Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid yang disebabkan oleh penambahan
jaringan kelenjar tiroid itu sendiri. Pembesaran kelenjar tiroid ini ada yang
menyebabkan perubahan fungsi pada tubuh dan ada juga yang tidak mempengaruhi
fungsi.1
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) mencatat sekitar 20 persen
urutan kedua daftar penyakit endokrin setelah diabetes," kata Ketua Perkeni Prof Dr
(AOTA) di Kuta, Bali. 1
Tingginya jumlah penderita gangguan hormon yang mengatur metabolisme
tubuh disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat akan gejala dan kelainan tiroid.
Gangguan fungsi tiroid ada dua yaitu kekurangan hormon tiroid (hipotiroid) dan
kelebihan (hipertiroid). Gejala umum dari keduanya secara umum adalah pembesaran
kelenjarnya atau dikenal gondok atau struma. Kelainan hipotiroid pada perempuan
risikonya lebih besar dibandingkan dengan pria. Diperkirakan sekitar 2,5 persen ibu
hamil mengalami gangguan hormon tersebut. 2
dikembangkannya metode uji yang peka untuk TSH dan tiroksin bebas. Suatu
1
peningkatan TSH dan tiroksin bebas yang rendah menetapkan diagnosis dari
hipotiroidisme, dan TSH yang tersupresi dan FT4 yang meningkat menetapkan
diagnosis dari hipertiroidisme. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari tiga lobus, yaitu lobus dextra, lobus sinistra dan
isthmus yang terletak di bagian tengah. Kadang kadang dapat ditemukan bagian
keempat yaitu lobus piramidalis yang letaknya di atas isthmus agak ke kiri dari garis
tengah. Lobus ini merupakan sisa jaringan embrional tiroid yang masih tertinggal.
Kelenjar tiroid mempunyai berat sekitar 25 – 30 gram dan terletak antara
tiroidea dan cincin trakea keenam. Seluruh jaringan tiroid dibungkus oleh suatu
lapisan yang disebut true capsule. 4
2
Gambar 1. Anatomi Kelenjar Tiroid1
3
Gambar 2: Vaskularisasi Leher 4
Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri 4:
a. Arteri thyroidea superior (arteri utama)
b. Arteri thyroidea inferior (arteri utama)
c. Terkadang masih pula terdapat arteri thyroidea ima, cabang langsung dari aorta
atau arteri anonyma.
Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama4 :
4
a. Vena thyroidea superior (bermuara di Vena jugularis interna)
b. Vena thyroidea medialis (bermuara di Vena jugularis interna)
c. Vena thyroidea inferior (bermuara di Vena anonyma kiri)
Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan 4:
a. Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis
yang dalam sekitar vena jugularis. Dari sekitar vena jugularis ini diteruskan ke
limfonoduli mediastinum superior.
Persarafan kelenjar tiroid 4:
a. Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior
N.vagus)N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya
pita suara terganggu (stridor/serak).
Vaskularisasi
Kelenjar tiroid disuplai oleh arteri tiroid superior, inferior, dan terkadang juga
arteri tiroidea ima dari arteri brachiocephalica atau cabang aorta. Arterinya
banyak dan cabangnya beranastomose pada permukaan dan dalam kelenjar, baik
ipsilateral maupun kontralateral4.
5
Tiroid superior menembus fascia tiroid dan kemudian bercabang menjadi
kelenjar dan cabang posterior mensuplai permukaan lateral dan medial. tiroid inferior
mensuplai basis kelenjar dan bercabang ke superior (ascenden) dan inferior yang
pleksus perifolikular yang menyatu di permukaan membentuk vena tiroidea superior,
lateral dan inferior4.
Sistem Limfatik
Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus tracheal dan menjalar sampai
nodus prelaringeal di atas isthmus tiroid dan ke nodus pretracheal serta paratracheal.
tymus pada mediastinum superior4,5
2.2 Fisiologi Tiroid
hormon Tiroksin atau T4, triiodotironin atau T3 dan kalsitonin. Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang kemudian berubah
menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3) 6
Di dalam darah sebagian besar T3 dan T4 terikat oleh protein plasma yaitu
albumin, Thyroxin Binding Pre Albumin (TBPA) dan Thyroxin Binding Globulin
(TGB). Sebagian kecil T3 dan T4 bebas beredar dalam darah dan berperan dalam
6
mengatur sekresi TSH. Hormon tiroid dikendalikan oleh thyroidstimulating
hormone ( TSH ) yang dihasilkan lobus anterior glandula hypofise dan pelepasannya
serum berpengaruh pada tulang7.
Metabolisme T3 dan T4 :
Waktu paruh T4 di plasma ialah 6 hari sedangkan T3 2430 jam. Sebagian T4
Jaringan yang mempunyai kapasitas mengadakan perubahan ini ialah jaringan hati,
ginjal, jantung dan hipofisis. Dalam proses konversi ini terbentuk juga rT3 (reversed
T3) yang tidak aktif, yang digunakan mengatur metabolisme pada tingkat seluler6.
Pengaturan faal tiroid :
Ada 4 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid6 :
a. TRH (Thyrotrophin releasing hormone)
mensekresi TSH (thyroid stimulating hormone) yang selanjutnya kelenjar tiroid
teransang menjadi hiperplasi dan hiperfungsi
b. TSH (thyroid stimulating hormone)
Glikoprotein yang terbentuk oleh dua sub unit (alfa dan beta). Dalam sirkulasi
akan meningkatkan reseptor di permukaan sel tiroid (TSH reseptorTSHR) dan
7
terjadi efek hormonal yaitu produksi hormon meningkat
c. Umpan Balik sekresi hormon (negative feedback).
Kedua hormon (T3 dan T4) ini menpunyai umpan balik di tingkat hipofisis.
Khususnya hormon bebas. T3 disamping berefek pada hipofisis juga pada tingkat
rangsangan TSH.
d. Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri.
Produksi hormon juga diatur oleh kadar iodium intra tiroid
Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu8 :
a. Efek pada laju metabolism
keseluruhan. Hormon ini adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan
pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat.
b. Efek kalorigenik
8
Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas.
c. Efek pada metabolisme perantara
dalam metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik
bersifat multifaset, hormon ini tidak saja mempengaruhi sintesis dan penguraian
karbohidrat, lemak dan protein, tetapi banyak sedikitnya jumlah hormon juga
dapat menginduksi efek yang bertentangan.
d. Efek simpatomimetik
Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin
(epinefrin dan norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem
saraf simpatis dan hormon dari medula adrenal.
e. Efek pada sistem kardiovaskuler
jantung sehingga curah jantung meningkat.
f. Efek pada pertumbuhan
juga mendorong efek hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis protein
struktural baru dan pertumbuhan rangka.
9
g. Efek pada sistem saraf
terutama Sistem Saraf Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk
aktivitas normal SSP pada orang dewasa.
2.3 Struma
1. Definisi
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya2.
Biasanya dianggap membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal.
Pembesaran ini dapat memiliki fungsi kelenjar yang normal (eutirodisme), pasien
pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan) dan
terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal2.
Pembesaran kelenjar tiroid sangat bervariasi dari tidak terlihat sampai besar
sekali dan mengadakan penekanan pada trakea, membuat dilatasi sistem vena serta
menjadi9,10:
10
Derajat 0 : tidak teraba pada pemeriksaan
Derajat 1 : teraba pada pemeriksaan, terlihat hanya kalau kepala ditegakkan
Derajat 2 : mudah terlihat pada posisi kepala normal
Derajat 3 : terlihat dari jarak jauh
2. Etiologi
Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh11 :
1. Hiperplasia dan Hipertrofi
dengan kelenjar tiroid pada saat pertumbuhan akan dipacu untuk bekerja
memproduksi hormon tiroksin sehingga lama kelamaan akan membesar, misalnya
saat pubertas dan kehamilan.
2. Inflamasi atau Infeksi
Proses peradangan pada kelenjar tiroid seperti pada tiroiditis akut, tiroiditis
subakut (de Quervain) dan tiroiditis kronis (Hashimoto)
3. Neoplasma
Jinak dan ganas
11
3. Klasifikasi Struma
1. Berdasarkan Klinisnya
a. Struma Toksik
Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma
nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan
lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan
benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler
toksik) 12.
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
meskipun telah diiidap selama berbulanbulan12.
12
Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung menyebabkan peningkatan
pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai
hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan
mencegah pembentuknya. Apabila gejalagejala hipertiroidisme bertambah berat
dan mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik
adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara
dan menelan, koma dan dapat meninggal12.
b. Struma Non Toksik
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi
struma diffusa non toksik dan struma nodusa non toksik. Struma non toksik
disebabkan oleh kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai
simple goiter, struma endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di
daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang
menghambat sintesa hormon oleh zat kimia13.
pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda tanda
hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya
tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi
multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan
karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat
karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien
13
mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau
trakea (sesak napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul
perdarahan di dalam nodul13.
Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik, berat ringannya
endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi yodium urin. Dalam keadaan
seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang
diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI
adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10 %< 20 %, endemik sedang
20 % 29 % dan endemik berat di atas 30 %13.
2. Berdasarkan Fisiologisnya
a. Eutiroidisme
kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau
struma semacm ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada
leher yang jika terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea14.
b. Hipotiroidisme
14
sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar
untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien
hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif terhadap udara dingin,
dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut
kemampuan bicara14.
c. Hipertiroidisme
antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya
keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas. Selain itu
mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi
otot14.
3. Berdasarkan morfologinya :
a. Struma Hiperplastik Diffusa
15
Suatu stadium hiperplasi akibat kekurangan yodium (absolute atau realtif).
Defisiensi yodium dengan kebutuhan melebihi dari penghasilan biasanya terjadi
yodium, kelenjar menjadi hiperplasi karena berusaha keras untuk menghasilkan
tiroksin yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehingga vesikel dengan
sel epitel kolumnar tinggi pucat. Koloid juga menjadi pucat disertai dengan
pengambilan yodium tambahan atau kebutuhan yodium berkurang, maka akan
terjadi perubahan di dalam struma kolod dan kelenjar akan mengalami fase
istirehat15.
b. Struma Colloides Diffusa
Stadium yang disebabkan karena involusi vesikel tiroid. Apabila kebutuhan
tiroksin yang berlebihan oleh karena faktor fisiologis seperti pubertas, laktasi,
kehamilan, stress dan sebagainya serta defisiensi yodium telah terpenuhi dengan
mengalami involusi. Hasilnya dari proses hyperplasia, vesikel akan mengalami
distensi dengan koloid dan ukuran kelenjar membesar15.
c. Struma Nodular
Biasanya terjadi pada individu yang berusia 30 tahun atau lebih yang
merupakan sequelee dari struma colloides diffusa. Stadium ini terjadi karena
kebutuhan berlebihan tiroksin oleh tubuh untuk jangka waktu yang lama. Disertai
juga dengan adanya gangguan semasa fase kebutuhan fisiologis yaitu semasa
pubertas, laktasi, kehamilan, stress dan sebagainya sehingga terdapat bagian dari
16
kelenjar yang mengalami hiperinvolusi, ada bagian yang mengalami hiperplasia
dan ada pula bagian kelenjar yang normal15.
4. Berdasarkan jumlah nodulnya :
a. Satu : Soliter
b. Lebih dari satu : Multinodusa
5. Berdasarkan kemampuan menangkap yodium aktifnya :
a. Nodul dingin
b. Nodul hangat
c. Nodul panas
6. Menurut American society for Study of Goiter membagi9 :
a. Struma Difusa Toxic
b. Struma Nodusa Toxic
c. Stuma Non Toxic Diffusa
d. Struma Non Toxic Nodusa
a. Struma Difusa Toksik
1) Definisi
pembesaran kelenjar tiroid difus, hipertiroidi dan eksoftalmus. Penyakit ini
lebih sering ditemukan pada orang muda dengan gejala seperti berkeringat
17
berlebihan, tremor tangan, menurunnya toleransi terhafap panas, penurunan
terdapat peran dari suatu antibodi yang dapat ditangkap reseptor TSH, yang
juga ditandai dengan peningkatan absorbsi yodium radiokatif oleh kelenjar
tiroid9,,12.
12
Gambar 3 : penderita penyakit Graves
18
2) Patofisiologi
kelainan system imun dalam tubuh, di mana terdapat suatu zat yang disebut
sebagai Thyroid Receptor Antibodies. Zat ini menempati reseptor TSH di
selsel tiroid dan menstimulasinya secara berlebiham, sehingga TSH tidak
dapat menempati reseptornya dan kadar hormone tiroid dalam tubuh menjadi
meningkat12.
3) Gejala Klinis
peningkatan metabolisme di semua sistem tubuh dan organ yang mungkin
peningkatan kebutuhan kalori, dan seringkali asupan (gintake) kalori tidak
mencukupi kebutuhan sehingga terjadi penurunan berat badan secara drastis.
Peningkatan metabolisme pada sistem kardiovaskuler terlihat dalam
bentuk peningkatan sirkulasi darah, antara lain dengan peningkatan curah
jantung/ cardiac output sampai duatiga kali normal, dan juga dalam
mengakibatkan kekacauan irama jantung berupa ektrasistol, fibrilasi atrium,
dan fibrilasi ventrikel12.
19
Pada saluran cerna sekresi maupun peristaltik meningkat sehingga
sering timbul polidefekasi dan diare.
penderita sulit tidur, sering terbangun di waktu malam. Penderita mengalami
ketidakstabilan emosi, kegelisahan, kekacauan pikiran, dan ketakutan yang
tidak beralasan yang sangat menggangu.
takipnea yang tidak terlalu mengganggu. Kelemahan otot terutama otototot
bagian proksimal, biasanya cukup mengganggu dan sering muncul secara
tibatiba. Hal ini disebabkan oleh gangguan elektrolit yang dipicu oleh
adanya hipertiroidi tersebut.
metrorhagia. Kelainan mata disebabkan oleh reaksi autoimun berupa ikatan
antibodi terhadap reseptor pada jaringan ikat dan otot ekstrabulbi dalam
sehingga bola mata terdorong ke luar dan otot mata terjepit. Akibatnya
keratitis. Gangguan gerak otot akan menyebabkan strabismus.
4) Tatalaksana
20
pengobatan antitiroid jangka panjang, ablasio dengan yodium radiokatif,
atau tiroidektomi. Pembedahan terhadap tiroid dengan hipertiroidi dilakukan
tiroid besar. Pembedahan yang baik biasanya memberikan kesembuhan yang
permanen meskipun kadang dijumpai terjadinya hipotiroidi dan komplikasi
yang minimal12.
b. Struma Nodosa Toksik
1) Definisi
Struma nodosa toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid pada salah
satu lobus atau kedua lobus dan tampak noduler yang disertai dengan tanda
sebagai suatu struma yang nontoksik. Bila tidak diobati, dalam 1520 tahun
Plummer, maka disebut juga Plummer’s disease15 .
2) Patofisiologi
kelenjar tiroid yang tidak menimbulkan gejalagejala toksisitas, namun jika
Faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan dari nontoksik menjadi toksik
21
antara lain adalah nodul tersebut berubah menjadi otonom sendiri
luar, pemberian yodium radioaktif sebagai pengobatan.
3) Gejala Klinis
hipertiroid. Yang membedakan adalah saat pemeriksaan fisik di mana pada
saat palpasi kita dapat merasakan pembesaran yang hanya terjadi pada salah
satu lobus 16.
4) Tatalaksana
Terapi yang diberikan pada Plummer’s Disease juga sama dengan
hipertiroidi dengan pemberian antitiroid, seperti propiltiourasil ( PTU ) atau
Pembedahan yang baik biasanya memberikan kesembuhan yang permanen
minimal16.
22
c. Struma Difusa Nontoksik
1) Definisi
dengan pembesaran kelenjar tiroid yang terjadi pada suatu populasi, dan
diperkirakan berhubungan dengan defisiensi diet dalam harian. Epidemologi
Endemik goiter diperkirakan terdapat kurang lebih 5% pada populasi anak
pemberian yodium tambahan belum terlaksana dengan baik13.
2) Patofisiologi
defisiensi intake iodin oleh tubuh. Selain itu, goiter juga dapat disebabkan
dapat disintesis. Hal ini akan memicu peningkatan pelepasan TSH (thyroid
stimulating hormone) ke dalam darah sebagai efek kompensatoriknya. Efek
tersebut menyebabkan terjadinya hipertrofi dan hiperplasi dari sel folikuler
tiroid, sehingga terjadi pembesaran tiroid secara makroskopik. Pembesaran
ini dapat menormalkan kerja tubuh, oleh karena pada efek kompensatorik
23
tersebut kebutuhan hormon tiroid terpenuhi. Akan tetapi, pada beberapa
kasus, seperti defisiensi iodin endemik, pembesaran ini tidak akan dapat
defisiensi hormon tiroid yang terjadi pada seseorang13 .
Goiter Difus
ditemukan dengan sifat nontoksik (fungsi tiroid normal), oleh karena itu
bentuk ini disebut juga goiter simpel. Dapat juga disebut sebagai goiter
koloid karena sel folikel yang membesar tesebut umumnya dipenuhi oleh
koloid. Kelainan ini muncul pada goiter endemik dan sporadik13.
Goiter endemik muncul di tempat yang tanah, air, maupun suplai
pegunungan Alps, Andes atau Himalaya15.
sintesis hormon tiroid atau gangguan enzim untuk sintesis hormon tiroid
yang turun secara herediter.
Pada goiter simpel, terdapat dua fase evolusinya, yaitu hiperplastik
dan involusi koloid. Pada fase hiperplastik, kelenjar tiroid membesar secara
24
difus dan simetris, walaupun pembesarannya tidak terlalu besar (hingga 100
150 gram). Folikelfolikelnya dilapisi oleh sel kolumner yang banyak dan
berdesakan. Akumulasi sel ini tidak sama di keseluruhan kelenjar. Apabila
setelah itu konsumsi iodin ditingkatkan atau kebutuhan tubuh akan hormon
tiroid menurun, terjadi involusi sel epitel folikel sehingga terbentuk folikel
yang besar dan dipenuhi oleh koloid. Biasanya secara makroskopik tiroid
akan terlihat coklat dan translusen, sementara secara histologis akan terlihat
bahwa folikel dipenuhi oleh koloid serta sel epitelnya gepeng dan kuboid16.
3) Gejala Klinis
Sebagian besar manifestasi klinik berhubungan dengan pembesaran
kelenjar tiroid. Sebagian besar pasien tetap menunjukkan keadaan eutiroid,
namun sebagian lagi mengalami keadaaan hipotiroid. Hipotiroidisme lebih
sering terjadi pada anakanak dengan defek biosintetik sebagai penyebabnya,
termasuk defek pada transfer yodium16.
4) Tatalaksana
Tujuan dari pengobatan struma endemik adalah untuk mengecilkan
pemberian SoL Lugoli selama 46 bulan. Bila ada perbaikan, pengobatan
dilanjutkan sampai 1 tahun dan kemudian tapering off dalam 4 minggu. Bila
6 bulan sesudah pengobatan struma tidak juga mengecil maka pengobatan
medikamentosa tidak berhasil dan harus dilakukan tindakan operatif17.
25
d. Struma Nodosa Nontoksik
1) Definisi
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid yang
secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tandatanda
baik fisiologis maupun patologis yang menyebabkan pembesaran asimetris
dari kelenjar tiroid. Karena tidak disertai tandatanda toksisitas pada tubuh,
Kelainan ini sangat sering dijumpai seharihari, dan harus diwaspadai tanda
tanda keganasan yang mungkin ada13.
2) Patofisiologi
goiter sporadis terjadi pada seseorang yang tidak tinggal di daerah endemik
beryodium rendah. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui dengan
jelas, bisa terdapat gangguan enzim yang penting dalam sintesis hormon
tiroid atau konsumsi obatobatan yang mengandung litium, propiltiourasil,
fenilbutazone, atau aminoglutatimid13.
3) Gejala Klinis
26
Pada umumnya struma nodosa non toksik tidak mengalami keluhan
karena tidak ada hipo atau hipertiroidisme. Yang penting pada diagnosis
SNNT adalah tidak adanya gejala toksik yang disebabkan oleh perubahan
kadar hormon tiroid, dan pada palpasi dirasakan adanya pembesaran kelenjar
tiroid pada salah satu lobus. Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda
pertumbuhannya berangsurangsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala
kecuali benjolan di leher. Sebagian besar penderita dengan struma nodosa
dapat hidup dengan strumanya tanpa keluhan. Walaupun sebagian struma
nodosa tidak mengganggu pernafasan karena menonjol ke depan, sebagian
bilateral. Struma nodosa unilateral dapat menyebabkan pendorongan sampai
menyebabkan gangguan pernafasan sampai akhirnya terjadi dispnea dengan
stridor inspiratoar. Keluhan yang ada ialah rasa berat di leher. Sewaktu
menelan trakea naik untuk menutup laring dan epiglotis sehingga terasa
berat karena terfiksasi pada trakea16.
4) Tatalaksana
Macammacam teknik operasinya antara lain17 :
a) Lobektomi, yaitu mengangkat satu lobus, bila subtotal maka kelenjar
disisakan seberat 3 gram
27
b) Isthmolobektomi, yaitu pengangkatan salah satu lobus diikuti oleh
isthmus
c) Tiroidektomi total, yaitu pengangkatan seluruh kelenjar tiroid
kanan dan sebagian kiri, sisa jaringan 24 gram di bagian posterior
dilakukan untuk mencegah kerusakan pada kelenjar paratiroid atau
N. Rekurens Laryngeus
7. Karsinoma Tiroid
a. Definisi
Karsinoma tiroid adalah suatu keganasan (pertumbuhan tidak terkontrol dari
sel) yang terjadi pada kelenjar tiroid. Kanker tiroid adalah sutu keganasan pada
tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduller.
menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul
tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.
menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme10.
b. Klasifikasi karsinoma tiroid
28
1. Karsinoma papiler, karsinoma ini berasal dari selsel tiroid dan merupakan
jenis paling umum dari karsinoma tiroid. Lebih sering terdapat pada anak
dan dewasa muda dan lebih banyak pada wanita. Terkena radiasi semasa
kanak ikut menjadi sebab keganasan ini. Pertama kali muncul berupa
benjolan teraba pada kelenjar tiroid atau sebagai pembesaran kelenjar limfe
didaerah leher. Metastasis dapat terjadi melalui limfe ke daerah lain pada
tiroid atau, pada beberapa kasus, ke paru.
menyerang wanita 2 sampai 3 kali lebih sering daripada pria. Pemaparan
terhadap sinar X semasa kanakkanak meningkatkan resiko jenis keganasan
ini. Jenis ini lebih infasif daripada jenis papiler.
3. Karsinoma anaplastik, karsinoma ini sangat ganas dan merupakan 10% dari
kanker tiroid. Sedikit lebih sering pada wanita daripada pria. Metastasis
bagian tubuh. Pada mulanya orang yang hanya mengeluh tentang adanya
tumor didaerah tiroid. Dengan menyusupnya kanker ini disekitar, timbul
suara serak, stridor, dan sukar menelan. Harapan hidup setelah ditegakkan
diagnosis, biasanya hanya beberapa bulan.
29
4. Karsinoma parafolikular, karsinoma parafolikular atau meduller adalah unik
diantara kanker tiroid. Karsinoma ini umumnya lebih banyak pada wanita
cepat bermetastasis, sering ketempat jauh seperti paru, tulang, dan hati. Ciri
Karsinoma ini sering dikatakan herediter.
c. Perbedaan Nodul Tiroid Jinak dan Ganas
Sekitar 5% struma nodosa mengalami keganasan. Di klinik perlu dibedakan
nodul tiroid jinak dan nodul ganas yang memiliki karakteristik10 :
1. Konsistensi keras pada beberapa bagian atau menyeluruh pada nodul dan
kistik dan kemudian menjadi lunak.
2. Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, walaupun
adenomatosa yang sudah berlangsung lama.
sekitar
30
4. 20% nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul multipel jarang yang
ganas.
5. Nodul yang muncul tibatiba atau cepat membesar perlu dicurigai ganas
terutama yang tidak disertai nyeri. Atau nodul lama yang tibatiba
membesar progresif
bening regional atau perubahan suara menjadi serak.
sternokleidomastoideus karena desakan pembesaran nodul (Berry’s Sign).
4. Manifestasi Klinis
Struma menimbulkan gejala klinis dikarenakan oleh perubahan kadar hormon
tiroid di dalam darah. Kelenjar tiroid dapat menghasilkan hormon tiroid dalam kadar
berlebih atau biasa disebut hipertiroid maupun dalam kadar kurang dari normal atau
biasa disebut hipotiroid16.
31
Gejala yang timbul pada hipertiroid adalah :
Gambar 4: Gejala Hipertiroid16
Gejala yang timbul pada hipotiroid adalah kebalikan dari hipertiroid :
32
5. Diagnosis Struma
1. Anamnesis
Pada anamnesis, keluhan utama yang diutarakan oleh pasien bisa berupa
leher, maka harus digali lebih jauh apakah pembesaran terjadi sangat progresif
perubahan suara. Setelah itu baru ditanyakan ada tidaknya gejalagejala hiper
dan hipofungsi dari kelenjer tiroid. Perlu juga ditanyakan tempat tinggal pasien
struma endemik. Sebaliknya jika pasien datang dengan keluhan ke arah gejala
gejala hiper maupun hipofungsi dari tiroid, harus digali lebih jauh ke arah hiper
atau hipo dan ada tidaknya benjolan di leher.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik status lokalis pada regio coli anterior, yang paling
tidak, timbul tandatanda gangguan pernapasan atau tidak, ikut bergerak saat
menelan atau tidak.
33
Pada palpasi sangat penting untuk menentukan apakah bejolan tersebut benar
adalah kelenjar tiroid atau kelenjar getah bening. Perbedaannya terasa pada saat
pasien diminta untuk menelan. Jika benar pembesaran tiroid maka benjolan
akan ikut bergerak saat menelan, sementara jika tidak ikut bergerak maka harus
dipikirkan kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening leher. Pembesaran
yang teraba harus dideskripsikan :
a. Lokasi: lobus kanan, lobos kiri, ismus
b. Ukuran: dalam sentimeter, diameter panjang
c. Jumlah nodul: satu (uninodosa) atau lebih dari satu (multinodosa)
d. Konsistensinya: kistik, lunak, kenyal, keras
e. Nyeri: ada nyeri atau tidak pada saat dilakukan palpasi
f. Mobilitas: ada atau tidak perlekatan terhadap trakea, muskulus
sternokleidomastoidea
g. Kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada pembesaran atau tidak
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang digunakan dalam mendiagnosis penyakit tiroid terbagi
atas :
34
a. Pemeriksaan Laboratorium untuk mengukur fungsi tiroid.
Pemeriksaan untuk mengetahui kadar T3 dan T4 serta TSH paling
sering menggunakan teknik radioimmunoassay (RIA) dan ELISA
dalam serum atau plasma darah. Kadar normal T4 total pada orang
dewasa adalah 50120 ng/dl. Kadar normal untuk T3 pada orang
dewasa adalah 0,651,7 ng/dl.
antibodi tiroglobulin dan thyroid stimulating hormone antibody
c. Pemeriksaan radiologis10
klinis pun sudah bisa diduga. Foto rontgen leher posisi AP dan
lateral biasanya menjadi pilihan.
membedakan antara lesi kistik maupun padat, mendeteksi adanya
jaringan kanker yang tidak menangkap iodium dan bisa dilihat
dengan scanning tiroid.
35
3) Scanning Tiroid (Radioisotop) dasarnya adalah presentasi uptake
normal 1540% dalam 24 jam. Dari hasil scanning tiroid dapat
kurang dari normal dibandingkan dengan daerah disekitarnya, ini
nodul sama dengan bagian tiroid lain. Terakhir adalah hot nodule
bila uptake lebih dari normal, berarti aktifitasnya berlebih dan
jarang pada neoplasma.
atau isthmolobektomi. Kemudian di warnai dengan Hematoksilin
diagnosa berdasarkan gambaran pada peparat.
suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir
tidak menyababkan bahaya penyebaran selsel ganas. Kerugian
36
pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena
salah interpretasi oleh ahli sitologi.
keganasan atau bukan.Lesi tiroid atau sisa tiroid yang dilakukan
VC dilakukan pemeriksaan patologi anatomis untuk memastikan
histopatologis dari nodul tiroid dengan parafin block.
5. Tata Laksana
Medikamentosa
1. Hipotiroidisme
Thyroid Hormone Replacement Therapy
Tiroksin (Nalevotiroksin : LT4) merupakan obat pilihan utama untuk
halus bervariasi dan tidak lengkap18.
Triyodotironin (Naliotironin) dapat dugunakna bila diperlukan obat
dengan mula kerja lebih cepat misalnya pada koma miksedema atau untuk
persiapan terapi yodium radioaktif pada kanker tiroid. Liotironin jarang
37
diberikan untuk pengobatan jangka panjang karena pemberiannya harus
lebih sering, dibutuhkan dana yang besar dan akan terjadinya peningkatan
T3 yang hanya sementara.
Tujuan terapi ini ialah untuk mencapai kisaran kadar TSH normal
yaitu 0,55,0 uIU/mL, bil terapi berlebihan akan terjadinya supresi TSH
jantung19.
2. Hipertiroidisme
Ada 4 golongan penghambat sintesis hormon tiroid yaitu :
a. Antitiroid : Yang menghambat sintesis hormon secara langsung
tiroglobulin dan juga menghamabt penggabungan residu yodotirosil
untuk membentuk yodotironin. Kerjanya dengan menghamabt enzim
menjadi triyodotironin di jaringan perifer, sedangkan metimazol tidak
memiliki efek ini17.
Antitiroid digunakan untuk terapi hipertiroidisme, untuk mengatasi
gejala klinik sambil menunggu remisi spontan dan sebagai persiapan
38
radioaktif untuk mempercepatkan pembaikan klinis sementara
tampak 36 minggu. Besarnya efek hambatan fungsi tiroid tergantung
dari berat ringannya gangguan fungsi sebelum pemberian obat, jumlah
hormone yang tersedia dan besarnya dosis yang diberikan. Dosis terapi
biasanya tidak akan menghambat fungsi tiroid secara total dan waktu
penyembuhan yang diperlukan oleh setiap individu berbeda. Apabila
gejala hipotiroidisme.
dan segala komplikasi yang mungkin timbul. Pada ibu hamil dan
hipertiroidisme antitiroid merupakan obat pilihan karena tiroidektomi
sebaiknya dosis diturunkan untuk menghindari terjadinya goiter pada
kelenjar. Sekiranya hanya diberikan antitiroid maka vaskularisasi tiroid
akan bertambah dan kelenjar akan menjadi lebih rapuh.
b. Penghambat ion : Yang memblok mekanisme transport yodida
Berupa obat anion monovalen yang bentuk hidratnya mempunyai
39
perklorat dan fluoborat. Obat golongan ni menghambat fungsi tiroid
menghamabt secara kompetetif sodiumiodide symporter (NIS) yang
tiroid sedangkan obat yang lain akan tertimbun di dalam tiroid tetapi
perklorat meskipun tertimbun tidak akan dimetabolisme dan diekskresi
dalam bentuk utuh17.
sintesis dan pengeluaran hormon dari kelenjar
cukup banyak akan menghambat sintesis yodotironin dan yodotirosin
hipertiroidisme diatasi dan 10 hari sebelum operasi.
d. Yodium radioaktif : Yang merusak kelenjar dengan radiasi ionisasi.
Pada proses radiasi oleh suatu unsure radioaktif dipancarkan sinar
alfa, beta dan gama. Umumnya sinarsinar ini akan merusak sel tubuh
dengan terjadinya perubahan molekul di dalam sel yang disinari oleh
40
metabolism yodium dengan fungsi tiroid maka yodium radioaktif
banyak digunakan untuk penyelidikan tiroid termasuk pengobatan dan
diagnosa.
NonMedikamentosa
Pembedahan
1. Indikasi Pembedahan
a. Keganasan
b. Depresi saluran nafas
c. Kegagalan terapi
d. Kosmetik
2. Kontraindikasi Pembedahan
a. Struma toksika yang belum dipersiapkan sebelumnya
yang belum terkontrol
41
demikian biasanya sering dari tipe anaplastik yang jelek
prognosisnya. Perlekatan pada trakea ataupun laring dapat sekaligus
dilakukanreseksi trakea atau laringektomi, tetapi perlekatan dengan
jaringan lunak leher yang luas sulit dilakukan eksisi yang baik.
3. Jenisjenis Pembedahan
kelenjar disisakan seberat 3 gram
b. Isthmolobektomi, yaitu pengangkatan salah satu lobus diikuti oleh
isthmus
c. Tiroidektomi total, yaitu pengangkatan seluruh kelenjar tiroid
d. Tiroidektomi subtotal bilateral, yaitu pengangkatan sebagian lobus
kanan dan sebagian kiri, sisa jaringan 24 gram di bagian posterior
dilakukan untuk mencegah kerusakan pada kelenjar paratiroid atau
N. Rekurens Laryngeus
42
(istmolobektomi)
4. Komplikasi Pembedahan
43
BAB III
Penutup
Struma adalah suatu penyakit yang sering kita jumpai seharihari. Sangat
perubahan kadar hormon tiroid dalam tubuh. Begitu juga dengan tandatanda
keganasan yang dapat diketahui secara dini.
menentukan diagnosis pasti dari jenis struma yang ada. Dengan menegakkan
diagnosis pasti maka kita dapat mnentukkan tatalaksana yang tepat bagi struma yang
dialami oleh pasie. Apakah memerlukan tindakan pembedahan, atau cukup diberi
pengobatan dalam jangka waktu tertentu.
44