You are on page 1of 4

Wadah Aspirasi Muslimah:

|| Ananda, Bahagiakanlah Ayahbunda Dengan Amal Solehmu ||

<< ustadz Iwan Januar >>

Apa kabar, ananda? Waktu telah mengantarkanmu sebagai pemuda. Engkau gagah dan jelita. Tubuhmu
kokoh layaknya orang dewasa. Tak ada lagi tanda kanak-kanak dalam penampilanmu. Ayahbundamu
akan tersenyum saat membandingkanmu dengan saat belasan tahun silam. Kau masih sering berlari
sekitar ayahbunda, terkadang minta dipangku atau bergelayutan di jubah lebar bunda.

Engkau juga bukan lagi anak yang ringkih dan mudah terjatuh. Langkahmu sudah tegap. Pikiranmu
semakin matang, dan jiwamu kian bergelora. Ada harapan untuk selalu merengkuh kesuksesan baru
dalam hidupmu. Bukan lagi mainan baru yang kau idamkan, juga bukan sepatu keren yang jadi impian.
Engkau ingin sukses dalam pendidikan, dan gemilang dalam pekerjaan.

Kami tahu engkau, di balik gairah jiwamu untuk meraih kesuksesan engkau ingin membahagiakan
ayahbundamu. Engkau akan sangat bahagia bila melihat ayahmu tersenyum dan bundamu meneteskan
air mata bahagia merayakan indahnya duniamu yang baru. Seperti senangnya dirimu saat kau tahu
mereka bahagia engkau sudah bisa mengendarai sepeda roda dua milikmu, atau mereka tertawa lepas
saat engkau berani tampil di depan kelas membaca puisi di hadapan kawan-kawan dan gurumu.

Ya, engkau ingin berbahagia bersama orang tercintamu, yakni ayahbunda. Engkau ingin mereka hadir di
saat hari wisudamu. Berfoto bersama di depan kampus impian dan kau share di instagrammu dengan
ucapan penuh cinta pada mereka berdua. Agar semua kawanmu tahu betapa berterima kasihnya dirimu
pada keduanya. Tak ada yang begitu membahagiakan kecuali bisa berbahagia bersama mereka.

Maka kau telepon ayahbundamu, kau beritahukan ketika engkau sudah mendapat pekerjaan. Dan
hatimu berdentam mendengar ucapan syukur hamdalah dari lisan ibumu di ujung telepon sana. Engkau
juga tahu mata ayahmu berbinar bahagia ketika tahu kalau anak yang dulu sering bermain di pundaknya
telah bisa hidup di atas kakinya sendiri, meski mungkin engkau tak melihatnya.
Lalu gaji pertamamu pun kau belikan sesuatu yang spesial untuk keduanya. Mungkin kerudung atau
gamis baru untuk bunda, atau jam tangan baru untuk ayah agar mengganti jam tangannya yang usang.
Kau pun ajak mereka makan bersama di tempat kalian dulu berkumpul. Bedanya dulu engkau hanya
sebagai penikmat, kini engkau bisa jadikan ayahbunda sebagai penikmat. Engkaulah yang dengan
bahagia bisa melakukan apa yang dulu ayahmu lakukan.

Kendaraan baru pun hadir di rumahmu. Kau juga tahu, cita-cita pertama yang ingin kau lakukan adalah
mengajak ayahbundamu naik kendaraan itu. Kau ingin membuat mereka bangga dan bahagia. Kau ajak
mereka berdua bepergian ke tempat kalian dulu sering berjalan-jalan bersama, kini engkaulah yang
membuat mereka bisa tertawa lepas, setelah sekian tahun mereka yang membuatmu bisa tertawa.

Ananda, kesuksesan dirimu adalah bagian dari kebahagiaan ayahbundamu. Hanya saja ketahuilah, seiring
bertambah senjanya usia mereka, kebahagiaan mereka bukan lagi apa yang bisa kau dapat dari kedua
tanganmu atau kerja cerdas otakmu. Begitu usia mereka semakin lanjut, mereka semakin paham bahwa
kebahagiaan besar bagi kedua orang tua adalah ketika anak-anak mereka yang telah dewasa semakin
taat kepada Rabbnya.

Engkau mungkin tak percaya, tapi itulah isi hati dan pikiran mereka. Ayahbundamu telah mencicipi
berbagai pahit juga manisnya dunia. Mereka tak bisa membantah kalau tak kan selalu bisa bersama
denganmu. Ada saat perpisahaan yang sudah Allah takdirkan. Karenanya mereka sadar dan sesadar-
sadarnya bila kebahagiaan yang paling mereka harapkan adalah melihat anak cucu mereka adalah
generasi yang salih-salihah.

Mereka bahagia melihatmu lulus kuliah, tapi sungguh mereka jauuuuh lebih berbahagia ketika tahu
dirimu adalah anak muda yang menghidupkan malam dengan ruku dan sujud di hadapan Rabbmu.
Mereka sangat gembira bila tahu engkau adalah pelantun ayat-ayat Allah di setiap waktu. Mereka begitu
bahagia saat tahu dirimu berpenampilan rapi menutup aurat, punya harga diri di hadapan lawan
jenismu, dan malu untuk melanggar aturan Allah SWT.

Ana

nda muslimah yang salehah, bukan baju dari butik ternama yang bisa membuat senyum ayahbundamu
merekah, tapi kerudung dan jilbab yang rapi yang selalu kau kenakan di luar rumah yang membuat
mereka merasa tenang. Bukan parfum wangimu dari merk ternama yang membuat mereka bahagia, tapi
rasa malumu di hadapan lelaki yang selalu terjaga itulah penyebabnya.

Ananda jejaka yang saleh, bukan kendaraan mewah yang membuat hati kedua orangtuamu bergemuruh
riang, tapi pekerjaan halal yang kau peroleh adalah yang menyenangkan mereka. Juga bukan perempuan
cantik bak ratu dunia pendamping hidupmu yang membuat mereka bahagia, tapi seorang perempuan
salehah nan sederhana yang siap mendidik cucu-cucu mereka di jalan Allah, adalah menantu yang
mereka idamkan.

Engkau boleh tak percaya kalau amal soleh adalah kado teristimewa bagi ayahbundamu di usia tuanya.
Engkau mungkin silap mata, karena gairah mudamu untuk merengkuh dunia. Tapi, itulah isi hati kedua
orangtuamu saat ini. Mereka resah bukan karena pekerjaanmu belum mapan, tapi mereka resah ketika
kau bangun subuh kesiangan, dan jadual shalat kau mundur-mundurkan.

Ayahbundamu gelisah bukan karena kau belum punya mobil mewah, tapi karena dirimu belum menjadi
sosok yang benar-benar terikat dengan syariah. Kau masih berpikir bagaimana cara mengajukan
pinjaman dari ribanya lembaga keuangan, dan berjalan ke sana ke sini dengan lawan jenis tanpa merasa
itu adalah kemungkaran. Ayahbundamu gelisah dan tak tenang pikiran.

Ananda, kelak ketika usiamu seusia mereka itu pula yang engkau rasakan. Engkau akan merasa bahwa
ijazahmu dan status pekerjaanmu bukan lagi kemewahan yang pantas dielu-elukan, tapi ketaatan dan
kedekatan pada Tuhanlah yang begitu diidamkan.

Berapa banyak orang tua berpulang ke pangkuan Tuhan sementara anaknya tak bisa menyolatkan.
Bahkan ada sebagian anak mereka terpenjara dunia sehingga waktu menjengukpun tak tersempatkan.
Mengirim doa ke alam barzahpun mereka titipkan lewat orang, karena lidah mereka kelu dan cara
berbakti pun sudah tak tahu.

Bahagiakanlah ayahbunda dengan amalan soleh. Buat mereka tersenyum dengan derap kakimu ke
rumah Allah Penguasa Alam. Lantunkan ayat-ayatNya di sepanjang zaman, dan jadilah bagian dari
penyeru kemuliaan Syariat Islam.
Kelak, ketika ayahbundamu menutup mata, mereka bisa tenang karena telah meninggalkan anak cucu
mereka sebagai bagian dari hamba-hamba yang bertakwa. Sebagaimana doa yang sering mereka
panjatkan:

َ‫ب لننناَ ممبن أنبزنواَمجنناَ نوذذرربَياَتمنناَ قذبَرةن أنبعيذنن نواَبجنعبلنناَ لمبلذمتبَمقينن إمنماَمما‬
‫نرببَنناَ هن ب‬

“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (TQS. al-Furqan: 73)

Maukah ananda membahagiakan kedua ayahbunda? Jadilah hamba-hamba Allah yang taat, gemar
beramal soleh, berdiri di barisan pejuang Islam, dan mohonkan kebaikan untuk keduanya, agar mereka
mendapatkan rahmat di usia senjanya [].

===============================

Raih Amal Sholih dengan Ikut Serta Menyebarkan Status ini.

==============================

Facebook : www.facebook.com/WadahAspirasiMuslimah

Twitter : www.twitter.com/Muslimah_Bogor

Instagram: www.instagram.com/muslimah_bogor

Telegram : https://t.me/WadahAspirasiMuslimah

You might also like