You are on page 1of 12

1.

Identitas Klien :
a) Nama : Konseli
b) Jenis Kelamin :L/P
c) Sekolah : SMA Negeri 1 Harapan Bangsa
d) Kelas :XC
e) Agama : Islam
f) Alamat : Umbulharjo – Yogyakarta

2. Latar belakang :
Akademik : Penurunan prestasi belajar sesuai dengan informasi dari wali kelas dan konseli
b) Sosial : Dijauhi oleh teman-temanya karena prilaku yang tidak disukai teman-
temanyaa
c) Keluarga :-

3. Gejala yang nampak :


a) Sering tidak masuk sekolah
c) Tidak banyak teman bermain
d) Pendiam

4. Keluhan yang dialami :


Konseli merasa malas sekolah karena dijauhi oleh teman-temanya dan mengakibatkan prestasi
motivasi dan prestasi belajarnya menurun

5. Masalah yang sebenarnya :


Dijauhi oleh teman-teman karena prilaku buruknya yang suka pilih-pilih teman dan suka
menyuruh-nyuruh temanya dan tidak ada yang boleh menolak instuksinya.

6. Pendekatan yang digunakan :


a) Nama pendekatan : Realita Konseling
b) Alasan penggunaan pendekatan :
Karena masalah yang dialami oleh konseli merupakan masalah tingkah laku dan konseli
menginginkan ada perubahan yang baik pada dirinya.
c) Teknik yang digunakan
1. Metapor
2. Hubungan
3. Pertanyaan
4. (arahan)
5. RenegosiasiPengembangan
6. Ketrampilan
7. Konsekuensi natural

7. Tujuan Konseling :
Tujuan umum dari terapi realitas adalah agar klien menemukan jalan yang lebih efektif untuk memenuhi
kebutuhannya. Ini meliputi kegiatan terhadap klien agar memeriksa apa yang ia lakukan, ia pikirkan, dan
ia rasakan. Dalam terapi ini, klien diarahkan agar menilai dirinya sendiri, apakah yang ia itu realistis dan
apakah perilakunya sudah mendukung keinginannya itu. Klien harus bisa bertanggung jawab atas apa
yang telah ia perbuat.

8. Rekaman Wawancara Konseling :


KETERAMP
NO. PERCAKAPAN ILAN /
TEKNIK
1. Ki : Assalamualaikum...
Ko : Waalaikumsalam... Silahkan masuk mas/mba
(tersenyum), mari silahkan duduk.
2. Ki : Terimakasih pak/bu. Sebelumnya apakah saya Membuka
mengganggu waktu bapak/ibu? percakapan/o
Ko : Tidak Duwi, saya lihat kamu agak kurang baik hari pen invitation
ini, “ to talk

(feedback atau pemberian umpan balik)


3. Ki : sebenaranya saya lagi mencemaskan sesuatu”
Ko : “Saya ingin Anda bersedia menceritakan segala
sesuatu mengenai diri Anda dan keadaan Anda serta apa

yang Anda rasakan mengenai diri maupun keadaan Anda.

Bolehkah saya mendengar cerita dari Anda untuk membuat

saya mengenal Anda dengan jauh lebih baik, saya akan

merasa senang sekali.

4. Ki : Gimana ya bu.. saya bingung untuk memulai ceritanya..


Ko : “Dari manapun Anda mulai, saya pasti menyukainya”

5. Ki : Rasanya tidak ada pak/bu.


Ko : Lalu bagaimana dengan sekolahnya?
6. Ki : Masih lancar sih pak/bu,tapi......
Ko : Tapi kenapa mas/mba?
7. Ki : Sebenarnya tujuan saya menemui bapak/ibu yaitu ingin
sharing dan berkonsultasi tentang masalah saya.
Ko : Coba diceritakan kepada bapak/ibu.

8. Ki : Jadi begini pak/bu, akhir-akhir ini prestasi belajar saya


menurun.
Ko : Kenapa bisa seperti itu?

9. Ki : Saya juga tidak tahu pak/bu. Saya merasa ada yang aneh
dengan diri saya.
Ko : Bapak/ibu belum memahami maksud dari mas Budi/mba
Leni. Bisa dijelaskan lebih lanjut.
10. Ki : Nah itu pak/bu saya juga bingung sendiri soalnya akhir-
akhir ini teman-teman kelas saya menjauhi saya.
Ko : Jadi mas/mba merasa ada yang aneh dalam diri
mas/mba, kemudian mas/mba juga merasa dijauhi oleh Paraprase
teman-teman kelas?
11. Ki : Iya pak/bu benar seperti itu.
Ko : Terus selama ini cara bergaul mas/mba dengan teman-
teman kelas bagaimana?
12. Ki : Menurut saya cara bergaul saya biasa saja pak/bu tidak
neko-neko. Tapi saya tipikal orang yang selalu hati-hati
dalam memilih teman.
Ko : Hati-hati yang seperti apa?
13. Ki : Ya.... yang namanya hati-hati berarti harus melihat
orangnya terlebih dahulu, dari sifatnya, penampilannya.
Ko : Iya benar sekali. Memangnya kriteria orang yang seperti
yang dijadikan sebagai teman?
14. Ki : Yang baik, sederhana, gampang diatur, gampang disuruh-
suruh, intinya nurut sama saya lah pak/bu.
Ko : Jadi menurut mas Budi/mba Leni kriteria teman yang
baik seperti itu ya? Tadi kan mas/mba mengatakan bahwa
orang yang menjadi teman mas/mba itu adalah orang yang
baik, sederhana, gampang diatur, gampang disuruh-suruh,
intinya nurut sama mas Budi/mba Leni.
Lalu hal tersebut diterapkan pada teman-temanmu yang
sekarang?
15. Ki : Iya pak/bu. Saya suka menyuruh-nyuruh teman-teman
dan mereka tidak boleh menolak apa yang saya instruksikan.
Ko : Berarti intinya mas Budi/mba Leni merasa lebih baik
dari mereka ?
16. Ki : Iya pak/bu benar sekali.
Tapi saya juga merasa sedih pak/bu karena saya dijauhi oleh
teman-teman, terkadang juga saya malas berangkat sekolah.
Ko : Dan itu berpengaruh terhadap prestasi belajar mas/mba
seperti yang diungkapkan diawal tadi. Bukan begitu?
17. Ki : Iya pa/bu benar sekali (mengangguk).
Ko : Lalu hal apa saja yang sudah mas/mba lakukan untuk
mengatasi hal itu?
18. Ki : Saat ini belum pak/bu. Tapi saya ingin sekali merubah
perilaku jelek saya itu, agar saya disukai oleh teman-teman
saya dan saya lebih memiliki banyak teman sehingga saya
bisa berkonsentrasi dalam belajar agar prestasi saya lebih
meningkat lagi.
Ko : Bagus sekali jika mas Budi/mba Leni mempunyai
keinginan seperti itu. Dan menurut bapak/ibu jika hal itu bisa Reward
dilakukan akan memberikan perubahan yang positif pada diri
mas/mba.
19. Ki : Lalu saya harus bagaimana pak/bu? Saya bingung
(konseli tertunduk dan terlihar sangat tegang)
Ko : Apa yang membuat mas/mba bingung?

20. Ki : Saya takut jika saya tidak bisa berubah, saya tidak
mempunyai teman lagi.
Ko : Iya bapak/ibu cukup memahami dengan apa yang Reward
mas/mba takutkan, adanya keinginan untuk merubah diri
mas/mba untuk menjadi lebih baik itu merupakan suatu point
positif yang mas/mba miliki, karena tidak banyak orang yang
menyadari akan hal seperti itu.
21. Ki : Iya pak/bu benar sekali.
Saya merasa saya adalah orang yang paling jahat didunia ini.
Saya jahat pak, saya jahat
(konseli tetunduk dan merasa sangat menyesal)
Ko : Nak... menurut bapak/ibu itu merupakan anggapan yang
tidak benar, sekarang tenangkan dirimu lihat bapak/ibu, tarik
nafas dalam-dalam lalu tahan sejenak, kemudian keluarkan
lewat mulut, ulangi selama 3x.
Sekarang pejamkan mata lalu hilangkan semua hal-hal yang
mengganggu pikiran, kemudian triakan dalam hati dengan
kata “SAYA TIDAK JAHAT !!!” dan “SAYA INGIN LEBIH Desensitisati
BAIK” (secara terus menerus dengan intonasi semakin pelan) on
Sampai mas/mba merasa lebih rilex. Apabila mas/mba sudah
merasa rilex kemudia bukalah mata perlahan. ( Konseli sudah
membuka matanya kembali )
22. Ko : Sekarang bagaimana perasaan mas/mba ? apakah sudah
sedikit rilex ?
Ki : iya pak/bu sudah.
23. Ko : Baik, jika mas/mba sudah merasa rilex dan tenang , mari
kita lanjutkan ke topik permasalahan tadi .
Ki : Iya pak.

24 Ko : Tadi mas/mba menyatakan bahwa takut tidak


mempunyai teman lagi karena perilaku mas/mba yang seperti
itu. Sekarang bapak/ibu mau bertanya apakah mas budi/mba
leni sudah punya pacar?
Ki : Belum pak/bu.
25 Ko : Ada seseorang yang mas/mba suka?
Ki : bagaimana yah pak/bu , iya pak/bu ada.

26 Ko : Namanya siapa? Kalau mas/ mba malu menyebutkanya


nama disamarkan juga tidak apa-apa..
Ki : Disamarkan saja pak/bu, namanya “X”.
27 Ko : Baik, untuk menggambarkan perlakuanmu terhadap
teman-teman, mari kita bermain peran. Coba kita praktek agar
mas/mba dapat merasakan apa yang temanmu rasakan. Ini
hanya sebuah gambaran agar mas/mba bisa merasakan
sesuatu.
Ki : Praktek bagaimana Pak/Bu?
28 Ko : Jadi seperti ini , sekarang anggap ruangan bapak/ibu ini Modeling /
adalah rumah X, dan mas/mba ingin bermain ke rumah X, Bermain
lalu bayangkan bahwa bapak/ibu sebagai X, sosok yang peran
mas/mba kagumi, dan bapak/ibu hanya ingin mas/mba
berperan sewajarnya seperti saat mas/mba bermain ke rumah
orang yang mas/mba kagumi. Bapak rasa mas/mba bisa
berperan seperti itu, bisa?
Ki : Iya pak saya coba.
29 Ko : Baik, kita mulai dari luar, saat mas/mba baru datang dan
mencoba mengetuk pintu, nanti apapun yang bapak/ibu
lakukan berlakulah seperti wajarnya mas/mba bertamu ke
rumah orang yang mas/mba kagumi. Setuju?
Ki : Baik pak.
30. (Konselor dan konseli memainkan peran tersebut) Modeling/
(Konseli datang ke rumah X, dan mengetuk pintu ) seraya Bermain
berucap salam : peran
Ki : Assalamu’alaikum...
X : Wa’alaikumussalam... Eh kamu ( dengan muka musam )
Ki : Bolehkah saya masuk ?
X : Emmm...bagaimana yah, sebenarnya saya ada acara ,
tapi baiklah silahkan masuk. Duduk dulu dikursi situ.
Ki : Iya terimakasih .
X : Maaf ada perlu apa yah kamu kesini, ada penting atau
ga?
Ki : Hehe.... pengin main saja ke rumahmu
X : Oh begitu yah? wah kebetulan banget kamu kesini , ini
kan saya mau pergi ada acara, jadi tolong yah… kerjain
PR’ku sampai selesai tapi kamu saya tinggal dulu, terus saya
kan nanti siang ada acara lagi, tapi baju saya belum
disetrika, kamu mau kan yetrikain bajuku? Ohh iya satu lagi
pintunya jangan lupa di kunci. Ya udah saya tinggal dulu
yah?
Ki : (Konseli terlihat sangat sedih dan terlihat memiliki
penyesalan yang sangat besar )
PERAN DILAKUKAN 2X dengan karakter kebalikannya (
pada peran kedua menggunakan peran yang positif )
( peran selesai)
31. Ko : Bagaimana perasaan mas/mba jika diposisikan seperti
pada peran diawal dan peran kedua barusan?
Ki : Iya ya pak/bu, pasti saya akan merasa sangat sedih dan
sakit hati. Dan pada peran yang kedua saya sangat merasa
senang.
32. Ko : Mas/ mba sudah mengetahui bagaimana rasanya jika
diperlakukan seperti itu. Apakah mas/mba masih mau
mengulangi perbuatan tersebut?
Ki : Tidak pak/bu.

33. Ko : Baik, berarti mas/mba memiliki niat untuk berubah kan?


Ki : Iya pak/bu
34. Ko : Baik, Bagaimana jika niatan tersebut diperkuat kita
dengan mengadakan kontrak.
Ki : Kontrak apa pak/bu?
35. Ko : Begini... kontrak tersebut berisi janji bahwa mas/mba Kontrak
tidak akan mengulangi lagi perbuatan mas/mba yang sering
memilih-milih teman dan sering mengatur orang lain, dan jika
mas/mba melakukan perbuatan tersebut, mas/mba akan
mendapat hukuman .
Ki : Iya pak/bu saya setuju, tapi bagaimana isi kontraknya
pak/bu?
36. Ko : Sekarang mas/mba maunya bagaimana apakah bapak/ibu
yang menentukan kontraknya tetapi dengan syarat mas/mba
harus mau mengikuti ? atau ingin menentukan sendiri?
Ki : Emmm.... (terlihat berpikir)
Begini saja pak/bu, jika saya melakukan atau masih
berperilaku seperti itu terhadap teman – teman maka saya
akan menulis nama saya dan ungkapan kata maaf kepada Kontrak
teman yang saya perlakukan seperti itu, kemudian saya
gantungkan di leher dan keliling ke semua ruang kelas di
sekolah.

37. Ko : Apakah mas/mba yakin dengan hal itu?


Ki : Iya pak/bu, itu komitmen saya untuk berubah kearah
yang lebih baik, semoga dengan saya berubah maka prestasi
belajar saya juga akan lebih baik.
38. Ko : Baik itu pasti mas/mba, pasti prestasi juga akan lebih
baik , kemudian untuk mendukung dan melancarkan
komitmen mas/mba, bapak/ibu akan menuliskan kontrak kita
besrta sanksinya di lembar kontrak yang sudah bapak siapkan
, yang kemudian akan ditanda tangani oleh bapak/ibu dan
mas/mba, apakah mas/mba setuju ?
Ki : iya pak sangat setuju.
(penulisan kontrak bersama beserta penandatanganan
kontrak )
39. Ko : Kontrak sudah kita buat, kemudian bapak/ibu sangat
bangga sekali dengan komitmen dari mas/mba tersebut,
artinya mas/mba benar-benar serius dengan hal ini. Kemudian
apakah itu merupakan keputusan yang terbaik uintuk saat ini
?
Ki : Iya pak , saya merasa itu yang terbaik dan itu yang harus
saya lakukan.
40. Ko : Bapak/ibu berharap bertemu kembali dengan mas /mba
dengan melihat perubahan yang sesuai dengan apa yang telah
diinginkan oleh mas/mba yaitu perilaku yang lebih baik.
Ki : Iya pak saya berjanji dan berusaha. Baik pak/bu ,
terimakasih atas bantuan bapak/ibu, karena bapak/ibu telah
meluangkan waktu untuk saya dan membantu saya
memecahkan permasalahan saya .
41. Ko : Iya mas/mba sama – sama, jika mas/mba memerlukan
bantuan bapak/ibu, jangan sungkan – sungkan untuk datang
kesini lagi bertemu dengan bapak/ibu.
Ki : Iya pak/bu.
Terima kasih sudah mau membantu saya, pasti saya akan
datang kesini lagi. Ya sudah pak/bu saya permisi dulu,
Assalamu’alaikum.
Ko “ Wa’alaikumsalam.

STUDI KASUS KLIEN


Contoh kasus di bawah ini merupakan klien saya yaitu wanita muda yang bernama
Duwi. Dia menemui saya di ruang praktek terapi saya. Kesan pertama saya saat
melihat Duwi, saya melihat ada kecemasan dimatanya. Dia tetap menunduk
dihadapan saya walaupun sudah saya coba untuk menyapa sambil berjalan di ruang
konseling. Setelah sampai diruangan, saya mencoba memulai konseling dengan
mendengarkan keluh kesahnya. Ternyata, dia menceritakan masalahnya yang
mengerikan. Di usia muda, Duwi mengalami dilemma besar. Dia mempertimbangkan
untuk meninggalkan suaminya dan merasakan ketegangan terus-menerus saat dia
memikirkan problem itu dibenaknya selama beberapa bulan. Sekarang dia merasa
depresi dan sangat lelah.
DIALOG KONSELING
Dibawah ini merupakan dialog konseling antara Ami sebagai Konselor dan Duwi
sebagai Konseli:
AMI:” Duwi, saya lihat kamu agak kurang baik hari ini, “
(feedback atau pemberian umpan balik)
DUWI:”sebenaranya saya lagi mencemaskan sesuatu”
AMI: “Saya ingin Anda bersedia menceritakan segala sesuatu mengenai diri Anda dan
keadaan Anda serta apa yang Anda rasakan mengenai diri maupun keadaan Anda.
Bolehkah saya mendengar cerita dari Anda untuk membuat saya mengenal Anda
dengan jauh lebih baik, saya akan merasa senang sekali.”
(Opening, dengan tujuan konselor ingin mendengar apapun yang dikatakan konseli
untuk mendapatkan masalah inti konseli agar konselor bisa membantunya).
DUWI: “Dari mana Anda ingin saya memulai bercerita?”
AMI: “Dari manapun Anda mulai, saya pasti menyukainya”
(respons klasik dari konselor, merupakan komponen dasar dari person-centered
therapy)
DU: “Baiklah, saya akan mulai dari masa kecil saya. Ketika saya masih menjadi gadis kecil,
saya sudah mengalami mata juling sejak usia 7 tahun. Dan saya artikan masa kecil
saya tidak menyenangkan. Tahun-tahun itu saya lalui dengan sangat lama hingga
bertambahnya waktu. Saya tidak pernah punya pacar atau sejenisnya, saya kira saya
pernah punya teman-teman perempuan, tapi setelah mereka pergi dengan anak laki-
laki, saya rasa para anak laki-laki itu melarang mereka pergi denganku. Aktivitas
saya lakukan tanpa teman-teman perempuan saya karena ternyata mereka lebih
memilih untuk menghianati saya. Dan tidak ada anak perempuan seusia saya di
lingkungan tetangga. Saya merasakan hal itu buruk, saya tidak bisa menemukan apa
yang saya inginkan.”
AMI: “Jadi, kamu lebih memilih menyakiti dirimu dengan tidak memiliki teman, dan apakah
saya benar bahwa Anda merasa letak penyebab dari hal ini adalah mata Anda?”
(penawaran ajakan lanjutan)
DUWI: “Ya, kelihatannya mungkin demikian. Tapi di tahun terakhir saya di sekolah, saya
memiliki seorang teman perempuan, tapi dia bukanlah seorang perempuan yang
sangat baik, tapi saya kira ketika dia bersama saya, dia sangat baik. Dan suami saya
melarang saya untuk pergi bersama perempuan itu karena dia tidak menyukainya.”
AMI: “Jadi, Anda merasa, dia adalah teman perempuan yang Anda sukai, meskipun dia
tidak memiliki reputasi yang cukup bagus, dan suami Anda melarang Anda untuk
bersosialisasi dengannya.”
(Summary parafrase, menyimpulkan pembicaraan)
DUWI: “Ya, seperti diri saya. Saya memilih untuk tinggal di rumah sepanjang hari dengannya
yang tidak menginginkan saya pergi dengan teman-teman, dan dia juga tidak ingin
saya pergi sendirian ke beberapa tempat. Saya pikir, dia ingin mengajak saya pergi
pada suatu kesempatan. Saya ingin pergi dengannya. Lalu, jika kami pergi ke tempat
makan atau sejenisnya, dia makan bersama dengan perempuan lain dan dia tidak
pernah makan bareng dengan saya.”
AMI: “Jika memang dia tidak memberikan perhatian pada Anda, Anda juga bisa melakukan
hal yang sama.”
(Merefleksikan isi pembicaraan)
DUWI: “Yah, tapi saya sekarang gak tau lagi harus bagaimana.”
AMI: “Hm…. Hm… (Silence).”
DUWI: “Itulah apa yang selalu saya katakan, Dan sekarang kondisi rumah saya sepertinya
kosong. Suami saya tidak ingin saya pergi ke beberapa tempat, begitu juga dengan
saudara-saudara suami saya dan mertua saya. Mereka seperti tidak menyukai saya,
yang lebih parahnya lagi, mereka seakan-akan menganggap saya tidak ada. Saya
benar-benar kecewa, saya merasa tidak berharga sama sekali.”
AMI: “Kamu merasa kecewa, dan sesuatu yang tidak Anda sukai lainnya adalah Anda tidak
menyukai Saudara-saudara suami anda dan juga mertua anda yang selalu
memperlakukan anda kurang baik.”
(Refleksi perasaan dan isi)
DUWI:”Ya, benar. saya pikir setiap orang dirumah pasti akan menentang apa yang saya
lakukan. Saya ingin menceritakan permasalahan ini kepada suami saya. Jika suami
saya tetap seperti itu,saya rasa jalan terbaik adalah berpisah.”
AMI:”Oke, jika demikian, bisa saya simpulkan bahwa Anda ingin mengatakan penderitaan
anda selama ini kepada suami anda dan mengharapkan suami anda memperbaiki
hubungan dengan anda. Dan jika itu semuatidak bisa, anda memutuskan untuk
meninggalkannya?”
(Rangkuman)
Dalam sesi-sesi selanjutnya, konseli akan lebih terbuka pada konselor
dengan perlakuan konselor yang seperti tersebut di atas, karena pada dasarnya,
konseling digunakan untuk menumbuhkan kepercayaan diri konseli mengenai apa yang
akan diceritakannya pada konselor untuk kemudian. Konselor hanya sebagai
fasilitator yang tidak berhak untuk menentukan penyelesaian dari masalah klien.
Tapi, klien sendiri yang berusaha memanfaatkan potensi dirinya sebagai pribadi
yang utuh. Rasa percaya diri pada klien akan muncul seiring dengan sikap klien dalam
mengungkapkan segala permasalanya kepada konselor tanpa dibuat-buat.

You might also like