You are on page 1of 8

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN LOSS TO

FOLLOW UP TERAPI ARV PADA PASIEN HIV/AIDS


DI PUSKESMAS GEROKGAK 1

(Relationship Of Family Support With The Incidence Of Loss To Follow Up


Antiretroviral Therapy On HIV / AIDS Patients In Gerokgak Health Center 1)

Anisa Rahmatika1), I Dewa Ayu Rismayanti2), Putu Agus Ariana 2)


Program Studi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng
e-mail:

ABSTRAK
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung sikap patuh pasien diantaranya dukungan keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kejadian loss to
follow up terapi ARV pada pasien HIV/AIDS di puskesmas gerokgak 1. Desain penelitian yang
digunakan adalah deskriftif corelational dengan rancangan cross-sectional. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pasien dengan HIV-AIDS yang masuk program CST di
puskesmas gerokgak 1. Pengambilan sample dilakukan dengan metode total sampling dan
didapatkan jumlah sample 57 pasien dengan HIV-AIDS. Data yang dikumpulkan dengan
menggunakan lembar kuesioner dukungan keluarga dan lembar observasi loss to follow up.
Penelitian ini menggunakan uji chi-square. Hasil uji chi-quare didapatkan nilai p (0,000) < α
(0,05), artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
dukungan keluarga dengan kejadian loss to follow up terapi ARV pada pasein HIV/AIDS di
puskesmas gerokgak 1. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR=38,00, artinya responden yang
memiliki dukungan keluarga baik mempunyai peluang 38 kali untuk tidak Loss To Follow Up
dibandingkan responden dengan dukungan keluarga tidak baik.

Kata Kunci: dukungan keluarga, kejadian loss to follow up

ABSTRACT
There are several factors that can support the attitude of patient compliance among family
support. This study aims to determine the relationship of family support with the incidence of loss
to follow up antiretroviral therapy in HIV / AIDS patients in puskesmas gerokgak 1. The research
design used is a cross-sectional descriptive with a cross-sectional design. The population used in
this study were patients with HIV-AIDS who entered CST program at gerokgak health center 1.
Sampling was done by total sampling method and got sample number 57 patients with HIV-AIDS.
Primary data from the respondents were collected using a family support questionnaire and a loss
to follow up observation sheet. This study used chi-square test. Chi-quare test results obtained p
value (0,000) <α (0.05), meaning H0 rejected and Ha accepted. So it can be concluded that there is
a relationship of family support with the incidence of loss to follow up antiretroviral therapy on
HIV / AIDS patients in gerokgak health center 1. From the analysis results also obtained OR =
38.00, meaning that respondents who have good family support have a chance 38 times for No
Loss To Follow Up compared to respondents with poor family support.

Key words: family support, event loss to follow up

PENDAHULUAN muncul. Menurut data WHO (World


Permasalah HIV/AIDS menjadi Health Organization) tahun 2015, di
sorotan di seluruh dunia termasuk seluruh dunia, saat ini ada 37 juta orang
Indonesia dengan banyaknnya kasus yang hidup dengan HIV yang meliputi 18 juta
perempuan dan 4,2 juta anak berusia belum menerima ARV. Dari ODHA yang
dibawah 15 tahun. Jumlah kematian akibat menerima ARV sebesar 51,79% (65.631)
AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari masih menerima ARV, 16,00% (20.337)
1,3 juta orang dewasa dan 190.000 anak terlapor meninggal dunia, sebesar
berusia dibawah 15 tahun. Indonesia 8,96%(11.397) pindah ke fasilitas
menduduki peringkat lima besar di Asia. pelayanan lain, 2,09% (2.660) tercatat stop
Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia ARV, dan sisanya sebesar 21,16% (26.901)
dari pertama kali ditemuakan tanggal satu dinyatakan lost follow up.(Menurut Dirjen
Januari 1987 sampai 31 Maret 2013 PP & PL Kemenkes RI 2016).
sebanyak 35 juta penderita, dan Provinsi Dukungan keluarga didefinisikan
Bali menduduki peringkat kedua dengan sebagai informasi verbal atau non verbal,
jumlah komulatif penderita HIV/AIDS saran, bantuan yang nyata atau tingkah
terbanyak yaitu 7856 kasus (Dirjen PP dan laku yang diberikan oleh orang-orang yang
PL, 2014). Data Depkes Bali 2014 kasus akrab dengan subjek di dalam
HIV/AIDS meningkat hingga mencapai lingkungannya atau yang berupa kehadiran
10.371 jiwa dan Kabupaten Buleleng dan hal-hal yang dapat memberikan
menduduki peringkat ke dua dengan kasus keuntungan emosional dan berpengaruh
terbanyak di bali yaitu sebanyak 1.841 pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal
kasus. Data-data ini menunjukkan ini orang yang merasa memperoleh
terjadinya peningkatan pesat penyebaran dukungan secara emosional merasa lega
infeksi HIV. karena diperhatikan, mendapat saran atau
Penyebaran infeksi HIV kesan yang menyenangkan pada dirinya
diupayakan berbagai cara oleh pemerintah (Suprajitno, 2012). Hal ini tentunya sangat
salah satunya dengan pemberian penting bagi odha terutama menjadi
antiretroviral (ARV) pada odha (orang dukungan dalam pelaksanaan terapi ARV
dengan HIV/AIDS). ARV pertama kali (Suprajitno, 2012). Hasil penelitian yang
ditemukan pada tahun 1995, hal ini dilakukan Hardiayatmi (2015) menemukan
mendorong dimulainnya refolusi baru dukungan keluarga secara signifikan
pengobatan dan perawatan klien mempengaruhi kepatuhan odha dalam
HIV/AIDS baik pagi odha maupun terapi ARV.
pemerintah dalam hal ini unit pelayanan Hal ini terjadi karena dukungan
kesehatan. Dengan memberikan ARV pada keluarga yang baik akan meningkatkan
odha akan dapat mencegah terjadinya kemampuan koping individu penderita
infeksi dan menekan replikasi Hiuman HIV sehingga mampu memiliki mampu
Devisiency Virus (HIV) yang secara berinteraksi dengan lingkungan sosial
otomanis akan meningkatkan quality of yang baik. Sebuah penelitian yang
life disisa hidupnya dan menekan dilakukan Izzati (2014) menemukan
penuluran HIV atau menurunkan hubungan positif anatara dukungan
munculnya kasus baru. keluarga dengan koping seorang penderita
Di Indonesia pada Triwulan 1 HIV/AIDS. Ini berarti semakin baik
tahun 2016, jumlah kumulatif pada ODHA dukungan keluarga semakin baik pula
yang masuk dalam upaya perawatan HIV koping penderita HIV/AIDS. Penelitian
tercatat sebanyak 209.876, sebesar 74,41% berbeda yang dilakukan Siboro (2014)
(156.164) dinyatakan memenuhi syarat menemukan adanya hubungan yang
untuk ARV dan sebesar 25,59% (53.712) signifikan anatar dukungan keluarga
dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk dengan keberfungsian social penderita
ARV. Dari jumlah yang memenuhi syarat HIV/AIDS.
untuk terapi ARV tercatat 81,41%
(127.128) pernah menerima ARV dan
sisanya sebesar 18,24% (29.036) tercatat METODE PENELITIAN
Rancangan atau pendekatan yang dan usia terendah 26 tahun dengan rata-
digunakan adalah cross sectional, yaitu rata usia 38,53 tahun.
jenis penelitian yang menekankan waktu
pengukuran / observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali c. Gambaran Karakteristik responden
pada suatu saat (Nursalam, 2013). Berdasarkan Riwayat Pendidikan
Populasi dalam penelitian ini disajikan pada tabel 3
adalah seluruh pasien HIV/AIDS di Tabel 3 Gambaran Karakteristik
lingkup kerja Puskesmas Gerokgak 1 yaitu Responden Berdasarkan Riwayat
sebanyak 57 pasien. Teknik sampling yang Pendidikan
digunakan oleh peneliti dalam penentuan
sampel adalah teknik Nonprobability Persentase
Kategori Frekuensi
sampling yaitu sampling jenuh. Penelitian (%)
ini akan dilakukan di Wilayah Kerja SD 3 5,3
Puskesmas Gerokgak 1, penelitian akan SMP 15 26,3
dilakukan pada bulan Mei sampai dengan SMA 39 68,4
bulan Juni tahun 2017. Total 57 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 57
HASIL PENELITIAN DAN
responden, distribusi frekuensi
PEMBAHASAN
responden berdasarkan riwayat
a. Gambaran Karakteristik responden
pendidikan mayoritas pendidikan SMA
Berdasarkan Jenis Kelamin disajikan
yaitu sebanyak 39 orang (68,4%), SMP
pada tabel 1
sebanyak 15 orang (26,3%) dan SD
Tabel 1 Gambaran Karakteristik
sebanyak 3 orang (5,3%).
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
d. Gambaran Karakteristik responden
Kategori Frekuensi Persentase
Berdasarkan Riwayat Pekerjaan
Laki-Laki 42 73,7
Perempuan 15 26,3
disajikan pada tabel 4
Total 57 100 Tabel 4 Gambaran Karakteristik
Responden Berdasarkan Riwayat
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 57 Pekerjaan
responden, distribusi frekuensi
responden berdasarkan jenis kelamin Kategori F (%)
mayoritas berjenis kelamin laki-laki Bekerja 47 82,5
yaitu sebanyak 42 orang (73,7%) dan Tidak Bekerja 10 17,5
berjenis kelamin perempuan sebanyak Total 57 100
15 orang (26,3%). Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 57
responden, distribusi frekuensi
b. Gambaran Karakteristik Responden responden berdasarkan riwayat
Berdasarkan Usia pekerjaan mayoritas memiliki status
Tabel 2 Identifikasi Karakteristik bekerja yaitu sebanyak 47 orang
Responden Berdasarkan Usia (82,5%) dan tidak bekerja sebanyak 10
orang (17,5%).
Varia Rera Mi Ma
N SD
bel ta n ks
5 38,5 5,7
Usia 26 49
7 3 79
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden
yang memiliki usia tertinggi 49 tahun
a. Gambaran Nilai Dukungan Keluarga
Tabel 5 Gambaran nilai dukungan
keluarga

Persentase
Kategori Frekuensi
(%)
Baik 47 82,5
Tidak
10 17,5
Baik
Total 57 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil


dukungan keluarga mayoritas memiliki analisis hubungan antara Dukungan
kategori baik yaitu sebanyak 47 orang Keluarga dengan Kejadian Loss To
(82,5%) dan kategori tidak baik Follow Up diperoleh bahwa ada
sebanyak 10 orang (17,5%). sebanyak 38 (80,9%) responden yang
memiliki dukungan keluarga baik yang
b. Gambaran Kejadian Loss To Follow
tidak Loss To Follow Up. Sedangkan
Up Terapi ARV Pada Pasien HIV/AIDS
diantara responden yang memiliki
Di Puskesmas Gerokgak 1
dukungan keluarga tidak baik ada 1
Tabel 6 Identifikasi Kejadian Loss To
(10%) yang tidak Loss To Follow Up,
Follow Up Terapi ARV Pada Pasien
sementara responden yang mengalami
HIV/AIDS Di Puskesmas Gerokgak 1
Loss To Follow Up dan memiliki
Persentase dukungan keluarga yang baik sebanyak
Kategori Frekuensi 9 orang (19,1%) dan dukungan
(%)
Ya 18 31,6 keluarga yang tidak baik sebanyak 9
Tidak 39 68,4 orang (90%). Hasil uji statistik
didapatkan nilai p value 0,000 maka
Total 57 100
dapat disimpulkan ada perbedaan
Tabel 6 menunjukkan bahwa distribusi proporsi kejadian Loss To Follow Up
frekuensi kejadian Loss To Follow Up kategori Tidak Loss To Follow Up
Terapi ARV Pada Pasien HIV/AIDS Di responden yang memiliki dukungan
Puskesmas Gerokgak 1 mayoritas keluarga baik dan tidak baik ( ada
dalam kategori Tidak Loss To Follow hubungan yang signifikan antara
Up yaitu sebanyak 39 kejadian (68,4%) dukungan keluarga dengan kejadian
dan kategori Ya atau Loss To Follow Loss To follow Up). Dari hasil analisis
Up sebanyak 18 kejadian (31,6%). juga diperoleh nilai OR=38,00, artinya
responden yang memiliki dukungan
keluarga baik mempunyai peluang 38
kali untuk tidak Loss To Follow Up
a. Analisis Hubungan Dukungan
dibandingkan responden dengan
Keluarga dan Kejadian Loss To Follow
dukungan kaluarga tidak baik.
Up Terapi ARV Pada Pasien HIV/AIDS
Di Puskesmas Gerokgak 1 PEMBAHASAN
Tabel 7 Analisis Hubungan Dukungan
Keluarga dan Kejadian Loss To Follow Dari hasil penelitian tentang
Up Terapi ARV Pada Pasien HIV/AIDS karakteristik responden berdasarkan jenis
Di Puskesmas Gerokgak 1 kelamin di wilayah kerja Puskesmas
Gerokgak 1 didapatkan bahwa dari 57 sebanyak 3 orang (5,3%). Didukung oleh
responden, mayoritas berjenis kelamin teori dari Fever Stein (dalam Niven, 2008)
laki-laki yaitu sebanyak 42 orang (73,7%) menyatakan bahwa ada beberapa sikap
dan berjenis kelamin perempuan sebanyak yang mendukung sikap patuh pasien
15 orang (26,3%). Menurut peneliti hasil diantaranya pendidikan, akomodasi,
diatas sesuai dengan data yang diperoleh modifikasi faktor dan lingkungan sosial,
dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, perubahan model terapi dan meningkatkan
(2015), bahwa presentasi kasus HIV-AIDS interaksi professional. Teori diatas sesuai
tahun 2015 pada kelompok laki-laki lebih dengan hasil penelitian yang dilakukan
besar dibandingkan pada kelompok Jayanti (2014) menemukan ada hubungan
perempuan. Hasil ini sejalan dengan yang signifikan anatara pendidikan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Septia, kejadian LTFU. Hasil penelitian ini
Rahmalia, Fabrian (2013) dengan judul menunjukkan nilai OR penderita dengan
penelitian “Hubungan Dukungan Keluarga Pendidikan rendah berpeluang 67%
dengan Kepatuhan Minum Obat Pada mengalami LTFU.
Penderita TB Paru” yang mendapatkan Hasil penelitian menunjukkan
bahwa distribusi frekuensi karakteristik bahwa dari 57 responden, distribusi
responden berdasarkan jenis kelamin di frekuensi responden berdasarkan riwayat
Ruangan Kenanga dan Poli Paru Rumah pekerjaan mayoritas memiliki status
Sakit Umum Daerah Arifin Achmad (n= bekerja yaitu sebanyak 47 orang (82,5%)
58) didapatkan 43 orang berjenis kelamin dan tidak bekerja sebanyak 10 orang
laki-laki (74,14%) dan 15 orang berjenis (17,5%). Menurut peneliti hasil tersebut
kelamin perempuan (25,86%). Mayoritas menyatakan riwayat pekerjaan tidak
responden pada penelitian ini berjenis memiliku hubungan dengan kejadian lost
kelamin laki-laki. to foolow up, hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Gunawan,
Hasil penelitian menunjukkan
Prasetyowati, Ririanty (2016) yang
bahwa dari 57 responden, distribusi
berjudul “Hubungan Karakteristik Odha
frekuensi responden berdasarkan usia
Dengan Kejadian Loss To Follow Up
mayoritas berusia > 30 tahun sebanyak 53
Terapi Arv Di Kabupaten Jember” dimana
orang (93%) dan berusia < 30 tahun yaitu
pekerjaan tidak berhubungan secara
sebanyak 4 orang (7%). Sejalan dengan
signifikan dengan kejadian loss tofollow
penelitian yang dilakukan Fithria,
up di Kabupaten Jember, hal ini
Purnomo & Ikawati (2011) di RSUD
dikarenakan proporsi kelompok control
Tugurejo dan RSU Panti Wilasa Citarum
antara yang bekerja dan tidak bekerja
Semarang yang menyatakan bahwa usia
memiliki proporsi yang hampir sama. Hal
memiliki hubungan yang signifikan
tersebut sesuai dengan penelitian yang
dengan kepatuhan terapi ARV dengan p.
dilakukan oleh Rosiana (2014), bahwa
value = 0,018 dengan tingkat kepatuhan
jenis pekerjaan terhadap lost to follow-
pengobatan ARV >95% terbanyak pada
uptidak terdapat pengaruh yang bermakna
responden berusia 21-30 tahun yaitu 18
(p=0,727).
orang (37%), sedangkan pada tingkat
Hasil penelitian menunjukkan
kepatuhan 80-89% hanya terdapat 1 orang
bahwa nilai dukungan keluarga mayoritas
responden penelitian yang berusia 41-50
memiliki kategori baik yaitu sebanyak 47
tahun
orang (82,5%) dan kategori tidak baik
Dari hasil penelitian menunjukkan
sebanyak 10 orang (17,5%). Hasil tersebut
bahwa dari 57 responden, distribusi
didukung oleh teori dari Friedman dkk,
frekuensi responden berdasarkan riwayat
(2010) dimana interaksi dukungan
pendidikan mayoritas pendidikan SMA
keluarga bersifat timbal balik (sifat dan
yaitu sebanyak 39 orang (68,4%), SMP
frekuensi dari hubungan timbal balik),
sebanyak 15 orang (26,3%) dan SD
anjuran atau umpan balik dengan kualitas dukungan instrumental
(kualitas/kuantitas komunikasi) dan yang baik dan 5 orang memiliki kepatuhan
keterlibatan emosional (derajat keakraban yang baik dengan kualitas dukungan
dan rasa percaya). Dukungan keluarga instrumental yang tidak baik.
terjadi selama masa hidup, dengan sifat Dari hasil penelitian menunjukkan
dan tipe yang berfariasi pada masing- bahwa hasil analisis hubungan antara
masing tahap siklus kehidupan keluarga. Dukungan Keluarga dengan Kejadian Loss
Penelitian lain yang dilakukan To Follow Up diperoleh bahwa ada
oleh Septia, Rahmalia, Sabrian (2013) sebanyak 38 (80,9%) responden yang
dengan judul penelitian “Hubungan memiliki dukungan keluarga baik yang
Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan tidak Loss To Follow Up. Sedangkan
Minum Obat Pada Penderita TB Paru” diantara responden yang memiliki
menyatakan bahwa dukungan keluarga dukungan keluarga tidak baik ada 1 (10%)
yang positif adalah berpartisipasi penuh yang tidak Loss To Follow Up, sementara
pada pengobatan penderita seperti; responden yang mengalami Loss To
pengaturan menu makan dan minum, pola Follow Up dan memiliki dukungan
istrahat, perawatan diri terutama keluarga yang baik sebanyak 9 orang
kebersihan, pengambilan obat serta (19,1%) dan dukungan keluarga yang tidak
mampu merujuk penderita bila ada gejala baik sebanyak 9 orang (90%). Hasil uji
samping obat yang berat. statistik didapatkan nilai p value 0,000
Dari hasil penelitian menunjukkan maka dapat disimpulkan ada perbedaan
bahwa distribusi frekuensi kejadian Loss proporsi kejadian Loss To Follow Up
To Follow Up Terapi ARV Pada Pasien kategori Tidak Loss To Follow Up
HIV/AIDS Di Puskesmas Gerokgak 1 responden yang memiliki dukungan
mayoritas dalam kategori Tidak Loss To keluarga baik dan tidak baik ( ada
Follow Up yaitu sebanyak 39 kejadian hubungan yang signifikan antara
(68,4%) dan kategori Loss To Follow Up dukungan keluarga dengan kejadian Loss
sebanyak 18 kejadian (31,6%). Salah satu To follow Up). Dari hasil analisis juga
penatalaksanaan bagi penderita HIV/AIDS diperoleh nilai OR=38,00, artinya
adalah dengan Antiretroviral (ARV) responden yang memiliki dukungan
adalah obat yang menghambat replikasi keluarga baik mempunyai peluang 38 kali
HIV. Terapi dengan ARV adalah strategi untuk tidak Loss To Follow Up
yang secara klinis paling berhasil hingga dibandingkan responden dengan dukungan
saat ini. Tujuan terapi dengan ARV adalah kaluarga tidak baik.
menghentikan replikasi virus, memulihkan
sistem imun dan mengurangi terjadinya KESIMPULAN
infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas Karakteristik responden di
hidup dan menurunkan morbiditas dan Puskesmas Gerokgak 1 berdasarkan jenis
mortalitas karena infeksi HIV( Nursalam kelamin menunjukkan bahwa dari 57
& Kurniawati, 2007). responden mayoritas berjenis kelamin
Hasil penelitian ini sejalan dengan laki-laki yaitu sebanyak 42 orang (73,7).
penelitian yang dilakukan oleh Husna Karakteristik responden berdasarkan umur
(2012) dengan judul penelitian Analisis menunjukkan bahwa mayoritas berusia >
Dukungan Sosial Dengan Kepatuhan 30 tahun sebanyak 53 orang (93%).
Therapy Antiretroviral (ARV) Pada Pasien Karakteristik responden Berdasarkan
HIV/AIDS Di Poliklinik Khusus Rsud. Dr. Riwayat Pendidikan menunjukkan bahwa
Zainoel Abidin Banda Aceh. Hasil mayoritas responden pendidikan SMA
penelitian ini menunjukkan bahwa dari yaitu sebanyak 39 orang (68,4%).
jumlah responden yaitu 24 orang, 12 orang Karakteristik responden Berdasarkan
termasuk dalam kepatuhan yang baik Riwayat Pekerjaan menunjukkan bahwa
mayoritas memiliki status bekerja yaitu Gordillo V, del Amo J, Soriano V,
sebanyak 47 orang (82,5%). Gonzalez-Lahoz J.
Nilai Dukungan Keluarga di Sociodemographic and
Puskesmas Gerokgak 1 menunjukkan psychological variables
bahwa nilai dukungan keluarga mayoritas influencing adherence to
memiliki kategori baik yaitu sebanyak 47 antiretroviral therapy. AIDS.
orang (82,5%). 1999;13(13):1763–69.
Kejadian Loss To Follow Up Limbu dan Marni, 2004. Peran Keluarga
Terapi ARV Pada Pasien HIV/AIDS Di Sebagai Pengawal Minum Obat
Puskesmas Gerokgak 1 menunjukkan (PMO) dalam Mendukung Proses
bahwa distribusi frekuensi kejadian Loss Pengobatan TB Paru di Wilayah
To Follow Up Terapi ARV Pada Pasien Kerja Puskesmas Baumata
HIV/AIDS Di Puskesmas Gerokgak 1 Kecamatan Taebenu Kabupaten
mayoritas dalam kategori Tidak Loss To Kupang. Jurnal Kesehatan MKM
Follow Up yaitu sebanyak 39 kejadian Vol. 2 No. 01 Juni 2007
(68,4%). Niven, N., (2008), Psikologi Kesehatan:
Analisis Hubungan Dukungan Pengantar untuk Perawat Dan
Keluarga dan Kejadian Loss To Follow Up Profesional Kesehatan Lain,
Terapi ARV Pada Pasien HIV/AIDS Di Jakarta: EGC
Puskesmas Gerokgak 1 Berdasarkan uji Septia,A., Rahmalia,S., & Sabrian,F.
analisa data dengan menggunakan uji chi- (2013). Hubungan Dukungan
square test didapatkan nilai p value 0,000 Keluarga Dengan Kepatuhan
maka dapat disimpulkan ada perbedaan Minum Obat Pada Penderita Tb
proporsi kejadian Loss To Follow Up Paru. 1(2).
kategori Tidak Loss To Follow Up antara Nursalam & Kurniawati, (2007) , Asuhan
responden yang memiliki dukungan Keperawatan Pada Pasien
keluarga baik dan tidak baik Terinfeksi HIV-AIDS, Jakarta:
Salemba Medika.
SARAN Gunawan, Y.G., Prasetyowati, I.,
Adapun saran yang dapat peneliti Ririanty,M. (2016). Hubungan
sampaikan yaitu: meningkatkan pelayanan Karakteristik Odha Dengan
khususnya pelayanan keperawatan HIV- Kejadian Loss To Follow Up
AIDS Puskesmas Gerokgak 1 sehingga Terapi Arv Di Kabupaten Jember.
pelayanan kesehatan dapat lebih optimal 2(1)
dan agar hasil penelitian ini dapat Fithria, Purnomo & Ikawati. (2011).
menmbah wawasan keilmuan keperawatan Faktor-Faktor yang
tentang hubungan dukungan keluarga Mempengaruhi Tingkat
dengan kejadian lost to follow-up. Kepatuhan Pengobatan ARV
Selanjutnya, hal tersebut dapat menjadi (Antiretroviral) pada ODHA
informasi dasar dalam kurikulum (Orang Dengan HIV/AIDS) di
pembelajaran yang tepat mengenai Rumah Sakit Umum Daerah
masalah pelayanan pada pasien HIV-AIDS Tugurejo dan Rumah Sakit Umum
pada jenjang pendidikan keperawatan. Panti Wilasa Citarum Semarang.
Jurnal Manajemen dan Pelayanan
REFERENSI Farmasi, 126-137
Friedman, M.M, dkk., (2010). Buku Ajar Suprajitno., (2012). Asuhan Keperawatan
Keperawatan Keluarga Riset, Keluarga Aplikasi Dalam Praktik.
Teori, & Praktik. Edisi Kelima, Jakarta : ECG
Jakarta : EGC
Nursalam, (2013). Metodelogi Penelitian
Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktis, Jakarta: Salemba Medika.
Dirjen PP & PL., (2014).Pusat Data Dan
Kementrian Kesehatan RI Situasi
Dan Analisis HIV-AIDS, Jakarta:
Kemenkes RI.
Dirjen PP & PL., (2016).Laporan
Perkembangan HIV-AIDS
Triwulan 1. Jakarta: Kemenkes RI.
Hardiayatmi. 2016. Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan
Program Pengobatan Penderita
HIV/AIDS Di Poliklinik VCT
(Voluntary counseling test) Rsud
dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri. (Online),
http://www.digilib.stikeskusumahu
sada.ac.id/files/disk1/28/01-gdl-
hardiyatmi-1387-1-skripsi-6.pdf.
(Diakses Tanggal 13 Maret 2017).

You might also like