You are on page 1of 2

Analisa Bahan

1. Asam Klorida/HCl
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Ia adalah asam
kuat. Asam klorida merupakan asam pilihan dalam titrasi untuk menentukan jumlah
basa. Asam yang lebih kuat akan memberikan hasil yang lebih baik oleh karena titik
akhir yang jelas. Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat digunakan sebagai
standar primer dalam analisis kuantitatif, walaupun konsentrasinya bergantung pada
tekanan atmosfernya ketika dibuat. Asam klorida sering digunakan dalam analisis
kimia untuk "mencerna" sampel-sampel analisis. Asam klorida pekat melarutkan
banyak jenis logam dan menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen. Ia juga
bereaksi dengan senyawa dasar semacam kalsium karbonat dan tembaga (II) oksida,
menghasilkan klorida terlarut yang dapat dianalisa. Ciri-ciri fisika asam klorida,
seperti titik didih, titik leleh, massa jenis, dan pH tergantung pada konsentrasi atau
molaritas HCl dalam larutan asam tersebut. Sifat-sifat ini berkisar dari larutan dengan
konsentrasi HCl mendekati 0% sampai dengan asam klorida berasap 40% HCl.

2. Aquades
Air Aquades merupakan air dari hasil penyulingan atau biasa disebut dengan proses
distilasi atau biasa juga disebut dengan air murni. Kegunaan aquades ini dapat
dimanfaatkan untuk pencampur zat pada saat melakukan praktek kimia di
laboratorium, reagent, dan tentunya sebagai pembersih dari alat-alat laboratorium
Patrick. Air aquades dan kegunaannya. 2016. https://www.tanindo.net/air-aquades-
dan-kegunaannya/ (diakses 21 Maret 2018)
3. Garam
Garam yang lebih sering dikenal sebagai garam dapur sebenarnya adalah gabungan
dua unsure, yaitu Natrium (Na) dan Chlorida (Cl). Natium dan Chlorida biasanya
berhubungan erat baik sebagai bahan makanan maupun fungsinya dalam tubuh. Dalam
tubuh manusia, seperti halnya dalam makanan, sebagian natrium bergabung dengan
chlorida sama dengan garam dapur membentuk garam meja, yaitu natrium chlorida.
Menurut SK Mentri Kesehatan No. 77/M/SK/5/1985, produksen garam harus melakukan
yodisasi garam konsumsi sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu minimal 30-90 ppm.
Di dalam percobaan, yodisasi dengan cara penncampuran partikel KIO3 padat/halus,
menunjukkan penurunan yodium yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik
penyemprotan
Untuk tetap menjaga agar kondisi atau mutu garam tetap baik walaupun telah
mengalami berbagai proses, maka untuk stabilisasi yodium dalam garam beryodium
dapat dilakukan usaha-usaha antara lain penambahan stabilisator, peningkatan mutu
bahan baku, pengaturan operasi prosese dan perbaikan proses.

Stabilisator yang dipakai dalam garam adalah kalium yodat (KIO3). Dalam
kondisi murni KIO3 bersifat stabil. Dalam yodisasi garam, KIO3 sudah tidak murni
lagi karena sudah bercampur dengan garam serta zat-zat lain di dalamnya. KIO3 juga
merupakan oksidator kuat, maka dengan adanya zat pereduksi dalam garam,
menyebabkan reaksi yang menguraikan KIO3 dan menyebabkan terjadinya I2 berupa
gas terlepas ke udara. Reaksi ini dapat dipercepat dalam suasana asam dari kotoran-
kotoran dari garam.
AGUS RIYANTO. HUBUNGAN ANTARA KONDISI TEMPAT PENYIMPANAN
DENGAN KANDUNGAN YODIUM DALAM GARAM DAPUR PENDUDUK RT 02/I
DUKUH KARANGSARI DESA KARANGGEDANG KECAMATAN SUMPIUH KABUPATEN
BANYUMAS. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. 2010

4. Kalium Iodat
Kalium iodat (KIO3) adalah iodium dalam garam yang merupakan bahan yang
sangat penting untuk sintesa hormon tiroid. Iodium yang dikonsumsi akan diubah
dalam bentuk iodida dan kemudian diabsorbsi. Asupan iodium minimum yang
dapat mempertahankan fungsi tiroid normal adalah 150 μg. Organ utama yang
mengambil iodium dalam makanan adalah kelenjer tiroid yang berkisar 30%,
sedangkan sisanya 67% dikeluarkan melalui urin dan feses.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar iodium dalam garam,
antara lain proses iodisasi yang kurang sempurna, pembungkusan, waktu dan
kondisi penyimpanan dan lain-lain. Salah satu cara yang dilakukan masyarakat
yang dapat mempengaruhi kadar kalium iodat (KIO3) adalah kondisi penyimpanan
kadar garam yaitu dengan memberikan kemasan garam terbuka sehingga
memungkinkan menurunnya kadar kalium iodat (KIO3) dalam garam dapur.
Kadar kalium iodat (KIO3) yang diperoleh atau sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan oleh SNI (Standar Nasional Indonesia) yaitu 30-80 ppm25.
Berdasarkan kestabilannya kandungan kalium iodat (KIO3) pada saat ini
merupakan senyawa iodium yang sangat banyak digunakan dalam proses iodisasi
garam. Kalium iodat (KIO3) merupakan garam yang sukar larut dalam air,
sehingga dalam membuat larutannya diperlukan larutan yang baik. Untuk iodisasi
diperlukan larutan kalium iodat (KIO3) 4% yang dibuat dengan jalan melarutkan
40 gram kalium iodat dalam satu liter air (1 Kg KIO3 /25 Liter air).
Akhiruddin,Muhammad.Analisis Kadar Kalium Iodat (Kio3) Dalam Garam Dapur
Dengan Menggunakan Metode Iodometri
Yang Beredar Di Pasar Ujung Batu
Kabupaten Rokan Hulu. Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. 2011

You might also like