You are on page 1of 10

77

BAB 6
PENGENDALIAN PROYEK

6.1. Pendahuluan
Pengendalian dilakukan seiring dengan pelaksanaan proyek.
Pengendalian dilakukan agar proyek tetap berjalan dalam batas waktu, biaya,
mutu yang ditetapkan dalam rencana.
Untuk mencapai tujuan itu kita perlu berpedoman pada kontrak, master
schedule, shop drawing, dan metode kerja dalam menghadapi masalah-
masalah yang datang.
Faktor biaya, mutu, dan waktu ini perlu dikendalikan agar tercapai
tujuan sesuai kesepakatan. Sistem pengendalian yang diterapkan meliputi tiga
bidang, antara lain:
1. Pengendalian biaya
Mengoptimalkan biaya agar sesuai dengan Rancangan Anggaran
Biaya (RAB) sehingga tidak terjadi over budget sehingga
menimbulkan kerungian.
2. Pengendalian mutu
Pengendalian yang dilakukan agar mutu hasil pekerjaan sesuai dengan
kesepakatan antara owner dan kontraktor. Pengendalian mutu ini
dilakukan dengan uji laboratorium dan shop drawing.
3. Pengendalian waktu
Pengendalian agar proyek dapat selesai sesuai dengan durasi yang
telah direncanakan. Karena itu, perlu berpedoman pada master
schedule.

6.2. Pengendalian Waktu


Pengendalian waktu harus dilakukan secara baik guna mencapai target
penyelesaian. Dengan mengendalikan waktu maka semua pekerjaan akan
dikerjakan dan diselesaikan sesuai dengan schedule yang telah ditetapkan
78

sehingga waktu target penyelesaian proyek dapat tercapai. Contoh schedule


pekerjaan dapat dilihat di lampiran.
Langkah awal yang dilakukan kontraktor untuk mengendalikan waktu
adalah membuat master schedule yang disesuaikan dengan spesifikasi shop
drawing dan yang sudah disetujui oleh pihak manajemen konstruksi dan
wakil owner. Master schedule secara garis besar memperjelas urutan-urutan
pekerjaan yang harus dilakukan lebih dahulu sampai proyek selesai seperti
yang terdapat pada Gambar 6.2.1. Manajer konstruksi sebagai pelaksana perlu
membuat breakdown schedule. Breakdown schedule adalah perincian detail
dari master schedule yang dipecah dalam berbagai jenis pekerjaannya dan
diserahkan kepada para pelaksana dilapangan.
Pada proyek Inkopkar Plaza I, rapat diadakan setiap minggu. Rapat ini
dilakukan untuk memberikan laporan secara rutin dan terperinci guna
mengontrol biaya dan waktu. Selain itu, rapat ini juga berfungsi untuk
mengontrol kemajuan proyek dan membahas masalah-masalah yang timbul
selama pelaksanaan proyek.

Gambar 6.2.1. Master Schedule Pelaksanaan Proyek oleh Andatu

6.3. Pengendalian Biaya


Pengendalian biaya dalam suatu proyek yang besar memerlukan jasa
konsultan anggaran sebagai memegang perencanaan anggaran yang mengatur
pemasukan dan pengeluaran dana diproyek. Pada proyek kecil jasa konsultan
anggaran tidak digunakan. Untuk mengendalikan dan mendistribusikan biaya
79

maka kontraktor perlu membuat rencana anggaran biaya (RAB). Rencana


anggaran biaya ini dibuat berdasarkan biaya yang diperlukan dalam
membayar upah pekerja, pengadaan material, dan harga sewa peralatan.
Rencana anggaran proyek kemudian dikirim ke kantor pusat untuk
dievaluasi dan dibuat cash flow. Cash flow ini dibuat oleh quality controller.
Cash flow ini terdiri dari :
1. Cash in
Merupakan pemasukan biaya proyek sesuai dengan kesepakatan dalam
kontrak kerja.
2. Cash out
Pengeluaran biaya proyek yang dibutuhkan selama pelaksanaan proyek
berlangsung termasuk pinjaman beserta bunganya, jika selama proyek
berlangsung kontraktor meminjam biaya kepada pihak ketiga.
Untuk mengendalikan biaya proyek dengan sebaik-baiknya, maka perlu
diketahui faktor-faktor dalam dari biaya total proyek, antara lain:
1. Cost
Adalah biaya nyata yang langsung terlihat dikeluarkan. Contoh biaya
bahan/material, upah tenaga kerja, biaya sewa perlengkapan, dan lain-
lain.
2. Overhead
Adalah pengeluaran tambahan. Misalnya pajak.
3. Profit
Adalah keuntungan yang diperoleh dari proyek tersebut.
4. Risk
Adalah biaya tambahan untuk mengantisipasi segala risiko yang mungkin
terjadi.
Pengendalian biaya oleh owner dilakukan melalui quantity surveyor
(QS). Quantity surveyor bertugas menentukan jumlah bahan yang digunakan
berdasarkan rencana kerja yang telah ditentukan oleh konsultan.
Konsultan melakukan pengendalian biaya dengan merencanakan
bangunan sesuai rencana seekonomis mungkin dan sesuai dengan peraturan
80

dan ketentuan-ketentuan dalam SNI jasa konstruksi. Pengendalian biaya oleh


kontraktor dilakukan dengan berbagai cara di antaranya:
 Pada proyek ini, kontraktor menggunakan alat-alat berat milik
perusahaan untuk membuang puing dll dengan penggunaan alat-alat
milik perusahaan sendiri, hal ini dapat menekan pengeluaran yang
cukup besar sehingga dapat menghemat pengeluaran dari proyek ini.
Owner melakukan pengendalian biaya dengan berbagai cara
diantaranya:
 Membuat kurva S dan cash flow
Cash flow mencatat semua pemasukan dan pengeluaran proyek,
sehingga pengeluaran proyek dapat dibatasi supaya tidak melebihi
budget yang ditargetkan. Dengan kurva S, dapat diketahui apakah biaya
yang dikeluarkan sudah melebihi batasan yang ditetapkan. Contoh
kurva S dapat dilihat di lampiran.
 Laporan harian, mingguan, dan bulanan dari kontraktor
Laporan ini digunakan untuk menjadi acuan pada kemajuan dan hasil
kerja, masalah yang timbul dan rencana kerja selanjutnya dalam
pelaksanan proyek. Dengan melihat kemajuan dan hasil kerja ini,
pemilik dapat memutuskan pembayaran kepada kontraktor harus
dibayarkan atau ditunda.

6.4. Pengendalian Mutu


Pada proyek ini, pengendalian mutu yang dipakai oleh kontraktor
sebagai patokan adalah shop drawing yang mendetail, peraturan-peraturan
yang dipakai pada proyek konstruksi, dan spesifikasi teknis yang telah
disepakati bersama antara pihak owner dan kontraktor tersebut.
Kontraktor sering melakukan konsultasi kepada owner untuk
mengetahui secara mendetail apa yang diinginkan oleh pemilik. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi variation order atau tambah kurang karena
owner merasa pekerjaan tidak tepat.
81

Secara umum pengendalian mutu di proyek ini terbagi menjadi tiga


bagian, yaitu:
a. Pengendalian/Pengawasan Metode Pelaksanaan.
b. Pengendalian/Pengawasan Mutu Material.
c. Pengendalian Mutu Sumber Daya Manusia (SDM).

6.4.1.Pengawasan Material
Pengawasan material untuk menghasilkan mutu yang baik dapat
dilakukan dengan:
 Pada proyek saat pemesanan material disertai dengan data produksi
sertifikat, hasil, contoh, jumlah, pemaketan, dan jadwal pengirimannya.
 Apabila material tidak sesuai dengan yang dipesan, kontraktor dapat
melakukan reject / penolakan.
 Material yang datang harus dicek kebenarannya dengan order
pemesanan . contohnya pekerja melakukan test slump
 Delivery material ke lapangan dan penyimpanan material/bahan harus
dilaksanakan sebaik mungkin untuk menghindari terjadinya
kontaminasi dan penurunan mutu. Material disimpan dengan baik guna
menghindari kerusakan.

6.4.2. Pengawasan Metode Pelaksanaan


 Sebelum memulai, setiap pekerjaan harus diperoleh surat ijin
pelaksanaan pekerjaan.
 Pembuatan bar chart dan kurva S. untuk mengetahui urutan-urutan
kerja yang paling efektif dan batasan waktu kerja tersebut.
 Segala pengukuran dilakukan dengan cermat dan setiap pekerjaan akan
diukur oleh surveyor ketepatannya.
 Pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti shop drawing dan instruksi
kerja yang ada dan terkoordinasi dengan baik.
 Kontraktor membuat pengajuan metode pelaksanaan setiap pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
82

 Membuat maket/gambar 3D untuk membuat acuan hasil pekerjaan yang


dapat diterima bersama.
 Supervisi dilakukan untuk memastikan setiap pekerjaan dilakukan
dengan metode yang benar.
 Pengunaan alat-alat berat sebagai salah satu metode kerja agar tidak
memakan banyak tenaga manusia dan menghemat waktu.
 Diperlukan tes uji pada bahan-bahan yang akan digunakan untuk
menguji mutu. Contoh uji tarik untuk tiap besi tungan dengan diameter
yang berbeda dan uji tekan beton dan slump test.
 Setelah tes uji dan lain-lain, pekerjaan konstruksi bisa dilakukan setelah
mendapat surat ijin dari MK dan owner.
Adapun metode-metode yang harus dilaksanakan pada pelaksanaan di
proyek antara lain pada pelaksanaan bekisting, pembesian dan pengecoran.
Pada saat pengecoran kolom misalnya:
 Penggunaan vibrator sangat menentukan kualitas beton kolom, untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga ditambah dengan
pemukulan bekisting dengan palu karet.
 Selama proses pengecoran, kelurusan dan lot bekisting agar
diperhatikan/diperiksa oleh surveyor.
Pada pemasangan bekisting juga terdapat ketentuan-ketentuan yang
harus dipatuhi, antara lain :
 Untuk dinding dan kolom dianjurkan menggunakan plywood 18-21
mm.
 Pembagian zone kolom bisa mengikuti pembagian zone pelat balok
dimana 1 zone pelat-balok dibagi lagi menjadi zone-zone yang lebih
kecil sehingga bisa memaksimalkan pemakaian ulang bekisting kolom.
Pada proses pembesian juga terdapat ketentuan-ketentuan yang harus
dipatuhi, antara lain:
 Pemasangan tulangan pokok konstruksi vertikal (dinding, kolom) pada
ujung-ujung tulangan harus sama tinggi untuk meminimalisir kesalahan
pada penentuan panjang lewatan/sambungan.
83

 Posisi lapis pertama dan kedua tulangan atas / bawah plat lantai dan
poer pondasi (pondasi setempat) biasanya dilakukan pengecekan ganda
karena sering terjadi kesalahan seperti terbalik antara posisi tulangan
atas dan bawah sehingga seringkali harus dibongkar bila tidak
mendapat persetujuan pemberi tugas.
 Jarak transversal antar tulangan sambungan (bilamana tidak memakai
sambungan las atau mekanis) tidak boleh terlalu jauh. Peraturan SNI
mensyaratkan jarak antaranya tidak lebih dari 1/5 panjang sambungan
lewatan yang diperlukan atau maksimal 150 mm. Agar posisi tulangan
tersebut tidak berubah sebaiknya kedua sambungan tulangan diikat
dengan kawat beton.
 Penambahan tulangan cakar ayam di sekitar balok untuk memastikan
bahwa tulangan pelat tetap pada level yang seharusnya, jika tidak
ditambahkan, maka tulangan pelat dapat turun dari level yang
seharusnya, sehingga menyebabkan ketidaksesuaian dengan spesifikasi
yang diinginkan dengan realisasi struktur di lapangan.

6.4.3. Pengawasan Sumber Daya Manusia


Dalam pelaksanaan kontruksi, pengendalian mutu SDM atau tenaga
kerja dapat dilihat dari :
 Memiliki perilaku yang baik
 Kontraktor merekrut orang-orang yang sudah berpengalaman di
bidangnya
 Menjaga keselamatan kerja dengan selalu mengingatkan untuk berhati
hati atau dalam proyek ini disebut ”Safety Morning” serta
menggunakan perlengkapan keamanan yang lengkap.

6.5. Aplikasi Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja adalah salah satu peraturan yang paling penting,
walaupun keselamatan kerja sendiri paling sering terabaikan pada suatu
proyek konstruksi.
84

Segala keselamatan dan kerugian yang ditimbulkan karena kelalaian


dalam menjalankan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan menjadi
tanggung jawab kontraktor. Perlindungan tenaga kerja diproyek ada dalam
bentuk BPJS Ketenagakerjaan.
Pada proyek Inkopkar Plaza I, K3 kurang mendapatkan perhatian. Hal
ini terlihat dengan banyaknya pekerja yang tidak menggunakan APD.
Penggunaan APD berupa sepatu safety, helm proyek dan name tag setiap
hari selalu di ingatkan olah pengawas K3 di proyek. Hanya karyawan serta
visitor yang selalu memakai nametag serta peralatan safety ketika di
lapangan.

6.6. KESALAHAN PROYEK

Kesalahan-kesalahan tidak dapat dihindari dalam suatu


pelaksanaan proyek konstruksi, terutama pada proyek besar.
Kesalahan-kesalahan ini yang menyebabkan keterlambatan dan
penambahan biaya. Kesalahan-kesalahan itu antara lain :

6.6.1. Keterlambatan Pelaksanaan Proyek

Proyek yang dilaksanakan mengalami keterlambatan dalam


pelakasanaannya. Masalah yang ditimbulkan akibat keterlambatan adalah
penambahan biaya. Dimana penambahan biaya ini harus diatur agar tidak
overbudget. Solusi yang dilakukan oleh pihak kontraktor dalam menyiasati
cost yang keluar sangat beragam sesuai dengan permasalahan yang harus
dikejar. Contoh : Kontraktor dapat menyewa pekerja yang jumlahnya lebih
sedikit pada siang hari untuk mengecor daripada jumlah pekerja dimalam
hari, tetapi waktu pekerjaan mereka digandakan, sehinga biaya yang perlu
dikeluarkan oleh pihak kontraktor akan lebih sedikit dari pada menambah
jumlah pekerja.
85

6.6.2. Kesalahan Mutu


 Karena kelalaian pekerja, ada satu kolom yang mengalami
ketidak sempurnaan dalam pengecoran karena pemadatan yang
tidak baik, solusi yang dilakukan adalah mengecor ulang kolom
tersebut dengan cara disuntik.
 Kolom Sebelum diperbaiki :

Gam
bar 6.6.2.1 Kolom Sebelum diperbaiki

 Kolom Setelah diperbaiki :

Gambar 6.6.2.2 Kolom Setelah dicor kembali


86

 Karena kelalaian pekerja, ada satu balok yang mengalami


ketidak sempurnaan dalam pemasangan bekisting yang tidak
baik, solusi yang dilakukan adalah meratakan dengan alat.

 Balok Induk Sebelum diperbaiki :

Gambar 6.6.2.3. Balok Induk Sebelum diperbaiki

 Balok Induk Setelah diperbaiki :

Gambar 6.6.2.4 Balok Induk Setelah diperbaiki

You might also like