You are on page 1of 45

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN EMPAT LAWANG

2.1.GEOGRAFIS, ADMINISTRASI, KONDISI FISIK

Luas daerah Empat Lawang ± 2.256,44 Km² yang terdiri dari 8 (Delapan Kecamatan ) yang terletak antara
3˚25 – 4˚15’ Lintang Selatan dan 102˚37’ – 103˚45’ Bujur Timur. Kabupaten Empat Lawang Merupakan Kabupaten
pemekaran dari kabupaten lahat yang dibentuk dengan UU No. 1 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kabupaten
Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan.
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas,
 Sebelah Selatan dengan Kabupaten Lahat dan Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu,
 Sebelah Timur dengan Kabupaten Lahat
 Sebelah Barat dengan Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu

Pada masa penjajahan Hindia Belanda ( sekitar Tahun 1870-1900), Tebing Tinggi memegang peran penting
sebagai wilayah administratif (onderafdeeling dan lalu lintas ekonomi karena letaknya sangat strategis, Tebing Tinggi
pernah diusulkan menjadi ibu kota keresidenan saat Belanda berencana membentuk keresidenan Sumatera Selatan
(Zuid Sumatera) tahun 1870-an yang meliputi Lampung, Jambi, dan Palembang. Tebing tinggi dinilai Strategis untuk
menghalau ancaman pemberontakan daerah sekitarnya, seperti Pagar Alam, Pasemah, dan pinggiran Bengkulu.
Namun rencana itu batal karena Belanda hanya membentuk satu keresidenan yaitu Sumatera pada masa
penjajahan Jepang (Tahun 1942-1945) Onderafdeeling Tebing Tinggi berganti nama menjadi kewedanan dan
akhirnya pada masa kemerdekaan menjadi bagian dari wilayah kabupaten.
Dengan letak tersebut menjadikan Kabupaten Empat Lawang sebagai gerbang masuk wilayah Selatan
Provinsi Bengkulu yang perlu didukung oleh prasarana, baik transportasi darat yang memadai, seperti jalan
nasional Bengkulu Selatan dan Bengkulu.
Tofografi wilayah Kabupaten Empat Lawang merupakan daerah dengan ketinggian antara 71 hingga 2.750
meter diatas permukaan laut. Kecamatan lintang kanan merupakan kecamatan dengan wilayah paling tinggi diantar
kecamatan lain yaitu antara 400 hingga 2.750 meter diatas permukaan laut sedangkan kecamatan paling rendah dari
permukaan laut adalah tebing tinggi dengan ketinggian sampai dengan 576 meter.
Keadaan tanah di Kabupaten Empat Lawang terdiri atas :
1. Litosol : Tanah yang cocok untuk tanaman rumput-rumputan sehingga potensial untuk
pengembangan ternak.
2. Alluvial : Sepanjang Sungai Musi dan Sungai Lintang tanah berwarna coklat kekning-kuningan
cocok untuk tanaman palawija.

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 1


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Jarak terjauh dari tebing tinggi, ibu kota kabupaten empat lawang, ke ibu kota kecamatan adalah jarak dari
tebing tinggi ke desa nanjungan, ibu kota kecamatan pasemah air keruh, jaraknya mencapai 56 km. Sedangkan
kecamatan terdekat dengan tebing tinggi adalah kecamatan talang padang, dengan ibu kotanya desa lampar baru,
yaitu hanya berjarak 30 km.
Kabupaten Empat Lawang memiliki luas wilayah 2.256,44 km², serta secara administratif terdiri dari 8
Kecamatan, 154 desa, 2 desa persiapan dan 2 Kelurahan. Luas wilayah Per Kecamatan dapat dilihat pada

Tabel 2.1 Pembagian Administrasi dan Luas Wilayah Kecamatan


Kabupaten Empat Lawang
Jumlah
No. Kecamatan Jumlah Desa Luas Wil. (Km²) % Luas
Kelurahan
1 Lintang Kanan 16 - 252,79 11,2
6
2 Muara Pinang 22 - 193,72 8,63
3 Pasemah Air Keruh 15 - 217,90 9,71
4 Pendopo 30 3 288,07 12,83
5 Talang Padang 13 - 141,07 6,29
6 Tebing Tinggi 35 5 590,57 26,31
7 Ulu Musi 14 - 329,62 14.6
9
8 Sikap Dalam 11 - 230,76 10.28
Jumlah 154 8 2.244,50 100.00
Sumber : BPS Empat Lawang Dalam Angka, Tahun 2011

Kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah Tebing Tinggi, yakni 590,93 km² atau 26,19% dari total
wilayah. Sementara kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Talang Padang, dengan
luas wilayah 140,90 km² atau 6,24% dari total wilayah.

Kabupaten Empat Lawang beriklim tropis basah dengan curah hujan antara 97 – 386 mm/hari sepanjang
tahun. Curah hujan bervariasi dengan Bulan November sebagai bulan dengan curah hujan terbesar,
sedangkan pada Bulan Juni merupakan bulan dengan curah hujan terendah sepanjang tahun. Suhu udara
di Kabupaten Empat Lawang berkisar 30,47º C – 32,16º C. Pada bulan-bulan tertentu, seperti Bulan April,
suhu udara minimum mencapai rata-rata 22,7º C. Sedang pada Bulan Januari, suhu udara maksimum bisa
mencapai 37,1º C. Kelembaban udara di wilayah Kabupaten Empat Lawang berkisar antara 66,85 – 90,20
R.h. Kelembaban terendah terjadi pada Bulan Desember, sementara kelembaban udara tertinggi terjadi
pada Bulan Agustus.

Wilayah kabupaten Empat Lawang merupakan daerah yang dialiri oleh banyak sungai. Beberapa sungai
yang relatif besar adalah Sungai Musi, Sungai Air Lintang, Sungai Air Keruh dan Sungai Air Saling.
Persedian air sungai tersebut tergantung pada mata air dari Bukit Barisan.

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 2


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

eta 2.1 Peta Orientasi Kabupaten Empat Lawang

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 3


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Peta 2.2 Peta Admistrasi Kabupaten Empat Lawang

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 4


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Wilayah Kabupaten Empat Lawang merupakan daerah dengan ketinggian antara 71 hingga 2.750 meter
diatas permukaan laut. Kecamatan lintang kanan merupakan kecamatan dengan wilayah paling tinggi diantar
kecamatan lain yaitu antara 400 hingga 2.750 meter diatas permukaan laut sedangkan kecamatan paling rendah
dari permukaan laut adalah tebing tinggi dengan ketinggian sampai dengan 576 meter.

Sedangkan berdasrkan kelerangannya agak curam / sedang (5% – 15%), landai / datar (2% – 5%) sangat
curam (>40%), berat / Curam (15% – 40%

Tabel 2.2 Kelas Lereng Kabupaten Empat Lawang

No Kelas Lereng Luas Ha (%)


1 Datar Sekali (0% - 3%) 1.123,82 48,02
2 Bergelombang (3% - 12%) 562,82 24,00
3 Curam (12% - 40%) 448,58 19,17
4 Sangat Curam (>40%) 206,23 8,81
2.340,45 100,00

Wilayah Kabupaten Empat Lawang didominasi jenis tanah Litosol Tanah yang cocok untuk tanaman rumput-
rumputan sehingga potensial untuk pengembangan ternak. Alluvial Sepanjang Sungai Musi dan Sungai Lintang
tanah berwarna coklat kekning-kuningan cocok untuk tanaman palawija.

Tabel 2.3 Jenis Tanah Kabupaten Empat Lawang


No Jenis Tanah Bahan Induk Fisiografi
1 Alluvial Bahan Alluvial Datarn
2 Litosol Batuan Beku Batuan Beku
3 Regosol Abu dan Pasir Vulkan Intermedian
4 Gembur Masam dan Tuf Masam
5 Andosol Vulkan Intermediter

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 5


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Peta 2.3 Peta Kelerengan Lahan Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Peta 2.4 Peta Jenis Tanah Kabupaten Empat Lawang


Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 6
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 7


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Secara regional perkembangan struktur geologi di sumatera bagian selatan pada prinsipnya dipengaruhi
oleh beberapa rejimtektonik. Pada daerah cekungan belakang busur (Back-arc Basin) struktur geologi berkembang
akibat kombinasi pergeseran lateral, sedagkan pada daerah busur vulkanik perkembangan struktur geologi dikontrol
oleh wrenching. Pada cekungan sumatera bagian selatan, struktur geologi pada umumnya ditunjukkan oleh dua
komponen utama yaitu.
1. Batuan dasar pra tersier yang membentuk half graben, horst dan blok seser
2. Elemen struktur berarah barat laut tenggara dan struktur defresi ditimur laut yang keduanya terbentuk
sebagai akibat orogen Plio-Plistosen
Kabupaten Empat Lawang secara geologi memiliki peluang untuk memiliki simpanan dari penyebaran energi
fosil dan non fosil akibat sejarah geologi. Secara tofografi yang relativ berbukit dan bergelombang membentuk
sebagian besar wilayah Kabupaten Empat Lawang dan pada umunya merupakan perbukitan.
Relief perbukitan ini terbentuk karena wilayah Kabupaten Empat Lawang termasuk kedalam lajur
pegunungan bukit barisan yang membentang disepanjang pulau sumatera di bagian barat. Berdasarkan tatanan
tektonik wilayah Kabupaten Empat Lawang menempati mendala cekungan belakang busur paleogene yang dikenal
sebagai cekungan sumatera bagian selatan dibagian timur dan mendala busur vulkanik yang membentang secara
regional disepanjang pegunungan bukit barisan dibagian barat. Kedua mendala tektonik ini terbentuk akibat adanya
interaksi menyerong antara lempeng benua eurasia ditimur laut pada tersiaer. Pertemuan kedua lempeng bumi
tersebut terletak disepanjang parit sunda yang berada di lepas pantai barat sumatera dimana lempeng samudera
menyusup dengan penunjaman miring – 30o dibawah kontinen yang dikenal sebagai Paparan Sunda atau sundaland
( Penyusunan Kebijakan pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten Empat Lawang : 2011)
Berdasarkan sistem DAS, sebagian besar di Kabupaten Empat Lawang berada dalam wilayah Sub-sub DAS
Musi yang merupakan Sub-sub Das dari DAS Provinsi dan DAS Pasemah, Lintang sebagai DAS Kabupaten.
Selengkapnya sebagaimana tabel 2.4 dan peta DAS

Tabel 2.4 DAS dan Sub-sub DAS di Wilayah Kabupaten Empat Lawang

No DAS Sub DAS Sub-sub DAS


1 Sungai Musi Provinsi Tidak Ada Datanya
2 Sungai Pasemah Kabupaten Tidak Ada Datanya
3 Sungai Lintang Kabupaten Tidak Ada Datanya
Sumber : BPS Empat Lawang Dalam Angka

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 8


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Peta 2.5 Peta Geologi Kabupaten Empat Lawang

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 9


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Peta 2.6 Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Empat Lawang

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 10


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Kabupaten Empat Lawang beriklim tropis basah dengan curah hujan antara 97 – 386 mm/hari sepanjang
tahun. Curah hujan bervariasi dengan Bulan November sebagai bulan dengan curah hujan terbesar, sedangkan
pada Bulan Juni merupakan bulan dengan curah hujan terendah sepanjang tahun. Suhu udara di Kabupaten Empat
Lawang berkisar 30,47º C – 32,16º C. Pada bulan-bulan tertentu, seperti Bulan April, suhu udara minimum
mencapai rata-rata 22,7º C. Sedang pada Bulan Januari, suhu udara maksimum bisa mencapai 37,1º C.
Kelembaban udara di wilayah Kabupaten Empat Lawang berkisar antara 66,85 – 90,20 R.h. Kelembaban terendah
terjadi pada Bulan Desember, sementara kelembaban udara tertinggi terjadi pada Bulan Agustus.

Wilayah kabupaten Empat Lawang merupakan daerah yang dialiri oleh banyak sungai. Beberapa sungai
yang relatif besar adalah Sungai Musi, Sungai Air Lintang, Sungai Air Keruh dan Sungai Air Saling. Persedian air
sungai tersebut tergantung pada mata air dari Bukit Barisan.

Tabel 2.6 Data Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan Kabupaten Empat Lawang
Tahun 2010
Jumlah Hujan Curah Hujan
No Bulatan
(Hari) ( mm)
1 Januari 15 906
2 Februari 19 1.507
3 Maret 15 173
4 April 7 55
5 Mei 15 93
6 Juni 11 121
7 Juli 12 177
8 Agustus 10 231
9 September 15 225
10 Oktober 9 57
11 November 14 171
12 Desember 5 187
Sumber : BPS Empat Lawang Dalam Angka 2011

Tabel 2.7 Data Suhu Udara C o Maksimum, Minimum dan Rata-Rata Kabupaten Empat Lawang
Tahun 2010
Maksimum Minimum
No Bulan o
Rata-Rata
C Co
1 Januari 29 23 26

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 11


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

2 Februari 29 22 25
3 Maret 29 23 26
4 April 39 23 26
5 Mei 28 22 25
6 Juni 29 22 26
7 Juli 30 24 27
8 Agustus 29 22 25
9 September 28 22 25
10 Oktober 29 22 26
11 November 29 22 25
12 Desember 29 22 26
Sumber : BPS Empat Lawang Dalam Angka 2011

Tabel 2.7 Data Suhu Udara C o Maksimum, Minimum dan Rata-Rata Kabupaten Empat Lawang
Tahun 2010

Desember

Nopember
Oktober
September
Agustus
Juli
Juni
Mei
April
Gambar 1.3
Maret Suhu Udara Bulanan di Kabupaten Empat Lawang ( C),
Februari
Januari

Tabel 2.8 Rata-Rata Kelembaban Relatif dan kecepatan Angin Kabupaten Empat Lawang
Tahun 2010
Rata-Rata Rata-Rata Kecepatan
No Bulan
Kelembaban Angin
1 Januari 76,90 5,44
2 Februari 76,20 5,18
3 Maret 77,30 27,50
4 April 78,80 22,50
5 Mei 79,50 22,70

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 12


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

6 Juni 79,90 22,10


7 Juli 77,60 22,50
8 Agustus 90,20 25,01
9 September 79,30 25,42
10 Oktober 78,70 25,80
11 November 81,60 25,10
12 Desember 66,85 25,40
Sumber: BPS Empat Lawang dalam Angka 2010

2.2 Demografi

Kabupaten Empat Lawang memiliki luas wilayah 2.256,44 km², serta secara administratif terdiri dari 8
Kecamatan, 154 desa, 2 desa persiapan dan 2 Kelurahan. Jumlah Rumah Tangga yang tercatat pada akhir 2010
sepulu berdasarkan data hasil sensus penduduk 2010 jumlah penduduk 221.176 orang yang terdiri dari 113.364
orang laki-laki dan 107.812 orang perempuan (sex rasio). Maka kepadatan penduduk rata 151 orang / km. Jumlah
penduduk terbanyak berada pada kecamatan Pendopo ( 47.639 orang dan kepadatan 165 km). Sebaliknya jumlah
penduduk yang terkecil berada di kecamatan Tebing Tinggi ( 55.639 orang dan kepadatan penduduk 94,21 km).
Berdasarkan data penduduk tahun 2000 s/d 2010 yang telah terhitung oleh BPS kabupaten Empat Lawang laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Empat Lawang 1,47%/ dan yang terendah kecamatan Tebing Tinggi . data
jumlah penduduk dan kepadatan penduduk tahun 2010, serta laju pertumbuhan perkecamatan selengkapnya pada
tabel 2.9

Tabel 2.9 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan pertumbuhan penduduk Per
Kecamatan Kabupaten Empat Lawang Tahun 2010
Jumlah Kepadatan
Pertumbuhan
No. Kecamatan Luas Penduduk Penduduk
Penduduk
(Jiwa) (Org/Km²)
1 Lintang Kanan 252,79 23.868 94 Tidak Ada Data
2 Muara Pinang 193,72 29.285 151 Tidak Ada Data
3 Pasemah Air Keruh 217,90 19..578 90 Tidak Ada Data
4 Pendopo 288,07 47.639 165 Tidak Ada Data
5 Talang Padang 141,07 11.615 82 Tidak Ada Data
6 Tebing Tinggi 590,57 55.639 94 Tidak Ada Data
7 Ulu Musi 329,62 17.238 52 Tidak Ada Data
8 Sikap Dalam 230,76 16.314 71 Tidak Ada Data
Jumlah 2.244,50 221.176 800

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 13


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Sumber: BPS Empat Lawang dalam Angka


Hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilaksanakan oleh BPS Kabupaten Empat Lawang menunukkan
bahwa jumlah penduduk Kabupaten Empat Lawang terbanyak berada pada usia 10-14 tahun yaitu terbanyak 22.485
orang dan usia 15-19 tahun yaitu 18.901 orang. Hal ini menunjukkan bahwa kabupaten Empat Lawang didominasi
usia 10-19 tahun. Dengan jumlah penduduk usia 10-19 tahun dengan jumlah 41.386 orang ( 18,29%)
Berdasarkan data laju pertumbuhan penduduk yang dihitung menurut data penduduk sepuluhtahun, yaitu
tahun 2000 s/d 2010, dihitung proyeksi jumlah penduduk pertahun sampai dengan tahun 2017 dengan
menggunakan rumus aritmatika sebagai berikut :
Pn = Po (1 + r n ) atau Pn = Po ( 1 + r )n
Pn = Jumlah Penduduk setelah n Tahun ke depan
Po = Jumlah Penduduk Tahun Awal
r = Angka Laju Pertumbuhan
n = Jangka Waktu dalam tahun
dengan menggunakan rumus tersebut, hasil proyeksi jumlah penduduk tahun 201 sampai dengan tahun 2017 dapat
dilihat pada tabel 2.10

Tabel 2.10 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Empat Lawang
Tahun 2011-2017
Jumlah Jumlah Penduduk Proyeksi Tahun n (Jiwa)
No Kecamatan Penduduk
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Kecamatan Lintang Kanan 23.868 23.987 24.105 24.224 24.342 24.461 24.579 24.698
2 Kecamatan Muara Pinang 29.285 29.404 29.522 29.641 29.759 29.878 29.996 30.115
3 Kecamatan Pasemah Air Keruh 19.578 19.697 19.815 19.934 20.052 20.171 20.289 20.408
4 Kecamatan Pendopo 47.639 47.758 47.876 47.995 48.113 48.232 48.350 48.469
5 Kecamatan Talang Padang 11.615 11.734 11.852 11.971 12.089 12.208 12.326 12.445
6 Kecamatan Tebing Tinggi 55.639 55.758 55.876 55.995 56.113 56.232 56.350 56.469
7 Kecamatan Ulu Musi 17.238 17.357 17.475 17.594 17.712 17.831 17.949 18.068
8 Kecamatan Sikap Dalam 16.314 16.433 16.551 16.670 16.788 16.907 17.025 17.144
Jumlah 221.176 222.128 223.072 224.024 224.968 225.920 226.864 227.816

Sumber: BPS Empat Lawang dalam Angka ( Tidak ada Data Penjelasan Data Penduduk 5 Tahun Terakhir)
2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah

Dengan ditetapkannya UU No. 33 tahun 2004 tentang Keuangan Pemerintahan Daerah, sebagai pengganti
UU No. 25 tahun 1999, terjadi perubahan mendasar tentang pengelolaan keuangan daerah yang bertumpu kepada
upaya peningkatan efisiensi, efektifitas, akuntabilitas dan transpsaransi.

Inti perubahan tersebut menyangkut hak dan kewajiban daerah dalam pengelolaan keuangan publik, yang
meliputi mekanisme penyusunan, pelaksanaan dan penatausahaan, pengendalian dan pengawasan serta
pertanggungjawaban keuangan daerah.

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 14


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Realisasi APBD Kabupaten Empat Lawang dari tahun 2008 s/d tahun 2012 selalu mengalami peningkatan.
Pada tahun 2008 realisasi pendapatan 247 Milyar rupiah dan realisasi belanja 227 milyar rupiah meningkat pada
tahun 2011 realisasi pendapatan menjadi 539 milyar rupiah dan realisasi belanja 500 milyar rupiah.

Tabel 2.11 Ringkasan Realisasi APBD 5 tahun terakhir Kabupaten Empat Lawang Tahun 2008-2012
No Anggaran n-4 n-3 n-2 n-1 n
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
A Pendapatan
Pendapatan Asli
1 2.498.357.342,27 8.993.712.386,05 11.322.190.968,65 18.478.009.967,71 14.603.030.000
Daerah (PAD)
Dana Perimbangan 217.633.324.901,25
2 334.754.809.503,77 521.336.360.936 460.302.368.911,56
(Transfer)
Lain-lain Pendapatan
3 27.161.105.525,50 - 10.000.000.000 - 43.314.677.494,97
yang Sah
247.292.785.769,02
Jumlah Pendapatan 343.748.521.889,82 415.919.815.073,65 539.814.370.903,71 518.220.076.406,53

B Belanja
1 Belanja Tidak Langsung 77.730.044.672,76 202.990.868.672,00 268.465.984..346,98 318.008.214.374,45 223.904.266.117,53
2 Belanja Langsung 149.763.168.853,24 142.286.344.833 129.125.056.106 165.942.346.161 313.868.572.889,00
3 Transfer - 11.066.800.000 14.987.110.000 16.860.995.000 -
227.493.213.526,00
Jumlah Belanja 356.344.013.505,00 412.578.149.452,98 500.811.555.535,45 537.772.839.006,53

Surplus/Defisit
19.799.572.243,02 -12.595.491.615,18 3.341.665.620,67 39.002.815.368,26 -19.552.762.600
Anggaran

Dalam pengelolaan keuangan daerah, keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada pearturan
perundang – undangan yang berlaku, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan
dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun di tetapkan dengan peraturan
daerah, Peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan Belanja dan Daerah mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi dan distribusi serta merupakan dasar untuk melakukan penerimaan dan
pengeluaran daerah
Secara umum, keberhasilan pengelolaan keuangan suatu daerah dapat diukur dengan beberapa
indikator antara lain meliputi : 1) Indikator penerimaan pajak ( tax effort) yang terkait dengan revenue; 2) Indikator
investasi pemerintah yang terkait dengan expenditure; dan 3) Indikator dana perimbangan yang berhubungan erat
dengan dependency terhadap sumberdaya dari luar daerah (external source).

Upaya peningkatan penerimaan pajak (tax effort) dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

1. Pendapatan per kapita;

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 15


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Pendapatan per kapita suatu daerah semakin tinggi, memiliki kecenderungan perolehan pajak yang semakin
besar. Sehingga rasio pajak terhadap PDRB juga akan semakin meningkat.

2. Distribusi pendapatan;

Semakin besar proporsi penduduk yang memiliki penghasilan menengah ke atas, maka subyek pajak daerah
tersebut cenderung semakin besar.

3. Struktur perekonomian, yang meliputi :

a) Aspek kegiatan bisnis. Semakin berkembang kegiatan bisnis di suatu daerah, cenderung semakin besar
potensi pajak yang dimiliki oleh daerah tersebut; b) Aspek sektoral. Semakin berkembangnya sektor-sektor
pengolahan dan jasa di suatu daerah, maka perkembangan potensi pajaknya lebih besar, jika dibandingkan
apabila struktur perekonomian daerah tersebut didominasi oleh sektor primer; c) Aspek penggunaan.
Pengenaan pajak terhadap barang dan jasa impor lebih mudah jika dibandingkan pengenaan pajak terhadap
barang dan jasa untuk ekspor.

4. Institusi pemungut pajak;

Kelembagaan pemungut pajak daerah yang sistem dan prosedur (sisdur) lebih mapan (institutionalized),
cenderung lebih baik penerimaan pajaknya dibandingkan kelembagaan yang belum tertata baik.

5. Penegakan hukum (law enforcement);

Bagi wajib pajak dan petugas pajak yang tidak tertib ataupun sistem dan prosedur sanksi serta insentifnya
belum melembaga, cenderung potensi pajaknya lebih besar dibandingkan realisasi penerimaannya. Kondisi ini
menunjukkan lemahnya law enforcement di daerah tersebut.

Indikator berikutnya adalah investasi pemerintah yang diukur dari sisi pengeluaran pemerintah untuk pos
belanja publik atau belanja langsung. Hal ini bisa dilakukan dengan menghitung rasio pengeluaran publik atau
belanja langsung terhadap total pengeluaran pemerintah. Semakin tinggi atau besar rasio pengeluaran publik atau
belanja langsung, semakin baik pengelolaan keuangan daerah. Ukuran lain yang juga digunakan untuk melihat
kinerja pengelolaan keuangan daerah adalah neraca surplus atau defisit pemerintah daerah. Umumnya defisit
pemerintah daerah sebesar ≤ 5% terhadap total pendapatan masih dapat ditoleransi.

Selanjutnya, indikator yang lain yaitu dana perimbangan. Kontribusi dana perimbangan terhadap
penerimaan daerah dapat diukur melalui rasio dana perimbangan terhadap total Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD), rasio dana perimbangan terhadap total belanja tidak langsung, dan rasio dana perimbangn
terhadap total belanja langsung. Semakin besar rasio dana perimbangan terhadap total APBD, belanja tidak
langsung maupun belanja langsung, maka semakin besar kemandirian (independent) daerah tersebut terhadap
sumberdaya luar (external source).
Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 16


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
dipergunakan untuk membiayai berbagai kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
Kemampuan keuangan daerah Kabupaten Empat Lawang TA. 2008 dapat dilihat pada tabel 5.1.
Pendapatan daerah Kabupaten Empat Lawang Tahun 2008 sebesar Rp 263.842.386.576. Komponen pendapatan
terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 6.041.595.250, Dana Perimbangan (DP) sebesar Rp
225.782.129.825, serta Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Rp 32.018.661.501.
Tabel 2.12 Rekapitulasi realisasi Belanja Modal Sanitasi SKPD
Kabupaten Empat Lawang 2008
N
Subsektor/SKPD n-4 n-3 n-2 n-1 N
o
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)
A Air Limbah
1 DPU Pengairan
2 PU-CK 2.758.278.000
3 KLH 65.000.000 50.000.000
4 Kimtaru
B Persampahan 125.000.000 173.000.000 1.753.837.000
C Drainase 4.606.922.700 1.229.353.150 10.661.332,192
Aspek PHBS (pelatihan,
sosialisasi, komunikasi, 582.823.000
D pendampingan)
Total Belanja Modal
4.606.922.700 1.419.353.150 10.884.332.192 5.094.938.000
E Sanitasi (A s/d D)
F Total Belanja Modal
Sanitasi dari APBD murni 4.606.922.700 1.419.353.150 10.884.332.192 5.094.938.000
(bukan pendamping)
G Total Belanja APBD 227.493.213.526 356.344.013.505 412.578.150.452,98 500.811.555.535,45 537.772.839.006,53
H Proporsi Belanja Modal
Sanitasi terhadap Belanja
Total (9:10x100%)
I Jumlah penduduk
J Belanja Modal Sanitasi per
penduduk (E:I)
Sumber : APBD Kabupaten Empat Lawang Tahun 2008
Apabila dilihat dari kontribusi masing-masing komponen pendapatan daerah, Dana Perimbangan (DP)
memberikan kontribusi terbesar (85,6%), sementara komponen PAD hanya menyumbang 2,3%. Lebih jauh
mengenai gambaran penerimaan daerah dari komponen PAD dan dana perimbangan selama kurun waktu tahun
2005 - 2008 dapat disajikan sebagaimana uraian analisis di bawah

Pendapatan Asli Daerah

Pada tahun 2008, Pendapatan Asli Daerah (PAD) menyumbang pendapatan daerah Kabupaten Empat
Lawang sebesar Rp 6.041.595.250,- yang terdiri dari pajak daerah sebesar Rp. 2.116.783.500,- Retribusi Daerah Rp
270.420.000,- dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Rp 3,654,391,750,-.

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 17


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Komponen PAD yang memberikan kontribusi paling besar selama pada tahun 2008 adalah lain-lain
pendapatan asli daerah, sebesar 60,5%. Disusul kemudian oleh pajak daerah yang memberikan kontribusi sebesar
35,04%, dan retribusi daerah sebesar 4,5%.

Secara umum kontribusi PAD belum memiliki peranan yang cukup signifikan dalam mendorong sisi
penerimaan APBD secara keseluruhan. Hal ini tercermin dari rasio PAD terhadap pendapatan daerah rata-rata
hanya 2,3%.

Dana Perimbangan

Komponen Dana Perimbangan terdiri dari :


1. Dana Alokasi Umum (DAU)
2. Dana Alokasi Khusus
3. Bagi hasil pajak/ bukan pajak

1. Dana Alokasi Umum (DAU)


Dana Alokasi Umum (DAU) pada tahun 2008 sebesar Rp 109,189,030,000,-. Peranan DAU terhadap total
dana perimbangan Tahun 2008 sebesar 48,4%. Sementara peranan DAU terhadap pendapatan daerah secara
keseluruhan sebesar 41,4%.
Peranan DAU yang sangat besar menunjukkan adanya ketergantungan daerah terhadap alokasi anggaran
dari pusat. Sehingga, pada masa-masa yang akan datang, diharapkan adanya penurunan yang signifikan dari
peranan DAU terhadap terhadap total pendapatan. Serta di sisi lain, diikuti dengan peningkatan peranan pendapatan
asli daerah maupun dana bagi hasil pajak. Sehingga posisi keuangan daerah semakin kokoh dan mengurangi
ketergantungan dari pusat.

2. Dana Alokasi Khusus (DAK)


Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah salah satu komponen Dana Perimbangan, yang dialokasikan dari
APBN kepada daerah tertentu untuk membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan ketersediaan dana
dalam APBN. Kebutuhan khusus yang dimaksudkan adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dan
merupakan komitmen atau prioritas nasional seperti kebutuhan di kawasan transmigrasi, dan kebutuhan
beberapa jenis investasi / prasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, saluran irigasi primer,
saluran drainase primer.

Dana Alokasi Khusus (DAK) Kabupaten Empat lawang Tahun 2008 sebesar Rp 13.787.570.000,-.
Peranan/kontribusi DAK terhadap Dana Perimbangan relatif kecil, yaitu hanya sebesar 6,1%.

3. Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak dan Data Perekonomian Daerah 5 tahun Terakhir

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 18


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Ada 2 (dua) skema dana bagi hasil, yaitu DBH pajak dan DBH bukan pajak. Bagi hasil pajak adalah
pembagian seluruh atau sebagian hasil penerimaan pajak dan suatu tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi
kepada tingkatan pemerintahah dibawahnya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan.

Bagian daerah dari penerimaan Bagi Hasil Pajak terdiri dari PBB, BPHTB dan PPh pasal 21. Pembagian
sumber daya alam secara umum sudah diatur dalam UU No 25/1999 dan UU 33/2004. SDA yang dibagikan
adalah minyak bumi, gas alam, panas bumi, pertambangan umum (seperti batu bara, nikel, emas, dsb.), hasil
hutan, dan hasil perikanan daya perekonomian Daerah.

Tabel 2.13: Data perekonomian umum daerah 5 tahun terakhir

No Deskripsi n-4 n-3 n-2 n-1 n

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)


PDRB harga konstan
1 (struktur perekonomian) 1.670.590 juta 906.145 juta Tidak Ada Data Tidak Ada Data Tidak Ada Data
(Rp.)
2 Pendapatan Perkapita Tidak Ada Data Tidak Ada Data Tidak Ada Data
6.619.028 7.355.335
Kabupaten/Kota (Rp.)
3 Upah Minimum Regional Tidak Ada Data Tidak Ada Data Tidak Ada Data
Kabupaten/Kota (Rp.)
4 Inflasi (%) 10,66 % 5,26% Tidak Ada Data Tidak Ada Data Tidak Ada Data
5 Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,94 % 6,23 % Tidak Ada Data Tidak Ada Data Tidak Ada Data

Figure Komposisi Bagi Hasil Pajak Antar Tingkat Pemerintahan

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 19


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

B a g i H a s il P a ja k

PBB BPHTB P Ph Ps 25 dan 29


W a jib P a ja k O r a n g
P r ib a d i D a la m N e g e r i
dan PPh Ps 21
D a e ra h D a e ra h
P u s a t (1 0 % ) P u s a t (2 0 % )
(9 0 % ) (8 0 % )
D a e ra h
P u s a t (8 0 % )
(2 0 % )
D ib a g i R a ta P r o v in s i P ro v in s i
(1 6 ,2 % ) D ib a g i R a ta (1 6 % ) P r o v in s i
k e K a b /K o ta
k e K a b /K o ta (4 0 % )
(6 5 % )
K a b u p a te n / K a b u p a te n /
K o ta ( 6 4 ,8 % ) K o ta ( 6 4 % ) K a b u p a te
In s e n t i f K a b / n / K o ta
K o ta (3 5 % ) B ia y a (6 0 % )
P e m u n g u ta n
(9 % )

Figure Komposisi Bagi Hasil Bukan Pajak


P u s a t (2 0 % )
B a g i H a s il S u m b e r P r o v in s i ( 1 6 % )
Iu r a n H a k P e n g u a s a a n
D a y a A la m
H u t a n ( IH P H ) D a e ra h (8 0 % )
K a b u p a te n /K o ta ( 6 4 % )
P u s a t (2 0 % )
P r o v is i S u m b e r D a y a P r o v in s i ( 1 6 % )
K e h u ta n a n
H u ta n ( P S D H )
D a e ra h (8 0 % ) K a b u p a te n /K o ta P e n g h a s il ( 3 2 % )

P u s a t (6 0 % ) K a b u p a te n /K o ta d a la m s a tu p r o v in s i ( 3 2 % )
D a n a R e b o is a s i
D a e ra h (4 0 % )

P u s a t (2 0 % ) P ro v in s i (1 6 % )
Iu r a n T e t a p ( L a n d R e n t )
P e rta m b a n g a n D a e ra h (8 0 % ) K a b u p a te n /K o ta ( 6 4 % )
U m um
P u s a t (2 0 % ) P ro v in s i (1 6 % )
Iu r a n E k s p l o r a s i d a n
E k s p lo ita s i ( R o y a lty )
D a e ra h (8 0 % ) K a b u p a te n /K o ta P e n g h a s il (3 2 % )

P u n g u ta n P e n g u s a h a a n K a b u p a te n /K o ta d a la m s a tu p ro v in s i ( 3 2 % )
P e r ik a n a n P u s a t (2 0 % )
P e rik a n a n
P u n g u ta n H a s il
P e r ik a n a n K a b u p a te n /K o ta (8 0 % )

P r o v in s i (3 ,1 % ) 0 ,1 % u n tu k A n g g a r a n P e n d id ik a n D a s a r
P u s a t ( 8 4 ,5 % )
P e r ta m b a n g a n
M in y a k B u m i K a b u p a te n /K o ta P e n g h a s il ( 6 ,2 % ) 0 ,2 % u n tu k A n g g a r a n P e n d id ik a n D a s a r
D a e ra h (1 5 ,5 % )
K a b u p a te n /K o ta d a la m s a tu p r o v in s i ( 6 ,2 % ) 0 ,2 % u n tu k A n g g a r a n P e n d id ik a n D a s a r
P u s a t ( 6 9 ,5 % ) P r o v in s i (6 ,1 % ) 0 ,1 % u n tu k A n g g a r a n P e n d id ik a n D a s a r
P e rta m b a n g a n
G as Bum i
D a e ra h (3 0 ,5 % ) K a b u p a te n /K o ta P e n g h a s il ( 1 2 ,2 % ) 0 ,2 % u n tu k A n g g a r a n P e n d id ik a n D a s a r

S e to r a n B a g ia n K a b u p a te n /K o ta d a la m s a tu p r o v in s i ( 1 2 ,2 % ) 0 ,2 % u n tu k A n g g a r a n P e n d id ik a n D a s a r
P e m e rin ta h
P e r ta m b a n g a n P u s a t (2 0 % )
Panas B um i Iu r a n T e ta p d a n
P ro d u k s i D a e ra h (8 0 % ) 1 6 % P r o v in s i; 3 2 % K a b / K o t a P e n g h a s il; 3 2 % K a b / K o t a d a la m s a t u p r o v in s i

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 20


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Pembagian sumber daya alam secara umum sudah diatur dalam UU No 25/1999 dan UU 33/2004.
SDA yang dibagikan adalah minyak bumi, gas alam, panas bumi, pertambangan umum (seperti batu bara, nikel,
emas, dsb.), hasil hutan, dan hasil perikanan.

DBH pajak dan bukan pajak Kabupaten Empat Lawang pada tahun 2007 sebesar Rp
102,805,529,825,-. Kontribusi DBH pajak dan bukan pajak terhadap Dana Perimbangan sebesar 45,5% Oleh
karena itu, pada tahun-tahun mendatang perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan secara berkelanjutan
sumber penerimaan pajak / bukan pajak agar penerimaan pemerintah daerah dari sumber ini semakin dapat
diandalkan.

 Arah Pengelolaan Belanja Daerah

Dari sisi pembelanjaan atau pengeluaran, pemerintah Kabupaten Empat Lawang harus mengadopsi
paradigma baru mengenai penyusunan anggaran yang disebut performance budgeting atau penyusunan anggaran
berbasis kinerja, menggantikan line-item budgeting. Dalam rangka untuk menerapkannya, pemerintah daerah harus
terlebih dulu melakukan kajian pengeluaran standar untuk menjustifikasi semua pengeluaran yang diajukan, yang
ditujukan untuk melakukan pelayanan publik. Jumlah yang diajukan untuk setiap budget item harus dijustifikasi
berdasarkan kinerja baku (standard performance) yang disyaratkan dan tidak hanya berdasarkan pada peningkatan
dari angka-angka tahun sebelumnya.

Sebagaimana diketahui dalam Permendagri 13 Tahun 2006 dan 59 Tahun 2007, pengeluaran atau belanja
Pemerintah Daerah dikelompokkan dalam belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja langsung
merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Sebaliknya belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan.

Belanja daerah sebagaimana ketentuan Permendagri No. 13 Tahun 2006, terdiri dari Belanja Langsung dan
Belanja Tidak Langsung. Alokasi belanja langsung mencapai Kabupaten Empat Lawang Tahun 2008 sebesar Rp.
175.422.012.034,00, sementara alokasi untuk belanja tidak langsung sebesar Rp. 89.146.877.987,67. Perincian
masing-masing kelompok pengeluaran/belanja ditunjukkan dalam tabel 2.13 di bawah. Pada APBD berjalan Tahun
2008, pangsa (share) Belanja tidak langsung terhadap jumlah seluruh belanja sebesar 33,7%. Sementara pangsa
Belanja Langsung sebesar 66,3%.
Tabel 2.13 Alokasi Pengeluaran/Belanja Kabupaten
Empat Lawang Tahun 200 8

URAIAN JUMLAH
SHARE (%)
BELANJA Rp 264,568,890,021.67
Belanja Tidak Langsung Rp 89,146,877,987.67 33.70

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 21


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Belanja Pegawai Rp 60,497,427,585.44 67.86


Belanja Hibah Rp 1,325,000,000.00 1.49
Belanja Bantuan Sosial Rp 7,000,000,000.00 7.85
Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota
Rp 308,000,000.00 0.35
dan Pemerintah Desa

Belanja Bantuan Keuangan Kepada


Rp 9,224,799,999.00 10.35
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa
Belanja Tidak Terduga Rp 10,791,650,403.23 12.11
Belanja Langsung Rp 175,422,012,034.00 66.30
Belanja Pegawai Rp 24,518,705,478.00 13.98
Belanja Barang dan Jasa Rp 55,482,970,155.00 31.63
Belanja Modal Rp 95,420,336,401.00 54.39

Komponen belanja yang terbesar di dalam Belanja Tidak Langsung, yaitu untuk gaji pegawai, sebesar
67,9% atau Rp 60.497.427.585,44. sementara pangsa belanja hibah sebesar 1,5% atau Rp. 1.325.000.000,-.
Belanja hibah merupakan belanja dalam bentuk uang, barang/jasa yang telah spesifik ditetapkan peruntukkannya,
baik kepada kelompok masyarakat/perorangan ataupun kepada pemerintah dan pemerintah daerah lainnya. Pada
kelompok Belanja Langsung, komponen terbesar adalah untuk belanja modal, sebesar 54,4% atau Rp.
95.420.336.401,00.

Dilihat dari rasio belanja langsung maupun tidak langsung terhadap total pengeluaran/belanja menunjukkan
proporsi terbesar dari alokasi belanja diperuntukkan bagi belanja langsung. Komposisi ini menunjukkan arah yang
tepat, bahwa penyerapan anggaran belanja terutama diperuntukkan bagi program dan kegiatan pembangunan yang
langsung dirasakan oleh masyarakat. Pada masa-masa yang akan datang, komposisi seperti ini tetap harus dijaga
oleh Pemerintah Kabupaten Empat Lawang. Karena sebagai daerah kabupaten yang baru berdiri, masih
membutuhkan berbagai program dan kegiatan, terutama pembangunan sarana dan prasarana fisik, pengembangan
ekonomi rakyat serta penyediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai dan terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat.

 Kebijakan Umum Anggaran

Perkembangan anggaran dan belanja daerah Kabupaten Empat Lawang pada tahun 2009. Perekonomian
daerah yang menunjukkan pertumbuhan positif, diikuti dengan pendapatan masyarakat yang meningkat akan
mendorong peningkatan penerimaan daerah dari pajak maupun retribusi. Sehingga sisi penerimaan daerah dalam
APBD diharapkan semakin besar. Besaran nilai total penerimaan daerah juga sangat bergantung kepada besarnya
Dana Perimbangan yang diperoleh daerah. Oleh karena itu, diharapkan masing-masing komponen dari Dana

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 22


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Perimbangan juga meningkat. Dana Alokasi Umum sebagai komponen terbesar dalam Dana Perimbangan
diharapkan meningkat dari tahun ke tahun, serta lain-lain pendapatan asli daerah sah, yang bersumber dari
pendapatan hibah, dana bagi hasil pajak dari propinsi dan pemerintah daerah lainnya serta bantuan keuangan dari
pemerintah propinsi dan pemerintah daerah lainnya diharapkan juga meningkat dari tahun sebelumnya. Perkiraan
besaran kenaikan dari kedua komponen ini sebagai penyeimbang patokan kenaikan belanja daerah, baik belanja
langsung maupun belanja tidak langsung. Sementara Dana Alokasi Khusus (DAK) diperkirakan mengalami kenaikan
mengikuti trend/kecenderungan kenaikan tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 2.14 APBD Kabupaten Empat Lawang 2009

PENDAPATAN DAERAH Jumlah (Rupiah) Share


Rp
Pendapatan Asli Daerah 2.29
6,041,595,250
Pajak Daerah Rp 2,116,783,500 35.04
Hasil Retribusi Daerah Rp 270,420,000 4.48
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
Rp 3,654,391,750 60.49
yang sah
Rp
Dana Perimbangan 94.19
338,006,618,800
Bagi Hasil Pajak/bukan Pajak Rp 113,086,082,800 33.46
Dana Alokasi Umum (DAU) Rp 190,026,536,000 56.22
Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp 34,894,000,000 10.32
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Rp
4.13
Sah 14,817,313,514
Dana Darurat Rp 2,500,000,000 16.87
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
Rp 12,317,313,514 83.13
dan Pemerintah Daerah Lainnya
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Rp
0.00
Pemerintah Daerah Lainnya -
Rp
Jumlah
358,865,527,564
Sumber : PPAS Kabupaten Empat Lawang 2008
Penerimaan Daerah

Penerimaan Daerah sebagaimana diketahui terdiri dari komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pada tahun 2009, pendapatan daerah
secara keseluruhan naik sebesar 36,02%, menjadi Rp 358,865,527,564,-. Kenaikan ini berasal dari kenaikan
Dana Perimbangan sebesar 49,71% menjadi Rp 338.006.618.800,-. Sementara komponen Pendapatan Asli
Daerah diperkirakan tidak berubah, serta komponen Pendapatan Lain-Lain Daerah justeru turun cukup drastis
sebesar 53,7% menjadi Rp 14.817.313.514,-.

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 23


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Besaran nilai PAD yang tetap tersebut disebabkan persoalan database basis pajak dan retribusi daerah
yang belum lengkap, sehingga proyeksi perhitungan potensi pajak dan retribusi daerah sulit untuk dilakukan.
Oleh karena itu, ke depan, persoalan database basis dan potensi pajak dan retribusi daerah ini seyogyanya
selalu diperbarui, sehingga proyeksi pajak dan retribusi daerah dapat dilakukan. Disamping itu, target pajak dan
retribusi daerah dapat dihitung dengan seksama untuk menghindari undercounting perhitungan target pajak dan
retribusi yang seringkali terjadi di banyak daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Empat Lawang pada tahun 2009 sebesar Rp 6.041.595.250,- atau
tetap jika dibandingkan tahun 2008. Pada tahun 2010 berdasarkan asumsi peningkatan pendapatan masyarakat
yang tumbuh 5,13% dibandingkan tahun 2009, maka Pendapatan Asli Daerah diperkirakan akan meningkat
sebesar 7,71% atau menjadi sebesar Rp 6.507.334.141.18,-. Perkiraan ini hanya dari satu asumsi, yaitu
pertumbuhan pendapatan per kapita. Jika basis potensi pajak dan retribusi daerah dapat dihitung lagi dengan
cermat, maka kenaikannya akan lebih tinggi lagi.

Untuk mencapai pertumbuhan PAD tahun 2010 – 2013 sesuai harapan, maka ada beberapa strategi
yang harus ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Empat Lawang, yaitu :

1. Memenuhi asumsi ekonomi makro daerah, meliputi pertumbuhan PDRB dipertahankan


berada pada kisaran 5,45% per tahun serta tingkat pendapatan per kapita masyarakat mencapai 5,3%
per tahun;
2. Melakukan intensifikasi pemungutan pajak dan retribusi dengan cara; (1)
memaksimalkan operasional pemungutan dan mengurangi kebocoran saat pemungutan; (2) mengkaji
ulang terhadap jumlah objek pajak yang ada seperti Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dengan mengkaji
ulang jumlah objek pajak;
3. Mengadakan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah dengan menciptakan
sumber-sumber penerimaan baru, antara lain melalui penciptaan sektor produksi baru dengan melibatkan
pihak swasta melalui stimulan-stimulan yang menarik (perijinan, lahan, market yang jelas, dan lain-lain)
bagi pihak swasta untuk menanamkan investasinya ke daerah;
4. Menetapkan perda tentang pajak dan retribusi daerah sesuai dengan potensi daerah
sepanjang tidak menggangu perekonomian rakyat dan inventasi di daerah;
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan PAD, sejak dari pemungutan sampai
penatalaksanaan agar tidak terjadi kebocoran dan sesuai target.

A. Dana Perimbangan (DP)

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 24


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Sumber Dana Perimbangan (DP) Kabupaten Empat Lawang tahun 2009 masih berasal dari Dana
Alokasi Umum (DAU). Besarnya DAU pada tahun 2009 sebesar Rp. 190,026,536,000,- atau mencapai
56,22% dari total DP. Sementara Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak dan Bukan Pajak sebesar Rp.
113,086,082,800,- atau 33,5% dari total DP. Dana Alokasi Khusus sebesar Rp. 34,894,000,000,- atau
10,32% dari total DP.

Jika dilihat dari perkembangan tahun 2008, maka DAK Kabupaten Empat Lawang Tahun 2009
tumbuh paling besar diantara komponen Dana Perimbangan lainnya, sebesar 153,1%. Berikutnya adalah
DAU yang tumbuh sebesar 74%. Paling kecll pertumbuhannya adalah DBH Pajak dan bukan pajak, hanya
tumbuh sebesar 10%. Oleh karena itu, ke depan, persoalannya adalah bagaimana meningkatkan Dana
Perimbangan dari komponen DBH Pajak dan Bukan Pajak untuk mengurangi ketergantungan DAU yang
bersifat block grant dan DAK yang bersifat specific grant, untuk maksud-maksud tertentu yang
penggunaannya terbatas pada maksud-maksud pada saat pengajuannya.

B. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah


Lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri dari komponen hibah, DBH Pajak dari Propinsi dan
pemerintah daerah lainnya serta bantuan keuangan dari Propinsi dan pemerintah daerah lainnya. Besaran
nilai lain-lain pendapatan daerah yang sah ini diharapkan akan meningkat secara berkelanjutan dari tahun ke
tahun. Meskipun sangat sulit untuk diprediksi besaran penerimaan daerah dari komponen ini, karena relatif
tidak bisa dikontrol, tetapi diharapkan, komponen penerimaan ini dapat terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pada Tahun 2009, komponen penerimaan daerah ini mengalami penurunan cukup drastis sebesar 53,7% dari
Rp 32 miliar lebih menjadi hanya Rp 14,8 miliar.

Belanja Daerah
Sebagaimana diatur dalam Permendagri 13 Tahun 2006, belanja Pemerintah Daerah terdiri dari belanja
langsung dan belanja tidak langsung. Belanja langsung terdiri dari :
1) Belanja Pegawai;
2) Belanja Barang dan Jasa;
3) Belanja Modal.
Belanja tidak langsung terdiri dari :
1) Belanja Pegawai;
2) Belanja Subsidi;
3) Belanja Hibah;
4) Belanja Bantuan Sosial;
5) Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintah Provinsi / Kabupaten / Kota / Pemerintah Desa;

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 25


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

6) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Provinsi / Kabupaten / Kota / Pemerintah Desa;
7) Belanja Tidak Terduga.
Secara umum, Belanja daerah Kabupaten Empat Lawang tahun 2009 meningkat lebih dari 50%
dibandingkan tahun 2008 menjadi sebesar meningkat Rp 405.899.525.515,-. Komponen Belanja Tidak Langsung
dari keseluruhan belanja daerah tersebut sebesar Rp 94.996.560.175,-. Sementara komponen Belanja Langsung
sebesar Rp 310.902.965.340,-.
Pada tahun 2009, komponen Belanja langsung mengalami kenaikan sebesar 77,23% dibandingkan
komponen Belanja Langsung tahun 2008. Sementara Belanja Tidak Langsung juga mengalami kenaikan, meskipun
sangat kecil, yakni sebesar 6,56%.
Kecenderungan tingginya peningkatan belanja daerah tahun 2009 dibandingkan tahun sebelumnya bisa
dipahami mengingat Kabupaten Empat Lawang adalah kabupaten pemekaran yang relatif masih membutuhkan
berbagai pengeluaran untuk penyediaan sarana dan prasarana publik. Kebutuhan untuk penyediaan sarana dan
prasarana di berbagai bidang / sektor publik ini, terutama menyangkut fasilitas fisik, seperti jalan, jembatan, irigasi,
sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan serta berbagai infrastruktur dasar lainnya.
Ditinjau dari sisi share (pangsa) komponen belanja terhadap keseluruhan belanja tahun 2009, alokasi
terbesar untuk Belanja langsung sebesar 76,6%, sementara alokasi untuk Belanja Tidak Langsung sebesar 23,4%.
Alokasi untuk Belanja Langsung mengalami kenaikan sebesar 10,9% dibandingkan alokasi tahun 2008. Sebaliknya,
alokasi Belanja Tidak Langsung mengalami penurunan 27,13% dibandingkan alokasi tahun 2008.
Pada periode 2008 – 2013 dan transisi 2014 belanja daerah, baik belanja langsung maupun tidak langsung
harus dikelola dengan lebih baik. Beberapa cara yang dapat ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Empat Lawang
antara lain :

a) Merasionalkan pengeluaraan atau belanja secara adil, dan dapat dinikmati hasilnya secara proporsional
oleh masyarakat luas;

b) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas anggaran program dan kegiatan dengan menetapkan pencapaian
sasaran dan indikator sasaran secara jelas dan fokus;

c) Menyusun anggaran dengan menggunakan sistem Anggaran Berbasis Kinerja;

d) Menerapkan disiplin anggaran yang didasarkan atas skala prioritas yang telah ditetapkan, terutama
program dan kegiatan yang ditujukan pada upaya peningkatan pelayanan masyarakat di bidang kesehatan
dan pendidikan serta pengembangan perekonomian rakyat, infrastruktur dasar dan pertanian/perkebunan;

e) Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas anggaran dalam perencanaan, pelaksanaan, pelaporan serta
evaluasi program dan kegiatan dalam mewujudkan good governance.

Kaidah Pelaksanaan Kebijakan Umum Anggaran


Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 26
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Pelaksanaan kebijakan umum anggaran dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) 2008 – 2013 ini harus berpedoman pada prinsip pembiayaan daerah.
Secara umum prinsip-prinsip/kaidah aspek pembiayaan RPJMD Tahun 2008 – 2013 ini antara lain :

a. Peningkatan sumber-sumber pendapatan pemerintah daerah baik melalui upaya intensifikasi maupun
ekstensifikasi berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang ada, maupun yang dapat dikembangkan
lebih lanjut oleh pemerintah daerah sesuai dengan potensi daerah dan kewenangan yang dimilikinya.

b. Pembinaan untuk rnewujudkan suatu iklim yang semakin kondusif bagi peningkatan swadaya masyarakat dan
investasi swasta.

c. Pembinaan untuk mewujudkan iklim yang semakin kondusif bagi peningkatan pembiayaan melalui
skema/pola kemitraan, baik antara pemerintah daerah dengan masyarakat, antara masyarakat dengan
swasta atau ketiganya.

Dalam rangka perwujudan prinsip-prinsip di atas, maka diperlukan upaya-upaya peningkatan kemampuan
pembiayaan daerah maupun upaya-upaya peningkatan pengelolaan sumber keuangan daerah, terus menerus
dilakukan secara berkesinambungan, antara lain:

1. Peningkatan Kemampuan Pembiayaan Pembangunan Daerah


a. Peningkatan penggalian pendapatan daerah melalui intensifikasi dan eksentifikasi sumber-sumber
penerimaan daerah.
b. Optimalisasi dana perimbangan serta sumber dana lain dari Pemerintah Pusat dan Propinsi.
c. Peningkatan kemampuan pembiayaan investasi publik melalui pola kemitraan dengan masyarakat dan
swasta.
d. Peningkatan investasi swasta melalui berbagai instrumen fiskal dan berbagai insentif dalam
penanaman modal.

2. Peningkatan kemampuan pengelolaan Keuangan Daerah


a. Perencanaan APBD yang efisien dan efektif baik belanja langsung maupun belanja tidak langsung.
b. Transparansi dan akuntabilitas APBD.
c. Kerjasama pembangunan, baik antar Pemda dan antara Pemda dengan Pemerintah Pusat, dengan
masyarakat dan swasta, yang memiliki kesamaan komitmen terhadap pembangunan Kabupaten
Empat Lawang.
e. Revitalisasi aset-aset Pemda.
f. Pengembangan berbagai kebijakan program/kegiatan pembangunan yang layak jual kepada investor,
baik masyarakat, swasta domestik maupun swasta asing.
g. Penurunan kebocoran pengelolaan keuangan daerah.

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 27


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

h. Penetapan Standar Analisis Belanja (SAB) dengan tepat.


i. Implementasi Sistem Keuangan terpadu, handal dan mudah diterapkan.

2.3 Tata Ruang Wilayah

Sebagaimana diketahui RTRW merupakan salah satu dokumen yang cukup penting kedusukannya
Sebagaimana dalam pelaksanaan pembangunan di suatu daerah, karena RTRW, sesuaidengan amanat
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Pentaaan Ruang, diharapkan menjadi dasar bagi setiap
perencanaan pembangunan khususnya pembangunan yang terkait dengan pemanfaatan ruang suatu wilayah.
Dengan kata lain, apabila RTRW suatu daerah cukup berkualitas, maka pembangunan didaerah tersebut juga
akan berkualitas. Begitu sebaliknya. Dokumen RTRW Kabupaten Empat Lawang Tahun 2011-2031 ini terdiri dalam 7
bagian utama yaitu Tujuan, Kebijakan, Kebijakan dan strategi Penataan Ruang, Rencana Struktur Ruang Wilayah,
Rencana Pola Ruang Wilayah, Penetapan Kawasan Strategus Arahan, Pemanfaatan Ruang, Arahan Pengendalian
Pemanfaatanruang dan Kelembagaan dan peran serta masyarakat dalam pembanguna khususnya bagi
pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Empat Lawang.Kabupaten Empat Lawang. Berdasarkan Raperda RTRW
Kabupaten Empat Lawang Tahun 2011-2031 tersebut tujuan penataan ruang Kabupaten Empat Lawang

Tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya perlu diwujudkan dalam kerangka pembangunanyang teru
kur. Untuk itu perlu disusun arahan kebijakan dan sekaligus strategi sebagai alat untuk mewujudkan kebijakan
yang telah ditetapkan kebijakan dan strategi ini nantinya menjadi pedoman bagi pemangku kepentingan dalam
pelaksanaan pembangunan wilayah khususnya dalam pengelolaan keruangan di Kabupaten Empat Lawang.
Untuk mencapai tujuan tersebut akan dilaksanakan beberapa kebijakan, yaitu
1. Percepatan pembangunan pusat-pusat kegiatan utama (PKL, PKLp, PPK, dan PPL) dalam rangka
mempercepat pemerataan pembangunan Wilayah di Kabupaten Empat Lawang.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:
 Menetapkan kawasan yang menjadi pusat kegiatan perkotaan secara hirarki sesuai dengan
potensi kawasan bersangkutan.
 Memperkuat hubungan antar pusat kegiatan utama dan antara pusat kegiatan utama
dengan pusat kegiatan lain secara eksternal.
 Mengembangkan fasilitas-fasilitas yang berciri kegiatan perkotaan untuk mendorong perubahan lebih
cepat menjadi kawasan perkotaan.
Strategi tersebut dapat dijabarkan kedalam langkah-langkah yang lebih rinci sebagai berikut :
 Peningkatan hubungan eksternal Kabupaten Empat Lawang dengan Kota Palembang sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN).

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 28


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

 Peningkatan hubungan eksternal Kabupaten Empat Lawang dengan wilayah yang berbatasan
langsung (Kabupaten Lahat, Musi Rawas, Kota Pagar Alam, dan Kabupaten Kepahiyang dan
Bengkulu Selatan.
 Mengembangkan pusat Kegiatan Lokal (PKL), Tebing Tinggi serta mempromosikan Pusat Kegiatan
Lokal Baru (PKLb) di Pendopo
 Membina pusat-pusat pelayanan Kawasan (PPK) di Ulu dan kota baru beserta penciptaan fungsi-
fungsi baru dikawasan yang potensial.
 Mengembangkan pusat-pusat pelayanan lingkungan (PPL) di Talang Padang, Muara Pinang, Lintang
Kanan dad an Pasemah Air Keruh.
 Pengembangan pusat-pusat kegiatan ini harus didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana
perkotaan yang memadai untuk mengalihkan pemusatan pergerakan kekota inti.
 Membina keterkaitan antar pusat kegiatan dan wilayah hinterlandnya
 Penetapan dan pemantapan peran atau fungsi secara hirarkis dalam kerangka system wilayah
pengembangan ekonomi dan system pembangunan wilayah.
 Memadukan system kota yang lama dengan rencana pengembangan sitem kota yang baru.
2. Peningkatan keterkaitan antar kawasan perkotaan dan pedesaan dalam rangka menghilangkan
kesenjangan antara kawasan perkotaan dan pedesaan.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :
 Mengembangkan kegiatan budidaya produktif dikawasan perbatasan antara perkotaan dan perdesaan
melalui pengembangan pemukiman, sentra-sentra produksi, perdagangan, dan jasa.
 Mengembangkan kegiatan-kegiatan yang dapat memadukan kegiatan perkotaan dan perdesaan
seperti perindustrian turunan dari kegiatan pertanian dan industri pertanian.
Strategi tersebut dapat dijabarkan kedalam langkah-langkah yang lebih rinci sebagai berikut :
 Pengembangan kota-kota kecil di kawasan perbatasan. Kota-kota kecil ini harus tetap bercirikan
perdesaan.
 Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian seperti industri kopi, padi dan sebagainya.
 Mengembangkan pusat-pusat pemasaran hasil-hasil pertanian pertanian dikawasan perkotaan.
 Mengarahkan penyebaran kawasan perdagangan kearah pusat-pusat desa.
 Menyediakan fasilitas umum dan prasarana yang memadai dikawasan perdesaan yang sejajar dengan
kawasan perkotaan.
 Mendorong budaya kreatif di perdesaan.
3. Peningkatan sarana dan prasarana kawasan perkotaan dan pedesaan dalam rangka mempercepat
pertumbuhan ekonomi.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 29


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

 Mengembangkan sistem jaringan jalan yang dapat menjangkau seluruh kawasan terutama kawasan
perdesaan yang terisolir.
 Mengembangkan sistem jaringan jalan yang memadai, handal dan efisien dikawasan perkotaan.
 Mengembangkan prasarana angkutan umum yang mudah dijangkau, nyaman dan merata diseluruh
ibukota kecamatan dan semua lingkungan diperkotaan.
 Pengembangan sistem transportasi sungai untuk mendukung kegiatan wisata.
 Peningkatan sistem transportasi udara perintis untuk meningkatkan aksesibilitas kabupaten secara
nasional.
 Pengembang prasarana lingkungan yang memadai dan layak secara lingkungan di semua wilayah
kabupaten.
 Pengembangan sarana pemukiman yang memadai untuk meningkatkan kualitas pelayanan ekonomi,
sosial, budaya, politik dan keamanan bagi masyarakat.
Startegi tersebut dapat dijabarkan ke dalam langkah-langkah yang lebih rinci sebagai berikut :
 Pengembangan jalan poros untuk menghubungkan antar pusat kawasan wilayah yang merangkai
pusat-pusat pemukiman.
 Mengintegrasikan jalan eksisting dengan rencana jalan baru yang merupakan sistem kota lama
sehingga menjadi suatu sistem kota yang terpadu.
 Mengarahkan pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas kota ke bagian yang masih bertpotensi
dikembangkan.
 Menciptakan kota-kota baru dan menyiapkan sarana dan prasarana yang menunjang.
 Menciptakan pintu-pintu gerbang wilayah dan arah sungai dan darat, baik untuk keperluan industri,
wisata, pemerintahan dan komersial maupun kota secara keseluruhan.
 Membangun jalan poros yang menhubungkan Tebing Tinggi, Pendopo dan Pasemah Air Keruh.
4. Penguatan upaya perlindungan dan pelestarian terhadap kawasan hutan lindung, suaka alam, dan hutan
kota untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, menjaga kelestarian cadangan air baku, mengurangi
potensi pemanasan glbal dan mempertahankan ekositem yang ada.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :
 Menetapkan kawasan hutan lindung, suaka alam, kawasan resapan air, badan air, kawasan rawan
bencana, kawasan bersejarah dan kawasan dengan daya dukung lingkungan yang rendah sebagai
kawasan lindung.
 Menetapkan kawasan sempadan hutan lindung yang berfungsi sebagai kawasan penyangga.
 Menetapkan kawasan sempadan badan air sebagai kawasan yang tidak dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan bududaya.
 Mencegah pemanfaatan kawasan rawan bencana sebagai kawasan budidaya.

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 30


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

 Mengembangka hutan kota pada lahan-loahan yang dapat berfungsi sebagai paru-paru kota.
 Mengembangkan RTH minimal 30% dari luas wilayah kabupaten.
 Memgembalikan kawasan lindung yang rusak atau yang telah menurun kualitas dan kuantitasnya.

Strategi tersebut dapat dijabarkan kedalam langkah-langkah yang lebih rinci sebagai berikut :
 Menetapkan kawasan hutan lindung, suaka alam dan kawasan konservasi alam di kabupaten empat
lawang yang akan dikonservasi dan proteksi melalui rgulasi yang lebih tegas
 Merekontruksi batas-batas kawasan hutan baik kawasan konservasi maupun kawasan hutan produksi.
 Melarang, menghentikan dan memindahkan penggunaan lahan dikawasan lindung suaka alam, hutan
kota dan kawasan konservasi alam untuk kawasan budidaya.
 Pengembalian fungsi kawasan lindung dan suaka alam yang telah terganggu oleh kegiatan budidaya
secara bertahap untuk dapat memelihara keseimbangan alam kabupaten Enpat Lawang.
 Penghentian penebangan hutan lindung dan suka alam secara liar.
 Penghentian pembukaan lahan hutan lindung da suaka alam untuk dimanfaatkan sebagai ladang,
kebun, maupun untuk pemukiman.
 Pembatasan pemberian izin perusahaan untuk memanfaatkan hutan seara berlebihan.
 Pemberian sanksi hukuman kepada yang melanggar / melakukan pembukaan hutan, penebangan dan
pengrusakan hutan secara liar.
5. Pemberdayaan kawasan hutan lindung, suaka alam, dan cagar alam budaya sebagai kawasan wisata
ekologi.
Kebikajakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berkut :
 Mengembangkan konsep wisata alam terpadu didalam kawasan hutan lindung dan kawasan suaka
alam.
 Merevitalisasi bangunan cagar budaya seperti terowongan kereta api, bangunan rumah dinas bupati,
dan rumah tradisional untuk dimanfaatkan sebagai onyek wisata.
 Memadukan konsep lindung dan wisata pada hutan kota.
Strategi tersebut dapat dijabarkan kedalam langkah-langkah yang lebih rinci sebagai berikut :
 Mengembangkan jalur-jalur penelusuran alam didalam hutan lindung dan suaka alam tanpa merusak
kondisi lingkungan didalam hutan lindung.
 Mengembankan pusat-pusat pembiakan satwa didalam kawasan hutan lindung dan suaka alam yang
terintegrasi dengan upaya konservasi dan rehabilitasi hutan lindung dan suaka alam yang rusak.
 Merevitalisasi kawasan kota lama di pendopo dan tebing tinggi, dan pemukiman tradisional.
 Mengkonservasi dan merevitalisasi kawasan dan bangunan peninggalan bersejarah seperti,
terowongan Kereta Api, Bangunan rumah Dinas Bupati, Stasiun Kereta Api, Rumah Tradisional.

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 31


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

6. Pengembangan kawasan dengan ciri khusus dalam rangka pengembangan perekonomian daerah yang
unggul dan berdaya saing secara regional dan nasional dengan bertumpu pada kegiatan pertanian dan
pariwisata.
Kebikajakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berkut :
 Mengembangkan kawasan pusat, pengembangan pertanian pada kawasan yang telah berkembang
sebagai sentra pertanian
 Menciptakan kawasan-kawasan industri kreatif berbasis hasil-hasil pertanian unggulan.
 Menciptakan kawasan yang memiliki potensi wisata alam unik seperti mata air panas, air terjun dan
sungai musi sebagai kawasan wisata unggulan.
 Mengembangkan kawasan wisata berbasis pertanian di kawasan-kawasan pegunungan / perbukitan
dengan komoditas asli daerah.
 Mengembangkan pusat-pusat informasi investasi dan pemasaran produk pertanian dan pariwisata.
 Mendorong investasi swasta melalui insentif.
Strategi tersebut dapat dijabarkan kedalam langkah-langkah yang lebih rinci sebagai berikut :
 Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta dalam usaha pertumbuhan kegiatan pariwisata yang
dikoordinasikan dengan instansi terkait di Kabupaten Empat Lawang.
 Pemberdayaan usaha kecil menengah, koperasi, dan masyarakat bidang usaha pariwisata di
Kabupaten Empat Lawang.
 Pelestarian kebudayaan dan kesenian daerah Kabupaten Empat Lawang untuk dijadikan obyek dan
daya tarik wisata dalam memperkukuh jati diri Kabupaten Empat Lawang.
 Peningkatan pemanfaatan peran media massa dan teknologi informasi dalam promosi maupun dalam
layanan informasi pariwisata di Kabupaten Empat Lawang.
 Reposisikan citra kepariwisataan Kabupaten Empat Lawang melalui peningkatan peran dan fungsi
media senter sebagai alat untuk mengangkat kembali citra positif Kabupaten Empat Lawang sebagai
DTW regional / Nasional / Internasional dan mengembangkan sistem pemasaran yang canggih,
terpadu dan berorientasi global.
 Pengembangan riset, studi dan analisis, pasar pariwisata nasional dan internasional dalam
mendukung upaya pemasaran pariwisata di Kabupaten Empat Lawang.
 Promosi pariwisata melalui pengembangan home page (internet), elektrik marketing, pemasangan
iklan, printed material dan fam tour.
 Mempromosikan produk baru yang berbasis masyarakat, kelokalan dan keaslian serta bertema
sfesifik, spiritual, mistikal, pertualangan, meditasi, wahana wisata, desa wisata dan lain sebagainya.
 Mensinergikan program / kegiatan promosi dan pemasaran Nasional sesuai dengan kesepakatan
kerjasama promosi pemasaran internasional.

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 32


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

 Mengupayakan kerjasama internasional yang sinergi dengan kebijakan / strategi / program dan
kegiatan Nasional melalui kerjasama bilateral / multilateral.
7. Pengembangan kawasan budidaya yang produkif, seimbang dan merata untuk mendorong percepatan
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan daerah.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui straegi sebagai berikut :
 Mengembangkan kegiatan pertanian melalui revitalisasi lahan tidak produktif, penyediaan irigasi yang
memadai, pengembangan jalan, usaha pertanian, dan industri turunan pertanian.
 Mengembangkan kegiatan pertambangan secara tepat dan terkendali sebagai potensi penting bagi
pendapatan daerah dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
 Mengembangkan kegiatan pariwisata secara lebih variatif dengan penekanan pada potensi alam
pegunugan, sungai dan hutan.
 Mengembangkan kegiatan industri berbasis pertanian dan pariwisata.
 Mengembangkan kegiatan budidaya perikanan yang terpadu dengan berbasis ketersediaan sumber
air baku yang melimpah seperti sungai dan kolong.
 Mengembangkan kawasan pemukiman pada kawasan-kawasan yang non produktif dengan
memperhatikan perbandingan yang layak antara lahan terbangun.
 Mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa secara merata da hirarkis baik dikawasan
perkotaan maupun perdesaan.
 Mengembangkan kegiatan pemukiman yang mempunyai daya adaptasi bencana khususnya
dikawasan rawan bencana seperti kawasan perbukitan, tepi sungai, dan daerah patahan.
Strategi tersebut dapat dijabarkan kedalam langkah-langkah yang lebih rinci sebagai berikut :
 Program intensifikasi pada lahan-lahan produktif
 Menyediakan prasarana dan sarana pendukung pertanian.
 Mendukung persediaan akan informasi yang berbasis teknologi terhadap kegiatan pertanian.
 Mendukung sistem distribusi akan kegiatan pertanian.
 Mempertahankan lahan pertanian tanaman pangan agar tidak terkonversi untuk peruntukan lain.
 Penggunaan teknologi terapan yang baik untuk peningkatan produksi.
 Peningkatan dan perluasan pemasaran hasil produksi untuk meningkatkan hasil usaha.
 Menghilangkan kendala-kendala yang dapat mengurangi kelancaran transportasi dan pengiriman hasil
produksi.
 Memperkecil resiko kehilangan, kerusakan, kematian hewan ternak dengan mengefektifkan proses
administrasi maupun teknis dalam pengiriman bibit dan hasil produksi.
 Merelokasi / memusatkan industri peternakan rakyat yang sudah ada di dalam pusat kota, untuk
diarahkan / pusatkan ke kawasanternak (KUNAK).

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 33


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

 Pengembangan usaha pembenihan budidaya diantaranya, budidaya air tawar.


 Pengembangan kegiatan pemanfaatan teknologi budidaya perikanan.
 Penetapan dan pemilihan zona / kawasan budidaya perikanan di wilayah Kabupaten Empat Lawang
sebagai wilayah minapolitan.
 Pengolahan ikan atau industri perikanan terhadap hasil tangkapan / budidaya.
 Penyediaan infrastruktur penunjang budidaya perikanan.
 Penyuluhan dan pembinaan pada petani.
8. Penetapan dan percepatan penataan kawasan prioritas yang memiliki fungsi strategis dari sudut
kepentingan daya dukung lingkungan hidup dalam rangka mendukung upaya pelestarian alam.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :
 Menetapkan kawasan strategis Kabupaten dari sudut kepentingan daya dukung lingkungan hidup.
 Menyusun rencana penataan kawasan dalam jangka pendek.
 Mencegah dan membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis Kabupaten yang
berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan.
 Mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun disekitar kawasan strategis yang berfungsi
sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun.
 Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang
berkembang didalam dan disekitar kawasan strategis.
Strategi tersebut dapat dijabarkan kedalam langkah-langkah yang lebih rinci sebagai berikut :
 Menetapkan kawasan hutan lindung, suaka alam, sungai dan kolong sebagai kawasan yang perlu
diprioritaskan penataannya dalam jangka penjang.
 Menyusun rencana desain pengembangan kawasan yang komprehenshif disertai dengan skema
pelaksanaan dan pembiayaannya.
 Mengembangkan program satu orang satu pohon dan satu sumur resapan untuk kawasan hutan
lindung.
 Melarang pendirian bangunan pada kawasan sempadan sungai dan kolong sesuai aturan.
 Mengembangkan waduk-waduk baru skala kecil untuk mendukung peningkatan cadangan air baku.
9. Penetapan dan percepatan pengembangan kawasan prioritas yang memiliki fungsi strategis dari sudut
kepentingan pembangunan ekonomi dalam rangka mendukung peningkatan perekonomian daerah.
Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut :
 Menetapkan kawasan strategis kabupaten yang diprioritaskan pembangunannya dalam jangka pendek
yang diperkirakan menjadi kawasan yang cepat tumbuh.
 Menyusun rencana pengembangan kawasan strategis secara komprehenshif dalam jangka pendek.

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 34


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

 Menyiapkan lahan untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan melalui mekanisme kerjasama


pemerintah, swasta dan masyarakat.
 Mendorong keterlibatan sawasta dan masyarakat lebih intensif melalui mekanisme investasi dan
insentif.
Strategi tersebut dapat dijabarkan kedalam langkah-langkah yang lebih rinci sebagai berikut :
 Menetapkan kawasan agropolitan, kawasan pariwisata, kawasan jasa perdagangan, kawasan
pertambangan sebagai kawasan strategis yang perlu ditangani dalam jangka pendek.
 Menciptakan forward and backward linkage pada kawasan agrowisata yang dapat menimbulkan efek
pengganda dengan sektor-sektor lainnya seperti wisata dan industri.
 Mewujudkan tourism linkages yang atraktif dan menarik dengan potensi alam, budaya dan sejarah,
yang berpotensi meningkatkan pendapan daerah. Menciptakan iklim investasi yang kondusif.
 Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung
kawasan.
 Mengelola dampak negatif kegiatan budidaya pada kawasan pertambangan yang ada di Kecamatan
Tebing Tinggi dan Kecamatan Ulu Musi agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi
kawasan.
 Mengintensifkan promosi peluang investasi.
 Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 35


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Peta 2.7 Peta Rencana Struktur Ruang RTRW Kabupaten Empat Lawang Tahun 2011 - 2012

Peta 2.8 Peta Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Empat Lawang Tahun 2011 - 2012

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 36


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 37


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Peta 2.9 Peta Rencana Tata Ruang RTRW Kabupaten Empat Lawang Tahun 2011 - 2012

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 38


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

2.4. Sosial Buadaya

Aspek sosial yang perlu dilihat adalah kesejahteraan sosial dimana indikatornya meliputi pendidikan,
kesehatan dan ketenagakerjaan seperti angka melek huruf, angka rata lama sekolah, angka pertisipasi kasar (APK),
angka partisipasi murni (APM, usia harapan hidup (UHH), rasio penduduk yangb ekerja.

Dilihat dari beberapa indikator diatas, maka upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial identik dengan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kualitas SDM
adalah menggunakan dengan tolak ukur pscyical quality life indek atau lebih dikenal dengan indeks pembangunan
manusia (IPM), ada 4 indikoator yang digunakan untuk mengukur yaitu angka harapan hidup, angka melek, rata-rata
lama sekolah dan Pengeluaran riil perkapita. Dari komposit 4 indikator tersebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten Empat Lawang pada Tahun 2008 sudah mecapai angka 67,68 pada tahun 2009 sudah mencapai 68,15
pada tahun 2010 sudah mencapai 68,61 termasuk kategori menengah.

Tabel 2.15 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Kabupaten Empat Lawang Tahun 2007-2010

Umur Harapan Angka Melek Rata-rata lama


Tahun Pengeluaran IPM
Hidup (th) Huruf % sekolah
2007 65,14 96,75 6,88 597,30 67,17
2008 65,28 97,02 6,88 602,06 67,68
2009 65,42 97,28 6,94 605,75 68,15
2010 65,5 97,78 7,23 607,06 68,61
Sumber : BPS Empat Lawang Dalam Angka

Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) pada semua jenjang sekolah
yang menjadi kewenangan Kabupaten. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI mencapai 102,06 % SMP/MTS 93,81
% dan SMA/MA 57,14% pada tahun 2010. Sedang Angka Partisipasi Murni (APM) sekolah yang menjadi kewenagan
Kabupaten. Angka Partisipasi Murni mencapai SD/MI 97,42 SMP/MTS 78,35 % dan SMA/MA 48,98%.

Tabel 2.16 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Pada
Jenjang SD/MI, SMP/MTs/ dan SMA/MA di Kab. Empat Lawang Tahun 2010

SD/MI SMP/MTs SMA/MA


No. Tahu
APK APM APK APM APK APM
n
1. 2010 102,06 97,42 93,81 78,35 57,14 48,98
Sumber : BPS Empat Lawang Dalam Angka

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 39


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Pencapaian Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada semua jenjang sekolah yang menjadi kewenangan
Kabupaten. Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada tahun 2007 s/d 2010

Tabel 2.17 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs/ dan SMA/MA
di Kab. Empat Lawang Tahun 2010

Jumlah Sarana Pendidikan


Nama Kecamatan
Umum Agama
SD SLTP SMA SMK MI MTs MA
Kec. Muara Pinang 20 2 1 1 1
Kec. Lintang Kanan 18 3 1 1
Kec. Pendopo 43 7 2 1 1 1 1
Kec. Paiker 17 3 1 1
Kec. Ulu Musi 19 3 1 1
Kec. Talang Padang 12 2 1 1 1
Kec. Tebing Tinggi 43 8 3 1 1 1 1
Kec. Sikap Dalam 12 2 1
Sumber : BPS Empat Lawang dalam Angka

Kondisi Umum Kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) garis kemiskinan dihitung berdasarkan komponen
kecukupan makanan atau bundel konsumsi seperti padi-padian, kacang-kacangan, daging, ikan, telor, sayur-sayuran dan
buah-buahan yang setara dengan energi sebanyak 2100 kalori perorang perhari dan non makanan seperti kebutuhan bahan
bakar, biaya pendidikan, biaya kesehatan, perumahan, sandang, rekreasi dan lain-lain keseluhannya dihitung berdasarkan
rupiah yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan minimum.

Pada periode 2008-2010 Kabupaten Empat Lawang mengalami penurunan baik jumlah peduduk miskin dan
persentase tingkat kemiskinan. Penurunan tingkat kemiskinan dari 18,37% pada tahun 2008 menurun menjadi 15,80% pada
tahun 2009, angka kemiskinan kembali mengalami penurunan sebesar 1,06% menjadi 14,74%. Untuk melihat adanya
perbaikan taraf kesejahteraan rakyat dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin. Secara umum jumlah maupun persentase
penduduk miskin di Kabupaten Empat Lawang telah mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai dengan 2009, persentase
penduduk miskin sudah mencapai 15,80% atau sejumlah 33,68 ribu jiwa. Angka sementara tingkat kemiskinan pada tahun
2010 sebesar 14,74%

Perbandingan tingkat kemiskinan Kabupaten Empat Lawang terhadap Provinsi dan Nasional masing-masing
mengalami penurunan dari tahun 2007-2010, tingkat kemiskinan Kabupaten Empat lawang paling tinggi pada tahun 2007
yaitu sebesar 23,50% sedangkan pada Provinsi sebesar 19,15%. Pada tahun 2010 tinkat kemiskinan Kabupaten Empat
Lawang mengalami penurunan yang signifikan yaitu pada tingkat nasional sebesar 13,33% dan pada tingkat Kabupaten
sebesar 14,74%. Dapat disimpulkan tingkat kemiskinan Kabupaten Empat Lawang, mengalami penurunan setiap tahunnya,
dan diharapkan dapat menuju target nasinal sebesar 8-10% pada tahun 2014.

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 40


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Pada Periode 2008-2010 Kabupaten Empat Lawang mengalami menurunan baik jumlah penduduk miskin dan
persentase tingkat kemiskinan. Penurunan tingkat kemiskinan dari 18,37% pada tahun 2008 menjadi 15,80% pada tahun
2009, dan pada tahun 2010 angka kemiskinan kembali mengalami penurunan sebesar 1,06% menjadi 14,74%.
Tabel 2.18 Jumlah Rumah Tangga Miskin Per Kecamatan
Kabupaten Empat Lawang

Rumah Tangga Jumlah


No Kecamatan Rasio %
Miskin Penduduk

1 Kecamatan Lintang Kanan 8,9


2.678 23.868
2 Kecamatan Muara Pinang 13,5
2.156 29.285
Kecamatan Pasemah Air
3 9,2
Keruh 2.122 19.578
4 Kecamatan Pendopo 15,8
3.002 47.639
5 Kecamatan Talang Padang 9,2
1.260 11.615
6 Kecamatan Tebing Tinggi 9,5
5.804 55.639
7 Kecamatan Ulu Musi 10,9
1.571 17.238
8 Kecamatan Sikap Dalam 5,1
3.141 16.314
Jumlah 10,17
21.734 221.176
Sumber :Pemetaan Kemiskinan Kabupaten Empat Lawang

Sarana dan Prasarana dasar Lingkungan pemukiman memiliki dampak yang cukup dominan dalam
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat selain faktor keturunan, kesehatan dan perilaku masyarakat, oleh
karena itu pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana tersebut setogyanya menjadi prioritas pula sebagai upaya
pengeluaran da untuk meningkatkan produktivitas masyarakat miskin. Kondisi sarana dan prasarana linkungan
pemukiman masyarakat miskin umumnya. Apabila dilihat dari kondisi bangunan rumah penduduk, sebagian besar
penduduk bertempat tinggal pada rumah papan/kayu sebanyak 9.345, kemudian disusul dengan kondisi rumah semi
permanen sebanyak 8.832. sementara itu rumah permanen menunjukkan jumlah yang selalu meningkat dari tahun
ketahun (Pemetaan Kemiskinan dan Daerah Rawan Pangan Kabupaten Empat Lawang III.10) Untuk lebih jelas
dapat perhatikan pada tabel 2.19

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 41


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Tabel 2.18 Jumlah Rumah Tangga Per Kecamatan


Kabupaten Empat Lawang

Jumlah Rumah Rata-Rata Angota


No Kecamatan
Tangga Rumah Tangga
1 Muara Pinang 6.454 4,54
2 Lintang Kanan 5.148 4,64
3 Pendopo 10.156 4,69
4 Pasemah Air Keruh 4.738 4,13
5 Ulu Musi 8.691 3,86
6 Talang Padang 2.604 4,46
7 Tebing Tinggi 12.765 4,36
Jumlah 50.556 4,37
Sumber : BPS Empat Lawang Dalam Angka

2.5 Kelembagaan Pemerintah Daerah


Dalam halnya untuk melaksanakan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Peraturan Pemerintahan Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Pemerintahan Kabupaten Empat
Lawang tentang Pembentukan, Susunan Organisasi da tata kerja perangkat daerah dilingkungan pemerintahan kabupaten
Empat Lawang yang sekarang masih dalam proses persetujuan dengan ini kami lampirkan, susunan Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat daerah di Linkungan Pemerintah Kabupaten Empat Lawang.
Adapun susunan organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Empat Lawang sebagai berikut :
1 Sekretaris Daerah.
2 Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
3 Dinas-Dinas Daerah.
4 Sekretaris Dewan Pengurus KORPRI Kabupaten Empat Lawang
a. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
b. Dinas Pemuda dan Olah raga
c. Dinas Kesehatan
d. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan transmigrasi
e. Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi, dan Pariwisata
f. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
g. Dinas Pekerjaan Umum
h. Dinas Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Ketahanan Pangan
i. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi UKM, Kebersihan, Pertamanan dan Pengolahan Pasar

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 42


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

j. Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan dan Energi


k. Dinas Perdapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah

5. Lembaga Teknis Daerah


a. Inspektorat
b. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
c. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Linmas
d. Badan Perencanaan Pembangunan dan Penanaman Modal Daerah
e. Badan Lingkungan hidup daerah
f. Badan kepegawaian Daerah
g. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
h. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perkebunan Perikanan dan Kehutanan
i. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa
j. Kantor Perpustakaan, Arsip, Dokumentasi dan PDE
k. Satuan Polisi Pamong Praja
l. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
6 Kecamatan
7 Kelurahan
Adapun struktur Organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Empat Lawang dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 2.19 Struktur Organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Empat Lawang

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 43


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

BUPATI
PEMBINA 1

WAKIL BUPATI
PEMBINA II

SEKRETARIS DAERAH
Bidang Pembangunan dan Perekonomian

DINAS PEKERJAAN UMUM

Bidang Cipta Karya Dan Pengairan

DINAS KESEHATAN
Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Bidang Fisik dan Prasarana

DPPKAD

Bidang Kelembagaan dan Pendanaan

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang memilikiBADAN


keterkaitan tugas pokok dan
PWEMBERDAYAAN fungsi langsung
MASYARAKAT DAN
PEMERINTAHAN DESA
maupun tidak langsung dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Empat Lawang terangkum dalam gambar
struktur sebagai berikut : Bidang Kelembagaan Partisipasi dan
Pemberdayaan
Gambar 2.20 Struktur Organisasi Pemerintahan Daerah KabupatenMasyarakat
Empat Lawang
Yang terkait dengan Pembangunan Sanitasi
BALAI LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
Bidang Pengelolaan Limbah
Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 44

PIMPINAN REDAKSI HARIAN EMPAT LAWANG


Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Empat Lawang

Catatan :

= SKPD yang terkait langsung Sanitasi

= SKPD yang tidak terkait langsung sanitasi

Pokja Sanitasi PPSP Kabupaten Empat Lawang II - 45

You might also like