Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing:
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M
Disusun Oleh:
Nita Kurniasih 1620221146
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
OS PSEUDOFAKIA
OD KATARAK SENILIS STADIUM IMATUR
ODS PRESBIOPIA
Oleh:
Nita Kurniasih 1620221146
Pembimbing,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “OS Pseudofakia,OD Katarak Senilis Stadium Imatur,ODS Presbiopia”
ini. Adapun laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata.
Penyusunan laporan ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang
turut membantu terselesaikannya laporan ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.
Dwidjo Pratiknjo, Sp.M dan dr. Hari Trilunggono, Sp.M selaku pembimbing dan
seluruh teman kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata atas kerjasamanya selama
penyusunan laporan ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
guna perbaikan yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.
Penulis
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. FS
Umur : 65 tahun
Alamat : Salaman, Magelang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk poli : 23 April 2018
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Penglihatan mata kanan tampak semakin kabur sejak 1 minggu SMRS.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli mata RST dr. Soedjono Magelang dengan keluhan
mata kanan tampak semakin kabur sejak 3 minggu SMRS. Keluhan mata
kanan kabur dirasakan pertama kali oleh pasien sejak 6 bulan lalu, tanpa
disertai dengan adanya nyeri dan keluarnya cairan ataupun sekret pada
mata pasien. Sejak 1 minggu lalu, penglihatan mata kanan pasien menjadi
semakin kabur seperti melihat kabut dan terasa silau. Pasien mengaku
lebih nyaman dan lebih jelas ketika melihat di malam hari. Pasien
menyangkal adanya keluhan mata kanan kemeng dan cekot-cekot atau
seperti melihat pelangi di sekitar cahaya. Kondisi bisa membaca memakai
kaca mata disangkal karena pasien tidak memakai kaca mata baca karena
pasien mengaku juga buta huruf.
Pasien mengaku mata kirinya sudah dilakukan operasi katarak dan
penanaman lensa sekitar 1 bulan yang lalu. Sejak 2 tahun yang lalu, pasien
mengatakan bahwa pandangan mata kiri nya juga kabur seperti melihat
kabut sama seperti saat ini. Setelah dilakukan operasi, penglihatan mata
kiri pasien sudah tidak terlalu kabur seperti saat sebelum di operasi. Pasien
juga tidak pernah mengeluh mata kirinya sering terasa pedih, gatal, kering,
mudah berair, mudah merah, ataupun silau jika melihat lampu ataupun
cahaya.
Sejak usia kurang lebih 40 tahun, pasien kesulitan untuk melihat dekat.
Namun pasien merasa hal ini wajar karena usia yang semakin tua. Keluhan
ini di rasa tidak mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Pasien tidak
pernah memeriksakan keluhan ini kedokter dan tidak pernah memakai
kaca mata sebelumnya. Riwayat trauma, Riwayat DM,dan riwayat
hipertensi di sangkal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat trauma : disangkal
- Riwayat gejala serupa sebelumnya : disangkal
- Riwayat kemasukan benda asing : disangkal
- Riwayat terpapar debu dan angin : disangkal
- Riwayat infeksi pada mata : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat operasi mata : Pasien mengatakan
memiliki riwayat operasi katarak pada mata kiri 1 bulan lalu
- Riwayat batuk lama dan keras : disangkal
- Riwayat penggunaan obat antikoagulan : disangkal
2. Vital Sign
- TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- RR : 22 x/menit
- Suhu : 36,50
3.Status Ophtalmicus
Hifema
Iris
- -
Edema - -
9 Sinekia anterior - -
- -
Sinekia posterior
Atrofi
Pupil
Bulat Bulat
Bentuk
± 3mm ± 3mm
10 Diameter Isokor + +
Reflek pupil
Lensa
Keruh sebagian IOL +
11 Kejernihan
+ -
Iris shadow
Corpus Vitreum
- -
12 Floaters - -
Hemoftalmos
13 Fundus Refleks agak suram Cemerlang
14 Funduskopi
Papil N II Bulat, berbatas tegas, Bulat, berbatas
berwarna orange, CDR tegas, berwarna
0,3 orange, CDR 0,3
Vasa
- AV ratio 2:3 2 :3
- Mikroaneurisma - -
- Neovaskularisasi - -
Macula + +
- -
- Fovea refleks - -
- Eksudat
- Edema - -
- -
- -
Retina
- Ablasio retina
- Edema
- Bleeding
15 TIO Normal Normal
IV.DIAGNOSA DIFFERENSIAL
1. Oculus Sinister
OS Pseudofakia
Dipertahankan
Telah dilakukan operasi katarak dan pemasangan lensa intraokuler pada mata kiri
pasien 1 bulan lalu.
Objektif:
Lensa IOL (+) jernih, letak ditengah, shadow test negatif. Iris berwarna coklat,
tidak ditemukan kelainan. Pupil terletak sentral dengan diameter +/- 3 mm, refleks
pupil baik langsung ataupun tidak langsung (+). COA normal
2.OS Afakia
Disingkirkan karena pada afakia tidak di temukan IOL, dan ada keluhan khas
pada keadaan afakia seperti penglihatan kabur di bagian tepi dan ada keluhan
benda-benda terlihat melengkung.
2. OD Katarak Imatur
Dipertahankan karena dari hasil pemeriksaan didapatkan kekeruhan sebagian
lensa (+), dengan iris shadow (+) dan COA dangkal.
OD Katarak Insipien
Disingkirkan
Pada katarak insipien kekeruhan lensa hanya sedikit, COAnormal dan iris
shadow (-), sedangkan pada pasien didapatkan lensa keruh sebagian dan iris
shadow (+).
OD Katarak Matur
V. TERAPI
OD Katarak Senilis Stadium Imatur
1. Medikamentosa
Topikal
- CaCl2+Na Tiosulfat+KI+Thimerasol (Cendo Catarlent) ED 3x1
tetes OD
Oral
- Tidak diberikan
Parenteral
- Tidak diberikan
Operatif
- Tidak dilakukan
2. Non Medikamentosa
- Tidak diberikan
ODS Presbiopia
1. Medikamentosa
Topikal
- Tidak diberikan
Oral
- Tidak diberikan
Parenteral
- Tidak diberikan
Operatif
- Tidak dilakukan
2. Non Medikamentosa
- Kacamata ODS S+3,00 dioptri
VI. PROGNOSIS
VII.EDUKASI
OD Katarak Senilis Stadium Imatur
1. Menjelaskan bahwa penglihatannya berkurang disebabkan karena adanya
kekeruhan pada lensa mata karena proses penuaan
2. Memberi penjelasan bahwa kekeruhan yang ada pada lensa semakin lama
akan semakin memberat seiring berjalannya waktu, sehingga penurunan
penglihatan dapat terus terjadi.
3. Menjelaskan bahwa obat-obatan yang diberikan hanya untuk
memperlambat terjadinya kekeruhan pada lensa, tanpa membantu dalam
perbaikan penglihatan kembali. Untuk membantu dalam perbaikan
penglihatan cara yang dapat dilakukan adalah dengan operasi.
4. Pasien harus waspada dan segera berobat bila melihat pelangi saat
memandang lampu atau cahaya karena hal tersebut merupakan salah satu
tanda bahwa penyakit katarak semakin memburuk
OS Pseudofakia
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa saat ini mata kiri sudah dilakukan
operasi katarak dan sudah di lakukan penanaman lensa. Lensa ini akan
memberikan penglihatan yang lebih baik. Lensa yang sudah ditanam
sewaktu operasi katarak akan tetap di sana seumur hidup . lensa tersebut
tidak akan mengganggu dan tidak memerlukan perawatan khusus dan
tidak akan di tolak keluar oleh tubuh
2. Menjelaskan kepada pasien, lensa buatan manusia tidak akan sempurna
dari pada ciptaan Tuhan, maka dari itu fungsinyatidak akan semaksimal
ciptaan tuhan
ODS Presbiopia
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa usianya sudah lebih dari 40 tahun,
sehingga kemampuan mata untuk melihat dekat sudah berkurang dan
memerlukan bantuan kacamata baca agar jelas jika melihat benda dekat
2. Menjelaskan kepada pasien untuk menggunakan kacamata agar membantu
pasien dalam melihat benda-benda dekat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Lensa
II.1.1 Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan
hampir transparan sempurna, lensa juga tidak memiliki inervasi persarafan.
Tebalnya sekitar 4mm dan diameternya 9mm. Di belakang iris, lensa digantung
oleh zonula zinni, yang terdiri dari serabut yang lembut tetapi kuat, yang
menghubungkannya dengan korpus siliar. Di sebelah anterior lensa terdapat
humor aquaeus, di sebelah posteriornya, vitreus humor. Lensa disusun oleh
kapsul, epitel lensa, korteks, dan nucleus.
1. Kapsul
Kapsul lensa adalah membrane yang transparan dan elastic yang terdiri
dari kolagen tipe IV. Kapsul mengandung substansi lensa dan mampu untuk
membentuknya pada saat perubahan akomodatif. Lapisan paling luar dari kapsul
lensa, zonullar lamella, juga berperan sebagai titik perlekatan untuk serabut
zonular. Kapsul lensa yang paling tebal ada pada bagian perquatorial anterior dan
posterior dan paling tipis pada bagian kutub posterior sentral. Kapsul lensa bagian
anterior lebih tebal daripada kapsul bagian posterior pada saat lahir dan meningkat
ketebalannya seiring dengan berjalannya waktu.
2. Epitel lensa
Dibelakang kapsul lensa anterior adalah sebuah lapisan tunggal sel epitel.
Sel-sel ini aktif secara metabolis dan melakukan semua aktivitas sel yang normal,
yang mencakup biosintesis DNA, RNA, protein dan lemak. Mereka juga
menghasilkan adenoid trifosfat untuk memenuhi kebutuhan energy lensa.
3. Nucleus dan korteks
Nucleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan
bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa
lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastic. Nukleus dan korteks
terbentuk dari dari lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan
yang terbentuk dengan persambungan lamella ini ujung ke ujung berbentuk [Y]
bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk [Y] ini tegak di anterior dan terbalik di
posterior. Masing-masing serat lamellar mengandung sebuah inti gepeng. Pada
pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa didekat ekuator dan
bersambung dengan lapisan epitel subkapsul.
II.2 Katarak
II.2.1 Definisi
Setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat
tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
II.2.3 Klasifikasi
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya
yang kurang tepat. Katarak kongenital digolongkan dalam katarak:
Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan
katarak polaris
Lentikular, yang termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks
atau nukleus lensa
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian
primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin. Untuk mengetahui
penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu
seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakaian obat selama
kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus
atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif,
mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital
ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.
Hampir 50% dari katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui
penyebabnya. Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena
ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, kalsium dan fosfor.
Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata lain
dan saat terjadinya katarak.
Katarak kongenital prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung
pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi
ambliopia. Bila terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang
buruk pada katarak kongenital. Pada pupil mata bayi yang menderita katarak
kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Penyulit yang dapat
terjadi adalah makula lutea yang tidak cukup mendapat rangsangan. Makula tidak
akan berkembang sempurna hingga walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka
visus biasanya tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris
(amblyopia ex anopsia).
Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus
dan strabismus. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuria,
diabetes melitus, hipoparatiroidisme, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik dan
histoplasmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya
merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma
iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina dan
megalokornea.
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi. Operasi
katarak kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak. Biasanya bila
katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan usia 2 bulan atau lebih muda bila
telah dapat dilakukan pembiusan. Tindakan bedah pada katarak kongenital yang
umum dikenal adalah disisio lensa, ekstraksi liniar, ekstraksi dengan aspirasi.
2. Katarak Akuisita
a. Katarak Traumatik
Katarak traumatika dapat disebabkan oleh trauma tajam maupun trauma
tumpul. Pada trauma tajam, langsung terjadi pembentukan nukleus katarak
sehingga tampak lensa berwarna putih. Pada trauma tumpul, katarak tidak terjadi
seketika namun perlahan-lahan. Terjadi proses penebalan (imatur menjadi matur)
dan tidak langsung terbentuk nukleus.
b. Katarak Komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti
radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa,
glaukoma, tumor intra okular, iskemia okular, nekrosis anterior segmen,
buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Katarak komplikata dapat
juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes melitus, hipoparatiroid,
galaktosemia dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa intravena, steroid
lokal lama, steroid sistemik, oral kontra septik dan miotika antikolinesterase).
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya di
daerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata
ataupun linear. Dapat berbentuk rosete, retikulum dan biasanya terlihat vakuol.
Ada 2 bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada polus posterior
mata dan akibat kelainan pada polus anterior bola mata. Katarak pada polus
posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa, ablasi retina,
kontusio retina dan miopia tinggi yang mengakibatkan kelainan pada badan kaca.
Biasanya kelainan ini berjalan aksial yang biasanya tidak berjalan cepat di dalam
nukleus, sehingga sering terlihat nukleus lensa tetap jernih.Katarak akibat miopia
tinggi dan ablasi retina memberikan gambaran agak berlainan. Katarak akibat
kalainan polus anterior bola mata biasanya akibat kelainan kornea berat,
iridosiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridosiklitis akan
mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaukoma akan
terlihat katarak disiminata pungtata subkapsularis anterior (katarak Vogt).
c. Katarak Senilis
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut
yaitu usia di atas 60 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara
pasti. Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien, stadium
imatur, stadium matur, dan stadium hipermatur.
1. Stadium Insipien
Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan
visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-
bercak seperti baji yang samar terutama mengenai korteks anterior,
sedangkan aksis relatif masih jernih. Gambaran ini disebut spokes of a
wheel yang nyata bila pupil dilebarkan.
2. Stadium Imatur
Pada katarak imatur, terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi
belum mengenai semua lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-
bagian yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degenerative. Pada
keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal
sehingga terjadi glaukoma sekunder. Kekeruhan terutama terdapat di
bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada
kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang
dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar
oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi,
sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang
sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan
daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada lensa yang keruh. Keadaan
ini disebut shadow test (+).
4. Stadium Hipermatur
Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair,
sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui
pupil, pada daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah
lingkaran di bagian bawah, dengan warna yang lain daripada bagian yang
diatasnya, yaitu kecoklatan. Uji bayangan iris memberikan gambaran
pseudopositif. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, yang
menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan
lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan
ini disebut katarak morgagni.
Gambar `10. Katarak hipermatur
d. Katarak Sekunder
Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa
lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK.
Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder berupa
mutiara Elschnig dan cincin Soemmering. Katarak sekunder merupakan fibrin
sesudah suatu peradangan dan hasil degenerasi atau degenerasi lensa yang
tertinggal sesudah suatu operasi katarak ekstra kapsular atau sesudah suatu trauma
yang memecah lensa. Cincin Soemmering mungkin akan bertambah besar oleh
karena daya regenerasi epitel yang terdapat di dalamnya. Cincin Soemmering
terjadi akibat kapsul anterior yang pecah dan traksi ke arah pinggir-pinggir
melekat pada kapsula posterior meninggalkan daerah yang jernih di tengah dan
membentuk gambaran cincin. Pada pinggir cincin ini tertimbun serabut lensa
epitel yang berproliferasi.
Mutiara Elschnig adalah epitel subkapsular yang beproliferasi dan
membesar sehingga tampak sebagai busa sabun atau telur kodok. Mutiara ini
mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun oleh karena pecah dindingnya.
Pengobatan katarak sekunder adalah pembedahan seperti disisio katarak sekunder,
kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran keruh.
3. Berdasarkan Letak
a. Katarak Nuklear
Katarak yang lokasinya terletak pada bagian tengah lensa atau nukleus.
Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih
menjadi kuning sampai coklat. Biasanya mulai timbul sekitar usia 60-70 tahun
dan progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak
terjadi. Pandangan jauh lebih dipengaruhin daripada pandangan dekat, bahkan
pandangan baca dapat menjadi lebih baik, sulit menyetir pada malam hari.
Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru dan
ungu.
b. Katarak Kortikal
Katarak menyerang lapisan yang mengelilingi nukleus atau korteks,
biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitasnya lambat.
Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji.
Banyak pada penderita DM, dengan keluhan yang paling sering yaitu penglihatan
jauh dan dekat terganggu, disertai penglihatan merasa silau.
II.2.6 Diagnosis
1. Anamnesis
a. Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama
katarak)
b. Mata tidak merasa sakit, gatal, atau merah
c. Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti:
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
Perubahan daya lihat warna
Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata
Lampu dan matahari sangat mengganggu
Sering meminta resep ganti kacamata
Penglihatan ganda (diplopia)
2. Pemeriksaan Fisik Mata
a. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
b. Melihat lensa dengan penlight dan loop
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai
kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang
keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti
kataraknya imatur, sedangkan bayangan dekat dan kecil dengan pupil
terjadi katarak matur.
c. Slit lamp
d. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)
II.2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Pengobatan
yang diberikan biasanya hanya memperlambat proses, tetapi tidak menghentikan
proses degenerasi lensa. Pembedahan katarak adalah pengangkatan lensa natural
mata (lensa kristalin) yang telah mengalami kekeruhan dan diganti dengan lensa
buatan yang disebut sebagai pseudofakia. Beberapa obat-obatan yang digunakan
untuk menghambat proses katarak adalah vitamin dosis tinggi, kalsium sistein
maupun iodium tetes.
Tindakan pembedahan dilakukan dengan indikasi:
a. Indikasi Optik: Pasien mengeluh gangguan penglihatan yang mengganggu
kehidupan sehari-hari, dapat dilakukan operasi katarak
b. Indikasi Medis: Kondisi katarak harus dioperasi diantaranya katarak
hipermatur, lensa yang menginduksi uveitis, dislokasi/subluksasi lensa,
benda asing intraretikuler, retinopati diabetik, ablasio retina atau patologi
segmen posterior lainnya
c. Indikasi Kosmetik: Jika kehilangan penglihatan bersifat permanen karena
kelainan retina atau saraf optik, tetapi leukokoria yang diakibatkan katarak
tidak dapat diterima pasien, operasi dapat dilakukan meskipun tidak dapat
mengembalikan penglihatan.
Lensa Intraokular
Setelah pengangkatan katarak, lensa intraokular (IOL) biasanya
diimplantasikan ke dalam mata. Kekuatan implan IOL yang akan
digunakan dalam operasi dihitung sebelumnya dengan mengukur panjang
mata secara ultrasonik dan dengan kelengkungan kornea (maka juga
kekuatan optik) secara optik. Kekuatan lensa umumnya dihitung sehingga
pasien tidak akan membutuhkan kacamata untuk penglihatan jauh. Pilihan
lensa juga dipengaruhi oleh refraksi mata kontrolateral dan apakah
terdapat katarak pada mata tersebut yang membutuhkan operasi.
d. Fakoemulsifikasi
Ekstraksi lensa dengan fakoemulsifikasi, yaitu teknik operasi
katarak modern menggunakan gel, suara berfrekuensi tinggi dengan
sayatan 3 mm pada sisi kornea. Pada teknik ini diperlukan irisan yang
sangat kecil (sekitar 2-3 mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan
digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phaco akan
menyedot massa katarak yang telah hancur tersebut sampai bersih. Sebuah
lensa intra ocular (IOL) yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan
tersebut. Untuk lensa lipat (foldable lens) membutuhkan insisi sekitar 2,8
mm, sedangkan untuk lensa tidak lipat insisi sekitar 6 mm. Karena insisi
yang kecil untuk foldable lens, maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan dengan cepat kembali melakukan
aktivitas sehari-hari.
Indikasi teknik fakoemulsifikasi berupa calon terbaik pasien muda
(40-50 tahun), tidak mempunyai penyakit endotel, bilik mata dalam, pupil
dapat dilebarkan hingga 7 mm. Kontraindikasinya berupa tidak terdapat
hal-hal salah satu di atas, luksasi atau subluksasi lensa. Prosedurnya
dengan getaran yang terkendali sehingga insidens prolaps menurun. Insisi
yang dilakukan kecil sehingga insiden terjadinya astigmat berkurang dan
edema dapat terlokalisasi, rehabilitasi pasca bedahnya cepat, waktu operasi
yang relatif lebih cepat, mudah dilakukan pada katarak hipermatur.
Tekanan intraokuler yang terkontrol sehingga prolaps iris, perdarahan
ekspulsif jarang. Kerugiannya berupa dapat terjadinya katarak sekunder
sama seperti pada teknik EKEK, alat yang mahal, pupil harus terus
dipertahankan lebar, endotel “loss” yang besar.
Iridodialisis
Iridodialisis yang kecil tidak menimbulkan gangguan visus dan bisa
berfungsi sebagai iridektomi perifer, tetapi iridodialisis yang parah dapat
menimbulkan gangguan ada visus. Keadaan ini bisa terjadi pada waktu
memperlebar luka operasi, iridektomi, atau ektraksi lensa. Perbaikan harus
dilakukan segera dengan menjahit iris perifer pada luka.
Prolapse korpus vitreum
Prolaps korpus vitreum merupakan komplikasi yang serius pada operasi
katarak, dapat menyebabkan keratopati bulosa, epithelial dan stromal
downgrowth, prolapse iris, uveitis, glaucoma, ablasi retina, edema macular
kistoid, kekeruhan korpus vitreum, endoftalmitis dan neuritis optic. Untuk
menghindari hal tersebut, harus dilakukan vitrektomi anterior sampai
segmen anterior bebas dari korpus vitreum.
Perdarahan ekspulsif
Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi merupakan problem serius yang dapat
menimbulkan ekspulsi dari lensa, vitreus, uvea. Penangannya segera
dilakukan tamponade dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka
ditutup dengan rapat. Bila perdarahan sudah berhenti, luka dibuka kembali
dan dilakukan vitrektomi. Beberapa penulis menganjurkan dilakukan
sklerotomi posterior (4-6mm posterior dari limbus) untuk drainase.
Descemet Fold
Keadaan ini paling sering disebabkan oleh trauma operasi pada endotel
kornea. Pencegahannya adalah penggunaan cairan viskoelastik untuk
melindungi komea. Pada umumnya akan hilang spontan beberapa hari
setelah operasi.
Kekeruhan Kapsul Posterior
Komplikasi ini merupakan penyebab tersering penurunan visus setelah
EKEK. Penyebabnya adalah plak subkapsular posterior residual dimana
insidennya bias diturunkan dengan polishing kapsul posterior; juga
disebabkan fibrosis kapsular karena perlekatan sisa kortek pada kapsul
posterior; atau dapat diakibatkan proliferasi epitel lensa pada kapsul
posterior di tempat aposisi kapsul anterior dcngan kapsul posterior.
Residual Lens Material
Pada umumnya disebabkan EKEK yang tidak adekuat. Bila material yang
tertinggal sedikit akan diresorbsi secara spontan, sedangkan bila
jumlahnya banyak, perlu dilakukan aspirasi karena bias menimbulkan
uveitis anterior kronik dan glaukoma sekunder. Apabila yang tertinggal
potongan nukleus yang besar dan keras, dapat merusak endotel kornea,
penanganannya dengan ekspresi atau irigasi nukleus.
Prolaps Iris
Komplikasi ini paling sering terjadi satu sampai lima hari setelah operasi
dan penyebab tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi
karcna komplikasi prolaps vitreus selama operasi. Keadaan ini
memerlukan penanganan (jahitan ulang) untuk menghindari timbulnya
komplikasi seperti penyembuhan luka yang lama, konjungtivitis kronik,
endoftalmitis, edema makular kistoid dan kadang-kadang opthalmia
simpatika.
Dekompensasi Kornea
Penyebab tersering edema kornea menetap yang diakibatkan perlekatan
vitreus atau hialoid yang intak pada endotel kornea. Pemberian agent
hiperosmotik sistemik akan menimbulkan dehidrasi vitreus, sehingga
dapat melepaskan perlekatan.
Hifema
Bisa terjadi 1-3 hari setelah operasi, biasanya hilang spontan dalam waktu
7-10 hari. Perdarahan berasal dari pembuluh darah kecil pada luka. Bila
perdarahan cukup banyak dapat menimbulkan glaukoma sekunder dan
corneal staining, dan TIO harus diturunkan dengan pemberian
asetazolamid 250mg 4 kali sehari, serta parasintesis hifema dengan
aspirasi-irigasi.
Endoftalmitis
Endofialmitis bisa dalam bentuk akut atau kronik, dimana bentuk kronik
disebabkan rendahnya patogenitas organisme penyebabnya. Secara umum
endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri, penurunan visus, injeksi siliar,
kemosis dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul 2-5 hari pasca
operasi, sedangkan bentuk kronis dapat timbul beberapa bulan sampai 1
tahun atau lebih setelah operasi. Endoftalmitis kronik ditandai dengan
reaksi inflamasi kronik atau uveitis (granulomatus) dan penurunan visus.
Penyebab endoftalmitis akut terbanyak adalah Staphylococcus epidermidis
(gram positif) dan Staphylococcus coagulase negatif yang lain. Kuman
gram positif merupakan penyebab terbanyak endoftalmitis akut bila
dibandingkan dengan gram negative. Untuk gram negatif, kuman
penyebab terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa. Umumnya
organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup untuk
inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obat
imunosupresan, penyakit, trauma, atau bedah, dimana COA lebih resisten
terhadap infeksi dibandingkan dengan kavum vitreus. Organisme
penyebab endoftalmitis kronik rnernpunyai virulensi yang rendah,
penyebab tersering adalah Propionibacterium acnes organisrne tersebut
menstimulasi reaksi imunolcgik yang manifestasinya adalah inflamasi
yang menetap.
Ablasi Retina
Mekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui. Faktor
predisposisinya meliputi prolaps vitreus, miopia tinggi, perlekatan vitreo-
retinal dan degencrasi latis. Ablasi retina pada mata afakia khas ditandai
adanya tear kecil berbentuk "U" yang pertama kali mengenai makula.
Apabila ablasi retina terjadi pada mata afakia, resiko terjadinya ablasi
retina pada mata satunya bila belum dioperasi adalah 7%, sedangkan
insiden pada mata satunya yang sudah afakia adalah 25%.
II.2.9 Prognosis
1. Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara
definitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus.
Sisanya (10% pasien) mungkin telah mengalami kerusakan retina atau
mengalami penyulit pasca bedah yang serius, misalnya glaukoma, ablasio
retina, perdarahan corpus vitreum, dan sebagainya.
2. Secara umum dapat dikatakan bahwa prognosis bilateral yang tidak
lengkap lebih baik dibandingkan dengan unilateral. Hal ini terjadi karena
perbedaan visus yang terjadi setelah operasi sangat besar sehingga dapat
mengakibatkan diplopia.
II.2.10 Pencegahan
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang
tidak dapat dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk
mengetahui adanya katarak. Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa
setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan:
a. Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal
bebas dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
b. Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
c. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan
katarak pada mata
d. Menjaga kesehatan tubuh dari penyakit kencing manis dan penyakit lain
III. PSEUDOFAKIA
Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam
setelah operasi katarak. Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik. Lensa
intraokular ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk
seumur hidup. Lensa ini tidak akan mengganggu dan tidak perlu perawatan
khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh. Lensa intraocular adalah lensa
buatan yang terbuat dari semacam plastic (polimetilmetakrilat) yang stabil,
transparan dan ditoleransi olehtubuh dengan baik.Lensa ini sangat kecil, lunak
dengan diameter antara 5-7 mm dan tebal 1-2mm sehingga dapat menggantikan
posisi lensa mata manusia yang telah keruh/katarak. Karena dapat ditoleransi
tubuh dengan baik maka lensa tanam ini dipasang untuk seumur hidup.
Gejala dan tanda pseudofakia: penglihatan kabur, visus jauh dengan optotype
snellen, dapat merupakan miopi atau hipermetropi tergantung ukuran lensa yang
ditanam (IOL), terdapat bekas insisi atau jahitan.
Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam-macam, seperti:
a. Pada bilik depan mata, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki
penyokongnya bersandar pada sudut bilik mata
b. Pada daerah pupil
c. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa normal
dibelakang iris, lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsular
d. Pada kapsul lensa
IV Presbiopia
IV.1 Definisi
Makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur. Kelainan ini terjadi pada mata normal berupa gangguan
perubahan kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya
elastisitas lensa, sehingga terjadi gangguan akomodasi. Terjadi kekakuan lensa
seiring dengan bertambahnya usia, sehingga kemampuan lensa untuk
memfokuskan bayangan saat melihat dekat. Hal tersebut menyebabkan pandangan
kabur saat melihat dekat. Berikut ini gambar ilustrasi pembentukan bayangan pada
penderita presbiopia:
IV.2 Etiologi
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:
a. Kelemahan otot akomodasi
b. Lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat
sklerosis lensa
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi
mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan
kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur, maka lensa
menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi
cembung, sehingga kemampuan melihat dekat makin berkurang.
IV.3 Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi
mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan
kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa
menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi
cembung, dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.
IV.5 Diagnosis
Pada pasien berusia lebih dari 40 tahun, gangguan akomodasi akan
memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair, dan sering
terasa perih. Karena daya akomodasi berkurang maka titik dekat mata makin
menjauh dan pada awalnya akan kesulitan pada waktu membaca dekat huruf
dengan cetakan kecil. Dalam upayanya untuk membaca lebih jelas, maka
penderita cenderung menegakkan punggungnya atau menjauhkan obyek yang
dibacanya sehingga mencapai titik dekatnya dengan demikian obyek dapat dibaca
lebih jelas.
Alat yang kita gunakan untuk melakukan pemeriksaan, yaitu:
a. Kartu Snellen
b. Kartu baca dekat
c. Sebuah set lensa trial and error
d. Bingkai percobaan
IV.6 Penatalaksanaan
Diberikan penambahan lensa sferis positif sesuai pedoman umur yaitu umur 40
tahun (umur rata–rata) diberikan tambahan sferis +1.00 dan setiap 5 tahun
diatasnya ditambahkan lagi sferis +0.50.
Lensa sferis (+) yang ditambahkan dapat diberikan dalam berbagai cara:
1. Kacamata baca untuk melihat dekat saja
2. Kacamata bifokal untuk sekaligus mengoreksi kelainan yang lain
3. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas,
penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di
segmen bawah
DAFTAR PUSTAKA