Professional Documents
Culture Documents
Ratnaningsih [2] dan Qohar [3] diperoleh hal yang internal dan dibawah kontrol
bahwa secara rata-rata kemandirian individu sendiri.
belajar matematik siswa tergolong sedang. Ketika individu melakukan refleksi
Tapi untuk siswa level sedang dan rendah pada operasi yang diterapkan pada
kemandirian belajar mereka masih rendah. process tertentu, menjadi sadar terhadap
Untuk perlu dilakukan suatu process sebagai suatu totalitas, menyadari
pendekatan pembelajaran yang dapat bahwa transformasi (baik action maupun
meningkatkan kemandirian belajar process) dapat dilakukan, dan benar-benar
mahasiswa. Salah satu pendekatan yang dapat mengkonstruksi transformasi itu,
memperhatikan konstruksi-konstruksi maka individu tersebut memaknai process
mental yang dilakukan mahasiswa adalah sebagai object. Dalam kasus ini dikatakan
APOS (Action-Process-Object-Schema). bahwa process telah dirangkum (di-
Teori APOS mengasumsikan bahwa enkapsulasi) menjadi sebuah object
pengetahuan matematika yang dimiliki kognitif. Seseorang dikatakan telah
oleh seseorang merupakan hasil interaksi memiliki konsep object dari suatu konsep
dengan orang lain dan hasil konstruksi matematik apabila dia telah mampu
mental orang tersebut dalam memahami memperlakukan konsep tersebut sebagai
ide matematika. Istilah konstruksi yang sebuah objek kognitif yang mencakup
dimaksudkan di sini mirip dengan istilah kemampuan melakukan aksi atas objek
akomodasi dan asimilasi dari Piaget [4]. tersebut serta memberikan alasan atau
Aksi (action) adalah suatu transformasi penjelasan tentang sifat-sifatnya.
objek mental untuk memperoleh objek Kemudian individu juga telah mampu
mental lainnya. Tansformasi dilakukan mengurai kembali suatu objek menjadi
dengan melakukan aksi terhadap petunjuk proses sebagaimana asalnya pada saat
eksternal, yang memberikan rincian sifat objek tersebut akan digunakan.
mengenai langkah apa yang harus diambil. Skema (schema) merupakan koleksi
Seseorang dikatakan mengalami suatu yang koheren dari action, process, object,
aksi apabila seseorang tersebut dan schema lainnya, yang terhubung
memfokuskan proses mentalnya pada secara padu dan diorganisasi secara
upaya untuk memahami suatu konsep terstruktur dalam pikiran individu.
yang diberikan. Seseorang yang memiliki Schema ini dapat diandalkan dalam
pemahaman yang lebih baik mungkin menghadapi persoalan dalam bidang
dapat melakukan aksi lebih baik. matematika. Perbedaan antara schema
Ketika suatu action diulang dan dengan konstruksi mental lainnya adalah
individu melakukan refleksi terhadap aksi seperti perbedaan dalam bidang biologi
yang telah dilakukan, maka action antara organ dengan sel. Keduanya adalah
diinteriorisasi menjadi process, yaitu object, tetapi organ (schema) memberikan
konstruksi internal yang dibuat dengan keperluan agar sel berfungsi sebagaimana
melakukan action yang sama. Tetapi mestinya, Schema dari seorang individu
sekarang, aksi tidak diarahkan atau adalah keseluruhan pengetahuan yang ia
dirangsang oleh stimulus dari luar. hubungkan secara sadar maupun tidak
Individu yang sudah mengkonstruksi sadar dengan konsep matematika tertentu.
process konsep dapat menguraikan atau Namun dalam pelaksanaan teori APOS
bahkan membalikkan langkah dari terdapat beberapa kendala. Berdasarkan
transformasi tanpa benar-benar penelitian Nurlaelah [5] dan Arnawa [6]
melakukannya. Berbeda dengan action, ditemukan bahwa terdapat beberapa
process dirasakan oleh individu sebagai kendala dalam mengimplementasikan
teori APOS, khususnya dalam aktivitas di
APOS tapi tidak terdapat perbedaan untuk terdapat pebedaan capaian dan
gain. Untuk kelas dengan pendekatan peningkatan kemandirian belajar
konvensional tidak terdapat perbedaan matematik mahasiswa yang diajar dengan
capaian dan peningkatan kemandirian pendekatan M-APOS disbanding
belajar matematik mahasiswa Program mahasiswa yang diajar secara
Studi Matematika yang diajar dengan konvensional. Untuk mahasiswa dengan
pendekatan konvensional dibandingkan kemampuan awal level rendah, tidak
mahasiswa Program Studi Pendidikan terdapat pebedaan capaian kemandirian
Matematika yang diajar dengan belajar matematik mahasiswa yang diajar
pendekatan yang sama. dengan pendekatan M-APOS disbanding
Ditinjau dari faktor pendekatan mahasiswa yang diajar secara
pembelajaran di masing-masing program konvensional. Ditinjau dari faktor
studi diperoleh hasil yang agak berbeda. kemampuan awal dan program studi,
Untuk Program Studi Matematika tidak diperoleh tidak terdapat perbedaan
terdapat perbedaan capaian dan capaian dan peningkatan kemandirian
peningkatan kemandirian belajar belajar matematik antara Program Studi
matematik antara kelas yang diajar dengan Matematika dan Program Studi
pendekatan M-APOS dengan kelas yang Pendidikan Matematika pada semua level
diajar dengan pendekatan konvensional. kemampuan awal tinggi.
Untuk Program Studi Pendidikan Secara umum dapat dikatakan bahwa
Matematika terjadi sebaliknya yaitu kemandirian belajar matematik mahasiswa
terdapat perbedaan capaian dan yang diajar dengan pendekatan M-APOS
peningkatan kemandirian belajar sedikit lebih baik dibanding mahasiswa
matematik antara kelas yang diajar dengan yang diajar secara konvensional.
pendekatan M-APOS dengan kelas yang Walaupun pada bagian tertentu kelas
diajar dengan pendekatan konvensional. konvensional lebih baik, tapi secara
Ditinjau dari faktor kemampuan awal, statistik tidak berbeda. Kemandirian
secara keseluruhan diperoleh terdapat belajar matematik mahasiswa masih
perbedaan capaian kemandirian belajar tergolong dalam kategori sedang. Perlu
matematik antar kemampuan awal yang waktu yang lama bagi mahasiswa untuk
berbeda kecuali tinggi dengan sedang. memperoleh kemandirian belajar yang
Mahasiswa dengan kemampuan awal level baik.
tinggi memperoleh capaian kemandirian Tabel 1 Skor Rata-rata dan Simpangan
belajar matematik lebih tinggi dari level Baku Kemandirian Belajar Matematis
rendah. Begitu juga untuk mahasiswa berdasarkan Program Studi Pendidikan
dengan kemampuan awal level sedang Matematika berdasarkan Kemampuan
memperoleh capaian dan peningkatan Awal
kemandirian belajar matematik lebih
tinggi dari level rendah.
Kemudian untuk mahasiswa dengan
kemampuan awal level tinggi, tidak
terdapat perbedaan capaian dan
peningkatan kemandirian belajar
matematik antara mahasiswa yang diajar
dengan pendekatan M-APOS dan
mahasiswa yang diajar secara
konvensional. Untuk mahasiswa dengan KESIMPULAN
kemampuan awal level sedang, tidak
Dari hasil penelitian yang telah
562| Semirata 2013 FMIPA Unila
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013