You are on page 1of 44

BAB I 

PENDAHULUAN

Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid yang disebabkan oleh penambahan

jaringan   kelenjar   tiroid   itu   sendiri.   Pembesaran   kelenjar   tiroid   ini   ada   yang

menyebabkan perubahan fungsi pada tubuh dan ada juga yang tidak mempengaruhi

fungsi.1

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) mencatat sekitar 20 persen

pasien   endokrin   menderita   gangguan   fungsi   tiroid.   "Gangguan   tiroid   menempati

urutan kedua daftar penyakit endokrin setelah diabetes," kata Ketua Perkeni Prof Dr

Achmad   Rudijanto   di   sela­sela   Asia   And   Ocenia   Thyroid   Association   Congress

(AOTA) di Kuta, Bali. 1

Tingginya jumlah penderita gangguan hormon yang mengatur metabolisme

tubuh disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat akan gejala dan kelainan tiroid.

Gangguan   fungsi   tiroid   ada   dua   yaitu   kekurangan   hormon   tiroid   (hipotiroid)   dan

kelebihan (hipertiroid). Gejala umum dari keduanya secara umum adalah pembesaran

kelenjarnya atau dikenal gondok atau struma. Kelainan hipotiroid pada perempuan

risikonya lebih besar dibandingkan dengan pria. Diperkirakan sekitar 2,5 persen ibu

hamil mengalami gangguan hormon tersebut. 2

Diagnosis   dari   penyakit   tiroid   telah   banyak   disederhanakan   dengan

dikembangkannya   metode   uji   yang   peka   untuk   TSH   dan   tiroksin   bebas.     Suatu

1
peningkatan   TSH   dan   tiroksin   bebas   yang   rendah   menetapkan   diagnosis   dari

hipotiroidisme,   dan   TSH   yang   tersupresi   dan   FT4   yang   meningkat   menetapkan

diagnosis dari hipertiroidisme. 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Tiroid

Kelenjar tiroid terdiri dari tiga lobus, yaitu lobus dextra, lobus sinistra dan

isthmus   yang   terletak   di   bagian   tengah.   Kadang­   kadang   dapat   ditemukan   bagian

keempat yaitu lobus piramidalis yang letaknya di atas isthmus agak ke kiri dari garis

tengah. Lobus ini merupakan sisa jaringan embrional tiroid yang masih tertinggal.

Kelenjar   tiroid  mempunyai  berat   sekitar  25  – 30  gram  dan terletak   antara

tiroidea   dan   cincin   trakea   keenam.   Seluruh   jaringan   tiroid   dibungkus   oleh   suatu

lapisan yang disebut true capsule. 4

2
                          Gambar 1. Anatomi Kelenjar Tiroid1

3
                                       Gambar 2: Vaskularisasi Leher 4

Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri 4: 

a. Arteri thyroidea superior (arteri utama) 

b. Arteri thyroidea inferior (arteri utama) 

c. Terkadang masih pula terdapat arteri thyroidea ima, cabang langsung dari aorta

atau arteri anonyma. 

Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama4 : 

4
a. Vena thyroidea superior (bermuara di Vena jugularis interna) 

b. Vena thyroidea medialis (bermuara di Vena jugularis interna) 

c. Vena thyroidea inferior (bermuara di Vena anonyma kiri) 

Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan 4: 

a. Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis 

b. Jalinan   kelenjar   getah   bening   extraglandularis   Kedua   jalinan   ini   akan

mengeluarkan  isinya  ke limfonoduli  pretracheal  lalu menuju  ke kelenjar  limfe

yang dalam sekitar vena jugularis. Dari sekitar vena jugularis ini diteruskan ke

limfonoduli mediastinum superior. 

Persarafan kelenjar tiroid 4: 

a. Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior 

b. Parasimpatis,   yaitu   N.   laryngea   superior   dan   N.   laryngea   recurrens   (cabang  

N.vagus)N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya

pita suara terganggu (stridor/serak). 

Vaskularisasi

Kelenjar tiroid disuplai oleh arteri tiroid superior, inferior, dan terkadang juga 

arteri tiroidea ima dari arteri brachiocephalica atau cabang aorta. Arterinya 

banyak   dan   cabangnya   beranastomose   pada   permukaan   dan   dalam   kelenjar,   baik

ipsilateral maupun kontralateral4.

5
Tiroid   superior   menembus   fascia   tiroid   dan   kemudian   bercabang   menjadi

cabang   anterior   dan   posterior.   Cabang   anterior   mensuplai   permukaan   anterior

kelenjar dan cabang posterior mensuplai permukaan lateral dan medial. tiroid inferior

mensuplai   basis   kelenjar   dan   bercabang   ke  superior   (ascenden)   dan   inferior   yang

mensuplai   permukaan   inferior   dan   posterior   kelenjar.Sistem   venanya   berasal   dari

pleksus perifolikular yang menyatu di permukaan membentuk vena tiroidea superior,

lateral dan inferior4.

Sistem Limfatik

Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus tracheal dan menjalar sampai

nodus prelaringeal di atas isthmus tiroid dan ke nodus pretracheal serta paratracheal.

Beberapa   bahkan   juga   mengalir   ke   nodus   brachiocephal   yang   terhubung   dengan

tymus pada mediastinum superior4,5

2.2 Fisiologi Tiroid

Kelenjar   tiroid   merupakan   suatu   kelenjar   endokrin   yang   mensekresikan

hormon   Tiroksin   atau   T4,   triiodotironin   atau   T3   dan   kalsitonin.  Kelenjar   tiroid

menghasilkan   hormon   tiroid   utama   yaitu   tiroksin   (T4)   yang   kemudian   berubah

menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3) 6

Di dalam darah sebagian besar T3 dan T4 terikat oleh protein plasma yaitu

albumin,  Thyroxin Binding Pre Albumin (TBPA) dan Thyroxin Binding Globulin

(TGB). Sebagian kecil T3 dan T4 bebas beredar dalam darah dan berperan dalam

6
mengatur   sekresi   TSH.   Hormon   tiroid   dikendalikan   oleh  thyroid­stimulating

hormone ( TSH ) yang dihasilkan lobus anterior glandula hypofise dan pelepasannya

dipengaruhi   oleh  thyrotropine­releasing   hormone  (   TRH   ).   Kelenjar   thyroid   juga

mengeluarkan  calcitonin    dari  parafolicular  cell, yang dapat menurunkan kalsium

serum berpengaruh pada tulang7.

Metabolisme T3 dan T4 :

Waktu paruh T4 di plasma ialah 6 hari sedangkan T3 24­30 jam. Sebagian T4

endogen   (5­17%)   mengalami   konversi   lewat   proses   monodeiodonasi   menjadi   T3.

Jaringan yang mempunyai kapasitas mengadakan perubahan ini ialah jaringan hati,

ginjal, jantung dan hipofisis. Dalam proses konversi ini terbentuk juga rT3 (reversed

T3) yang tidak aktif, yang digunakan mengatur metabolisme pada tingkat seluler6.

Pengaturan faal tiroid :

Ada 4 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid6 : 

a. TRH (Thyrotrophin releasing hormone)

Tripeptida   yang   disentesis   oleh   hpothalamus.   Merangsang   hipofisis

mensekresi TSH (thyroid stimulating hormone) yang selanjutnya kelenjar tiroid

teransang menjadi hiperplasi dan hiperfungsi

b. TSH (thyroid stimulating hormone)

Glikoprotein yang terbentuk oleh dua sub unit (alfa dan beta). Dalam sirkulasi

akan meningkatkan reseptor di permukaan sel tiroid (TSH­ reseptor­TSH­R) dan

7
terjadi efek hormonal yaitu produksi hormon meningkat 

c. Umpan Balik sekresi hormon (negative feedback).

Kedua hormon (T3 dan T4) ini menpunyai umpan balik di tingkat hipofisis.

Khususnya hormon bebas. T3 disamping berefek pada hipofisis juga pada tingkat

hipotalamus.   Sedangkan   T4   akan   mengurangi   kepekaan   hipifisis   terhadap

rangsangan TSH. 

d. Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri.

Produksi hormon juga diatur oleh kadar iodium intra tiroid 

Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu8 : 

a. Efek pada laju metabolism 

Hormon   tiroid   meningkatkan   laju   metabolisme   basal   tubuh   secara

keseluruhan. Hormon ini adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan

pengeluaran energi tubuh pada keadaan istirahat. 

b. Efek kalorigenik

8
Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas. 

c. Efek pada metabolisme perantara

Hormon   tiroid   memodulasi   kecepatan   banyak   reaksi   spesifik   yang   terlibat

dalam metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik

bersifat multifaset, hormon ini tidak saja mempengaruhi sintesis dan penguraian

karbohidrat,   lemak   dan   protein,   tetapi   banyak   sedikitnya   jumlah   hormon   juga

dapat menginduksi efek yang bertentangan.

d. Efek simpatomimetik

Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin

(epinefrin dan norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem

saraf simpatis dan hormon dari medula adrenal.

e. Efek pada sistem kardiovaskuler 

Hormon   tiroid   meningkatkan   kecepatan   denyut   dan   kekuatan   kontraksi

jantung sehingga curah jantung meningkat.

f. Efek pada pertumbuhan

Hormon   tiroid   tidak   saja   merangsang   sekresi   hormon   pertumbuhan,   tetapi

juga mendorong efek hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis protein

struktural baru dan pertumbuhan rangka. 

9
g. Efek pada sistem saraf

Hormon   tiroid   berperan   penting   dalam   perkembangan   normal   sistem   saraf

terutama   Sistem   Saraf   Pusat   (SSP).   Hormon   tiroid   juga   sangat   penting   untuk

aktivitas normal SSP pada orang dewasa. 

2.3 Struma

1. Definisi

Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena

pembesaran   kelenjar   tiroid  akibat   kelainan   glandula  tiroid   dapat  berupa  gangguan

fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya2.

Biasanya dianggap membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x ukuran normal.

Pembesaran   ini  dapat  memiliki   fungsi  kelenjar  yang  normal  (eutirodisme),  pasien

tyroid   (hipotiroidisme)   atau   kelebihan   produksi   hormon   (hipetiroidisme).   Terlihat

pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan) dan

terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal2.

Pembesaran kelenjar tiroid sangat bervariasi dari tidak terlihat sampai besar

sekali dan mengadakan penekanan pada trakea, membuat dilatasi sistem vena serta

pembentukan   vena   kolateral.   Pada   struma   gondok   endemik,   Perez   membagi

menjadi9,10:

10
Derajat 0 : tidak teraba pada pemeriksaan

Derajat 1 : teraba pada pemeriksaan, terlihat hanya kalau kepala ditegakkan

Derajat 2 : mudah terlihat pada posisi kepala normal

Derajat 3 : terlihat dari jarak jauh

2. Etiologi

Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh11 :

1. Hiperplasia dan Hipertrofi

Setiap   organ   apabila   dipicu   untuk   bekerja   akan   mengalami   kompensasi

dengan   cara   memperbesar   dan   memperbanyak   jumlah   selnya.   Demikian   juga

dengan   kelenjar   tiroid   pada   saat   pertumbuhan   akan   dipacu   untuk   bekerja

memproduksi hormon tiroksin sehingga lama kelamaan akan membesar, misalnya

saat pubertas dan kehamilan.

2. Inflamasi atau Infeksi

Proses peradangan pada kelenjar tiroid seperti pada tiroiditis akut, tiroiditis

subakut (de Quervain) dan tiroiditis kronis (Hashimoto)

3. Neoplasma 

Jinak dan ganas

11
3.  Klasifikasi Struma

1. Berdasarkan Klinisnya

a. Struma Toksik 

Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma

nodusa   toksik.   Istilah   diffusa   dan   nodusa   lebih   mengarah   kepada   perubahan

bentuk anatomi  dimana  struma diffusa toksik akan menyebar luas  ke jaringan

lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan

benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler

toksik) 12. 

Struma   diffusa   toksik   (tiroktosikosis)   merupakan   hipermetabolisme   karena

jaringan   tubuh   dipengaruhi   oleh   hormon   tiroid   yang   berlebihan   dalam   darah.

Penyebab   tersering   adalah   penyakit   Grave   (gondok   eksoftalmik/exophthalmic

goiter),   bentuk   tiroktosikosis   yang   paling   banyak   ditemukan   diantara

hipertiroidisme   lainnya.  Perjalanan   penyakitnya   tidak   disadari   oleh   pasien

meskipun telah diiidap selama berbulan­bulan12. 

Antibodi   yang   berbentuk   reseptor   TSH   beredar   dalam   sirkulasi   darah,

mengaktifkan   reseptor   tersebut   dan   menyebabkan   kelenjar   tiroid   hiperaktif.  

12
Meningkatnya   kadar   hormon   tiroid   cenderung   menyebabkan   peningkatan

pembentukan antibodi sedangkan turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai

hasilpengobatan penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan

mencegah pembentuknya.  Apabila gejala­gejala hipertiroidisme bertambah berat

dan mengancam jiwa penderita maka akan terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik

adanya rasa khawatir yang berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara

dan menelan, koma dan dapat meninggal12. 

b.  Struma Non Toksik 

Struma non toksik  sama halnya dengan struma toksik yang dibagi menjadi

struma   diffusa   non   toksik  dan  struma   nodusa   non   toksik.  Struma   non   toksik

disebabkan   oleh  kekurangan  yodium  yang  kronik.  Struma  ini  disebut  sebagai

simple   goiter,   struma   endemik,   atau  goiter  koloid   yang   sering   ditemukan   di

daerah yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang

menghambat sintesa hormon oleh zat kimia13.

Apabila   dalam   pemeriksaan   kelenjar   tiroid   teraba   suatu   nodul,   maka

pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda­ tanda

hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya

tiroid   sudah   mulai   membesar   pada   usia   muda   dan   berkembang   menjadi

multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak mengalami keluhan

karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme, penderita datang berobat

karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian pasien

13
mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada esofagus (disfagia) atau

trakea   (sesak   napas),   biasanya   tidak   disertai   rasa   nyeri   kecuali   bila   timbul

perdarahan di dalam nodul13.

Struma   non   toksik   disebut   juga   dengan   gondok   endemik,   berat   ringannya

endemisitas   dinilai   dari   prevalensi   dan   ekskresi  yodium   urin.  Dalam   keadaan

seimbang maka yodium yang masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang

diekskresi lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai Depkes RI

adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10 %­< 20 %, endemik sedang

20 % ­ 29 % dan endemik berat di atas 30 %13.

2. Berdasarkan Fisiologisnya

a. Eutiroidisme 

Eutiroidisme  adalah   suatu   keadaan   hipertrofi   pada   kelenjar   tiroid   yang

disebabkan   stimulasi   kelenjar   tiroid   yang   berada   di   bawah   normal   sedangkan

kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam jumlah yang meningkat. Goiter atau

struma semacm ini biasanya tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada

leher yang jika terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea14. 

b.  Hipotiroidisme 

Hipotiroidisme  adalah   kelainan   struktural   atau   fungsional   kelenjar   tiroid

14
sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang. Kegagalan dari kelenjar

untuk mempertahankan kadar plasma yang cukup dari hormon. Beberapa pasien

hipotiroidisme   mempunyai   kelenjar   yang   mengalami   atrofi   atau   tidak

mempunyai   kelenjar   tiroid   akibat   pembedahan/ablasi   radioisotop   atau   akibat

destruksi   oleh   antibodi   autoimun   yang   beredar   dalam   sirkulasi.   Gejala

hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif terhadap udara dingin,

dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi, kulit kasar, rambut

rontok,   mensturasi   berlebihan,   pendengaran   terganggu   dan   penurunan

kemampuan bicara14. 

c. Hipertiroidisme

Dikenal   juga   sebagai   tirotoksikosis   atau  Graves  yang   dapat   didefenisikan

sebagai   respon   jaringan­jaringan   tubuh   terhadap   pengaruh   metabolik   hormon

tiroid  yang berlebihan. Keadaan ini dapat  timbul  spontan atau adanya sejenis

antibodi   dalam   darah   yang   merangsang   kelenjar   tiroid,   sehingga   tidak   hanya

produksi hormon yang berlebihan  tetapi  ukuran kelenjar tiroid menjadi  besar.

Gejala   hipertiroidisme   berupa   berat   badan   menurun,   nafsu   makan   meningkat,

keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas. Selain itu

juga terdapat  gejala  jantung  berdebar­debar, tremor  pada tungkai bagian  atas,

mata melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi

otot14.

3. Berdasarkan morfologinya :
a. Struma Hiperplastik Diffusa

15
Suatu  stadium  hiperplasi   akibat  kekurangan   yodium  (absolute  atau  realtif).

Defisiensi yodium dengan kebutuhan melebihi dari penghasilan biasanya terjadi

semasa   pubertas,   pertumbuhan,   laktasi   dan   kehamilan.   Karena   kekurangan

yodium, kelenjar menjadi hiperplasi karena berusaha keras untuk menghasilkan

tiroksin yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehingga vesikel dengan

sel   epitel   kolumnar   tinggi   pucat.   Koloid   juga   menjadi   pucat   disertai   dengan

vaskularisai   kelenjar   yang   bertambah.   Jika   yodium   menjadi   adekuat   karena

pengambilan yodium tambahan atau kebutuhan yodium berkurang, maka akan

terjadi   perubahan   di   dalam   struma   kolod   dan   kelenjar   akan   mengalami   fase

istirehat15.

b. Struma Colloides Diffusa
Stadium yang disebabkan karena involusi vesikel tiroid. Apabila kebutuhan

tiroksin yang berlebihan oleh karena faktor fisiologis seperti pubertas, laktasi,

kehamilan, stress dan sebagainya serta defisiensi yodium telah terpenuhi dengan

proses   hyperplasia   kelenjar   tiroid,   kelenjar   akan   kembali   normal   dengan

mengalami involusi. Hasilnya dari proses hyperplasia, vesikel akan mengalami

distensi dengan koloid dan ukuran kelenjar membesar15.

c. Struma Nodular
Biasanya   terjadi   pada   individu   yang   berusia   30   tahun   atau   lebih   yang

merupakan   sequelee   dari   struma   colloides   diffusa.   Stadium   ini   terjadi   karena

kebutuhan berlebihan tiroksin oleh tubuh untuk jangka waktu yang lama. Disertai

juga  dengan  adanya   gangguan  semasa  fase  kebutuhan   fisiologis   yaitu  semasa

pubertas, laktasi, kehamilan, stress dan sebagainya sehingga terdapat bagian dari

16
kelenjar yang mengalami hiperinvolusi, ada bagian yang mengalami hiperplasia

dan ada pula bagian kelenjar yang normal15.

4. Berdasarkan jumlah nodulnya : 
a. Satu  : Soliter
b. Lebih dari satu : Multinodusa

5.  Berdasarkan kemampuan menangkap yodium aktifnya : 
a. Nodul dingin
b. Nodul hangat
c. Nodul panas

6.  Menurut American society for Study of Goiter membagi9 : 

a. Struma Difusa Toxic

b. Struma Nodusa Toxic

c. Stuma Non Toxic Diffusa

d. Struma Non Toxic Nodusa

a. Struma Difusa Toksik

1) Definisi 

Struma   difusa   toksik   dapat   kita   temukan   pada   Grave’s   Disease.

Penyakit   ini   juga   biasa   disebut   Basedow.   Trias   Basedow   meliputi

pembesaran kelenjar tiroid difus, hipertiroidi dan eksoftalmus. Penyakit ini

lebih sering ditemukan pada orang muda dengan gejala seperti berkeringat

17
berlebihan, tremor tangan, menurunnya toleransi terhafap panas, penurunan

berat   badan,   ketidakstabilan   emosi,   gangguan   menstruasi   berupa

amenorrhea,  dan   polidefekasi   (   sering   buang   air   besar   ).   Klinis   sering

ditemukan   adanya   pembesaran   kelenjar   tiroid,   kadang   terdapat   juga

manifestasi   pada   mata   berupa  exophthalmus  dan   miopatia   ekstrabulbi.

Walaupun   etiologi     penyakit   Graves   tidak   diketahui   pasti,   tampaknya

terdapat peran dari suatu antibodi yang dapat ditangkap reseptor TSH, yang

menimbulkan   stimulus   terhadap   peningkatan   hormon   tiroid.   Penyakit   ini

juga ditandai dengan peningkatan absorbsi yodium radiokatif oleh kelenjar

tiroid9,,12.

12
Gambar 3 : penderita penyakit Graves

18
2) Patofisiologi

Grave’s   Disease   merupakan   suatu   penyakit   yang   disebabkan   oleh

kelainan system imun dalam tubuh, di mana terdapat suatu zat yang disebut

sebagai  Thyroid Receptor Antibodies. Zat ini menempati reseptor TSH di

sel­sel tiroid dan menstimulasinya secara berlebiham, sehingga TSH tidak

dapat menempati reseptornya dan kadar hormone tiroid dalam tubuh menjadi

meningkat12.

3) Gejala Klinis

Gejala   dan   tanda   yang   timbul   merupakan   manifestasi   dari

peningkatan metabolisme di semua sistem tubuh dan organ yang mungkin

secara   klinis   terlihat   jelas.   Peningkatan   metabolisme   menyebabkan

peningkatan kebutuhan kalori, dan seringkali asupan (gintake) kalori tidak

mencukupi kebutuhan sehingga terjadi penurunan berat badan secara drastis.

Peningkatan metabolisme pada sistem kardiovaskuler terlihat dalam

bentuk peningkatan sirkulasi darah, antara lain dengan peningkatan curah

jantung/  cardiac   output  sampai   dua­tiga   kali   normal,   dan   juga   dalam

keadaan   istirahat.   Irama   nadi   meningkat   dan   tekanan   denyut   bertambah

sehingga   menjadi  pulsus   celer;   penderita   akan   mengalami   takikardia   dan

palpitasi.   Beban   pada   miokard,   dan   rangsangan   saraf   autonom   dapat

mengakibatkan kekacauan irama jantung berupa ektrasistol, fibrilasi atrium,

dan fibrilasi ventrikel12.

19
Pada saluran  cerna sekresi maupun  peristaltik  meningkat  sehingga

sering timbul polidefekasi dan diare. 

Hipermetabolisme   susunan   saraf   biasanya   menyebabkan   tremor,

penderita sulit tidur, sering terbangun di waktu malam. Penderita mengalami

ketidakstabilan emosi, kegelisahan, kekacauan pikiran, dan ketakutan yang

tidak beralasan yang sangat menggangu.

Pada   saluran   napas,   hipermetabolisme   menimbulkan   dispnea   dan

takipnea yang tidak terlalu mengganggu. Kelemahan otot terutama otot­otot

bagian proksimal, biasanya cukup mengganggu dan sering muncul secara

tiba­tiba.   Hal   ini   disebabkan   oleh   gangguan   elektrolit   yang   dipicu   oleh

adanya hipertiroidi tersebut.

Gangguan   menstruasi   dapat   berupa   amenorea   sekunder   atau

metrorhagia. Kelainan mata disebabkan oleh reaksi autoimun berupa ikatan

antibodi   terhadap   reseptor   pada   jaringan   ikat   dan   otot   ekstrabulbi   dalam

rongga   mata.   Jaringan   ikat   dan   jaringan   lemaknya   menjadi   hiperplastik

sehingga   bola   mata   terdorong   ke   luar   dan   otot   mata   terjepit.   Akibatnya

terjadi   eksoftalmus   yang   dapat   menyebabkan   kerusakan   bola   mata   akibat

keratitis. Gangguan gerak otot akan menyebabkan strabismus.

4) Tatalaksana

Terapi   penyakit   Graves   ditujukan   pada   pengendalian   keadaan

tirotoksisitas/   hipertiroidi   dengan   pemberian   antitiroid,   seperti   propil­

tiourasil   (   PTU   )   atau   karbimazol.   Terapi   definitif   dapat   dipilih   antara

20
pengobatan   anti­tiroid   jangka   panjang,   ablasio   dengan   yodium   radiokatif,

atau tiroidektomi. Pembedahan terhadap tiroid dengan hipertiroidi dilakukan

terutama   jika   pengobatan   dengan   medikamentosa   gagal   dengan   kelenjar

tiroid besar. Pembedahan yang baik biasanya memberikan kesembuhan yang

permanen meskipun kadang dijumpai terjadinya hipotiroidi dan komplikasi

yang minimal12.

b. Struma Nodosa Toksik

1) Definisi

Struma nodosa toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid pada salah

satu lobus atau kedua lobus dan tampak noduler yang disertai dengan tanda­

tanda   hipertiroid.   Pembesaran   noduler   terjadi   pada   usia   dewasa   muda

sebagai suatu struma yang nontoksik. Bila tidak diobati, dalam 15­20 tahun

dapat  menjadi  toksik. Pertama  kali  dibedakan  dari penyakit  Grave’s  oleh

Plummer, maka disebut juga Plummer’s disease15 .

2) Patofisiologi

Penyakit   ini  diawali   dengan  timbulnya   pembesaran   noduler  pada

kelenjar tiroid yang tidak menimbulkan gejala­gejala toksisitas, namun jika

tidak   segera   diobati,   dalam   15­20   tahun   dapat   menimbulkan   hipertiroid.

Faktor­faktor yang mempengaruhi perubahan dari nontoksik menjadi toksik

21
antara   lain   adalah   nodul   tersebut   berubah   menjadi   otonom   sendiri

(berhubungan   dengan   penyakit   autoimun),   pemberian   hormon   tiroid   dari

luar, pemberian yodium radioaktif sebagai pengobatan.

3) Gejala Klinis

Saat   anamnesis,   sulit   untuk   membedakan   antara   Grave’s   disease

dengan   Plummer’s   disease   karena   sama­sama   menunjukan   gejala­gejala

hipertiroid. Yang membedakan adalah saat pemeriksaan fisik di mana pada

saat palpasi kita dapat merasakan pembesaran yang hanya terjadi pada salah

satu lobus 16.

4) Tatalaksana

Terapi yang diberikan pada Plummer’s Disease juga sama dengan

Grave’s   yaitu   ditujukan   pada   pengendalian   keadaan   tirotoksisitas/

hipertiroidi dengan pemberian antitiroid, seperti propil­tiourasil ( PTU ) atau

karbimazol.   Terapi   definitif   dapat   dipilih   antara   pengobatan   anti­tiroid

jangka   panjang,   ablasio   dengan   yodium   radiokatif,   atau   tiroidektomi.

Pembedahan   terhadap   tiroid   dengan   hipertiroidi   dilakukan   terutama   jika

pengobatan   dengan   medikamentosa   gagal   dengan   kelenjar   tiroid   besar.

Pembedahan yang baik biasanya memberikan kesembuhan yang permanen

meskipun   kadang   dijumpai   terjadinya   hipotiroidi   dan   komplikasi   yang

minimal16.

22
c. Struma Difusa Nontoksik

1) Definisi

Struma   endemik   Struma   endemik   adalah   penyakit   yang   ditandai

dengan   pembesaran   kelenjar   tiroid   yang   terjadi   pada   suatu   populasi,   dan

diperkirakan berhubungan dengan defisiensi diet dalam harian. Epidemologi

Endemik goiter diperkirakan terdapat kurang lebih 5% pada populasi anak

sekolah   dasar/preadolescent   (6­12   tahun),   seperti   terbukti   dari   beberapa

penelitian.   Goiter   endemik   terjadi   karena   defisiensi   yodium   dalam   diet.

Kejadian   goiter   endemik   sering   terjadi   di   derah   pegnungan,   seperti   di

himalaya,   alpens,   daerah   dengan   ketersediaan   yodium   alam   dan   cakupan

pemberian yodium tambahan belum terlaksana dengan baik13. 

2) Patofisiologi

Umumnya,   mekanisme   terjadinya   goiter   disebabkan   oleh   adanya

defisiensi intake iodin oleh tubuh. Selain itu, goiter juga dapat disebabkan

oleh   kelainan   sintesis   hormon   tiroid   kongenital   ataupun   goitrogen   (agen

penyebab   goiter   seperti intake kalsium   berlebihan   maupun   sayuran   famili

Brassica).  Kurangnya   iodin   menyebabkan   kurangnya   hormon   tiroid   yang

dapat disintesis. Hal ini akan memicu peningkatan pelepasan TSH (thyroid­

stimulating hormone) ke dalam darah sebagai efek kompensatoriknya. Efek

tersebut menyebabkan terjadinya hipertrofi dan hiperplasi dari sel folikuler

tiroid, sehingga terjadi pembesaran tiroid secara makroskopik. Pembesaran

ini dapat menormalkan kerja tubuh, oleh karena pada efek kompensatorik

23
tersebut   kebutuhan   hormon   tiroid   terpenuhi.   Akan   tetapi,   pada   beberapa

kasus,   seperti   defisiensi   iodin   endemik,   pembesaran   ini   tidak   akan   dapat

mengompensasi   penyakit   yang   ada.   Kondisi   itulah   yang   dikenal   dengan

goiter   hipotiroid.   Derajat   pembesaran   tiroid   mengikuti   level   dan   durasi

defisiensi hormon tiroid yang terjadi pada seseorang13 .

Goiter Difus

Goiter   difus   adalah   bentuk   goiter   yang   membentuk   satu   buah

pembesaran   yang   tampak   tanpa   membentuk   nodul.   Benttuk   ini   biasa

ditemukan dengan sifat non­toksik (fungsi tiroid normal), oleh karena itu

bentuk   ini   disebut   juga   goiter   simpel.   Dapat   juga   disebut   sebagai   goiter

koloid karena sel folikel yang membesar tesebut umumnya dipenuhi oleh

koloid. Kelainan ini muncul pada goiter endemik dan sporadik13.

Goiter endemik muncul di tempat yang tanah, air, maupun suplai

makanannya   mengandung   sedikit   iodin,   sehingga   terjadi   defisiensi   iodin

secara   meluas   di   daerah   teresebut.   Contoh   daerahnya   adalah   daerah

pegunungan Alps, Andes atau Himalaya15. 

Sementara   itu,   goiter   sporadik   muncul   lebih   jarang   dan   dapat

disebabkan   oleh   berbagai   hal,   yaitu   konsumsi   bahan   yang   menghambat

sintesis   hormon   tiroid   atau   gangguan   enzim   untuk   sintesis   hormon   tiroid

yang turun secara herediter.

Pada goiter simpel, terdapat dua fase evolusinya, yaitu hiperplastik

dan involusi koloid. Pada fase hiperplastik, kelenjar tiroid membesar secara

24
difus dan simetris, walaupun pembesarannya tidak terlalu besar (hingga 100­

150 gram). Folikel­folikelnya dilapisi oleh sel kolumner yang banyak dan

berdesakan. Akumulasi sel ini tidak sama di keseluruhan kelenjar. Apabila

setelah itu konsumsi iodin ditingkatkan atau kebutuhan tubuh akan hormon

tiroid menurun, terjadi involusi sel epitel folikel sehingga terbentuk folikel

yang besar dan dipenuhi oleh koloid. Biasanya secara makroskopik tiroid

akan terlihat coklat dan translusen, sementara secara histologis akan terlihat

bahwa folikel dipenuhi oleh koloid serta sel epitelnya gepeng dan kuboid16.

3) Gejala Klinis

Sebagian besar manifestasi klinik berhubungan dengan pembesaran

kelenjar tiroid. Sebagian besar pasien tetap menunjukkan keadaan eutiroid,

namun sebagian lagi mengalami keadaaan hipotiroid. Hipotiroidisme lebih

sering terjadi pada anak­anak dengan defek biosintetik sebagai penyebabnya,

termasuk defek pada transfer yodium16.

4) Tatalaksana

Tujuan dari pengobatan struma endemik adalah untuk mengecilkan

struma   dan   mengatasi   hipotiroidisme   yang   mungkin   ada,   yaitu   dengan

pemberian SoL Lugoli selama 4­6 bulan. Bila ada perbaikan, pengobatan

dilanjutkan sampai 1  tahun dan kemudian tapering off dalam 4 minggu. Bila

6 bulan sesudah pengobatan struma tidak juga mengecil maka pengobatan

medikamentosa tidak berhasil dan harus dilakukan tindakan operatif17.

25
d. Struma Nodosa Nontoksik

1) Definisi

Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid yang

secara   klinik   teraba   nodul   satu   atau   lebih   tanpa   disertai   tanda­tanda

hypertiroidisme.  Istilah  struma nodosa menunjukkan  adanya  suatu proses,

baik fisiologis maupun patologis yang menyebabkan pembesaran asimetris

dari kelenjar tiroid. Karena tidak disertai tanda­tanda toksisitas pada tubuh,

maka   pembesaran   asimetris   ini  disebut  sebagai   struma  nodosa  nontoksik.

Kelainan ini sangat sering dijumpai sehari­hari, dan harus diwaspadai tanda­

tanda keganasan yang mungkin ada13.

2) Patofisiologi

SNNT   dapat   juga   disebut   sebagai   goiter   sporadis.   Jika   goiter

endemis   terjadi   10%   populasi   di   daerah   dengan   defisiensi   yodium,   maka

goiter sporadis terjadi pada seseorang yang tidak tinggal di daerah endemik

beryodium rendah. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui dengan

jelas,   bisa   terdapat   gangguan   enzim   yang   penting   dalam   sintesis   hormon

tiroid atau konsumsi obat­obatan yang mengandung litium, propiltiourasil,

fenilbutazone, atau aminoglutatimid13. 

3) Gejala Klinis

26
Pada umumnya struma nodosa non toksik tidak mengalami keluhan

karena tidak ada hipo­ atau hipertiroidisme. Yang penting pada diagnosis

SNNT adalah tidak adanya gejala toksik yang disebabkan oleh perubahan

kadar hormon tiroid, dan pada palpasi dirasakan adanya pembesaran kelenjar

tiroid pada salah satu lobus. Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda

dan   berkembang   menjadi   multinodular   pada   saat   dewasa.  Karena

pertumbuhannya berangsur­angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala

kecuali benjolan di leher.  Sebagian besar penderita dengan struma nodosa

dapat hidup dengan strumanya tanpa keluhan. Walaupun sebagian struma

nodosa tidak mengganggu pernafasan karena menonjol ke depan, sebagian

lain   dapat   menyebabkan   penyempitan   trakea   bila   pembesarannya

bilateral. Struma nodosa unilateral dapat menyebabkan pendorongan sampai

jauh   ke   arah   kontra   lateral.   Pendorongan   demikian   mungkin   tidak

mengakibatkan   gangguan   pernafasan.   Penyempitan   yang   berarti

menyebabkan gangguan pernafasan sampai akhirnya terjadi dispnea dengan

stridor   inspiratoar.  Keluhan   yang   ada   ialah   rasa   berat   di   leher.   Sewaktu

menelan   trakea   naik   untuk   menutup   laring   dan   epiglotis   sehingga   terasa

berat karena terfiksasi pada trakea16.

4) Tatalaksana

Tindakan   operatif   masih   merupakan   pilihan   utama   pada   SNNT.

Macam­macam teknik operasinya antara lain17 : 

a) Lobektomi, yaitu mengangkat satu lobus, bila subtotal maka kelenjar

disisakan seberat 3 gram

27
b) Isthmolobektomi,  yaitu  pengangkatan salah satu lobus  diikuti  oleh

isthmus

c) Tiroidektomi total, yaitu pengangkatan seluruh kelenjar tiroid

d) Tiroidektomi   subtotal   bilateral,   yaitu  pengangkatan   sebagian  lobus

kanan dan sebagian kiri, sisa jaringan 2­4 gram di bagian posterior

dilakukan untuk mencegah kerusakan pada kelenjar paratiroid atau

N. Rekurens Laryngeus

7.  Karsinoma Tiroid

a. Definisi

Karsinoma tiroid adalah suatu keganasan (pertumbuhan tidak terkontrol dari

sel) yang terjadi pada kelenjar tiroid. Kanker tiroid adalah sutu keganasan pada

tiroid   yang   memiliki   4   tipe   yaitu:   papiler,   folikuler,   anaplastik   dan   meduller.

Kanker  tiroid   jarang   menyebabkan   pembesaran   kelenjar,   lebih   sering

menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul

tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.

Kanker   tiroid sering   kali   membatasi   kemampuan   menyerap   yodium   dan

membatasi   kemampuan   menghasilkan   hormon   tiroid,   tetapi   kadang

menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme10.

b. Klasifikasi karsinoma tiroid

28
1. Karsinoma papiler, karsinoma ini berasal dari sel­sel tiroid dan merupakan

jenis paling umum dari karsinoma tiroid. Lebih sering terdapat pada anak

dan dewasa muda dan lebih banyak pada wanita. Terkena radiasi semasa

kanak   ikut   menjadi   sebab   keganasan   ini.   Pertama   kali   muncul   berupa

benjolan teraba pada kelenjar tiroid atau sebagai pembesaran kelenjar limfe

didaerah leher. Metastasis dapat terjadi melalui limfe ke daerah lain pada

tiroid atau, pada beberapa kasus, ke paru.

2.  Karsinoma   folikuler,   karsinoma   ini   berasal   dari   sel­sel   folikel   dan

merupakan   20­25  %  dari  karsinoma  tiroid. Karsinoma   folikuler terutama

menyerang pada usia   di   atas   40   tahun.Karsinoma   folikuler juga

menyerang wanita 2 sampai 3 kali lebih sering daripada pria. Pemaparan

terhadap sinar X semasa kanak­kanak meningkatkan resiko jenis keganasan

ini. Jenis ini lebih infasif daripada jenis papiler.

3. Karsinoma anaplastik, karsinoma ini sangat ganas dan merupakan 10% dari

kanker tiroid. Sedikit lebih sering pada wanita daripada pria. Metastasis

terjadi secara cepat,   mula­mula disekitarnya   dan   kemudian   keseluruh

bagian tubuh. Pada mulanya orang yang hanya mengeluh tentang adanya

tumor didaerah tiroid. Dengan menyusupnya kanker ini disekitar, timbul

suara serak, stridor, dan sukar menelan. Harapan hidup setelah ditegakkan

diagnosis, biasanya hanya beberapa bulan.

29
4. Karsinoma parafolikular, karsinoma parafolikular atau meduller adalah unik

diantara kanker tiroid. Karsinoma ini umumnya lebih banyak pada wanita

daripada pria dan paling sering di atas  50 tahun.  Karsinoma ini dengan

cepat bermetastasis, sering ketempat jauh seperti paru, tulang, dan hati. Ciri

khasnya   adalah   kemampuannya   mensekresi   kalsitonin   karena   asalnya.

Karsinoma ini sering dikatakan herediter.

c. Perbedaan Nodul Tiroid Jinak dan Ganas

Sekitar 5% struma nodosa mengalami keganasan. Di klinik perlu dibedakan

nodul tiroid jinak dan nodul ganas yang memiliki karakteristik10 :

1. Konsistensi keras pada beberapa bagian atau menyeluruh pada nodul dan

sukar   digerakkan,   walaupun   nodul   ganas   dapat   mengalami   degenerasi

kistik dan kemudian menjadi lunak.

2. Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, walaupun

nodul   yang   mengalami   kalsifikasi   dapat   ditemukan   pada   hiperplasia

adenomatosa yang sudah berlangsung lama.

3. Infiltrasi   nodul   ke   jaringan   sekitarnya   merupaka   tanda   keganasan,

walaupun   nodul   ganas   tidak   selalu   melakukan   infiltrasi.   Jika   ditemukan

ptosis,   miosis,   dan   enoftalmus   merupakan   tanda   infiltrasi   ke   jaringan

sekitar

30
4. 20%  nodul   soliter   bersifat   ganas   sedangkan   nodul   multipel   jarang   yang

ganas.

5. Nodul yang muncul tiba­tiba atau cepat membesar perlu dicurigai ganas

terutama   yang   tidak   disertai   nyeri.   Atau   nodul   lama   yang   tiba­tiba

membesar progresif

6. Nodul   dicurigai   ganas   bila   disertai   dengan   pembesaran   kelenjar   getah

bening regional atau perubahan suara menjadi serak.

7. Pulsasi   arteri   karotis   teraba   dari   arah   tepi   belakang   muskulus

sternokleidomastoideus karena desakan pembesaran nodul (Berry’s Sign).

4. Manifestasi Klinis

Struma menimbulkan gejala klinis dikarenakan oleh perubahan kadar hormon

tiroid di dalam darah. Kelenjar tiroid dapat menghasilkan hormon tiroid dalam kadar

berlebih atau biasa disebut hipertiroid maupun dalam kadar kurang dari normal atau

biasa disebut hipotiroid16. 

31
Gejala yang timbul pada hipertiroid adalah :

                                   Gambar 4: Gejala Hipertiroid16

Gejala yang timbul pada hipotiroid adalah kebalikan dari hipertiroid :

Gambar 5: Gejala Hipotiroid 16

32
5. Diagnosis Struma

1. Anamnesis

Pada   anamnesis,   keluhan   utama   yang   diutarakan   oleh   pasien   bisa  berupa

benjolan   di   leher   yang   sudah   berlangsung   lama,   maupun   gejala­gejala

hipertiroid   atau   hipotiroidnya.   Jika   pasien   mengeluhkan   adanya   benjolan   di

leher, maka harus digali lebih jauh apakah pembesaran terjadi sangat progresif

atau   lamban,   disertai   dengan   gangguan   menelan,   gangguan   bernafas   dan

perubahan suara. Setelah itu baru ditanyakan ada tidaknya gejala­gejala hiper

dan hipofungsi dari kelenjer tiroid. Perlu juga ditanyakan tempat tinggal pasien

dan   asupan   garamnya   untuk   mengetahui   apakah   ada   kecendrungan   ke   arah

struma endemik. Sebaliknya jika pasien datang dengan keluhan ke arah gejala­

gejala hiper maupun hipofungsi dari tiroid, harus digali lebih jauh ke arah hiper

atau hipo dan ada tidaknya benjolan di leher.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik status lokalis pada regio coli anterior, yang paling

pertama   dilakukan   adalah   inspeksi,   dilihat   apakah   pembesaran   simetris   atau

tidak, timbul tanda­tanda gangguan pernapasan atau tidak, ikut bergerak saat

menelan atau tidak. 

33
Pada palpasi sangat penting untuk menentukan apakah bejolan tersebut benar

adalah kelenjar tiroid atau kelenjar getah bening. Perbedaannya terasa pada saat

pasien diminta untuk menelan. Jika benar pembesaran tiroid maka benjolan 

akan ikut bergerak saat menelan, sementara jika tidak ikut bergerak maka harus 

dipikirkan kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening leher. Pembesaran 

yang teraba harus dideskripsikan :

a. Lokasi: lobus kanan, lobos kiri, ismus

b. Ukuran: dalam sentimeter, diameter panjang

c. Jumlah nodul: satu (uninodosa) atau lebih dari satu (multinodosa)

d. Konsistensinya: kistik, lunak, kenyal, keras

e. Nyeri: ada nyeri atau tidak pada saat dilakukan palpasi

f. Mobilitas: ada atau tidak perlekatan terhadap trakea, muskulus 

sternokleidomastoidea

g. Kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada pembesaran atau tidak

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang digunakan dalam mendiagnosis penyakit tiroid terbagi

atas :

34
a. Pemeriksaan   Laboratorium   untuk   mengukur   fungsi   tiroid.

Pemeriksaan untuk mengetahui kadar T3 dan T4 serta TSH paling

sering menggunakan teknik radioimmunoassay (RIA) dan ELISA

dalam serum atau plasma darah. Kadar normal T4 total pada orang

dewasa adalah 50­120 ng/dl. Kadar normal untuk T3 pada orang

dewasa adalah 0,65­1,7 ng/dl.

b. Pemeriksaan   untuk   menunjukkan   penyebab   gangguan   tiroid.

Antibodi   terhadap   macam­macam   antigen   tiroid   yang   ditemukan

pada   serum   penderita   dengan   penyakit   tiroid   autoimun.   Seperti

antibodi tiroglobulin dan thyroid stimulating hormone antibody

c. Pemeriksaan radiologis10

1) Foto   rontgen   dapat   memperjelas   adanya   deviasi   trakea   atau

pembesaran   struma   retrosternal   yang   pada   umumnya   secara

klinis pun sudah bisa diduga. Foto rontgen leher posisi AP dan

lateral biasanya menjadi pilihan. 

2) USG tiroid yang bermanfaat  untuk menentukan  jumlah nodul,

membedakan antara lesi kistik maupun padat, mendeteksi adanya

jaringan kanker yang tidak menangkap iodium dan bisa dilihat

dengan scanning tiroid. 

35
3) Scanning Tiroid (Radioisotop) dasarnya adalah presentasi uptake

dari   I   131   yang   didistribusikan   tiroid.   Dari   uptake   dapat

ditentukan  teraan  ukuran,  bentuk lokasi  dan yang utama  ialah

fungsi bagian­bagian tiroid  (distribusi dalam  kelenjar).  Uptake

normal 15­40% dalam 24 jam. Dari hasil scanning tiroid dapat

dibedakan   3   bentuk,   yaitu   cold   nodule   bila   uptake   nihil   atau

kurang dari normal dibandingkan dengan daerah disekitarnya, ini

menunjukkan   fungsi   yang   rendah   dan   sering   terjadi   pada

neoplasma.   Bentuk   yang   kedua   adalah   warm   nodule   bila

uptakenya   sama   dengan   sekitarnya,   menunjukkan   fungsi   yang

nodul sama dengan bagian tiroid lain. Terakhir adalah hot nodule

bila uptake lebih dari normal, berarti aktifitasnya berlebih dan

jarang pada neoplasma.

d. Pemeriksaan   histopatologis.  Merupakan   pemeriksaan   diagnostik

utama.   Jaringan   diperiksa   setelah   dilakukan   tindakan   lobektomi

atau isthmolobektomi.  Kemudian di warnai dengan Hematoksilin

Eosin   (HE)   dan   diamati   di   bawah   mikroskop   lalu   ditentukan

diagnosa berdasarkan gambaran pada peparat.

1) FNAB  Dilakukan   khusus   pada   keadaan   yang   mencurigakan

suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir

tidak menyababkan bahaya penyebaran sel­sel ganas. Kerugian

pemeriksaan   ini   dapat   memberika   hasil   negatif   palsu   karena

lokasi   biopsi   kurang   tepat,   teknik   biopsi   kurang   benar,

36
pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena

salah interpretasi oleh ahli sitologi.

2) VC  (Vries   coupe)   pada   operasi   tiroidektomi   diperlukan   untuk

meyakinkan   bahwa   nodul   yang   dioperasi   tersebut   suatu

keganasan atau bukan.Lesi tiroid atau sisa tiroid yang dilakukan

VC dilakukan pemeriksaan patologi anatomis untuk memastikan

proses   ganas   atau   jinak   serta   mengetahui   jenis   kelainan

histopatologis dari nodul tiroid dengan parafin block.

5. Tata Laksana

Medikamentosa

1. Hipotiroidisme

Thyroid Hormone Replacement Therapy

Tiroksin (Na­levotiroksin : LT4) merupakan obat pilihan utama untuk

replacement   therapy   pada   hipotiroidisme   atau   kretinisme   karena

potensinya   konsisten   dan   lama   kerjanya   panjang.   Absorpsinya   di   usus

halus bervariasi dan tidak lengkap18.

Triyodotironin  (Na­liotironin) dapat dugunakna bila diperlukan obat

dengan mula kerja lebih cepat misalnya pada koma miksedema atau untuk

persiapan terapi yodium radio­aktif pada kanker tiroid. Liotironin jarang

37
diberikan untuk pengobatan jangka panjang karena pemberiannya harus

lebih sering, dibutuhkan dana yang besar dan akan terjadinya peningkatan

T3 yang hanya sementara.

Tujuan   terapi   ini   ialah   untuk   mencapai   kisaran   kadar   TSH   normal

yaitu 0,5­5,0 uIU/mL, bil terapi berlebihan akan terjadinya supresi TSH

sampai   subnormal   dan   dapat   menyebabkan   osteoporosis   dan   disfungsi

jantung19.

2. Hipertiroidisme

Ada 4 golongan penghambat sintesis hormon tiroid yaitu :

a. Antitiroid : Yang menghambat sintesis hormon secara langsung

Antitiroid   golongan   tionamida,   misalnya   propiltiourasil,

menghambat   proses   inkorporasi   yodium   pada   residu   tirosil   dari

tiroglobulin dan juga menghamabt penggabungan residu yodo­tirosil

untuk membentuk yodotironin. Kerjanya dengan menghamabt enzim

peroksidase   sehingga   oksidasi   ion   yodida   dan   gugus   yodotirosil

terganggu.   Propiltiourasil   juga   menghambat   deyodinasi   tiroksin

menjadi triyodotironin di jaringan perifer, sedangkan metimazol tidak

memiliki efek ini17.

Antitiroid digunakan untuk terapi hipertiroidisme, untuk mengatasi

gejala klinik sambil menunggu remisi spontan dan sebagai persiapan

operasi.   Juga   dapat   digunakan   dalam   kombinasi   dengan   yodium

38
radioaktif   untuk   mempercepatkan   pembaikan   klinis   sementara

menunggu efek terapi  yodium radioaktif.  Selain itu, antitiroid  dapat

digunakan   untuk   hipertiroidisme   yang   disertai   dengan   pembesaran

kelenjar   tiroid   berberntuk   difus   atau   noduler.   Efek   terapi   umumnya

tampak 3­6 minggu. Besarnya efek hambatan fungsi tiroid tergantung

dari berat ringannya gangguan fungsi sebelum pemberian obat, jumlah

hormone yang tersedia dan besarnya dosis yang diberikan. Dosis terapi

biasanya tidak akan menghambat fungsi tiroid secara total dan waktu

penyembuhan yang diperlukan oleh setiap individu berbeda. Apabila

obat   yang   diberikan   sudah   melebihi   kebutuhan   maka   akan   muncul

gejala hipotiroidisme. 

Keuntungan   penggunaan   antitiroid   mengurangi   tindakan   operatif

dan   segala   komplikasi   yang   mungkin   timbul.   Pada   ibu   hamil   dan

hipertiroidisme antitiroid merupakan obat pilihan karena tiroidektomi

sering   menimbulkan   abortus.   Akan   tetapi   pada   trimester   ketiga

sebaiknya dosis diturunkan untuk menghindari terjadinya goiter pada

fetus.   Semasa   operasi   sediaan   antitiroid   sering   diberikan   bersama

yodium   karena   akan   mengurangkan   vaskularisasi   dan   kerapuhan

kelenjar. Sekiranya hanya diberikan antitiroid maka vaskularisasi tiroid

akan bertambah dan kelenjar akan menjadi lebih rapuh.

b. Penghambat ion : Yang memblok mekanisme transport yodida

Berupa obat anion monovalen yang bentuk hidratnya mempunyai

ukuran   yang   sama   dengan   hidrat   ion   yodida   misalnya   tiosianat,

39
perklorat dan fluoborat. Obat golongan ni menghambat fungsi tiroid

dan   menimbulkan   goiter.   Mekanisme   obat   ini   ialah   dengan

menghamabt secara kompetetif sodium­iodide symporter (NIS) yang

menghambat   masuknya   yodium.   Tiosanat   tidak   tertimbun   di   dalam

tiroid sedangkan obat yang lain akan tertimbun di dalam tiroid tetapi

perklorat meskipun tertimbun tidak akan dimetabolisme dan diekskresi

dalam bentuk utuh17.

c. Yodium   dengan   konsentrasi   tinggi   :   Yang   dapat   mengurangi

sintesis dan pengeluaran hormon dari kelenjar

Merupakan   obat   tertua   yang   digunakan   untuk   pengobatan

hipertiroidisme   sebelum   ditemukan   obat   yang   lain.   Peran   yodium

dalam   tiroid   ialah   untuk   biosintesis   hormone   tiroid,   menghambat

proses   transport   aktifnya   sendiri   kedalam   tiroid   dan   yodium   yang

cukup banyak akan menghambat sintesis yodotironin dan yodotirosin

(Wolf­Chaikoff   effect).   Yodium   biasanya   diberikan   setelah   gejala

hipertiroidisme diatasi dan 10 hari sebelum operasi.

d. Yodium radioaktif : Yang merusak kelenjar dengan radiasi ionisasi.

Pada proses radiasi oleh suatu unsure radioaktif dipancarkan sinar

alfa, beta dan gama. Umumnya sinar­sinar ini akan merusak sel tubuh

dengan terjadinya perubahan molekul di dalam sel yang disinari oleh

energy   yang   tinggi.   Ionisasi   dan   perubahan   molekul   di   dalam   sel

menyebabkan   perubahan   fungsi   sel.   Karena   eratnya   hubungan

40
metabolism   yodium   dengan   fungsi   tiroid   maka   yodium   radioaktif

banyak digunakan untuk penyelidikan tiroid termasuk pengobatan dan

diagnosa.

Non­Medikamentosa

Pembedahan

1. Indikasi Pembedahan

a. Keganasan

b. Depresi saluran nafas 

c. Kegagalan terapi

d. Kosmetik

2. Kontraindikasi Pembedahan

a. Struma toksika yang belum dipersiapkan sebelumnya

b. Struma   dengan   dekompensasi   kordis   dan   penyakit   sistemik   lain

yang belum terkontrol

c. Struma   besar   yang   melekat   erat   ke   jaringan   leher   sehingga   sulit

digerakkan   yang   biasanya   karena   karsinoma.   Karsinoma   yang

41
demikian   biasanya   sering   dari   tipe   anaplastik   yang   jelek

prognosisnya. Perlekatan pada trakea ataupun laring dapat sekaligus

dilakukanreseksi trakea atau laringektomi, tetapi perlekatan dengan

jaringan lunak leher yang luas sulit dilakukan eksisi yang baik.

3. Jenis­jenis Pembedahan

a. Lobektomi,   yaitu   mengangkat   satu   lobus,   bila   subtotal   maka

kelenjar disisakan seberat 3 gram

b. Isthmolobektomi, yaitu pengangkatan salah satu lobus diikuti oleh

isthmus

c. Tiroidektomi total, yaitu pengangkatan seluruh kelenjar tiroid

d. Tiroidektomi subtotal bilateral, yaitu pengangkatan sebagian lobus

kanan dan sebagian kiri, sisa jaringan 2­4 gram di bagian posterior

dilakukan untuk mencegah kerusakan pada kelenjar paratiroid atau

N. Rekurens Laryngeus

Jenis Contoh Indikasi

Biopsi insisi Struma difusa pradiagnosis

Biopsi eksisi Tumor (nodul) terbatas pradiagnosis

Tiroidektomi Hipertiroidi (Penyakit Graves)

Tiroidektomi subtotal Struma nodusa benign

Hemitiroidektomi Kelainan unilateral (adenoma)

42
(istmolobektomi)

Tidoidektomi total Keganasan terbatas tanpa kelainan kelenjar limfe

Tiroidektomi radikal Keganasan tiroid dengan kemungkinan metastasis ke


kelenjar linfe regional

4. Komplikasi Pembedahan

Langsung sewaktu pembedahan  Perdarahan


 Cedera n. rekuren uni- atau bilateral
 Cedera pada trakea, esofagus atau saraf di leher
 Kolaps trakea karena malasia trakea
 Terangkatnya seluruh kelenjar paratiroid
 Terpotongnya duktus torasikus di leher kanan
Segera pascabedah  Perdarahan di leher
 Perdarahan di mediatinum
 Udem laring
 Kolaps trakea
 Krisi tiroid / tirotoksikosis
Beberapa jam sampai beberapa hari  Hematom
pascabedah  Infeksi luka
 Udem laring
 Paralisis n. rekurens
 Cedera n. laringeus superior menjadi nyata
 Hipokalsemia
Pascabedah lebih dari 2 hari  Hipotiroid
 Hipoparatiroid / hipokalsemia
 Paralisis n. rekurens
 Cedera n. laringeus superior
 Nekrosis kulit
 Kebocoran duktus torasikus

43
BAB III

Penutup

Struma   adalah   suatu   penyakit   yang   sering   kita   jumpai   sehari­hari.   Sangat

penting  untuk melakukan anamnesis  dan pemeriksaan  fisik yang teliti  dan cermat

untuk   mengetahui   ada   tidaknya   tanda­tanda   toksisitas   yang   disebabkan   oleh

perubahan   kadar   hormon   tiroid   dalam   tubuh.   Begitu   juga   dengan   tanda­tanda

keganasan yang dapat diketahui secara dini.

Selanjutnya   adalah   menentukan   pemeriksaan   penunjang   yang   tepat   untuk

menentukan   diagnosis   pasti   dari   jenis   struma   yang   ada.   Dengan   menegakkan

diagnosis pasti maka kita dapat mnentukkan tatalaksana yang tepat bagi struma yang

dialami  oleh   pasie.  Apakah  memerlukan  tindakan  pembedahan,   atau  cukup   diberi

pengobatan dalam jangka waktu tertentu.

44

You might also like