You are on page 1of 7

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472

Pengaruh Pengikat Pvp dan Amylum Manihot serta Perbedaan Metode Ekstraksi
terhadap Karakteristik Sediaan Tablet Mengandung Ekstrak Daun Kersen
(Muntingia Calabura L.)
1
Pandan Nissa Permata, 2Embit Kartadarma, 3Amila Gadri,
1,2,3
Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116
e-mail: 1nddan.pandan@gmail.com, 2amilagadriapt@gmail.com

Abstrak. Pengaruh dari pengikat PVP dan amylum manihot terhadap tablet yang dibuat dari ekstrak daun
kersen telah diteliti. Ekstrak daun kersen telah dievaluasi dan distandardisasi. Tablet-tablet dibuat dengan
cara granulasi basah. Hasilnya menunjukkan bahwa formula tablet yang mengandung PVP dan amylum
manihot berturut-turut 4,5% dan 10%, memberikan hasil dengan sifat-sifat tablet yang baik.
Kata kunci : Daun kersen, PVP dan Amylum manihot

A. Pendahuluan
Kersen (Muntingia calabura L.) merupakan salah satu jenis pohon pelindung
yang terdapat di Indonesia. Kurangnya pengolahan kersen menyebabkan kersen ini
kurang dikenal dan digemari masyarakat terlebih karena masa simpan buah yang
pendek. Kersen termasuk salah satu obat tradisional yang dapat menyembuhkan
berbagai macam penyakit (Hardono, 1997).
Kandungan kalori pada daun kersen cukup rendah. Daun kersen biasanya
digunakan sebagai antidiabetes. Kandungan senyawa tanin, flavonoid, dan saponin
kersen bermanfaat sebagai antiseptik, antinflamasi, antidiabetes (Ratnasari, 2011).
Efek antidiabetes daun kersen telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan
oleh Sridhar (2011). Ekstrak daun kersen dapat menurunkan glukosa darah pada dosis
500 mg/kg BB tikus.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengembangan formula sediaan ekstrak daun
kersen, dalam bentuk tablet. Tablet merupakan sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengawet. Di Indonesia penggunaan tablet relatif menjadi
pilihan favorit di kalangan masyarakat. Tablet memiliki banyak kelebihan dimana dapat
mempermudah penerimaan obat pada pasien dan meningkatkan kenyamanan
penggunaan agar tujuan pemberian obat tercapai serta lebih mudah dibawa dan murah.
Pengikat pada tablet merupakan salah satu komponen tablet yang memiliki
peranan penting dalam proses pembentukan granul serta untuk menaikan kekompakan
kohesi bagi tablet yang di cetak langsung. Jenis pengikat dari alam yang biasa
digunakan berupa amylum, amylum dapat digunakan sebagai bahan pengisi, pengikat,
dan penghancur. Sebagai pengikat, amylum digunakan dalam bentuk mucilago amili 5-
10%. Pada penelitian kali ini jenis Amylum yang digunakan berupa Amylum Manihot.
Selain itu zat pengikat sintetik lain yang biasa digunakan adalah PVP (Poly vinyl
pyrrollidone) dengan konsentrasi 0,5-5%. PVP ini berperan dalam meningkatkan gaya
kohesifitas serbuk atau granul, sehingga jika dikompresi akan membentuk massa yang
kohesif dan kompak sebagai tablet (Rowe, 2006).
Dalam penelitian ini akan dilakukan dua metode ekstraksi dengan pelarut
pengekstrak yang berbeda. Metode ekstraksi yang digunakan yaitu soxhlet dan dekokta.
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut
relatif konstan dan adanya pendingin balik, dan pelarut yang digunakan adalah etanol
(DepKes RI, 2000). Sedangkan dekokta adalah proses penyarian menggunakan bahan

147
148 | Pandan Nissa Permata, et al.

nabati dengan perbandingan dan derajat kehalusan tertentu. Cairan penyari yang
digunakan adalah air pada suhu 90° - 95° C selama 30 menit (Agoes, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan perumusan masalah pada
penelitian ini yaitu melihat pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pengikat alam
Amylum manihot dan pengikat sintetik PVP serta jenis ekstrak terhadap karakteristik
tablet ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.).
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan formula tablet ekstrak daun kersen
(Muntingia calabura L.) yang memenuhi persyaratan farmasetika. Dan melihat
pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pengikat serta jenis ekstrak terhadap karakteristik
sedian tablet ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.)

B. Landasan Teori
Kersen merupakan tanaman buah tropis yang mudah dijumpai dan termasuk
dalam famili Muntingiaceae. Pohon kersen merupakan salah satu jenis pohon pelindung
dan peneduh. Pohon ini berasal dari Sentral Benua Amerika (Mexico, Caribbean) dan
daerah Subtropis Amerika Selatan, kemudian ditanam dan tersebar di daerah Asia yang
tropis (Hardono, 1997).

Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. (DepKes RI, 2000).

Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Ekstraksi ini
didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut. (Harbone, 1987). Metode ekstraksi dibagi menjadi beberapa cara yaitu cara
dingin seperti maserasi dan perkolasi, kemudian ada cara panas seperti refluks, soxhlet,
digesti, dekok, dan infus. Pada penelitian ini digunakan metode ekstraksi soxhlet dan
dekok. Soxhlet adalah cara ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (DepKes RI, 2000:11).
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air
(30°C—100°C) (DepKes RI, 2000).

Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda
dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek
lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan
tablet digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui mulut (Ansel, 1989).
Komponen umum sediaan tablet yaitu zat berkhasiat/zat aktif, zat pengisi, zat pengikat,
zat penghancur, zat pelicin. Metode pembuatan tablet terdiri dari 3 cara yaitu cara
granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung.

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)


Pengaruh Pengikat Pvp dan Amylum Manihot serta Perbedaan Metode Ekstraksi terhadap ... | 149

C. Metode Penelitian
Bahan utama dalam penelitian ini adalah Daun kersen (Muntingia Calabura L),
etanol 70%, etanol 96%, aquadest, PVP (Poly vinyl pyrrollidone) dan Amylum manihot
sebagai pengikat, magnesium stearat (lubrikan), laktosa (pengisi), amprotab
(penghancur fase dalam dan fase luar).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh alat gelas dan alat ukur
pada umumnya, Mesin pencetak tablet single punch (Vanguard, FSP30), flow tester,
moisture analyzer (Mettler Toledo, MJ33), hardness tester (Lokal), Tap density tester
(Electrolab, ETD1020), friability tester (Copley FR (V) 2000), disintegration tester (LIJ
3), jangka sorong, pengayak mesh, oven, granulometer (Lokal), timbangan analitik
(Mettler toledo).
Penelitian ini diawali dengan pengumpulan bahan daun kersen meliputi proses
pengumpulan daun segar dan penyiapan bahan daun kersen ini meliputi proses
determinasi dan pembuatan simplisia. Selanjutnya dilakukan skrining fitokimia dan
pengujian parameter standar simplisia. Pengujian parameter standar simplisia meliputi
parameter spesifik dan non spesifik. Kemudian dilakukan ekstraksi dengan dua metode
yaitu metode soxhlet dan dekokta. Ekstrak cair yang didapat kemudian di uapkan
menggunakan rotary vaccum evaporator sampai menghasilkan ekstrak kental dan
kemudian dilakukan pengeringan ekstrak dengan menggunakan aerosil.
Pembuatan formulasi sediaan tablet yang mengandung ekstrak daun kersen,
tablet dibuat dengan metode granulasi basah dengan perbedaan jenis ekstrak dan
konsentrasi bahan pengikat. Evaluasi dilakukan terhadap granul dan tablet untuk
menentukan formula terbaik yang memenuhi persyaratan farmasetika.

D. Hasil dan Pembahasan

Pembuatan Tablet
Pembuatan tablet ekstrak daun kersen dilakukan dengan menggunakan metode
granulasi basah agar didapat masa kepal dengan yang sifat kohesi, aliran dan
kompresibilitas yang baik. Pemilihan granulasi basah dikarenakan bahan yang
digunakan tidak mudah terhidrolisis. Pada formulasi tablet digunakan ekstrak daun
kersen, jumlah ekstrak yang ditambahkan disesuaikan dengan rendemen ekstrak yang
didapat dan mengacu pada penggunaan secara empiris. Pada penelitian ini digunakan
jenis dan konsentrasi pengikat yang berbeda untuk kedua jenis ekstrak. Jenis pengikat
yang digunakan yaitu PVP dengan konsentrasi 1,5%, 3%, 4,5% dan amylum manihot
dengan konsentrasi 5%, 7,5%, 10%. Adapun bahan pembantu yang digunakan yaitu
laktosa, amprotab, talk, dan magnesium stearat.

Evaluasi Granul
Evaluasi granul yang bertujuan untuk melihat granul yang diperoleh memiliki
karakteristik yang baik dan memenuhi persyaratan. Evaluasi yang dilakukan meliputi :
1) Kecepatan alir
Kecepatan alir bertujuan untuk memastikan granul memiliki sifat alir yang baik
atau tidak. Kecepatan alir dibagi menjadi dua metode yaitu metode corong dan metode
sudut baring. Untuk metode corong aliran granul dinyatakan baik apabila waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan 100 gram granul kurang dari 10 detik (Lachman, 1994).
Dan untuk metode sudut baring granul dinyatakan baik apabila sudut yang diperoleh
kurang dari 38o (Lachman, 1994). Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa

Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015


150 | Pandan Nissa Permata, et al.

semua formula menghasilkan granul yang memenuhi persyaratan kecepatan alir yang
baik.
2) Kelembaban
Uji kelembaban yang bertujuan untuk mengetahui kadar air pada massa granul.
Granul yang baik menunjukkan kadar air kurang dari 1 - 3% (Siregar, 2010).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semua formula baik dengan
metode soxhlet dan dekok memiliki kadar kelembaban yang baik.
3) Bobot jenis (BJ)
BJ dibagi menjadi BJ nyata yang bertujuan untuk melihat berapa banyak bobot
granul sebelum dilakukan pemampatan (Siregar, 2010), BJ mampat bertujuan untuk
melihat kemampuan mengurangi volume dibawah tekanan (Siregar, 2010), BJ sejati.
Dari hasil BJ dapat ditentukan pula kadar pemampatan yang bertujuan untuk menilai
aliran granul, persen kompresibilitas yang bertujuan untuk melihat kekompakan granul
dan angka haussner (Siregar, 2010). Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui
bahwa semua formula memiliki BJ yang baik dan memenuhi persyaratan.
4) Granulometri
Granulometri bertujuan untuk melihat distribusi atau ketersebaran granul
sehingga diharapkan ukuran granul berdekatan karena apabila ukuran granul tidak
berdekatan maka aliran akan jelek. Evaluasi granulometri dilakukan menggunakan
ayakan dengan berbagai ukuran dari mesh 16 sampai mesh 120. Berikut merupakan
grafik hasil persentase granulometri :
50 Formula I S
% Granulometri

40
30 Formula II S
20 Formula III S
10
0 Formula IV S
1,18 mm
850 µm
425 µm
250 µm
180 µm
150 µm
125 µm

Formula V S
Formula VI S

50
Formula I D
% Granulometri

40
30 Formula II D
20 Formula III D
10
0 Formula IV D
1,18 mm
850 µm
425 µm
250 µm
180 µm
150 µm
125 µm

Formula V D
Formula VI D

Berdasarkan hasil yang diperoleh Pada formula III S, IV S, V S dan VI S


memiliki ukuran granul yang berdekatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
formulasi ekstrak etanol dengan pengikat PVP semakin meningkat konsentrasinya
semakin baik pembentukan granulnya, sedangkan untuk pengikat amylum manihot pada
konsentrasi terendah pun telah dapat menghasilkan granul yang baik. Dan pada formula
I D, II D, III D, VI D memiliki ukuran granul yang berdekatan. Maka dapat disimpulkan
bahwa pada formulasi ekstrak air menggunakan pengikat PVP pada konsentrasi

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)


Pengaruh Pengikat Pvp dan Amylum Manihot serta Perbedaan Metode Ekstraksi terhadap ... | 151

terendah pun sudah dapat menghasilkan granul yang baik, sedangkan untuk pengikat
amylum manihot semakin tinggi konsentrasi semakin baik granul yang terbentuk. Tetapi
pada formula I S, II S dan IV D, V D menghasilkan fines lebih banyak berada pada
mesh paling bawah, hal ini dapat dikarenakan konsentrasi bahan pengikat terlalu kecil
atau kemampuan jenis pengikat tablet rendah sehingga dapat berpengaruh pada
kekerasan yang akan cenderung lebih rapuh dan waktu hancur tablet yang lebih cepat.

Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet bertujuan untuk mengetahui kualitas tablet dan memastikan
bahwa tablet memenuhi persyaratan farmasetika. Evaluasi tablet yang dilakukan
meliputi :
1) Organoleptis

Berdasarkan data yang diperoleh tablet pada formulasi ekstrak etanol berwarna
hijau muda, memiliki rasa pahit dan berbau khas. Sedangkan pada formulasi ekstrak air
berwarna coklat tua. Rasa dan bau pada semua formulasi ekstrak air yaitu pahit dan
berbau khas.
2) Keseragaman ukuran
Keseragaman ukuran harus memenuhi standar tablet yang ditetapkan oleh
Farmakope Indonesia III yaitu diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan tidak
bolehkurang dari 1 1/3 tebal tablet. Berikut data hasil keseragaman ukuran :

Dari hasil yang diperoleh tidak ada satupun tablet baik pada formulasi ekstrak
etanol maupun ekstrak air yang menyimpang dari persyaratan tersebut.
3) Keseragaman bobot
Keseragaman bobot bertujuan untuk melihat keseragaman dosis dari tablet
yang dihasilkan pada setiap formula dan dosis setiap tablet diharapkan sama sesuai
dengan keamanan terapi dari sediaan tablet tersebut. Berikut hasil evaluasi keseragaman
bobot :

Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015


152 | Pandan Nissa Permata, et al.

Dari hasil yang diperoleh tidak ada satupun tablet pada formulasi ekstrak etanol
dan ekstrak air yang menyimpang dari persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope
Indonesia edisi III yaitu tidak boleh ada 2 tablet yang masing – masing menyimpang
dari bobot rata – rata lebih besar dari harga lebih besar dari harga yang ditetapkan pada
kolom A yaitu 7,5% dan tidak satu pun tablet yang menyimpang dari bobot rata – rata
lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom B yaitu 15%.
4) Kekerasan
Kekerasan bertujuan untuk mengetahui kekompakkan dan ketahanan tablet
ketika diberi tekanan mekanik. Berikut hasil uji kekerasan tablet :

Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat kekerasan tablet pada formula I S, IV S
dan I D, IV D tidak memenuhi persyaratan kekerasan yang ideal untuk tablet kecil
karena hasil rata-rata kekerasannya < 4 kg/cm2 (Ansel, 1989). Hal ini dapat disebabkan
karena pada formula I S dan IV D konsentrasi pengikat terlalu rendah dan kurang
efektif digunakan sebagai pengikat tablet sehingga tablet yang diperoleh lebih rapuh dan
mudah hancur.
5) Friabilitas dan friksibilitas
Friabilitas bertujuan untuk menguji kerapuhan tablet pada saat menerima
gesekan atau jatuhan dan Friksibilitas bertujuan untuk mengetahui kerapuhan tablet saat
menerima gesekan antar tablet (Lachman, 1994). Berikut hasil uji Friabilitas dan
Friksibilitas :

Dari hasil yang diperoleh pada formula IV D tidak memenuhi persyaratan karena
friksibilitas lebih dari 1%, sedangkan tablet yang baik yaitu memiliki friabilitas dan
friksibilitas ≤ 1%. (Lachman,1994). Hal ini dapat disebabkan karena kandungan kadar
air rendah, konsentrasi pengikat yang kecil dan juga kekerasan tablet yang tidak
memenuhi persyaratan sehingga dapat diperoleh tablet yang rapuh dan tidak tahan
terhadap gesekan atau jatuhan.
6) Uji waktu hancur
Uji waktu hancur yang betujuan untuk mengetahui waktu hancur tablet
sehingga dapat memperkirakan waktu hancur tablet didalam tubuh. Berikut hasil uji
waktu hancur tablet :

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)


Pengaruh Pengikat Pvp dan Amylum Manihot serta Perbedaan Metode Ekstraksi terhadap ... | 153

Dari hasil yang diperoleh semua formula baik pada formulasi ekstrak etanol
maupun ekstrak air memenuhi persyaratan karena waktu yang dibutuhkan pada ke 6
tablet untuk hancur kurang dari 15 menit (Lachman, 1994)

E. Kesimpulan

1) Tablet yang mengandung ekstrak etanol maupun ekstrak air tidak terdapat
perbedaan yang signifikan sehingga metode ekstraksi tidak berpengaruh pada
karakteristik tablet.
2) Pengikat tablet yang efektif adalah PVP dengan konsentrasi 4,5% dan amylum
manihot dengan konsentrasi 10% baik pada formula tablet yang mengandung
ekstrak metode soxhlet maupun dekok.

Daftar Pustaka
Agoes, Goeswin. (2009). Teknologi Bahan Alam, Edisi Revisi, Institut Teknologi
Bandung, Bandung.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat. DepKes RI, Jakarta.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan, terjemahan K. Padmawinata dan I. Soediro, Penerbit ITB, Bandung.
Hardono, Joko. 1997. Obat tradisional dalam zaman teknologi. Majalah Kesehatan
Masyarakat.
Lachman L., Lieberman H.A., Kanig J.L., (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri
diterjemahkan oleh Suyatni S., Edisi II, UI Press, Jakarta.
Ratnasari, A.T. (2011). Keanekaragaman dan Klasifikasi Phanerogamae “Manfaat
Kersen (Muntingia calabura)”.Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Rowe, R.C. et Al. (2006).Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
Simonelli, A.P., Mehta, S.C., dan Higuchi, W.I. (1970). Dissolution Rates of High
Energy Polyvinylpyrrolidone (PVP) - Sulphathiazole Coprecipitates. J. Pharm.
Sci.
Sridhar, M et al. (2011). Antidiabetic of Leaves of Muntingia Calabura L in Normal and
Alloxan-Induced Diabetic Rats. University College of Pharmaceutical Sciences,
India.
Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Dr.Soendani
Noerman, edisi kelima. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

You might also like