You are on page 1of 3

Pada praktikum kali ini, dilakukan pengukuran beda tekanan pada alat ukur aliran fluida.

Alat
ukur yang digunakan yaitu berupa watermeter, plat orifice, dan venturimeter. Kemudian
dilakukan pengukuran beda tekanan pada sambungan tee, elbow, dan return bend. Pengukuran
beda tekanan diukur juga pada pipa baja, pipa akrilik, valve bukaan penuh, dan valve bukaan
setengah. Perbedaan tekanan tersebut dapat diukur menggunakan manometer raksa dan
manometer TCE.

Pada pengukuran beda tekanan dalam alat ukur aliran fluida, dari ke 3 alat pressure drop terbesar
berada pada alat watermeter. Pressure drop berbanding lurus dengan nilai k, dimana apabila nilai
pressure drop besar maka nilai koefisien gesek nya pun akan besar begitu pula sebaliknya. Hal
ini terjadi karena fluida yang mengalir bertumbukan dengan dinding turbin watermeter yang
berputar sehingga dapat menyebabkan perubahan tekanan yang cukup besar. Dilihat dari
koefisien gesek nya pun pada watermeter memiliki nilai koefisien gesek yang paling tinggi yaitu
dengan rata-rata sebesar 6.28 . Kemudian alat yang memiliki koefisien gesek terbesar kedua
ialah plat orifice dikarenakan adanya sekat yang dapat merusak pola aliran yang sedang berjalan
sehingga tumbukan yang terjadi dapat memberikan perbedaan tekan begitu pula dengan nilai
koefisien geseknya sebesar 1.92. Ketiga ialah venturi, pada alat ini aliran fluida mengalami
koefisien gesek yang lebih rendah dibandingkan dengan watermeter dan orifice karena pada pipa
venturi tumbukan yang terjadi kecil (hanya pada permukaan aliran) sehingga tidak terlalu
merusak pola aliran, didapat besar koefisien gesek rata-rata sebesar 1.78. Jika dilihat secara
teoritis pada literature pun watermeter memiliki nilai koefisien gesek yang tinggi (sebesar 7)
dibandingkan dari orifice (sebesar 0.62) dan venturi (sebesar 0.975), namum pada plat orifice
dan venturi berbalik dikarenakan adanya kemungkinan sumbatan dalam orifice ataupun tidak
akuratnya penggunaan manometer pipa-U.

Pada pengkuran beda tekanan dalam sambungan pipa (tee, elbow dan return bend), dari ke 3
sambungan pressure drop terbesar berada pada sambungan pipa tee. Jika dilihat dari nilai
koefisien geseknya, nilai terbesar secara literature berada pada sambungan return bend (sebesar
1.5) karena dilihat dari bentuknya pula pada return bend aliran akan lebih banyak bertumbukan.
Pipa retun bend berbentuk seperti huruf c sehingga pada pipa tersebut permukaan aliran fluida
akan terus menumbuk ke dinding (memutar) hal itu yang menyebabkan adanya gesekan antar
fluida dan menyebabkan adanya turbulensi yang semakin besar. Jika pada sambungan elbow,
aliran yang berumbukan hanya sebentar saat aliran tersebut berbelok sehingga koefisien
gaseknya pun lebih kecil dari return bend (setengahnya dr return bend / 0.75). Sedangkan pada
pipa tee seharusnya memiliki koefisien gesek terbesar setelah return bend (sebesar 1) dimana
pola aliran yang terjadi pada sambungan ini menyebabkan aliran berbagi 2 seperti halnya elbow
namun karena ada 2 sisi yang dapat terisi maka aliran yang keluar memiliki gesekan hanya pada
sisi dan depannya yang akan bertumbukan dengan pipa lurusnya. Tetapi pada hasil praktikum
didapat bahwa pipa tee memiliki perbedaan tekan dan koefisien gesek rata-rata yang tinggi yaitu
1.006, hal itu dapat terjadi karena adanya sumbatan pada pipa yang berupa lumut. Sedangkan
nilai koefisien rata-rata pada elbow sebesar 0.666 dan pada return bend sebesar 0.35.

Pada pengukuran beda tekanan dalam valve yang berbeda bukaan nya, dari 2 jenis bukaan valve
pressure drop terbesar terdapat pada valve bukaan ½ begitupula dengan nilai koefisien gesekan
rata-ratanya sebesar 1.406. Sedangkan pada valve bukaan penuh memiliki nilai rata-rata pressure
drop yang rendah dan juga nilai rata-rata koefisien gesek yang rendah yaitu 0.306 . Karena pada
valve bukaan ½ kecepatan aliran lebih besar sehingga tumbukan yang terjadi lebih besar dan
akhirnya dapat mengakibatkan koefisien gesek yang dimilikinya semakin besar. Sama halnya
seperti pada pipa baja dan pipa kaca, pressure drop yang lebih besar terjadi pada pipa baja yaitu
sebesar 94.666 j/kg sedangkan pada pipa kaca pressure dropnya sebesar 84.75 pa. hal tersebut
dapat terjadi karena permukaan pipa baja lebih kasar dibandingkan dengan permukaan pipa kaca,
sehingga nilai koefisien geseknya pun lebih besar pada pipa baja yaitu sebesar 0.057 sedangkan
pada pipa kaca sebesar 0.0504.

Secara keseluruhan, alat praktikum aliran fluida tersebut masih dapat digunakan karena selisih
koefisien gesek nyata dengan teoritisnya tidak terlalu banyak yang berbeda jauh. Namun jika
untuk kebutuhan industry hal semacam ini sudah tidak layak untuk digunakan karena jika dilihat
dari pressure drop yang terjadi cukup besar di setiap bagiannya sehingga kemungkinan head loss
besar dan akan menambah biaya maintenance industry. Sehingga pada kasus ini diperlukannya
perawatan berupa pembersihan ataupun penggantian alat.

Pipa baja = 94.666


Pipa kaca = 84.75

You might also like