You are on page 1of 3

5.

Amnionitis (oleh kuman gram positif dan gram negatif, Listeria monositogenes)

6. Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio, umumnya oleh karena virus selama kehamilan
awal ( contoh Rubella, parvovirys B19, sitomegalovirus, koksakie virus B, varidela zoster, HSV)

Faktor lingkungan

Menurut Prawirohardjo (2010), sekitar 1-10% malformasi janin terjadi akibat dari paparan obat, bahan
kimia atay radiasi yang menyebabkan abortus. Rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik,
antara lain nikotin yang menebabkan efrk vasoaktif sehingga menghambat sirkulasu uteroplasenta.
Karbon monoksida juga menurunkan pasokan oksigen dari ibu ke janin dan memacu neurotoksin.
Gangguan sistem sirkulasi fetoplasenta ini menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan berakibat
menjadi abortus.

Faktor hormonal

Secara fisiologis ovulasi, implantasi, serta kehamillan dini bergantung pada koordinasi yang baik dari
sistem hormonal maternal. Kelainan hormonal yang mungkin terjadi adalah :

 Kadar progesteron rendah


Progesteron berpengaruh penting dalam memengaruhi reseptivitas endometrium terhadap
implantasi embrio. Sehingga apabila terdapat progesteron yang rendah akan meningkatkan
risiko terjadinya abortus. Fase luteal memiliki peran kritis dalam proses kehamilan hingga usia 7
minggu. Yaitu saat dimana yrofoblas harus menghasilkan cukup steroid untuk menunjang
kehamilan. Sehingga apabila terdapa pengangkatan atau kelainan korpus luteum sebelum usia 7
minggu dapat menyebabkan abortus. Namun bila diberikan terapi progesteron, kemungkinaan
kehamilan dapat diselamatkan lebih besar.
 Defek fase luteal
Dilapoorkan sebanyak 23-60% perempuan dengan abortus berulang mengalamu insufisirnsu
progesteron pada fase luteal dan sebanyak 17% perempuan yang mengalami abortus lebih dari
sama dengan 3 kali mengalami defek fase luteal.
 Pengaruh hormonal terhadap imunitas desidua
Pperubahan endometrium menjadi desidua mengubah semua sel pada mukosa uterus.
Perubahan morfologi dan fungsional ini mendukung proses implantasi juga proses migrasi
trofoblas dan mencegah invasi yang berlebihan pada jaringan ibu. Di sini berperan penting
karena adanya interaksi antara trofoblas ekstravillous dan infiltrasi leukosit pada mukosa utetus.
Sebagian besar selbini berupa Large Granular lymphocytes ( LGL) dan makrofag, dan sedikit sel T
dan sel b.
Sel NK dijumoai dalam jumlah banyak, terutama pada endometrium yang terpapar progesteron.
Peningkatan sel NK pada tempat implantasi saat trimester pertama mempunya peran penting
dalam kelangsungan proses kehamilan karena sel tersebut akan mendahului membunuh sel
target dengan sedikit atau tanpa ekspresi HLA.

Faktor hematologik
Pada kasus abortus berulang diitandai dengan defek plasenta dan adanya mikrotrombi pada pembuluh
darah plasenta. Berbagai komponen koagulasi memegang peran penting pada implantasi embrio, invasi
trofoblas, dan plasentasi. Pada kehamilan terjadi hiperkoagulasi dikarenakan:

 Peningkatan kadar faktor prpkoagulan


 Penurunan faktor antikoagulan
 Penurunan aktivitas fibrinolitik

Kadar faktor VII, VIII, dan X serta fibrinogen meningkat selama kehamilan normal, terutama usia
kehamilan sebelum 12 minggu. Adanya ketidakseimbangan atau defek dari hemostatik akan
menyebabkan terjadinha vasospasme serta agregrasi trombosit, yang akan menyebabkan mikrotrombu
serta nekrosis plasenta.

MACAM ABORTUS

Berikut macam abortus bberdasarkan gejala, tanda, dan proses patologi yang terjadi :

A. Abortus iminens
Adanya perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik
dalam kandungan menjadi tanda abortus iminens atau tingkat permulaan. Diagnosis diawali
dengan adanya perdarahan pervaginam pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Pasien
akan mengeluh sedikit mulas dan perdarahan pervaginam. Ostium uteri masih tertutup,
besarnya uterus sesuai usia kehamilan, tes kehamilan urin positif.
Penentuan diagnosis pada abortus iminens melalui pemeriksaan hCG pada urin dengan
pengenceran 1/10 dan tanpa pengenceran. Bila pada kedua pemeriksaan hasilnya positif maka
prognosis kehamilan adalah baik. Bila pengenceran 1/10 hasilnya megatif maka prognosisnya
dubia ad malam. Pemeriksaaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin dan
untuk mengetahui apakah keadaaan plasenta terjadi pelepasan atau belum. Pada USG
diperhatikan ukuran biometri janin atau kantong gestasu apakah sesuai dengan usia kehamilan
atau tidak. Denyut jantung janin dan gerak janin dipantau dan dilihat pula ada atau tidaknya
pembukaan kanalis servikalis.
Penatalaksanaan untuk abortus iminens adalah pasien diminta untuk tirah baring sampai
perdarahan berhenti. Terapi farmakologis yang dapat diberikan ialah spasmolitik agar uterus
tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon progesteron untuk mencegah terjadinya
abortus. Pasien boleh dipulangkan setelah tidak perdarahan dan pasien tidak boleh
berhubungan seksual dahulu hingga2 minggu.
B. Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri
dan dalam proses pengeluaran.
Pasien akan mengeluhkan rasa mulas akibat dari kontraksi uterus yang sering dan kuat,
perdarahan akaan bertambah seiring dengan pembukaan serviks uterus daan usia kehamilan.
Pada abortus tipe ini, besar uterus masih sesuai dengan usia kehamilan, gerak janin dan denyut
jantung janin masih normal meskipun ada mulai ada kelainan. Perlu diperhatikan juga apakah
adaa pelepasan plasenta dari dinding uterus.
Penatalaksanaan pada pasien dengan abortus insipiens ini harus diperhatikan keadaan
umumnya dan perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan harus dilakukan tindakan
evakuasi atau pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila terjadi perdarahan yang
banyak. Pada usia kehamilan diatas 12 minggu, besar uterus biasanya melebihi telur angsa,
sehingga dalam melakukan tindakan evakuasi dan kuretase harus hati-hati dan saat kuretase
diberikan uterotonika untuk mencegah terjadinya perforasi pada dinding uterus. Pascatindakan
perlu dilakukan perbaikan keadaan umum, pemberian uterotonika, dan antibiotik profilaksis

Abortus kompletus
Abortus kompletus adalah keluarnya hasil konsepsi secara keseluruhan dari kavum uteri pada
kehamillan kurang dari 20 minggu atah berat janin kurang dari 500 gram. Tanda dan gejala dari
abortua kompletus adalah semua hasil konsepsi telah keluar, uterus sudah mengecil, ostium
uteri menutup dan perdarahan sudah sedikit.
Pada abortus ini dilakukan USG ketika keadaan klinis ibu sudah memadai. Tes urin dapat positif
hingga 7-10 hari pasca abortus. Apabila diagnosis sudah tegak, penanganan yang dillakukan
tidak ada tindakan khusus. Biasanya diberikan roboransia stau hematenik bila keadaan padien
memerlukan.
Abortus inkompletus
Abortus inkompletus adalab kelusrnya srbagian hasil konsepsi dsri kavum uteri dan masih ada
yang tettinggal didalamnya yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau nerat
kurang dari 500gram.
Abortus ini ditandai dengan saat pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan
teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol di ostium uteri eksternum. Perdarahan yang
keluar jumlahnya tergantung pada jaringan yang tersisa didalam. Pasien dapat mmenjadi
anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan dikeluarkan.
Pemeriksaan USG dilakukan apabila ada keraguan dari klinis. Pada USG ditemukan ukuran uterus
lebih kecil dari usia kehamilan dan kanton gestasi sulit di kenali, di kavum uteri tampak massa
hipereekoik yang bentuknya tidak beraturan.
Penanganan pada pasien harus memerhatikan keadaan umum dan mengatasi gangguan
hemodinamik dan kemudian direcanakan untuk kuretase. Apabila terjadi perdarahan hebat,
dianjurkan untuk segra mengeluarkan sisa hasil konsepsi sehingga kontraksi uterus dapat
membaik.
Missed abortion
Missed abortion adalah abortus yang terjadi ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal
dalam kandunhan sebelum usia kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnha masih
tertahan di kandungan.
Pasien tidak mengeluhkan rasa sakit, namun merasakan pertumbuhan kehamilan tidak seperti
yang diharapkan. Bila kehamilan antara 14 – 20 minggu, pasien merasa rahimnya semakin
mengecil dan tanda sekunder pada payudara menghilanh.

You might also like