You are on page 1of 16

PRODUKSI LIPASE DARI MIKROBA HASIL ISOLASI

Oleh :
Nama : Raden Muhammad Angga Bagus P
NIM : B1J009033
Rombongan : III
Kelompok :4
Asisten : Anisaturohmah

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan mikroba untuk


menghasil metabolit atau enzim yang diinginkan di bawah kondisi optimal atau suatu
lingkungan yang dikendalikan. Proses pertumbuhan mikroba merupakan tahap awal
proses fermentasi yang dikendalikan terutama dalam pengembangan inokulum agar
dapat diperoleh sel hidup. Pengendalian dilakukan dengan pengaturan kondisi media,
komposisi media, dan agitasi. Jumlah mikroba dalam fermentor juga dikendalikan
sehingga tidak terjadi kompetisi dalam penggunaan nutrisi. Pengendalian diperlukan
karena pertumbuhan biomassa dalam suatu media fermentasi dipengaruhi oleh
banyak faktor baik ekstraseluler maupun intraseluler. Faktor intraseluler meliputi
struktur, mekanisme dan genetika, sedangkan faktor ekstraseluler meliputi kondisi
lingkungan seperti pH, suhu dan aerasi.
Proses fermentasi terdapat dua komponen penting yaitu biokatalis berupa
enzim atau sel mikroba dan kondisi lingkungan. Lingkungan optimal dapat dicapai
dengan menempatkan wahana yang disebut bioreaktor. Bioreaktor menjadi wahana
penting dalam industri yang menggunakan reaksi-reaksi biokimiawi yang dikatalisis
oleh sel atau enzim.
Enzim yang bisa dihasilkan dari proses fermentasi adalah enzim lipase.
Lipase merupakan kelompok enzim yang secara umum berfungsi dalam hidrolisis
lemak, mono-, di-, dan trigliserida untuk menghasilkan asam lemak bebas dan
gliserol (Falony et al., 2006). Enzim ini juga digunakan dalam hidrolisis
triasilgliserol (TAG) menghasilkan diasilgliserol (DAG) dan asam lemak bebas.
DAG adalah ester gliserol dengan dua molekul asam lemak. DAG digunakan sebagai
bahan pengemulsi dan penstabil produk-produk makanan, kosmetika, dan
farmasetika. Lipase terbukti dapat digunakan sebagai biokatalis untuk meningkatkan
kualitas crude palm oil (CPO) yang lebih baik yaitu minyak sehat (healthy oil).
Pemanfaatan enzim lipase di dalam industri pangan maupun non pangan
semakin meningkat. Lipase pada industri pangan banyak digunakan dalam industri
susu (hidrolisis lemak susu), industri roti dan kue (meningkatkan aroma dan
memperpanjang umur simpan), industri bir (meningkatkan aroma dan mempercepat
fermentasi), industri bumbu (meningkatkan kualitas/tekstur), serta pengolahan
daging dan ikan (meningkatkan aroma dan mengubah lemak).
Pemanfaatan enzim lipase pada industri non pangan digunakan pada industri
kimia dan obat-obatan (transesterifikasi minyak alami), industri oleokimia (hidrolisis
lemak/minyak), industri detergen (melarutkan spot minyak/lemak), industri obat-
obatan (mempermudah daya cerna minyak/lemak dalam pangan), kedokteran
(analisis trigliserida dalam darah), industri kosmetik (mengubah lemak), dan industri
kulit (mengubah lemak dalam jaringan lemak). Pemanfaatan lipase pada industri
lemak dan minyak untuk mengubah bentuk fisik dan kimia minyak dan lemak alami
menjadi produk yang bernilai tambah lebih tinggi. Lipase dapat dihasilkan dari
tanaman, hewan, manusia, yeast, jamur, dan bakteri. Kelompok yeast yang dapat
manghasilkan lipase adalah dari Candida rugosa, dan dari kelompok jamur adalah
Aspergillus niger dan Penicillium.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum produksi lipase adalah untuk mengetahui proses enzim
lipase oleh mikroba dan untuk mengetahui pengaruh dari perubahan suhu terhadap
aktifitas enzim lipase.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri, pipet
tetes, jarum inokulasi, pembakar spiritus, erlenmeyer, tabung reaksi, uv cabinet,
inkubator, sentrifuge, shaker inkubator, pipet ukur, mikroskop, haemocytometer,
autoklaf, dan sprayer alkohol.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah (+ 7 sampel dari
kelompok lain), media NA, 5 media selektif, akuades steril, NB, media Rhodamine B
agar, NaOH 0,05 N, phenolphtalien 1%, alkohol, gum arab, dan olive oil.

B. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah :


 Isolasi dan Seleksi Mikroba Penghasil Lipase
1. Sampel tanah sebanyak 1 gr diambil dan dipanaskan pada suhu 80 oC selama 15
sampai 30 menit.
2. Sampel tersebut dibuat pengenceran bertingkat hingga 10 -7.
3. Dua pengenceran terakhir diplating duplo SP dan PP pada media Rhodamine-B agar
kemudian diinkubasi pada suhu yang sesuai selama 2x24 jam.
4. Aktifitas lipolitik diidentifikasi dengan terbentuknya warna orange yang berpendar
pada permukaan koloni bakteri.
 Pembuatan Stok
1. Isolat yang akan dijadikan stok adalah isolate yang unggul. Pemilihan isolate yang
unggul dengan melihat koloni yang mempunyai aktivitas lipolitik tertinggi.
2. Ambil 1 ose dari koloni yang mempunyai aktivitas lipolitik tertinggi dan ditanam
pada media NA, SMA, RA, Pikovsakaya dan cythopage.
 Preparasi Inokulum
1. Isolat ditumbuhkan pada media NB 10 ml.
2. Kemudian dipindahkan pada media NB 100 ml menggunakan pipet ukur 2-3 ml (0,1-
3%).
3. Jumlah sel/ml dihitung setiap 1 jam sekali sampai fase eksponensial atau fase
pertumbuhan optimal. Perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui umur
isolate saat mencapai fungsi aktif.
Perhitungan jumlah sel :
Jumlah sel = L1+L2+L3+L4+L5
5

Kotak sedang = jumlah sel x 2,5 x 105 x1


fp
1
6
Kotak kecil = jumlah sel x 4 x 10 x fp
 Produksi enzim lipase
1. Isolat ditumbuhkan pada media produksi yang mengandung olive oil dan diinkubasi
selama 2x24 jam.
2. Pengukuran ekstrak kasar didasarkan pada pengukuran kadar triolein media
fermentasi dengan titrimetri.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Tabel 1. Hasil Skrining Mikroorganisme


No. Media (+) (-)
1 SA * √
2 SMA * √
3 RA √ √
4 PK √ √
5 CP √ √

Tabel 2. Aktivitas Enzim Lipase

Kelompok Jam ke-0 Jam ke-2 Jam ke-4


1 1,6 x 107 1,3 x 108 1,64 x 109
2 1,4 x 107 3 x 107 2,8 x 108
3 2,64 x 107 1,9 x 107 1,6 x 108
4 1,05 x 107 1,76 x 107 0,5 x 108
5 5 x 104 4,5 x 105 8,85 x 106
6 1,2 x 107 2,15 x 107 1,33 x 108
7 4,4 x 107 1,78 x 108 1,48 x 109
8 1,25 x 106 1,74 x 108 1,69 x 108

Media RA Media SA

Media SMA Media Pikovskaya


Media Cytophage

B. Pembahasan

Konsorsium mikroba adalah campuran dari berbagai macam mikroba yang


memiliki suatu fungsi, salah satunya adalah menekan pertumbuhan mikroba patogen
(Hendriyanto, 2008). Metabolit adalah intermediet dan produk metabolisme. Istilah
metabolit biasanya dibatasi untuk molekul kecil. Menurut Hendriyanto (2008) secara
umum, konsorsium diklasifikasikan menjadi dua bagian, yakni konsorsium yang
sifatnya positif (mutualisme, syntrofisme, protokooperasi, dan komensalisme),
maupun negatif (predasi, parasitisme, amensalisme, dan kompetisi). Tujuan
dilakukannya konsorsium adalah untuk mendapatkan spesies indigenous
(Ugochukwu, 2008)
Metabolit primer adalah hasil metabolism primer seperti protein, karbohidrat,
lemak yang digunakan sendiri oleh organisme tersebut untuk pertumbuhannya.
Beberapa antibiotik digunakan sebagai prekursor metabolit primer. Contoh metabolit
primer diproduksi oleh mikrobiologi industri:

Kelas Contoh
Alkohol Etanol
Asam Amino Asam glutamat, asam aspartat
Nukleotida 5 'guanylic asam
Antioksidan Isoasorbic asam
Asam
Acetic Acid, Asam Laktat
Organik
Polyols Gliserin
Vitamin B2

Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi


pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda
antara spesies yang satu dan lainnya. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk
mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan,
misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai
molekul sinyal. Metabolit sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Antibiotik merupakan senyawa berupa metabolit sekunder yang
dihasilkan oleh mikroorganisme seperti jamur dan bakteri yang efeknya dapat
menekan atau menghentikan proses biokimiawi suatu organism (Ugochukwu, 2008).
Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama,
yaitu:
 Terpenoid (Sebagian besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan hidrogen
serta disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat). Contohnya
monoterpena, seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer terpena.
 Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki cincin benzena,
hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya). Contohnya asam fenolat,
kumarina, lignin, flavonoid, dan tannin.
 Senyawa yang mengandung nitrogen. Contohnya alkaloid dan glukosinolat
(Ugochukwu, 2008).

Kurva pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis pada produksi lipase

Fase eksponensial adalah periode dimana organisme tumbuh pada kecepatan


mungkin maksimal yang diberikan potensi genetiknya, media alami, kondisi dimana
mereka tumbuh, populasi yang lebih seragam dalam hal kelengkapan kimia dan
fisika selama periode ini (Voleskey, 1985) . Cara untuk mengetahui fase ini yaitu
dengan menghitung jumlah sel menggunakan haemocytometer dengan menggunakan
aturan L. (Verpoorte, 2000).
Fase pertumbuhan bakteri menurut (Ugochukwu, 2008) adalah sebagai
berikut :

1. Fase lag adalah fase dimana bakteri beradapatasi dengan lingkungannya dan
mulai bertambah sedikit demi sedikit.
2. Fase logaritmik adalah fase dimana pembiakan bakteri berlangsung paling
cepat. Jika ingin mengadakan piaraan yang cepat tumbuh, maka bakteri
dalam fase ini baik sekali untuk dijadikan inokulum.
3. Fase stationer adalah fase dimana jumlah bakteri yang berkembang biak
sama dengan jumlah bakteri yang mengalami kematian.
4. Fase autolisis (kematian) adalah fase dimana jumlah bakteri yang mati
semakin banyak, melebihi jumlah bakteri yang berkembang biak. Fase
kematian ditandai dengan cepat merananya koloni dan jumlah bakteri yang
mati senantiasa bertambah. Keadaan ini dapat berlangsung beberapa minggu
bergantung pada spesies dan keadaan media serta faktor-faktor lingkungan.
Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus, besar kemungkinan bakteri tidak
dapat dihidupkan kembali dalam media baru. Cara menghitung jumlah
bakteri untuk membuat grafik pertumbuhan, yaitu dengan metode penuangan,
penghitungan dengan mikroskop dengan menggunakan haemocytometer, dan
dengan menggunakan turbidometer.

Sampel yang digunakan yaitu sampel tanah dekat perakaran, tanah tumpahan
minyak/oli, tanah liat, limbah cair tapioka, limbah got, limbah kolam, limbah kotoran
sapi, dan limbah sampah organik. Hasil praktikum didapatkan bahwa pada tahapan
skrining bakteri yang tumbuh pada media SA dihasilkan oleh kelompok 1 dan 4.
Hasil menunjukkan positif apabila terdapat zona jernih disekitar koloni. Hasil yang
sama ditunjukkan pada media Pikoskaya, hasil menunjukkan kemampuan bakteri
dalam melarutkan fosfat sangat rendah. Pertumbuhan bakteri pada media SMA lebih
banyak yang positif dari pada yang negatif artinya banyak bakteri yang mampu
tumbuh pada media tersebut. Sementara pada media cythopage menunjukkan hasil
negatif artinya bakteri tidak tumbuh optimal dalam media tersebut. Bakteri yang
tumbuh dengan optimal yaitu pada media RA dimana menunjukkan hasil 100%
positif (Yuneta, 2009)
Menurut Yuneta (2009), bahwa proses pengikatan Rhodamine B dengan asam
lemak dan mono atau digliserida sangat spesifik dan sensitif. Selain itu, pembentukan
dimer kompleks antara Rhodamine B dengan asam lemak dan mono atau digliserida
menghasilkan pendaran yang dapat dideteksi di bawah sinar UV (Darwis, 1995).
Fase eksponensial terjadi pada jam ke-4 (pukul 21.00) dimana jumlah sel meningkat
sangat tajam, hal ini menunjukkan bakteri tumbuh pada kecepatan yang maksimal
(Iwai, 1984).
Hasil praktikum didapatkan bahwa aktivitas enzim lipase tertinggi ada pada
jam ke-4. Hasil yang diperoleh kelompok empat pada jam ke-0 adalah 1,05 x 107,
pada jam ke-2 adalah1,76 x 107, pada jam ke-4 adalah0,5 x 108. Hasil yang diperoleh
semua kelompok tertinggi ada pada jam ke -4. Jumlah nya yaitu : kelompok satu
1,64 x 109, kelompok dua 2,8 x 108, kelompok tiga 1,6 x 108, kelompok empat 0,5 x
108, kelompok enam 1,33 x 108, kelompok tujuh 1,48 x 109, kelompok delapan 3,69 x
108. Kelompok lima menghasilkan jumlah yang paling sedikit. Hal ini menurut
asisten Mikrobiologi Industri dikarenakan pada saat pengambilan mikroba yang
berpendar pada media RA jumlahnya terlalu sedikit sehingga bakteri yang tumbuh
jumlahnya sedikit pula pada media NB. Hasil skrining yang dilakukan oleh
kelompok 1 menghasilkan hasil positif bagi media Starch Agar, Skim Milk Agar,
Rhodamine agar, dan Cytophage, sedangkan Pikovskaya menghasilkan hasil negatif.
Menurut Yuneta (2009) Aktivitas lipase diuji dengan metode dari Kwon
menggunakan spektrofotometer dan metode Bradford digunakan untuk menguji
kandungan proteinnya. Kandungan protein yang diperoleh sebesar 4,002 mg protein
tiap 1 mg sel kering. Aktivitas spesifik lipase tertinggi adalah 0,120 U/mg pada suhu
45oC (Yuneta, 2009)
Media produksi yang digunakan dalam produksi lipase adalah media SA
(Starch Agar), untuk menumbuhkan mikroba yang menghasilkan enzim amylase
ditambahkan dengan indikator lugols iodine, tumbuhnya bakteri ditunjukkan
terbentuknya zona jernih di dekat bakteri tersebut. Media SMA (Skim Milk Agar),
media untuk menumbuhkan mikroba yang mampu menghasilkan enzim protease,
tumbuhnya bakteri ditunjukkan dengan adanya zona jernih. Media RA (Rodhamine
Agar) merupakan media untuk menumbuhkan mikroba yang mampu menghasilkan
enzim lipase, tumbuhnya bakteri ditunjukkan dengan adanya perpendaran.
Cythopage merupakan media pelarut selulosa, idikator pewarna berupa congo red.
Pikovskaya merupakan media yang dapat memudahkan isolasi mikrobia pelarut
fosfat (MPF) baik bakteri pelarut fosfat (BPF) maupun fungi pelarut fosfat (FPF).
Zona jernih mencirikan bahwa bakteri tersebut mampu melarutkan fosfat dari bentuk
kalsium fosfat yang digunakan dalam media Pikovskaya tersebut (Schuepp et al.,
1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim lipase (Verpoorte, 2000) :
 Suhu
Suhu optimal lipase adalah 30-400C, aktivitas akan berkurang pada suhu
dibawah 300C dan diatas 400C.
 pH
Lipase memiliki pH optimal 8-9, beberapa golongan dapat bekerja pada pH
4,1-6,3
 Konsentrasi substrat
Jika konsentrasi substrat rendah maka semua substrat akan berikatan dengan
enzim, jika konsentrasi substrat naik maka akan lebih banyak enzim yang
berikatan dengan substrat. Semakin tinggi konsentrasi substrat tidak akan
meningkatkan kecepatan reaksi.
 Konsentrasi enzim
Kecepatan aktivitas enzim berbanding lurus dengan konsentrasi enzim.
 Adanya aktivator
Beberapa ion dan molekul mempunyai kemampuan menonaktifkan enzim.
 Spesifisitas substrat
Lipase akan bekerja degan baik jika enzim menemukan substrat yang sesuai
dengan karakteristik dan kemampuannya.
 Pelarut organik
Pelarut organik digunakan untuk melarutkan lemak agar pada suhu kamar ada
pada keadaan cair, dalam menggunakan pelarut organik yang harus diperhatikan
adalah jenis pelarutnya dan volume nya.
Lipase merupakan kelompok enzim yang secara umum berfungsi dalam
hidrolisis lemak, mono-, di-, dan trigliseridauntuk menghasilkan asam lemak bebas
dan gliserol. Enzim ini juga digunakan dalam hidrolisis triasilgliserol (TAG)
menghasilkan diasilgliserol (DAG) dan asam lemak bebas. DAG adalah ester gliserol
dengan dua molekul asam lemak (Putranto, 2006). Enzim lipase sangat berperan
dalam pemisahan asam lemak dan pelarutan noda minyak pada alat industri agar
minyak dapat dilarutkan dalam air. Lipase yang berasal dari mikroorganisme
termofilik (dapat tumbuh pada suhu 45oC-70oC) penting dalam proses industri karena
sifatnya yang stabil, sangat cocok dengan kondisi proses di industri yang
membutuhkan kondisi khusus, seperti suhu tinggi, tahan terhadap denaturasi dan
proteolisis (Darwis, 1995).
Menurut Falony et al., (2006), tahapan produksi lipase dari Aspergillus niger
adalah sebagai berikut :
 Regenasi Kultur Aspergillus niger
Aspergillus niger dari stok kultur ditumbuhkan pada media PDA miring dan
diinkubasi pada suhu ruang. Setelah berumur 5 hari, Aspergillus niger siap untuk
digunakan.
 Pembuatan Media Propagasi
Pembuatan media propagasi dilakukan dengan melarutkan 0,05 g MgSO4.7H2O,
0,1 g KH2PO4, 0,3 g NaNO3, 0,1 g ektrak khamir, 3 g pepton dan 1 g glukosa
dengan 100 ml aquades pada erlenmeyer, yang sebelumnya sudah ditambah
dengan minyak 1% sebanyak 2. Saat pembuatan media, larutan gula dipisahkan
dengan bahan media lainnya. Selanjutnya media diatur pH-nya menjadi 7 dan
disterilisasi pada suhu 121oC, selama 15 menit.
 Pembuatan Media Fermentasi
Pembuatan media fermentasi dilakukan dengan melarutkan minyak 1% (b/v),
ekstrak khamir 1 g/l, MgSO4.7H2O 0,5 g/l, KH2PO4 1 g/l, NaNO3 3 g/l, pepton 30
g/l, glukosa 10 g/l. Saat pembuatan media, larutan gula dipisahkan dengan bahan
media lainnya. Volume untuk seluruh erlenmeyer adalah 1,2 liter. Selanjutnya
media diatur pH-nya menjadi 7 dan disterilisasi pada suhu 121 oC selama 15
menit.
 Produksi Lipase
Kapang Aspergillus niger yang telah tumbuh pada media agar miring, diberi
aquades steril sebanyak 10 ml. Kemudian spora A. niger dilepaskan dari agar
dengan menggunakan ose. Selanjutnya spora A. niger diinokulasi pada media
propagasi sebanyak 5% (v/v) dan diinkubasi pada inkubator goyang (shaker)
pada suhu kamar selama 24 jam. Suspensi A. niger yang sudah tumbuh pada
media propasi diinokulasikan pada kedua jenis bioreaktor sebanyak 5% (v/v) dan
diinkubasi pada inkubator goyang (shaker) pada suhu kamar. Selanjutnya
pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan setiap hari.
Uji enzimatik dilakukan untuk melihat aktivitas bakterin penghasil enzim.
Menurut Sulistiyo (1999) Uji aktivitas enzimatik dapat dilakukan dengan cara
menumbuhkan bakteri dalam media produksi. Media produksi tersebut adalah:
 Starch Agar : digunakan untuk mengetahui aktivitas enzim amilase.
 Rhodamine Agar : digunakan untuk mengetahui aktivitas enzim lipase.
 Skim Milk Agar : digunakan untuk mengetahui aktivitas enzim protease.
 Pikovskaya : digunakan untuk mengetahui aktivitas enzim pelarut
phospat.
 Cytopage : digunakan untuk mengetahui aktivitas enzim selulose.
Menurut Sumiyanah (2001), media pertumbuhan mikroba penghasil lipase
harus mengandung unsure karbon, nitrogen dan mineral. Isolat yang dipilih untuk
pengujian aktivitas lipolitik adalah bakteri yang diisolasi dari sampel limbah
mengandung minyak. Isolat yang telah diidentifikasi, tiga biakan penghasil enzim
lipase yaitu C. rugosa, B. subtilis dan P. aerogenes menunjukkan aktivitas lipolitik
secara signifikan, masing-masing sebesar 32.10 U/mL, 37,05 U/mL dan 36,08 U/mL,
setelah ketiga biakan tersebut diprakulturkan pada substrat mengandung minyak
zaitun 2% dan pada suhu ruang (Sumiyanah, 2001),
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum produksi lipase dari mikroba


hasil isolasi, dapat disimpulkan :
1. Enzim lipase adalah enzim yang memecah lipid menjadi asam lemak dan
gliserol.
2. Tahapan-tahapan dalam memproduksi enzim lipase yaitu screening, pembuatan
stok, preparasi inokulum, produksi enzim lipase.
3. Media yang digunakan untuk menyeleksi mikroba penghasil enzim lipase yaitu
Rhodamin.

B. Saran

Acara praktikum sudah berjalan dengan baik. Sebaiknya dalam praktikum


produksi lipase dari mikroba hasil isolasi ini tahapan-tahapan untuk memproduksi
enzim lipase dilakukan semuanya untuk mengetahui potensi bakteri yang mempunyai
aktifitas lipolitik.

DAFTAR REFERENSI
Darwis, A, A. Suryani, Y.H. Fatahilah. 1995. Mempelajari Pengaruh Kondisi
Fermentasi Pada Produk lipase dari Aspergillus niger. Bogor

Falony, G., J. C. Armas, J. C. D. Mendoza and J. L. M. Hernández. 2006. Production


of Extracellular Lipase from Aspergillus niger by Solid-State Fermentation.
Food Technol, French.

Hendriyanto, Mangunwidjaja. 2008. Teknologi Bioproses. Penebar Swadaya, Jakarta

Iwai, M & Y. Tsujisaka. 1984. Fungal lipases. Dalam: Borgstrom, B. & H.L.
Brockman (eds). Lipases. Elsevier Science Publishers. Amsterdam.

Putranto, A. 2006. Karakterisasi gen penyandi lipase dari kapang Rhizopus


oryzae dan Absidia corymbifera. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Indonesia, Bogor, Indonesia.

Schuepp., S. Kermasha,. M.C. Michalski., A. Morin. 1997. Production, Partial


Purification and Charac terisation of Lipases from Pseudomonas fragi. USA.

Sulistiyo. 1999. Penerapan Teknologi Enzimatik Mikroba Bag 1 Industri Pangan,


Farmasi Dan Kosmetika. BalitbangMikrobioiogi, Puslitbang Biologi-LIP1.

Sumiyah. 2001. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Aktivitas Hidrolisis dan


Esterifikasi Enzim Lipase Intra dan Ekstraseluler dari Rhizopus oryzae TR
32 dalam Pelarut Heksana, Toluena, Benzena. Jurusan Teknologi Pangan dan
Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ugochukwu, K. Chucks and N. C. Agha1 and J. N. Ogbulie. 2008. Lipase activities


of microbial isolates from soil contaminated with crude oil after
bioremediation. Imo State.

Verpoorte, A. W. Alfermann. 2000. Metabolic engineering of plant secondary


metabolism. New York, USA.

Voleskey., J.H.T. Luong. 1985. Microbial enzymes Production, Purification and


Isolation. United Stated University, USA.

Yuneta Rena., Prof. Dr. Surya Rosa Putra, M.S1 . 2009. Pengaruh Suhu pada Lipase
dari Bakteri Bacillus subtilis. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

You might also like