Professional Documents
Culture Documents
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) merupakan pendekatan pembelajaran
melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Holubec dalam Nurhadi dkk., 2004:60).
Usaha kerja sama masing-masing anggota kelompok mengakibatkan manfaat timbal balik
sedemikian rupa sehingga semua anggota kelompok memperoleh prestasi, kegagalan
maupun keberhasilan ditanggung bersama. Siswa mengetahui bahwa prestasi yang
dicapai disebabkan oleh dirinya dan anggota kelompoknya, siswa merasakan kebanggaan
atas prestasinya bersama anggota kelompoknya.
Situasi pembelajaran kooperatif didorong dan atau dituntut untuk bekerja sama dalam
suatu tugas bersama, siswa harus mengoordinasikan usaha-usahanya untuk
menyelesaikan tugas. Pada pembelajaran kooperatif dua atau lebih individu saling
tergantung untuk suatu penghargaan apabila mereka berhasil sebagai suatu kelompok.
Menurut Holubec dalam Nurhadi dkk. (2004:60) pembelajaran kooperatif memerlukan
pendekatan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan bersama. Tiap kelompok
terdiri dari 4-5 anggota yang heterogen berdasarkan kemampuan akademik, jenis kelamin
dan ras. Ada 5 unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan akuntabilitas
individu, keterampilan antarpersonal, peningkatan interaksi tatap maka dan pemrosesan.
Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Siswa bekerja dalam tim (team) untuk menuntaskan tujuan belajar,
Tim terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai tingkat keberhasilan tinggi, sedang, dan
rendah,
Bila memungkinkan tim merupakan campuran suku, budaya dan jenis kelamin
Sistem penghargaan diorientasikan baik pada kelompok maupun individu (Estiti, 2006:8),
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang memiliki latar belakang
dan kondisi yang berbeda untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas
bersama sehingga mereka belajar untuk menghargai satu sama lain meskipun mereka
berbeda ras, budaya, kelas sosial maupun kemampuan.
Model Think Pair Share
Model Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari
Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat
memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu
sama lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu
bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok
kecil secara kooperatif.
Metode TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran kooperatif yang dapat
memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat
untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir
siswa akan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan
akademiknya.
Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan
asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil
jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya
bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep.
Hasil belajar
Hasil belajar merupakan hal kompleks yang terjadi sehari-hari dan merupakan suatu
proses perubahan bagi siswa dalam menghadapi bahan ajar. Bahan ajar dapat berupa
keadaan alam, belajar tumbuhan dan manusia. Penilaian hasil belajar adalah proses
pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang di capai oleh siswa dengan kriteria
tertentu. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah
laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang cukup luas mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotor sehingga dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan
berpikir, sikap dan alam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar menurut taksonomi Bloom terdiri dari tiga ranah: 1) ranah kognitif,
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua
aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikut disebut kognitif
tingkat tinggi; 2) ranah afektif berkenaan dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran,
sikap khusus siswa, maupun respons siswa dalam kegiatan membaca, menyimak,
berbicara, maupun menulis, perkembangan siswa dalam menguasai isi pembelajaran,
sikap/kemampuan siswa bekerja sama, partisipasi siswa, kemampuan bertanya, atau
minat siswa terhadap pembelajaran (Susanto, 2006:7); dan 3) ranah psikomotoris
berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Menurut
Arikunto (2003: 182) pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil
belajar yang berupa penampilan, hal-hal yang diamati dalam ranah psikomotoris ini
berupa keterampilan dalam menyiapkan alat, memperhatikan kebersihan serta mampu
bekerja sama.
Menurut Susanto (2006:1) belajar merupakan proses di mana otak atau pikiran
mengadakan reaksi terhadap kondisi luar dan reaksi itu dapat dimodifikasi dengan
pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya. Belajar dapat berlangsung secara
efektif apabila hasil belajar yang dicapai mendekati atau sama dengan tujuan belajar yang
diharapkan.
Hasil belajar yang demikian dapat dicapai antara lain apabila kegiatan mengajar atau
menyampaikan mata pelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa, keefektifan belajar akan
semakin tinggi bila kegiatan mengajar sesuai dengan faktor intern (intelegen,
kemampuan, motivasi, emosional, kebutuhan, dan gaya belajar), maupun faktor ekstern
(lingkungan, keluarga) sehingga dapat dikatakan bahwa mengajar yang efektif adalah
mengajar yang sesuai bagi setiap siswa. Terciptanya proses belajar yang efektif dan
efisien akan menjadikan hasil belajar lebih berarti, lebih bermakna serta berdaya guna
pada diri individu yang belajar.
Proses Belajar
Proses belajar adalah suatu proses interaksi mengajar antara guru dan siswa yang di
dalamnya terdapat aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang
berarti kegiatan yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Aktivitas siswa merupakan
bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran untuk
memperoleh konsep aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Proses belajar mengajar (PBM) merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Proses belajar mengajar memiliki 4
komponen, yaitu tujuan, bahan, metode dan alat penilaian (Rusyan, 1989:28). Keempat
komponen tersebut tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling berpengaruh satu sama
lainnya.
Diedrich dalam Nasution (2000) membuat suatu daftar yang berisi macam-macam
aktivitas siswa antara lain:
Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan,
dan pekerjaan orang lain,
Oral activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengemukakan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi,
Listening activities, misalnya mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan
pidato,
Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, dan menyalin,
Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram, dan pola,
Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi model, mereparasi,
bermain, berkebun, dan memelihara binatang,
Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis,
melihat hubungan, dan mengambil keputusan,
Emotional activities, misalnya menarik minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,
bergairah, berani, tenang, dan gugup.
Penilaian Proses Belajar adalah upaya memberikan nilai terhadap kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
Penilaian ini dapat dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai tujuan
pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Penilaian hasil dan proses belajar saling
berkaitan satu sama lain, sebab hasil merupakan akibat dari proses.
http://masimamgun.blogspot.com/2010/06/metode-kooperatif-model-think-pair.html
BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan
efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (Isjoni, 2007: 11).
Dalam melakukan proses mengajar, guru harus dapat memilih dan menggunakan
beberapa metode mengajar. Banyak metode mengajar yang dipakai oleh guru yang mana
masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan, kekurangan suatu metode
dapat ditutupi oleh metode mengajar yang lain sehingga guru dapat menggunakan
beberapa metode mengajar dalam melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu
metode perlu memperhatikan suatu materi yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu
yang tersedia, dan banyaknya siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar.
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang
penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab
bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih
beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup
bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok
kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa
heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta
tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran kooperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan
Model pembelajaran Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri
serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi
partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju
dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik Think-Pair-Share (TPS) ini
memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk
dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Lie, 2005:57).
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Apa pembelajaran kooperatif ?
2. Bagaimana sintaks pembelajaran kooperatif think pair share ?
3. Bagaimana implementasi kooperatif think pair share pada pembelajaran ?
Tujuan Pembahasan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui apa pembelajaran kooperatif
2. Untuk mengetahui bagaimana sintaks pembelajaran kooperatif think pair share
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi kooperatif think pair share pada
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham
konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja
sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran kooperatif learning dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di
dalam struktur ini adalah lima unsur pokok yang dikemukakan oleh Johnson & Johnson
(dalam http://www.WordPress.com), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Sedangkan
Lie (2005) menyebutkan model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar
belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian
kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana
kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih
besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal. Peran guru dalam
pembelajaran kooperatif sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat
jelas.
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya, (a) siswa bekerja dalam kelompok
kooperatif untuk menguasai materi akademis, (b) anggota-anggota dalam kelompok
diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, (c) jika
memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan
jenis kelamin, (d) sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada
individu. (http://www.idonbiu.com/2009/05/pembelajaran-cooperative-learning.htm).
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama
dalam kelompok pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar
siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial.
Sharan (dalam Isjoni, 2010:23) menyebutkan bahwa siswa yang belajar menggunakan
metode pembelajaran kooperatif akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan
didukung dari rekan sebaya. Jadi, siswa tidak lagi memperoleh pengetaghuan itu hanya
dari guru, dengan belajar kelompok seorang teman haruslah memberikan kesempatan
kepada teman lainnya untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara mengharagi
pendapat orang saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan satu sama lainnya.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan terlatih untuk mendengar pendapat-pendapat
orang lain dan merangkum pendapat-pendapat tersebut dalam bentuk tulisan. Tugas–
tugas orang lain akan memacu siswa untuk bekerja sama, saling membantu dalam
mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki.
Ada tiga tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Prestasi akademik
Pembelajaran kooperatif sangat menguntungkan baik bagi siswa berkemampuan tinggi
maupun rendah. Khususnya bagi siswa berkemampuan tinggi, secara akademik akan
mendapat keuntungan karena pengetahuan semakin mendalam.
b. Penerimaan terhadap keanekaragaman
Heterogen yang ditonjolkan dalam pemilihan anggota kelompok akan mengarahkan
siswa untuk mengakui dan menerima perbedaan yang ada antara dirinya dan orang lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif bertujuan mengarahkan kepada keterampilan-keterampilan
kerjasama sebagai suatu tim. Keterampilan ini kelak akan sangat bermanfaat bagi siswa
ketika mereka
Keuntungan guru menggunakan pembelajaran kooperatif ialah dapat menimbulkan
suasana yang baru dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan sebelumnya hanya
dilaksanakan model pembelajaran secara konvensional yaitu camah dan tanya jawab.
Metode tersebut ternyata kurang memberi motivasi dan semangat kepada siswa untuk
belajar. Dengan digunakannva model cooperative learning, maka tampak suasana kelas
menjadi lebih hidup dan lebih bermakna. Selain itu, pembelajaran kooperatif mampu
mengembangkan kesadaran pada diri siswa terhadap permasalahan-permasalahan sosial
yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Dengan bekerja kelompok maka timbul adanya
perasaan ingin membantu siswa lain yang mengalami kesulitan sehingga mampu
mengembangkan sosial skill siswa.
Penerapan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam pelaksanaan model pembelajaran think pair share pada setiap pertemuan
mengalami perubahan materi pokok dan variasi kegiatan, maksudnya adalah adanya
variasi media pembelajaran yang digunakan dan adanya permainan – permainan untuk
menunjang pembelajaran think pair share.
Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran think pair share dan nilai akhir yang berasal dari gabungan nilai individu
dan kelompok.
Saran
Adapun saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut. Bagi siswa sebaiknya siswa
meningkatkan aktivitas membaca, sehingga mempermudah dalam menghafal dan
memahami materi IPS. Tingkatkan pula rasa percaya diri, agar selalu aktif mengikuti
pembelajaran. Sedangkan saran bagi guru adalah hendaknya guru bisa menerapkan
model pembelajaran think pair share. Agar siswa lebih aktif dan mampu mengidentifikasi
masalah sosial dan pemecahannya.
DAFTAR RUJUKAN
http://www.WordPress.com
http://www.idonbiu.com/2009/05/pembelajaran-cooperative-learning.htm).
Isjoni. 2010. Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:
Alfabeta.
Saukah, Ali dkk. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Kelima. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Tim penyusun. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar. Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan.