seismic bearing) ini adalah pengaruh gempa
bumi yang sangat merusak struktur bangunan, merupakan komponen getaran karet horizontal.
Getaran tersebut, dapat menimbulkan gaya reaksi yang besar. Bahkan, pada puncak bangunan,
dapat terlihat hingga mendekati dua kalinya. Oleh karena itu, apabila gaya yang sampai pada
bangunan itu lebih besar dari kekuatan struktur maka bangunan itu akan rusak.
Diagram alir perencanaan rusun

You might also like