You are on page 1of 19

UJI EFEK HEPATOPROTEKTOR PROPOLIS MADU ALAM KHAS

KALIMANTAN TERHADAP KERUSAKAN STRUKTUR MORFOLOGI


SEL HEPAR MENCIT JANTAN (Mus musculus, L.) YANG DIBERI
PAPARAN ASAP ROKOK

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I


pada Jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Oleh:

FIDA’ MUSHALIM AFWAN


J 500 140 074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018
HALAMAN PERSETUJUAN

UJI EFEK HEPATOPROTEKTOR PROPOLIS MADU ALAM KHAS


KALIMANTAN TERHADAP KERUSAKAN STRUKTUR MORFOLOGI
SEL HEPAR MENCIT JANTAN (Mus musculus, L.) YANG DIBERI
PAPARAN ASAP ROKOK

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

FIDA’ MUSHALIM AFWAN

J500140074

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Dr. Retno Sintowati, M.Sc

NIK: 1005

i
HALAMAN PENGESAHAN

UJI EFEK HEPATOPROTEKTOR PROPOLIS MADU ALAM KHAS


KALIMANTAN TERHADAP KERUSAKAN STRUKTUR MORFOLOGI
SEL HEPAR MENCIT JANTAN (Mus musculus, L.) YANG DIBERI
PAPARAN ASAP ROKOK

OLEH

FIDA’ MUSHALIM AFWAN


J 500 140 074

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


dan Pembimbing Utama Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Jum’at, 19 Januari 2018
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Dr. Nur Mahmudah, M.Sc (................................)


(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Yuni Prastyo K., Sp.PA, MM (Kes) (................................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dr. Retno Sintowati, M.Sc (................................)
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan

Prof. DR. Dr. EM Sutrisna, M.Kes


NIK. 919

ii
PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu Perguruan Tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan penulis, tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain yang
tertulis dalam naskah ini, kecuali disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan penulis di


atas, maka akan penulis pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 19 Januari 2018

Penulis

Fida’ Mushalim Afwan


J 500 140 074

iii
UJI EFEK HEPATOPROTEKTOR PROPOLIS MADU ALAM KHAS
KALIMANTAN TERHADAP KERUSAKAN STRUKTUR MORFOLOGI
SEL HEPAR MENCIT JANTAN (Mus musculus L) YANG DIBERI
PAPARAN ASAP ROKOK

Abstrak
Propolis adalah resin yang dikumpulkan oleh lebah dari berbagai tumbuhan, yang
bercampur dengan saliva dan berbagai enzim sehingga menghasilkan resin baru
yang berbeda. Propolis mempunyai aktivitas antibakteri, antikapang, antivirus dan
aktivitas biologis lain seperti antiinflamasi, anestesi lokal, hepatoprotektor,
antitumor, dan imunostimulan. Mengetahui kemampuan hepatoprotektor propolis
madu alam khas Kalimantan terhadap kerusakan struktur morfologi sel hepar
mencit jantan (Mus musculus, L.) yang diberi paparan asap rokok. Penelitian
eksperimental dengan rancangan acak lengkap (Completely randomized design)
posttest only with control group design. Subjek yang digunakan adalah 30 ekor
mencit jantan (Mus musculus, L) galur Swiss Webster berusia ±3 bulan dengan
berat badan 20-30 gram. Ekstrak Ethanol Propolis dengan dosis perlakuan 0,1 ml;
0,2 ml; 0,4 ml; diuji efek hepatoprotektor pada struktur morfologi sel hepar
mencit jantan (Mus musculus L). Dengan jumlah mencit 6 ekor, dibagi menjadi 5
kelompok yaitu kelompok kontrol normal (aquadest), kontrol negatif (1 batang
rokok), perlakuan 1 (1 batang rokok + ekstrak propolis madu 0,1 ml), perlakuan 2
(1 batang rokok + ekstrak propolis madu 0,2 ml) dan perlakuan 3 (1 batang rokok
+ ekstrak propolis madu 0,4 ml). Kemudian dibuat preparat, diamati dan dihitung
kerusakan morfologi sel heparnya berdasarkan kriteria kerusakan sel (piknosis,
karioreksis, dan kariolisis). Data penelitian dianalisis secara statistik
menggunakan Uji One Way ANOVA didapatkan nilai p=0,526 menunjukkan
bahwa ekstrak ethanol propolis madu alam khas Kalimantan dengan dosis
perlakuan 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; tidak efektif menghambat kerusakan struktur
morfologi sel hepar mencit jantan (Mus musculus, L.) yang diberi paparan asap
rokok.

Kata kunci: Propolis madu, Hepatoprotektor, Asap rokok, Mus musculus L

Abstract

Propolis is a resin collected by bees from various plants, which mix with saliva
and various enzymes to produce different new resins. Propolis has antibacterial,
antikapang, antiviral and other biological activities such as anti-inflammatory,
local anesthesia, hepatoprotector, antitumor, and immunostimulant. To determine

iv
the ability of natural propolis hepatoprotector typical of Kalimantan to damage
morphological structure of male mice liver (Mus musculus, L.) exposed to
cigarette smoke. This study used an experimental research design with complete
randomized design (post randomized design) posttest only with control group
design. The subjects used were 30 male mice (Mus musculus, L) Swiss Webster
strain aged ± 3 months with weight 20-30 grams. Ethanol propolis extract with a
dose of 0.1 ml treatment; 0.2 ml; 0.4 ml; tested the effect of hepatoprotector on
the morphological structure of male mice liver cells (Mus musculus L). With the
number of 6 mices, diided into 5 groups of the normal control group (aquadest),
negative control (1 cigarette), treatment 1 (1 cigarette + 0.1 ml propolis extract),
treatments 2 (1 cigarette + propolis extract 0.2 ml) and treatments 3 (1 cigarette
+ 0.4 ml propolis extract). Then made preparations, observed and calculated
morphological damage to liver cell based on cell damage criteria (pyknosis,
karyorhexis, and karyolisis). Research data were analyzed statistically by using
One Way ANOVA test shown that the value of p=0,526 explained that ethanol
propolis extract of natural honey typical of Kalimantan with a dose of 0.1 ml; 0.2
ml; 0.4 ml treatment is not effectively inhibits damage to the morphological
structure of male mice liver cells (Mus musculus, L.) exposed to cigarette smoke.

Keyword: Propolis, Hepatoprotektor, Cigarette smoke, Mus musculus L

v
1. PENDAHULUAN
Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu
atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum,
Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetiknya yang mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa tambahan lainnya. Tiap hisapan rokok
mengandung jumlah oksidan yang besar meliputi aldehida, epoxide, peroxide,
dan radikal bebas lain (Arief, 2007). Selain mengandung oksidan, asap rokok
dapat memicu aktivitas sel-sel antiinflamasi untuk membentuk radikal bebas
secara tidak langsung dalam tubuh sehingga jumlah oksidan yang ada dalam
tubuh bisa melebihi jumlah antioksidan yang tersedia (Diniz MF, 2013).

Masalah yang ditimbulkan rokok belum bisa tertangani secara optimal


hingga saat ini. Jumlah perokok di seluruh dunia dari tahun ke tahun
menunjukkan peningkatan. Sekitar hampir 6 juta orang terbunuh akibat rokok
dan 5 juta orang di antaranya adalah perokok dan mantan perokok. Jika belum
ada penaggulangan yang optimal untuk mengurangi dampak dari rokok,
diperkirakan terjadi kematian lebih dari 8 juta orang pada tahun 2030.
Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara dalam hal
prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco
Survey (GATS) tahun 2011, sebanyak 67% laki-laki dewasa dan 2,7% wanita
dewasa atau sekitar 59,9 juta orang dewasa keseluruhan di Indonesia adalah
perokok. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) menunjukkan bahwa
prevalensi perokok pada anak sekolah usia 13-15 tahun sebanyak 30,4%
pernah merokok dan 20,3% dari seluruh pelajar di usia tersebut adalah
perokok aktif. Pada rentang usia tersebut, terjadi peningkatan sebanyak 2 kali
lipat antara rentang tahun 2006 hingga 2009 (Legowo, 2015).

1
2

Selain itu, merokok juga menyebabkan berbagai macam gangguan


kesehatan yang disebabkan oleh banyaknya kadar radikal bebas yang
terkandung di dalam rokok. Salah satunya adalah kerusakan pada organ hepar.
Hepar merupakan salah satu organ utama tubuh kita yang amat rentan karena
merupakan filter dari bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam tubuh, selain
itu hepar memiliki sistem sirkulasi ganda sehingga akumulasi bahan-bahan
toksik di hepar lebih besar (Muliartha, et al., 2009). Perokok berat
menghasilkan toksin yang menginduksi necroinflamasi dan meningkatkan
keparahan lesi pada hepar (fibrosis dan skor aktivitas) bila dikaitkan dengan
virus hepatitis C (HCV) atau infeksi virus hepatitis B (HBV). Merokok
meningkatkan risiko terjadinya karsinoma hepatoseluler (HCC) di antara
pasien yang menderita penyakit hepar kronis (CLD) terlepas dari status hepar.
Asosiasi merokok dengan karsinoma hepatoseluler (HCC) terlepas dari status
HBV telah dilaporkan (Zayadi, 2006). Oleh karena itu tubuh memerlukan
suatu substansi penting yakni antioksidan yang dapat membantu melindungi
tubuh dari serangan radikal bebas yang ditimbulkan oleh zat-zat aktif dalam
rokok (Parwata et al, 2010). Salah satunya menggunakan pengobatan alami
yaitu propolis (Krisnansari, et al., 2014).

Propolis adalah resin yang dikumpulkan oleh lebah dari berbagai


tumbuhan, yang bercampur dengan saliva dan berbagai enzim sehingga
menghasilkan resin baru yang berbeda. Propolis mempunyai aktivitas
antibakteri, antikapang, antivirus dan aktivitas biologis lain seperti
antiinflamasi, anestesi lokal, hepatoprotektor, antitumor, dan imunostimulan
(Bankova, et al., 2002). Daya antimikroba propolis telah dipergunakan oleh
bangsa Yunani dan Romawi sejak berabad-abad yang lalu. Sifat unik propolis
menarik perhatian para peneliti sejak akhir tahun 1960-an. Selama 40 tahun
terakhir, telah dipublikasikan mengenai komposisi kimia, aktivitas biologis,
farmakologis propolis dan terapi penggunaannya (Khismatullin, 2005).

Senyawa kimia utama dalam propolis terdiri atas senyawa golongan


flavonoid, fenolik dan berbagai senyawa aromatik. Menurut Hegazi (1997)
3

tingginya kandungan flavonoid dalam propolis memiliki aktivitas antioksidan


yang tinggi pula. Bhadauria et al. (2012) mengemukakan bahwa propolis
berpotensi sebagai hepatoprotektor pada cedera hepar kronis dengan cara
mempertahankan aktivitas antioksidan yang dimiliki.

Beberapa hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa propolis


dapat mencegah kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi parasetamol dan
peningkatan dosis propolis dapat meningkatkan daya proteksi kerusakan sel
hepar mencit yang diinduksi parasetamol (Wulan, 2011). Krisnansari et al
(2014), juga membuktikan bahwa propolis 0,054 gram dan 0,108 gram
menunjukkan aktivitas hepatoprotektif terhadap kerusakan hepar yang
diinduksi karbon tetrakhlorida yang ditunjukkan dengan menurunnya IL-6 dan
SOD dan persentase kerusakan sel hepar yang lebih rendah. Dalam penelitian
lainnya, Krisnansari (2014) membuktikan bahwa sebagai langkah pencegahan,
penggunaan propolis bersamaan dengan pakan tinggi kolesterol dapat
membantu hati dalam menjalankan fungsi metabolisme.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian dengan


menggunakan hewan uji mencit jantan untuk melihat pengaruh pemberian
dosis bertingkat propolis madu alam khas kalimantan terhadap kerusakan
struktur morfologi sel pada hepar yang diberi paparan asap rokok.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental dengan
rancangan acak lengkap (Completely randomized design) posttest only with
control group design yang bertujuan untuk pengaruh pemberian propolis
madu alam khas kalimantan terhadap struktur morfologi sel hepar mencit
jantan (Mus musculus, L.) yang diberi paparan asap rokok. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik dan Laboratorium Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, kemudian
dilakukan pemeriksaan histologi di Laboratorium Histologi Universitas
4

Sebelas Maret Surakarta pada bulan Nopember 2017. Subjek yang


digunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor mencit jantan (Mus musculus,
L) galur Swiss Webster berusia ±3 bulan dengan berat badan 20-30 gram.
Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah Purposive sampling,
pemilihan subjek sampel dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
peneliti (kriteria restriksi). Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini
dibagi menjadi 5 kelompok. Sampel diperoleh dengan rumus Federer.

Cara Kerja :
Langkah I : Peneliti Melakukan pengelompokan mencit menjadi lima
kelompok dengan cara Purposive Sampling. Sampel mencit sebanyak 30 ekor
dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok 6 ekor. Lalu
melakukan aklimatisasi hewan uji selama 7 hari.
Langkah II : Membuat Ekstrak propolis madu alam khas Kalimantan
menggunakan metode maserasi
Langkah III : Memberi perlakuan terhadap masing-masing kelompok;
kelompok kontrol normal diberi aquadest saja, kelompok kontrol negatif
diberi 1 batang rokok saja, perlakuan 1 diberikan satu batang rokok + @0,1
ml ekstrak propolis, perlakuan 2 diberikan 1 batang rokok + @0,2 ml ekstrak
propolis, perlakuan 3 diberikan 1 batang rokok + @0,4 ml ekstrak propolis.
Langkah IV : Pada hari ke-27 semua mencit dikorbankan secara dislokasi
leher. Kemudian hepar diambil dan diletakkan di tabung berisi cairan
pengawet buffer formalin 10% dengan 1 bagian hepar dan 9 bagian buffer
formalin 10% selama 24 jam. Lalu dibuat preparat histologi.
Langkah V : Pembacaan preparat dan analisis data menggunakan uji One
Way ANOVA

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1.Hasil Analisis Statistik
Uji Normalitas Data
5

Uji normalitas menggunakan metode uji Shapiro-Wilk karena total


data yang diuji kurang dari 50. (Dahlan, 2012). Nilai p dari hasil uji
Saphiro-Wilk untuk kelompok Kontrol Normal, Kontrol Negatif, KP 1, KP
2, dan KP 3 berturut-turut adalah 0,780; 0,637; 0,637; 1,000; 0,637. Semua
variabel diperoleh nilai signifikansi p>0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal.
Tests of Normality

Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk

Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kerusakan K Normal .219 3 . .987 3 .780

K Negatif .253 3 . .964 3 .637

KP 1 .253 3 . .964 3 .637

KP 2 .175 3 . 1.000 3 1.000

KP 3 .253 3 . .964 3 .637

a. Lilliefors Significance Correction

Uji Homogenitas Varian


Pada uji Homogeneity of Variance menggunakan uji Levene
didapatkan hasil 0,607 dimana nilai tersebut lebih besar dari α = 0,05
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat kesamaan varian data
antar kelompok. Dengan kata lain, uji Anova valid untuk menguji
hubungan ini.
Test of Homogeneity of Variances

Kerusakan

Levene
Statistic df1 df2 Sig.

.703 4 10 .607
6

Uji One-way ANOVA


Pada uji One-way ANOVA, syarat yang diperlukan yaitu distribusi
normal dan varian normal. Analisis One-way ANOVA didapatkan nilai p
= 0,526. Dengan demikian, kesimpulan yang didapatkan adalah ada
perbedaan rata-rata skor kerusakan morfologi sel hepar yang tidak
bermakna antara Kelompok Kontrol Normal, Kontrol Negatif, KP 1, KP 2,
dan KP 3.
ANOVA

Kerusakan

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

Between Groups 9.733 4 2.433 .849 .526

Within Groups 28.667 10 2.867

Total 38.400 14

3.2.Pembahasan
Hepar merupakan organ yang sangat rentan mengalami kerusakan akibat
paparan zat-zat toksik. Hal ini berkaitan dengan fungsi hepar sebagai pusat
disposisi metabolik dari semua bahan-bahan asing yang masuk ke dalam tubuh.
Respon hepar terhadap paparan suatu zat tergantung pada intensitas paparan,
populasi sel yang terkena, dan jenis paparan yang diterima (akut atau kronik)
(Crawford, 2007).

Daerah sentrolobularis merupakan lokasi yang paling sering mengalami


kerusakan akibat toksikan. Hal ini terjadi karena di daerah tersebut banyak
terdapat retikulum endoplasma halus yang merupakan tempat aktivitas enzim
sitokrom P-450 (C-P450), sehingga banyak ditemukan sel-sel hepar (hepatosit)
yang nekrosis pada daerah sentrolobularis (Cullen, 2005).
7

Secara teoritis, pemberian paparan asap rokok terhadap sel hepar mencit
dapat mengakibatkan kematian sel yang disebut nekrosis. Nekrosis merupakan
proses kematian sel yang bersifat patologis dan melibatkan sekelompok sel. Sel
yang mengalami nekrosis akan terlihat membengkak (hidropic), kehilangan
integritas membran, terjadi kebocoran lisosom dan kemudian mengalami lisis
(Thompson et al., 2002). Umumnya perubahan-perubahan lisis yang terjadi
pada hepar merupakan petunjuk paling jelas pada kematian sel (Michell dan
Cotran, 2007).

Pada penelitian ini, parameter yang digunakan pada sistem penilaian


derajat kerusakan sel hepar adalah jumlah inti sel yang mengalami piknosis,
karioreksis dan kariolisis. Ketiga jenis kerusakan tersebut masing-masing
diberi skor 1. Proses kerusakan tersebut merupakan kelanjutan satu sama lain,
yang akan berakhir menjadi kematian sel (necrosis).

Kelompok kontrol normal digunakan sebagai pembanding terhadap


kelompok perlakuan dengan pemberian paparan asap rokok saja dan kelompok
perlakuan dengan pemberian paparan asap rokok + propolis. Kelompok kontrol
normal hanya diberikan aquadest sebagai plasebo. Pada kelompok kontrol juga
terlihat gambaran inti piknosis, karioreksis, dan kariolisis. Fotomikrograf
kelompok kontrol normal ditampilkan pada Lampiran 2 gambar K1. Hal ini
terjadi selain karena kematian sel secara fisiologis (apoptosis), juga akibat dari
terdapatnya kesalahan dalam proses perendaman jaringan organ hepar dalam
cairan fiksasi, yaitu pemberian alkohol 70% yang terlalu lama, sehingga
banyak sel yang nekrosis.

Dari hasil uji One-way ANOVA, didapatkan perbedaan yang tidak


bermakna dari nilai rata-rata jumlah kerusakan sel hepar mencit antara kelima
kelompok.

Asap rokok ini dapat mempengaruhi metabolisme makrofag dengan


mengaktifkan makrofag untuk melepaskan leukotriene B4, IL-8 dan TNF- α
menyebabkan peningkatan produksi superoksida (O2-) dan H2O2, juga
8

menyebabkan kerusakan oksidatif makromolekul seperti lipid, protein, dan


DNA, dapat menghilangkan antioksidan serta membentuk radikal bebas seperti
nitrit oksida (NO), nitrit peroksida (NO2) dalam fase gas serta quinone (Q),
semiquinone (HQ) dan hidroquinone (HQ2) dalam fase tar. Kadar radikal
bebas dapat menyebabkan terjadinya kondisi stress oksidatif serta memicu
terjadinya peroksidasi lipid pada membran sel.

Pada KP 1 merupakan kelompok perlakuan pemberian propolis madu


dengan dosis 0,1 ml (dosis I) dan paparan asap rokok 1 batang, sedangkan KP
2 merupakan kelompok perlakuan pemberian propolis madu dosis 0,2 ml
(dosis II) dan paparan asap rokok 1 batang, dan KP 3 merupakan kelompok
perlakuan pemberian propolis madu dosis 0,4 ml (dosis III) dengan paparan
asap rokok 1 batang. Hasil analisis data, kerusakan sel hepar pada KP 1, KP 2,
dan KP 3 sama-sama menunjukkan perbedaan tidak bermakna dengan kontrol
normal dan kontrol negatif. Hal ini terjadi karena terdapat kesalahan dalam
proses fiksasi jaringan organ, yaitu terlalu lamanya merendam organ hepar di
dalam alkohol 70%, sehingga mengakibatkan seluruh preparat terjadi
kerusakan/nekrosis. Fotomikrograf kelompok KP 1, KP 2, dan KP 3 dapat
dilihat pada Lampiran 2 gambar K3, K4, dan K5.

Berdasarkan hal di atas, didapatkan hasil bahwa kandungan dalam


propolis tidak dapat memberikan efek protektif terhadap kerusakan struktur
morfologi sel hepar mencit yang diberi paparan asap rokok.

Beberapa keterbatasan penelitian ini adalah kurangnya perhatian terhadap


proses pemeriksaan histopatologi yang membutuhkan tahap-tahap pre analitik,
analitik dan post analitik. Faktor terpenting pada tahap pre analitik adalah jenis
cairan fiksasi yang digunakan dan lamanya perendaman. Pada penelitian ini
masih menggunakan campuran cairan alkohol 70 % selama 24 jam. Tahap
pembacaan preparat juga masih dilakukan oleh asisten dosen Laboratorium
Histologi sebagaimana parameter kerusakan morfologi sel hepar pada
penelitian ini dihitung berdasarkan kriteria sel piknosis, karioreksis dan
9

kariolisis. Standardisasi sediaan preparat hepar memerlukan minimal


ditemukan 10 lobulus dan area trigonum Kiernan.

4. PENUTUP
Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa propolis madu alam khas
Kalimantan tidak mempunyai efek proteksi dalam mencegah kerusakan
morfologi sel hepar mencit jantan (Mus musculus, L.) yang diberi paparan
asap rokok.
Diharapkan untuk memperhatikan proses tahap-tahap penelitian meliputi
pre analitik, analitik dan post analitik. Kemudian diharapkan pula agar
memperhatikan penggunaan cairan fiksasi jaringan organ dan menggunakan
parameter kerusakan morfologi yang standard pada organ hepar. Selain itu,
sebaiknya juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan
dosis dan lama pemberian propolis yang lebih bervariasi sehingga dapat
mengetahui dosis dan lama pemberian propolis yang paling tepat dan efektif
untuk mengurangi kerusakan sel hepar mencit.

PERSANTUNAN
Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada Dr. Retno Sintowati M.Sc,
Dr. Nur Mahmudah, M.Sc dan Dr. Yuni Prastyo K., Sp.PA, MM (Kes), yang
telah membimbing, memberikan saran dan nasihat kepada penulis dalam skripsi
ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, S., 2007. Radikal Bebas. Surabaya: Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran UNAIR.

Bankova, V., 2007. Propolis of Stingless Bee: A Promising Source of Biologically


Active Compounds. 1(88-92).
10

Bankova, V., Papova, M., Bogdano, S. & Sabatini, A.G., 2002. Chemical
Composition of European Propolis: Expected and Unexpected Results. Z
Naturforsch. 57:530-33.

Basnett, P., Matsushige, K., Hase, K., Kadota, S. & Namba, T., 1996. Potent
Antihepatotoxic Activity of Dicaffeoylquinic Acids From Popolis. Biol.
Pharm. Bull.19(4):655-57.

Bhadauria, M., 2012. Propolis Prevent hepatorenal injury induce by chronic


exposure to carbon tetrachloride. Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine. 12:3-4

Crawford, J. M. 2007. Hati dan Saluran Empedu. Dalam: Robbins S. L., Vinay
K., Ramzy S. C. 2003. Robbins Buku Ajar Patologi Volume 2. Edisi 7.
Alih Bahasa: Pendit B. U. Jakarta: EGC, pp: 663-710

Cullen J. M. 2005. Mechanistic Calssification of Liver Injury. Toxicologic


Pathology, 33:6-8

Diniz MF., Durado,V.A., Silva, M.E., Pedrosa, M.L., Bezerra, F.S., Lima, W.G.,
2013. Cigarette Smoke Causes Changes in Liver and Spleen of Mice
Newborn Exposed During Pregnancy. J Citol Histol. 4:168.

Eroschenko, V.P., 2012. Atlas Histologi di Fiore. 12th ed. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Fitria., Triandhini, K., Mangimbulude, J. C., Karwur, F., 2013. Merokok dan
Oksidasi DNA. Sains Medika. 5(2):113-20
Fitriannur, 2009. Aktivitas Antibakteri Propolis Lebah Trigona spp. Asal
Pandeglang Terhadap Enterobacter sakazakii. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB.

Gomez, C., Romero, G. & Roman, A., 2006. Advances in the analysis of phenolic
compounds in products derived from bees. Journal of Pharmaceutical and
Biomedical Analysis. 41(4):1220-34

Guyton, A.C. & Hall, J.E., 2014. Hati sebagai Suatu Organ, In: Fisiologi
Kedokteran. 12th ed. Singapura: Saunders Elsevier pp. 907

Hegazi, A. & El-Hady, F., 2007. Influence of honey on the suppression of human
low density lipoprotein (LDL) peroxidation (in vitro). 6.

Ichikawa H., Satoh K., Tobe T., Yasuda I., Ushio F., Matsumoto K., Endo K.,
Ookubo C. 2002. Free Radical Scavenging Activity of Propolis. Redox
Rep., 7(5): 347-350.
11

Kaihena, M., 2013. Propolis Sebagai Imunostimulator Terhadap Infeksi


Micobacterium tuberculosa. Ambon: Prosiding FMIPA Universitas
Pattimura.

Khismatullin, N., 2005. Apitherapy : Guidelines for more effective use. Rusia:
Mobile Ltd.

Kostyuk V. A. 2001. Flavonoid Metal Complexes and Their Application Againts


Oxidative Stress. Dalam: The Second International Symposium on Natural
Antioxidants: Moleculer Mechanism and Health Effect. Beijing, China

Krell, R., 1996. Value-Added Products From Beekeeping. FAO Agricultural


Services Bulletin in No. 124.

Krisnansari, D., Sulistyo, H. & Ati, V.R.B., 2014. Efek Propolis Terhadap Fungsi
Dan Perlemakan Hati Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Model
Hiperkolesterolemia. Penel Gizi Makan, pp.77-85.
Krisnansari, D., Sulistyo, H. & Kusdaryantoi, W.D., 2014. Potensi
Hepatoprotektor Propolis Terhadap Hepar Tikus Putih (Rattus
Norvegicus) Yang Diinduksi Karbon Tetrakhlorida. Jurnal Ners. 9:270-
78.

Kumazawa S., Hamasaka T., Nakayama T. 2004. Antioxiant Activity of Propolis


of Various Geographic Origins. Food Chem, 84: 329-339.

Legowo, G., 2015. Manfaat Madu sebagai Antioksidan dalam Melawan Radikal
Bebas dari Asap Rokok untuk Menjaga Kualitas Sperma. Majority. 4:41-
42.

Lesson, C.R., Lesson, T.S. & Paparo, A., 1996. Buku Teks Histologi. Jakara:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mescher, A.L., 2012. Histologi Dasar Jonqueira. 12th ed. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. Pp 281-88

Miller, A.L., 1996. Antioxidant flavonoids: structure, function, and clinical usage.
Alternative Medical Review. 1:103-11

Mitchell R. N., dan Cotran R. S. 2007. Jejas, Adaptasi dan Kematian Sel. Dalam:
Kumar V., Cotran R. S., Robbins. L. (eds). Buku Ajar Patologi Robbins
Volume 1. Edisi VII. Jakarta: EGC, pp: 3, 26-7.

Muliartha, I.K.G., Sriwahyuni, E. & yuliawati, 2009. Oral Consumption of


Combined Vitamin C and E Repair Liver Damage Due to Subchronic
Exposure to Cigarette Kretek. XXV(1).
12

Parwata, O.A., Ratnayani K., Listya, A., 2010. Aktivitas Antiradikal Bebas Serta
Kadar Beta Karoten Pada Madu Randu (Ceiba Pentandra) dan Madu
Kelengkeng (Nephelium Longata L.). Jurnal Kimia 4:54-62.

Price, S.A. & Wilson, L.M., 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Rifai, A., 2009. Fisiologi dan Biokimiawi Hati. Jakarta: Interna Publishinng.
Robbins, S.L., Kumar, V. & Cotran, R.S., 2003. Robbins Buku Ajar Patologi I
dan II. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Robbins, S.M. & M, A., 1976. Basic Pathology. Philadelphia: W.B Saunders.
Salatino, A., Teixeira, E., Negri, G. & Massage, D., 2005. Origin and chemical
variation of Brazilian Propolis. 2(33-38).
Santoso, T., 2010. Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Luka Bakar Antara Olesan
Propolis 5% dan Teh Hijau Konsentrasi 6,4 gr Pada Tikus Putih (Rattus
Norvegicus). VI.

Sitepoe, M., 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Thomas, C., 1988. Histopatologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Thompson, H. J., R. Strange, P.J. Schedin. 2002. Apoptosis in The Genesis and
Prevention of Cancer. Biomarkers and Prevention 1: 597-602.

Tyastuti, E.M., Sutarno & Kusmardi, 2006. Efek Imunostimulator Propolis


terhadap Proliferasi Limfosit T dan Viabilitas Sel Tumor Mammae Mencit
secara in Vitro. Bioteknologi 3:1-7.

Viuda, M., Navajas, R., Lopez, F. & Alvarez, J.A.P., 2008. Functional Properties
of Honey, Propolis, and Royal Jelly. Journal of Food Science. 73:117-24

Wenas, N.T., 1996. Kelainan Hati Akibat Obat. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 1. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Widigdo, A.P., 2014. Pengaruh Pemberian Dosis Bertingkat Madu Terhadap


Gambaran Mikroskopis Hepar pada Mencit Strain Balb/c Jantan yang
Diberi Paparan Asap Rokok. Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP
Winarsih, H., 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.

Wulan, A.D., 2011. Efek Hepatoprotektor Propolis Terhadap Kerusakan Sel


Hepar Mencit (Mus musculus) yang diinduksi Parasetamol. Surakarta:
Fakultas Kedokteran UNS.
13

Zayadi, A.R., 2006. Heavy Smoking and Liver. World Journal of


Gastroenterology. 12(38); 6098-6101

You might also like