You are on page 1of 25

MAKALAH

TUGAS KONTRUKSI KAPAL

Disusun Oleh :

1. Agil (2016021000
2. Galuh Priambodo (2016021000
3. Mila Rosa A. (20160210046)
4. M. Yunus (20160210048)
5. M. Tamam (2016021000

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
2018
Kata Pengantar
Materi pelajaran disajikan dalam bentuk yang cukup untuk bisa membantu lebih banyak
mahasiswa di bidang Teknologi Kelautan dan Naval Architecture, serta untuk mempersiapkan
ekstra pembelajaran. Siswa juga bisa mengikuti kursus profesional dalam pembuatan kapal dan
juga cari buku yang berguna sebagai bacaan latar belakang. Banyak perubahan yang terjadi
dalam praktik pembuatan kapal dengan pengenalan teknologi baru dan buku ini mencoba
menyajikan teknik modern galangan kapal tanpa mengabaikan prinsip dasar. Pembuatan kapal
merupakan bidang kerajinan yang luas dan, dengan perkembangan baru yang terjadi secara
teratur, itu akan sulit untuk menutupi setiap aspek sepenuhnya dalam lingkup rata-rata buku
pelajaran. Untuk alasan inilah referensi membaca lebih lanjut diberikan pada akhir sebagian
besar bab, ini dipilih dari buku, transaksi, dan terbitan berkala yang mungkin ditemukan di
perpustakaan universitas dan institusi teknik lainnya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejak dahulu kala jasa transportasi laut sudah diketahui dan dimanfaatkan oleh manusia.
Terbukti dengan berhasilnya nenek moyang kita dimasa lampau yang berhasil menjelajahi dunia
dengan menggunakan perahu Pinisi yang fasilitasnya sangat terbatas.
Demikian pula untuk perkembangan di bidang perdagangan, penggunaan kapal laut juga sangat berperan
karena selain lebih murah, kapasitas muatannya juga lebih besar dan banyak kelebihan lainnya.
Kebutuhan akan alat transportasi laut yang antara lain kapal laut semakinbesar seiring dangan semakin
ketatnya persaingan di bidang ekonomi, sosial, politik,dan pertahanan dan keamanan. Untuk itu
kita termotifasi untuk merancang danmembuat kapal - kapal yang dalam pengoprasiannya layak teknis,
ekonomis serta mampu bersaing dengan kapal - kapal yang dihasilkan Negara lain. Sehingga dalam
perencanaan sebuah kapal,kita harus merencanakan konstriksinya juga.
Pengertian konstruksi dalam kaitannya dengan disiplin ilmu perkapalan adalah bagaimana suatu kapal
dibangun sesuai dengan urutan-urutannya, serta bagaimana hubungan dari bagian - bagian dari kapal serta
bagaimana cara penyambungannya.
Dalam pembangunan suatu kapal, diperlukan beberapa faktor yang harus diperhatikan. Selain
perencanaan bentuk dan karakteristik badan kapal, juga perencanaan kekuatan dan susunan kapal
itu sendiri. Konstruksi kapal pada umumnya teridri dari dua bagian utama, yaitu badan kapal dan
bangunan atas kapal atau rumah geladak.
Pada dasarnya proses penggambaran konstruksi ini dapat dilakukan dengan tiga macam
cara, yakni sistem konstruksi melintang, sistem konstruksi memanjang dan sistem konstruksi
kombinasi. Penggambaran yang akan dilakukan disini adalah penggambaran terhadap bagian midship,
detail, potongan, bukaan kulit, dan profile.
Pada umumnya konstruksi dari badan kapal, terdiri dari lambung kanan, dasar danatau beberapa geladak.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja yang termasuk dalam ukuran kapal ?
2. Apa saja itu penjelasan dari jarak gading & sekat ?
3. Apa saja macam tangki ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja ukuran – ukuran utama kapal.
2. Mengetahui penjelasan tentang jarak gading dan sekat melintan maupun membujur.
3. Mengetahui berbagai macam jenis tangki – tangki dalam kapal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. UKURAN UTAMA KAPAL


1. Panjang Kapal
Loa : Length over all.
Adalah panjang kapal keseluruhan yang diukur dari ujung buritan
sampai ujung haluan. Merupakan ukuran utama kapal yang diperlukan
dalam kaitannya dengan dermaga , muatan. Semakin panjang LOA
semakin besar kapal berarti semakin besar days angkutan kapal.

LPP : Length between perpendiculars.


Panjang antara kedua garis tegak buritan dan garis tegak haluan yang
diukur pada garis air muat.

AP : Garis tegak buritan ( After perpendicular ).


Letaknya pada linggi kemudi bagian belakang atau pada sumbu poros
kemudi.

FP : Garis tegak haluan ( Fore perpendicular ).


Adalah merupakan perpotongan antara linggi haluan dengan garis air
muat.

Lwl : Panjang garis air (Length of water line).


Adalah jarak mendatar antara ujung garis muat ( garis air ), yang
diukur dari titik potong dengan linggi buritan sampai titik potongnya
dengan linggi haluan dan diukur pada bagian luar linggi buritan dan
linggi haluan.

LBP : adalah panjang kapal yang diukur dari haluan kapal pada garis air
sampai tinggi kemudi
Gambar 1. Ukuran Panjang Utama Kapa
2. Lebar kapal
B : Breadth ( lebar yang direncanakan ).
Adalah jarak mendatar dari gading tengah yang diukur pada
bagian luar gading. ( tidak termasuk tebal pelat lambung ) atau
lebar kulit kapal bagian dalam terbesar yang di ukur dari bagian
sebelah dalam kulit kapal.

Bwl : Breadth of water line ( lebar pada garis air muat ).


Adalah lebar yang terbesar yang diukur pada garis air muat.

Boa : Breatdh over all ( lebar maksimum ).


Adalah lebar terbesar dari kapal yang diukur dari kulit lambung
kapal disamping kiri sampai kulit lambung kapal samping kanan.

3. Tinggi kapal
H(D) : Depth ( tinggi terendah dari geladak ).
Adalah jarak tegak dari garis dasar sampai garis geladak yang
terendah, umumnya diukur di tengah – tengah panjang kapal.

T : Draft ( sarat yang direncanakan ).


Adalah jarak tegak dari garis dasar sampai pada garis air muat.
Perencanaan Sekat dan Jarak Gading
a. Jarak Gading

Jarak Gading atau frame Spacing merupakan jarak Antara 2


gading yang terletak Antara sekat Ceruk Buritan ( After Peak
Bulkhead ) dengan Sekat Tubrukan ( Collision Bulkhead ).
Menurut BKI vol II section 9A.1.1.2, jarak Antara 2 gading yang
terdapat dibelakang sekat Ceruk Buritan dan didepan Sekat
Tubrukan tidak boleh melebihi 600 mm. Jarak tersebut dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
a0 = L / 500 + 0,48 ( m ).......(BKI vol II 1989 sec 9. A 1.1)
= 66/500+0,448
= 0,6 m

b. Sekat Kedap Air


Setiap kapal harus mempunyai sekat – sekat kedap air yang
meliputi
- Sekap Tubrukan
- Sekat Tabung Buritan
- Sekat Kamar Mesin
Berdasarkan ketentuan BKI vol II tentang jumlah sekat minimal
termasuk sekta diatas adalah :
L ≤ 65 m adalah 3 sekat
65 L ≤ 85 m adalah 4 sekat
L > 85 m adalah 4 sekat + 1 ( untuk setiap kelipatan
sampai 20 m )
Pemasangan Sekat Kedap Air untuk tipe Kapal cargo ( 87,084 m )
adalah sebagi berikut :
1 buah : sekat Ceruk Buritan
1 buah : Sekat tubrukan
1 buah : Sekat Depan Kamar Mesin
1 buah : Sekat antar Ruang Muat
Sekat Tubrukan menurut peraturan BKI yang tercantum
pada buku peraturan Kontruksi Lambung, untuk semua kapal
barang L ≤ 200 m, sekat tubrukan diletakkan tidak kurang dari
dari 0,05 L dari FP dan tidak boleh lebih dari 0,80 L dari FP.
Syarat minimum letak sekat tubrukan di belakang FP adalah 0,05
L.
B. NAMA BAGIAN KAPAL SECARA UMUM
Bagian Depan

Gambar Bagian Depan Kapal


1. Geladak akil,
2. Geladak utama,
3. Akil,
4. Bak Rantai,
5. Ceruk Haluan,
6. Ruang muat.
Akil juga merupakan penerusan ke atas dari pelat kulit pada bagian depan kapal. Dengan adanya
bangunan atas tersebut akan mengurangi masuknya air laut pada saat kapal bergerak maju.

Ruangan pada akil digunakan untuk pergudangan, terutama untuk fasilitas peralatan pelayaran
seperti tali-temali. Pada Gambar di bawah ini diperlihatkan susunan peralatan pada geladak akil.

Gambar 5. Susunan Peralatan Pada Bagian Geladak Akil

1. Mesin Jangkar
2. Bolder
3. Ventilasi
4. Fairlead
5. Geladak Utama
6. Jangkar
7. Pagar pada geladak utama
8. Pagar pada geladak akil
9. Geladak akil
10. Penahan rantai
Bagian Belakang
Gambar 6. Gambar Bagian Belakang Kapal
1. Bangunan atas belakang
2. Bangunan atas
3. Rumah geladak
4. Ceruk buritan
5. Kamar mesin
6. Ruang muat
7. Geladak utama
8. Geladak kimbul
9. Geladak jembatan
10. Geladak
11. Geladak navigasi
Bagian Atas
Bagian atas kapal (Rumah geladak) adalah banguan di atas geladak kekuatan yang diletakkan di
luar 0,4 L bagian tengah kapal atau yang mempunyai panjang lebih kecil dari 0,2 L atau 15 m dan
sisi-sisi tidak selebar kapal. Pada umunya rumah geladak diletakkan di atas bangunan atas, baik di
depan atau di tengah kapal.

Gambar 7. Gambar Bagian Atas Kapal (Rumah Geladak)


1. Geladak uatama
2. Rumah geladak
3. Ruang kemudi
4. Cerobong asap

Rumah geladak yang teratas dipakai untuk ruangan kemudi, ruang peta, dan ruang komunikasi
radio. Selama pelayaran, kapal dikendalikan dari ruangan ini. Di atas geladak kimbul diletakkan
rumah geladak yang sesuai dengan kebutuhan.

Tebal pelat geladak terbuka di rumah geladak boleh 0,5 mm lebih kecil dari persyaratan untuk
geladak kimbul.

Geladak pada rumah geladak dapat pula dilapisi kayu. Menurut BKI, bila geladak terebut dilapisi
kayu, tebal geladak dapat dikurangi, 1 mm, namun tidak boleh kurang dari 5 mm, sedangkan tebal
lapisan kayu yang digunakan 50 mm – 60 mm. Di dalam rumah geladak, ketebalan geladak boleh
dikurangi 20%, tetapi tidak boleh kurang dari 5 mm.

Dan untuk nama-nama dimensi pada kapal terdiri dari:


Base Line Garis horizontal yang ditarik di bagian atas keel plate. Semua vertikal dimensi cetakan
diukur relatif terhadap garis ini.
Beam Moulded Diukur pada bagian midship adalah cetakan maksimum luasnya kapal.
Moulded Draf Diukur dari garis dasar ke garis Summer Load di bagian midship.
Moulded Depth Diukur dari garis dasar ke tumit dek bagian atas balok geladak di sisi kapal
bagian tengah kapal.
Extreme Beam Beam maksimum diambil di atas semua ekstremitas.
Extreme Draf Diambil dari titik terendah keel ke garis Summer load.
Extreme Depth Kedalaman kapal di sisi kapal dari dek atas sampai yang terendah titik keel.
Half Breadth Karena lambung kapal simetris tentang longitudinal garis tengah, seringkali hanya
setengah balok atau setengah lebar pada bagian manapun yang diberikan.
Freeboard Jarak vertikal diukur di sisi kapal antara Summer load line dan dek freeboard. Papan
freeboard dek biasanya terletak di paling atas dek yang terkena cuaca dan laut yang memiliki
cara permanen untuk menutup semua bukaan, dan di mana semua bukaan di sisi kapal memiliki
kedok kedap air.
Sheer Kelengkungan deck dalam arah membujur. Diukur sebagai tinggi dek di samping pada
setiap titik di atas ketinggian dek di sisi tengah kapal.
Camber (atau Round of Beam) Kelengkungan deck pada arah melintang. Diukur setinggi dek di
tengah di atas ketinggian dek di samping.
Rise of Floor (atau Deadrise) Kenaikan dari garis bottom plate dibawah base line. Kenaikan ini
diukur pada garis moulded beam.
Half Siding of Keel Bagian datar horizontal dari kulit bawah diukur ke port atau kanan dari garis
tengah longitudinal kapal. Ini berguna sebagai dimensi untuk mengetahui kapan untuk
melakukan dry-docking.
Tumblehome Kelengkungan dalam dari sisi kulit di atas Summer load line.
Flare Kelengkungan luar dari kulit samping di atas garis air. Ini mempromosikan kekeringan dan
karena itu terkait dengan ujung depan kapal.
Stem Rake Inklinasi garis batang dari vertikal.
Keel Rake Kecenderungan garis keel dari horizontal. Penata rumput dan Kapal tunda sering
memiliki keels yang menyapu buritan untuk memberi jarak lebih jauh dimana diameter baling-
balingnya secara proporsional lebih besar dari pada jenis kapal ini.
Tween Deck High Jarak vertikal antara deck yang berdekatan diukur dari bagian atas balok dek
di sisi kapal.
C. TANGKI-TANGKI DALAM KAPAL
1. Tanker Construction
Kapal yang dirancang khusus untuk membawa muatan cair curah umumnya disebut
sebagai tanker. Tanker umumnya dihubungkan dengan kereta minyak, tapi berbagai macam
cairan dibawa ke kapal tangki yang lebih kecil dan ada semakin banyak kapal tangki besar
yang dibuat untuk membawa bahan kimia dalam jumlah besar.
Tanker kecil, tidak lebih dari 75 meter, terutama yang terlibat dalam kapal tanker
perdagangan pesisir memiliki sekat longitudinal tunggal di garis tengah yang menyediakan
dua athwartship tanks. Dan expansion trunk, kalau pas, ada di garis tengah di jalan ruang
tangki. Kapal tanker yang lebih besar memiliki setidaknya dua sekat longitudinal
menyediakan tiga athwartship tanks.
Ada kapal-kapal yang membawa produk minyak sulingan, dan mungkin beberapa kargo
lainnya seperti molase, yang cenderung berada di kisaran bobot mati 12.000 ton menjadi
50.000 ton. Lalu ada pembawa minyak mentah yang meluas sampai kisaran bobot mati
500.000 ton. Kapal bekas memiliki jumlah tank yang lebih banyak, dan banyak lagi
Pengaturan pemompaan yang rumit yang memungkinkan pengangkutan nomor dari
berbagai produk dalam satu pelayaran.

Gambar 8. Midship section of coastal tanker with trunk


Gambar 9. Midship section of oil tanker
Di dalam kapal, agar sebuah sistem berjalan dengan lancar maka peralatan harus
lengkap. Tangki dalam kapal merupakan sebuah alat yang harus ada untuk mendukung
sistem yang ada. Banyak sekali tangki yang di gunakan di kapal, misalnya : tangki bahan
bakar, tangki minyak pelumas, dan lain-lain. Selain itu tangki juga digunakan untuk ruang
muat, seperti pada kapal tanker (minyak), kapal pengangkut LPG dan LNG. Pada
pembahasan kali ini yang akan di bahas adalah :
a. Tangki bahan bakar dan pelumas
Jenis bahan bakar untuk kapal ada bermacam-macam yang mempengaruhi
kualitas bahan bakar itu sendiri. Bahan bakar sebelum digunakan akan di tampung dulu
dalam sebuah tangki penimbun. Ketika akan digunakan bahan bakar yang berada di
tangki penimbun akan dialirkan ke tangki harian. Ukuran tangki harian sendiri tentunya
lebih kecil daripada tangki penimbun, karena tangki harian hanya digunakan ketika
kapal berlayar dan terhubung ke mesin.
Pelumas juga memiliki jenis tersendiri sesuai dengan tipe mesin yang digunakan.
Jenis pelumas lebih bervariasi daripada bahan bakar. Letak tangki bahan bakar dan
pelumas biasanya berdekatan dan tentunya dekat dengan kamar mesin.

Gambar 10. menunjukkan tempat fuel oil tank dan lubricating oil tank
b. Tangki ballast
Seperti diketahui sebelumnya fungsi dari sistem ballast adalah untuk meningkatkan
sarat kapal pada saat kapal sedang dalam muatan kosong. Untuk itu di kapal harus di
pasang sebuah sistem balas. Air yang digunakan untuk sistem ini diambil dari air laut,
setelah di ambil air diletakkan di dalam tangki. Besarnya tangki balas tergantung pada
ukuran kapal dan jenis kapal. Pada kapal tanker terkadang tidak ada tangki balas
sehingga tangki yang digunakan untuk balas adalah tangki muat. Pada ceruk haluan
dan buritan terkadang digunakan juga sebagai tangki ballast.

Gambar 11. Contoh tangki ballast pada sebuah kapal container


Selain pada kapal konvensional, sistem balas juga ada pada kapal selam. Fungsi
sistem balas pada kapal selam lebih kompleks, karena sistem balas merupakan salah
satu alat agar kapal selam bisa menyelam di dalam air. Sama seperti pada kapal
konvensional ukuran tangki balas di kapal selam harus disesuakian dengan ukuran
kapal selam.

Gambar 12. Contoh tangki ballast pada kapal selam


c. Tangki bilga
Tangki bilga digunakan untuk menimbun air yang masuk ke dalam kapal. Misal air
hujan atau air laut yang masuk ke dalam lubang palkah, overflow tangki, limbah air
yang digunakan kru kapal dan lain-lain. Tangki bilga merupakan tempat penampungan
air kotor sebelum di-treatment untuk akhirnya di buang ke laut melalui overboard.

Gambar 13. Contoh tangki bilga


d. Tangki ruang muat
Sesuai namanya tangki ruang muat digunakan untuk muatan. Tangki ruang muat
disesuaikan dengan penggunaannya. Penggunakan tangki untuk ruang muat
hanya digunakan di kapal tanker, LPG/LNG carrier. Ukuran tangki ruang muat
tentunya disesuaikan dengan permintaan owner kapal. Dalam desain tangki ruang
muat tentunya harus diperhatikan ukurannya apakah sudah efisien sesuai ukuran kapal
atau tidak.

Gambar 14. Contoh tangki pada ruang muat


e. Jenis tangki lain
Selain yang sudah disebut di atas, di dalam kapal masih ada beberapa jenis tangki
lain yaitu slop tank. Slop tank merupakan jenis tangki yang ada di kapal tanker. Setelah
tangki ruang muat dalam kapal tanker dibersihkan, sisa minyak akan akan ditampung di
slop tank sebelum di panaskan kembali untuk disiramkan kembali ke tangki ruang
muat.

D. Pembagian Sekat Kedap Melintang Maupun Memanjang Kapal


Pemasangan sekat melintang dapat dijumpai pada semua tipe kapal dan menjadi
persyaratan Biro Klasifikasi, sedangkan untuk memanjang umumnya hanya dijumpai pada
kapal-kapal tertentu saja. Misalnya kapal pengangkut muatan cair, dan kapal pengangkut
muatan curah.
Sekat-sekat pada bangunan kapal ditinjau dari funsinya dapat digolongkan menjadi
beberapa golongan, yaitu sekat kedap air (tidak tembus air), sekat kedap minyak (tidak
tembus minyak), sekat biasa yang hanya diguanakna unutk membagi ruang bagi keeperluan
akomodasi, dan sekat berlubang untuk mengatasi permukaan bebas zat cair. Dari keempat
jenis tersebut, sekat kedap air merupakan jenis sekat yang paling penting, kalau ada kapal
bermuatan minyak, sekat kedap minyak yang memegang peranan utama.
Sekat kedap air mempunyai tiga fungsi utama, yaitu membagi badan kapal menjadi
ruangan-ruangan yang kedap air, menambah kekuatan melintang kapal, dan mencegah
menjalarnya api saat terjadi kebakaran.
1. Sekat Melintang
Peraturan tentang jumlah sekat melintang kedap air pada kapal-kapal tercantum
dalam buku peraturan Biro Klasifikasi. Pada kapal-kapal paling sedikit harus mempunyai
tiga sekat untuk kamar mesin yang terletak di belakang atau emapt sekat untuk kamar
mesin yang sekat depan kamar mesin, sekat belakang kamar mesin, dan sekat buritan.
Untuk kapal dengan kamar mesin di belakang sekat buritan dapat menggantikan sekat
belakang kamar mesin.
Banyaknya sekat kedap air yang harus dipasang pada kapal tergabung pada
panjang ketidaktenggelaman (floodable leght) atau peraturan yang diberikan Biro
Klasifikasi yang tergantung pada panjang kapal.
 Untuk L < 65 m harus mempunyai tiga sekat melintang.
 Untuk 65< L< 85 m harus mempunyai empat sekat melintang ditambah satu sekat
untuk setiap 20 m perpanjangan kapal.
 Jarak sekat melintang kedap air sedapat mungkin dibuat sama dan tidak perlu
kurang dari lebar kapal.
 Untuk kapal-kapal pengangkut muatan berat (misalnya biji tambang) panjang
ruang muat tidak boleh melebihi 30 m.
Sekat melintang yang membatasi tangki ceruk haluan dan ruang muat disebut
sekat ceruk haluan dan pada umumnya disebut sekat tubrukan. Disebut sekat tubrukan
karena berfungsi unutk melindungi bagian haluan kapal jika bertubrukan dengan benda
lain. Letak sekat ini ditentukan oleh Biro Klasifikasi dan merupakan fungsi panjang
kapal. Sekat melintang kedap air yang dipasang pada bagian buritan kapal disebut sekat
buritan, karena selain untuk membatasi tangki ceruk buritan dan ruang muat ruang
mesin juga berfungsi sebagai pegangan ujung depan tabung poros baling-baling. Sekat
tabung buritan umumnya diletakkan paling sedikit pada jarak tiga kali jarak gading,
diukur dari ujung dengan boss poros baling-baling. Sekat melintang yang lain adalah
sekat yang membatasi kamar mesin dengan ruang muat.
Pada umumnya ekat-sekat dibuat dari beberapa lajur pelat yang disusun secara
mendatar sampai geladak lambung timbul. Untuk penguatan pelat sekat dipasang
penegar-penegar yang dipasang secara mendatar. Di samping itu sekat melintang dapat
pula dibuat dari pelat bergelombang tanpa penegar.
Ukuran ketebalan pelat dan ukuran profil yang ditentukan oleh peraturan Biro
Klasifikasi adalah sebagai berikut:
 Tebal pelat sekat melintang kedap air tidak boleh kurang dari :
T=C
Dimana :
Cp = Koefisien pelat yang bergantung pada jenis sekat. Harga 3,8 untuk sekat tubrukan,
2,8 untuk sekat-sekat lainnnya.
a = jarak antar penegar
h = Tinggi, dalam m air tawar.Untuk tinggi tekanan dimasudkan jarak dari
pertengahan panjang penegar yang tidak ditumpu sampai 1,0 m diatas pinggir geladak
sekat.
k = factor bahan.
Tk = factor korosi yang bergantung pada ketebalan pelat.
 Untuk kapal-kapal kecil, tebal pelat sekat tidak perlu lebih tebal dari pelat kulit. Hal
ini berlaku untuk jarak gading sama dengan jarak penegar.
 Lebar lajur pelat sekat paling bawah sekurangkurangnya 900 mm dan lajur ini
diteruskan ke atas sampai 300 mm di atas alas dalam.
 Pada sekat tabung buritan harus dilengkapi dengan pelat yang dipertebal pada
daerah tabung buritan.
 Pada bagian lajur sekat paling bawah sebagai tambahan factor korosi, pelat harus 1
mm lebih tebal dari hasil perhitungan.
 Jika ceruk dipakai sebagai tangki, tebal pelat sekat ceruk tidak boleh kurang dari:
Dimana :
p = Besar beban yang diterima sekat (kN/m2) Ukuran penegar sekat ditentukan
berdasarkan perhitungan modulus penampang penegar. Untuk itu, dipakai rumus di
bawah ini, dengan modulus penampangnya tidak boleh kurang dari :
W = k Cs a l2 h (cm2)
Dimana :
k = factor bahan. Untuk baja kapal normal berharga 1.
l = Panjang yang tidak ditumpu (m)
a = Jarak antara penegar (m).
h = Tinggi dalam meter air tawar.
P dan P2 = Besar beban yang diterima (kN/m2).
Cs = Besar koefisien yang bergantung pada jenis tumpuan penegar dan jenis sekat
(Stiffener Coeffisien). Penegar yang kedua ujungnya dijepit dengan nilai 3,3 untuk sekat
tubrukan dan 2,6 untuk sekat lainnya. Penegar yang satu ujungnya ditumpu bebas dan
lainnya. Dijepit dengan nilai 4, untuk sekat tubrukan dan 3,2 untuk sekat lainnya.
Penegar yang kedua ujung-ujungnya ditumpu dengan nilai 6,5 unutk sekat tubrukan
dan 5,2 untuk sekat lainnya. Jika ,sekat ceruk digunakan untuk tangki, modulus
penampang penegar tidak boleh kurang dari :
W1 = k 0,55 a i2 P.
W2 = k 0,44 a i2 P.
Jika satu atau kedua ujung penegar ditumpu bebas, modulus penampang ditambah
50%. Penegar-penegar pelat sekat dipasang dengan jarak sekitar 760 mm. Jarak
penegar sekat datar dikurangi sampai 610 mm untuk sekat tubrukan dan kedap minyak.
Ujung-ujung penegar dapat diikat dengan pelat lutut, dengan mengelaskan langsung
pada geladak dan dasar ganda atau membiarkan penegar tanpa pengikatan kecuali
penegar yang dihubungkan dengan penumpu geladak dan penumpu samping alas. Cara
terakhir sekat pada rumah geladak. Konstruksi sekat kedap air dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 15. Konstruksi sekat kedap air secara Melintang
1) Lutut
2) Penumpu geladak
3) Penegar sekat
4) Geladak kedua
5) Sekat kedap air
6) Dasar ganda
7) Wrang kedap air
8) Sambungan plat sekat
9) Penumpu samping

2. Sekat Memanjang
Telah dijelaskan bahwa dinding sekat memanjang hanya dipasang pada jenis kapal-
kapal tertentu saja, misalnya kapal tangki minyak, kapal muatan curah, dan kapal
pengangkut biji-bijian. Sekat memanjang pada kapal tangki dan muatan curah selain
untuk mengurangi luas permukaan bebas juga berfungsi untuk menambah kekuatan
memanjang kapal. Luas permukaan bebas muatan cair dan muatan curah perlu
diperkecil dengan pemasangan sekat memanjang karena permukaan zat cair atau
muatan curah akan berubah dengan kemiringan kapal. Perubahan luas permukaan
bebas yang cukup besar akan mengurangi stabilitas kapal tersebut, terutama pada
kapalkapal tanpa sekat memanjang.
Jenis sekat memanjang yang dipasang dapat berupa sekat rata atau sekat-sekat
yang mempunyai konstruksi khusus (sekat bergelombang). Susunan konstruksi pada
sekat rata sama dengan susunan konstruksi pada lambung kapal. Jika lambung
menggunakan gading-gading tegak, pada sekat memanjang dipasang penegarpenegar
tegak.
Pada system knstruksi memanjang diperlukan senta sekat memanjang yang
dihubungkan dengan senta mendatar untuk sekat melintang dan senta sisi untuk
lambung kapal. Diperlukan pula pelintang sisi pada sekat yang dihubungkan dengan
pelintang pada geladak dan pelintang sisi pada lambung kapal. Palang pengikat
menghubungkan antara pelintang sisi pada lambung dan pelintang sisi pada sekat.
Susunan konstruksi sekat memanjang dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 16. Sistem konstruksi sekat memanjang pada kapal
1) Geladak
2) Pelintang sisi
3) Pelat sisi
4) Senta
5) Pembujur sisi
6) Sekat memanjang
7) Pembujur sekat
8) Pembujur alas

E. Penentuan Posisi Rangka Kapal


Sistem kerangka kapal
Sistem kerangka/konstruksi kapal (framing system) dibedakan dalam dua jenis utama;
yaitu sistem kerangka melintang (transverse framing system) dan sistem membujur atau
memanjang (longitudinal framing system). Dari kedua sistem utama ini maka dikenal pula
system kombinasi (combination/mixed framing system).
Suatu kapal dapat seluruhnya dibuat dengan sistem melintang, atau hanya bagian-
bagian tertentu saja (misalnya kamar mesin dan/atau cerukceruk) yang dibuat dengan
sistem melintang sedangkan bagian utamanya dengan sistem membujur atau kombinasi;
atau seluruhnya dibuat dengan sistem membujur.
Pemilihan jenis sistem untuk suatu kapal sangat ditentukan oleh ukuran kapal (dalam
hal ini panjangnya sehubungan dengan kebutuhan akan kekuatan memanjang), jenis/fungsi
kapal menjadikan dasar pertimbangan-pertimbangan lainnya.
Untuk mengenali apakah suatu kapal, atau bagian dari badan kapal dibuat dengan
sistem melintang atau membujur dapat dilihat pada panelpanel pelatnya (panel pelat
adalah bidang pelat yang dibatasi oleh penumpu-penumpunya). Jika sisi-sisi panjang panel-
panel pelat berada pada posisi muka-belakang (sesuai arah hadap kapal) maka sistem yang
dipakai pada bagian yang bersangkutan adalah sistem melintang, sebaliknya jika sisi-sisi
pendek berada pada posisi muka-belakang maka sistem yang dipakai adalah sistem
membujur. Sistem kombinasi diartikan bahwa alas dan geladak dibuat dengan sistem
membujur sedangkan sisisisi kapal dibuat dengan sistem melintang.

1. Sistem Konstruksi Melintang


Dalam sistem ini gading-gading (frame) dipasang vertikal (mengikuti bentuk body
plan) dengan jarak antara (spacing), ke arah memanjang kapal, satu sama lain yang
rapat (sekitar antara 500 mm – 1000 mm, tergantung panjang kapal). Pada geladak,
baik geladak kekuatan maupun geladak-geladak lainnya, dipasang balok-balok geladak
(deck beam) dengan jarak antara yang sama seperti jarak antara gading-gading.
Ujungujung masing-masing balok geladak ditumpu oleh gading-gading yang terletak
pada vertikal yang sama. Pada alas dipasang wrang-wrang dengan jarak yang sama pula
dengan jarak antara gading-gading sedemikian rupa sehingga masing-masing wrang,
gading-gading dan balok geladak membentuk sebuah rangkaian yang saling
berhubungan dan terletak pada satu bidang vertikal sesuai penampang melintang kapal
pada tempat yang bersangkutan. Jadi, sepanjang kapal berdiri rangkaian-rangkaian
(frame ring) ini dengan jarak antara yang rapat sebagaimana disebutkan di atas.
Rangkaian ini hanya ditiadakan apabila pada tempat yang sama telah dipasang
sekat melintang atau rangkaian lain, yaitu gading-gading besar.
Gading-gading besar (web frame) adalah gading-gading yang mempunyai bilah
(web) yang sangat besar (dibandingkan bilah gadinggading utama). Gading-gading
besar ini dihubungkan pula ujung-ujungnya dengan balok geladak yang mempunyai
bilah yang juga besar (web beam).
Gading-gading besar ini umumnya hanya ditempatkan pada ruanganruangan
tertentu (misalnya kamar mesin), tetapi dapat juga di dalam ruang muat bila memang
diperlukan sebagai tambahan penguatan melintang.
Tergantung kebutuhan, gading-gading besar demikian ini umumnya dipasang
dengan jarak antara sekitar 3 – 5 m.
Sekat-sekat melintang, gading-gading (biasa maupun besar), balokbalok geladak
(besar maupun biasa) merupakan unsur-unsur penguatan melintang badan kapal.
2. Sistem Konstruksi Memanjang
Dalam sistem ini gading-gading utama tidak dipasang vertikal, tetapi dipasang
membujur pada sisi kapal dengan jarak antara, diukur ke arah vertikal, sekitar 700 mm-
1000 mm. gading-gading ini (pada sisi) dinamakan pembujur sisi 9side longitudinal).
Padea setiap jarak tertentu (sekitar 3-5 m) dipasang gading-gading besar, sebagaimana
gading-gading besar pada sistem melintang, yang disebut pelintang sisi (side
transverse).
Pada alas, dan alas dalam, juga dipasang pembujur-pembujur seperti pembujur-
pembujur sisi tersebut di atas dengan jarak antara yang sama pula seperti jarak antara
pembujur-pembujur sisi. Pembujur-pembujur ini dinamakan pembujur-pembujur alas
(bottom longitudinal) dan, pada alas dalam, pembujur alas dalam (inner bottom
longitudinal). Pada alas juga dipasang wrang-wrang, dan dihubungkan pada pelintang-
pelintang sisi. Tetapi umumnya tidak pada tiap pelintang sisi; yaitu setiap dua, atau
lebih, pelintang sisi. Wrang-wrang pda sistem membujur juga dinamakan pelintang alas
(bottom transverse). Penumpu tengah dan penumpu samping sama halnya seperti
pada sistem melintang.
3. Sistem Konstruksi Kombinasi
Sistem kombinasi ini diartikan bahwa sistem melintang dan system membujur
dipakai bersama-sama dalam badan kapal. Dalam sistem ini geladak dan alas dibuat
menurut sistem membujur sedangkan sisinya menurut sistem melintang. Jadi, sisi-
sisinya diperkuat dengan gadinggading melintang dengan jarak antara yang rapat
seperti halnya dalam sistem melintang, sedangkan alas dan geladaknya diperkuat
dengan pembujur-pembujur. Dengan demikian maka dalam mengikuti peraturan
klasifikasi (rules) sisi-sisi kapal tunduk pada ketentuan yang berlaku untuk sistem
melintang, sedangkan alas dan geladaknya mengikuti ketentuan yang berlaku untuk
sistem membujur, untuk hal-hal yang memang diperlukan secara terpisah.

You might also like