You are on page 1of 12

MIKROBA PADA LINGKUNGAN BERKADAR GARAM TINGGI

MAKALAH MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Lingkungan


Dosen pengampu: Anggita Rahmi Hapsari, M.Si

Disusun Oleh:

Novia Rahmawati (1157020056)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
BANDUNG
2018 / 1439 H

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala nikmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah Mikrobiologi Lingkungan mengenai “Mikroba pada
Lingkungan Berkadar Garam Tinggi” ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi tauladan bagi kita semua.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dan kami hanya dapat
mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan pengarahannya. Kami berharap semoga segala
bantuan yang telah diberikan kepada kami mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran kami butuhkan agar dapat membuat makalah menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah
yang sederhana ini mampu memberi manfaat bagi para mahasiswa, pelajar, khususnya kami dan
semua yang membaca makalah kami ini, dan mudah-mudahan dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca. Terima kasih.

Bandung, 07 Mei 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 4

1.2 Rumusan masalah ...................................................................................................... 4

1.3 Tujuan........................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 6

2.1 Mikroba Halofilik ...................................................................................................... 6

2.2. Klasifikasi Mikroba Halofilik .................................................................................... 6

2.3. Mikroba-Mikroba yang Hidup Pada Lingkungan Bergaram Tinggi ......................... 7

2.4. Habitat Mikroba Halofilik ........................................................................................ 9

2.5. Peranan Mikroba Halofilik ....................................................................................... 9

BAB III PENUTUP....................................................................................................... 11

3.1. Kesimpulan............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semua makhluk hidup sangat bergantung pada lingkungan, demikian pula jasat renik atau
mikroba. Makhluk-makhluk halus ini tidak dapat sepenuhnya menguasai faktor-faktor
lingkungan, sehingga untuk hidupnya sangat bergantung kepada lingkungan sekitar. Satu-
satunya jalan untuk menyelamatkan diri dari faktor lingkungan adalah dengan cara
menyesuaikan diri (adaptasi) kepada pengaruh faktor dari luar. Penyesuaian mikroorganisme
terhadap faktor lingkungan dapat terjadi secara cepat dan ada yang bersifat sementara, tetapi ada
juga perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat
fisiologik secara turun menurun.
Lingkungan dengan salinitas tinggi merupakan merupakan salah satu contoh bentuk
adaptasi lingkungan yang banyak dilakukan oleh mikroorgnisme, terutama bakteri. Hal tersebut
dikarenakan lingkungan tersebut hanya sedikit mikroorganisme yang dapat hidup. Umumnya,
mikroorganisme yang hidup di lingkungan tersebut adalah bakteri. Di lingkungan tersebut,
bakteri harus melakukan adaptasi agar tidak mengalami kematian yang disebabkan oleh tekanan
osmosis yang tinggi. Kadar garam yang tinggi juga dapat menunjukkan karakteristik yang unik
untuk keanekaragaman spesies mikrobiologi (Pages dkk. 1995).
Oleh karena itu dalam makalah ini akan mempelajari mikroba apa saja yang hidup di
lingkungan yang berkadar garam tinggi dan bagaimana bentuk adaptasi dari mikroorganisme
tersebut untuk bertahan hidup.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan mikroba halofilik?


2. Mikroba apa saja yang hidup pada lingkungan berkadar garam tinggi?
3. Bagaimana klasifikasi mikroba halofilik?
4. Bagaimana tempat habitat dari mikroba halofilik?
5. Bagaimana peranannya bagi kehidupan manusia?

4
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari mikroba halofilik


2. Untuk mengetahui dan memahami Jenis jenis dari mikroba yang hidup pada
lingkungan yang berkadar garam tinggi
3. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi mikroba halofilik.
4. Untuk mengetahui dan memahami habitat dari mikroba halofilik
5. Untuk mengetahui dan memahami peranan dari mikroba halofilik

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mikroba Halofilik

Mikroba halofilik merupakan mikroorganisme yang dapat hidup di lingkungan berkadar


garam tinggi (Ventosa dan Nieto, 1995). Lingkungan berkadar garam tinggi antara lain danau air
asin (Great Salt, Lakes,Utah), kolam penguapan di ladang pemanenan garam dari air laut, tanah
atau gurun berkadar garam tinggi, bahkan makanan yang diawetkan dengan penggaraman,
contohnya ikan asin, keju, ikan sarden, hering dan ikan cod (Nissenbaum, 1975). Kadar garam
dilingkungan bakteri halofilik tersebut berkisar antara 2% hingga 30% (Ford, 1993) sedangkan
pertumbuhan optimalnya di kadar garam 3%hingga 15% (Pages dkk. 1995).
Mikroorganisme di lingkungan dengan kadar garam yang tinggi umumnya berada
dikedalaman yang tidak dapat ditolerir oleh organisme lain dikarenakan kepekatan garam yang
tinggi dapat memicu sel organisme mengalami lisis. Namun, beberapa mikroorganisme tertentu
dapat memiliki adaptasi yang mentolerir kadar garam yang tinggi tersebut. Bentuk adaptasi
tersebut beragam pada tiap mkroorganisme sehingga menghasilkan struktur morfologi maupun
fisiologi yang hanya ditemukan pada mikroorganisme yang tinggal di daerah dengan salinitas
yang tinggi. Lingkungan dengan salinitas yang tinggi seperti yang ada di danau Laut Mati di
daerah Asia Tengah, merupakan daerah yang cocok untuk pekembangan mkroorganisme

tersebut.

2.2. Klasifikasi Mikroba Halofilik


Organisme halofilik ini meliputi mikroorganisme prokariotik dan eukariotik dengan
kemampuan untuk menyeimbangkan tekanan osmotik lingkungan dan melawan efek denaturasi
dari garam. Mikroorganisme halofilik diantaranya heterotrofik dan archaea metanogen,
fotosintetik, lithotrofik (Dassarma, 2002).
Menurut Dassarma, (2002) Klasifikasi mikroba terhadap Respon keberadaan garam pada
tabel berikut:
Kategori Reaksi Contoh
Non Halophile Tumbuh baik pada media Mayoritas eubacteria normal

6
dengan kandungan garam dan mikroorganisme air tawar
kurang dari 0,2 M
Slight Halophile Tumbuh baik pada media Beberapa mikroorganisme laut
dengan kandungan garam 0,2
M – 0,5 M
Moderate Halophile Tumbuh baik pada media Bakteri dari beberapa alga
dengan kandungan garam 0,5
M – 2,5 M. Organisme yang
dapat tumbuh dalam media
dengan kandungan garam
kurang dari 0,1 M dianggap
fakultatif halophile
Borderline extreme halophile Tumbuh baik pada media Ectothiorhodospira halophila
dengan kandungan garam 1,5 Actinopolyspora halophile
– 4,0 M
Extreme halophile Tumbuh baik pada media “Red halophile” halobacteria
dengan kandungan garam 2,5 dan halococcus
M – 5,2 M
Halotolerant Non halophile yang tidak Staphylococcus aureus, dan
toleransi terhadap garam. Bila Stphylococcuc lainnya, yeast
kisaran pertumbuhannya dan fungi yang toleran
diatas 2,5 M garam, dianggap
ekstrim halotoleran

2.3. Mikroba-Mikroba yang Hidup Pada Lingkungan Bergaram Tinggi


2.3.1. Bakteri
Bakteri di lingkungan salinitas tinggi terbagi atas tiga kategori,yaitu bakteri Halo-
resistant, bakteri Halo-tolerant, dan bakteri Halo-obligatory.

7
 Bakteri Halo-tolerant merupakan organisme yang terdiri atas bakteri gram positif yang
dapat mentoleransi konsentrasi kadar garam di perairan sebesar 6- 12%. Kelompok
tersebut memiliki pembentukan spora yang patogen.
 Bakteri Halo-resistant yaitu bakteri yang mampu mentoleransi konsentrasi kadar garam
di perairan sebesar 0,5-30%. Contoh dari bakteri bakteri tersebut antara
lain Flavobacterium halmephilum, Pseudomonas halestorgus, dan Chromobacterium
marismortui. Organisme halo-resistant pada lingkungan dengan kadar garam rendah,
membentuk untaian panjang, sedangkan pada lingkungan dengan kadar garam yang tinggi
membentuk untaian pendek.
 Bakteri Halo-obligatory yaitu bakteri yang mampu merombak urea, pembentukan
nitrogen, nitrifikasi, denitrifikasi, oksidasi sulfur, decomposing selulose, dan organisme
fibrinolitik. Organisme tersebut memanfaatkan pepton sebagai sebagai sumber energi.
Pertumbuhan bakteri tersebut lebih lama dibandingkan dengan organisme kerabatnya yang
tinggal di wilayaha lain. Bakteri tersebut bila di kultur pada lingkungan yang tidak sesuai
tumbuh selama 3 sampai 4 minggu (Borin dkk. 2009; Nissenbaum, 1975; Kirkwood,
2007).
2.3.2. Alga
Mikroorganisme alga yang hidup pada lingkungan dengan salinitas yang tinggi umumnya
berasal dari genus Dunaliella yang termasuk alga hijau. Dunaliella sp. mampu hidup pada
kedalaman sampai 50 meter. Di perairan dengan tingkat kadar garam tinggi juga umum
ditemukan alga divisi Chrysophyta dan Chlorophyta. Dunaliela umumnya berada di permukaan
perairan yang memiliki tingkat kadar garam yang tinggi. Dunaliela yang berukuran mikroskopis
yaitu Dunaliella viridis dan termasuk kedalam alga uniseluler dan termasuk mikroorganisme
halo-resistant sehingga mampu mentolerir konsentrasi kadar garam yang tinggi. Dunaliella sp
memanfaatkan konsentrasi NaCl antara 5-30%.
2.3.3. Fungi
Menurut Buchalo dkk. (1998) di laut mati di temukan organisme fungi kelompok
deutromycota dan ascomycetes. Fungi dari kelompok ascomycetes terdiri atas genus
Gymnascella (Gymnoascaceae), yang termasuk dalam spesies G. martsmortui. Fungi dari
kelompok Deuteromycota terdiri atas Ulocladium chlamydosporum.

8
Di lingkungan dengan kadar garam yang tinggi di temukan banyak mikroorganisme yang
terdiri atas bakteri, alga, dan fungi yang memiliki tingkat keanekaragaman yang berbeda, namun
tingkat keanekargaman yang paling tinggi di tempati oleh bakteri. Hak tersebut dikarenakan
bakteri lebih dapat mentoleran terhadap kadar garam yang dtinggi di sekitarnya.

2.4. Habitat Mikroba Halofilik


Bakteri halofilik merupakan salah satu mikroorganisme yang pertumbuhannya
tergantung pada kadar NaCl. Oleh karena itu bakteri halofilik dengan mudah dapat ditemukan di
lingkungan yang berkadar garam (Madigan et al., 2000).
Kadar NaCl habitat bakteri halofilik berkisar antara 2% (setara dengan 0,3 M) hingga
30%, setara dengan 5 M (Ventosa dan Nieto, 1995). Tempat-tempat yang memiliki kadar NaCl
dengan kisaran 2% hingga 30% antara lain, permukaan tanah yang terletak di dekat Laut Merah
memiliki kadar NaCl sebesar 2% (Ventosa et al., 1998), Bledug Kuwu memiliki air asin (air
untuk pembuatan garam) dengan kadar NaCl 5%-6% dan lumpurnya mengandung kadar NaCl
8%
Kadar NaCl 9% dapat ditemui misalnya di Danau Mono (California) sedangkan kadar
NaCl 19% misalnya di ikan bachalao yang diawetkan dengan penggaraman. Kadar NaCl jenuh
(lebih dari 20%) dapat ditemui di kedalaman danau air asin di daerah Vestfold Hills, Antartika
(Ventosa et al., 1998) dan Great Salt Lakes, Utah (Madigan et al.,2000).

2.5. Peranan Mikroba Halofilik


 Bersifat Merugikan
Bakteri halofilik yang dbersifat merugikan tetapi dapat juga dikembangkan potensi enzim
dan compatible solute-nya. Bakteri halofilik dapat merusak makanan yang diawetkan dengan
penggaraman, misalnya ikan asin, keju atau medium untuk menumbuhkan mikroorganisme
(cultur media). Bakteri halofilik juga menyebabkan penurunan kualitas pada bisnis kulit (Fuerst,
1983)
Potensi enzim dan compatible solute bakteri halofilik juga banyak diteliti dan
dimanfaatkan dalam bidang bioteknologi. Untuk kepentingan industri, enzim ekstraseluler yang
dihasilkan oleh bakteri halofilik merupakan produk yang bernilai komersial, terlebih lagi enzim

9
tersebut mampu beraktivitas optimal pada kondisi kadar garam tinggi. Enzim ekstraseluler
adalah enzim yang dikeluarkan dari dalam sel yang kemudian berdifusi ke lingkungan atau
diangkut ke organ lain pada makhluk hidup bersel banyak (Suhartono, 1989).
Enzim-enzim tersebut merupakan enzim hidrolase, yaitu amilase, nuklease fosfatase,
protease dan polisakaridase. Enzim-enzim tersebut berperan sebagai biokatalis dalam proses
industri yang berlangsung pada kondisi ekstrem, kondisi yang melibatkan salinitas tinggi,
misalnya industri pembuatan detergen (Madigan et al., 2000) atau kondisi dengansumber karbon
yang sedikit, misalnya industri oli, industri kosmetik, dan industri obat-obatan. Enzim lain,
organophosphorus acid anhydrase, dapat digunakan untuk mendegradasi ikatan toksik organo-
phosphorus (Ventosa dan Nieto, 1995).
 Bersifat Menguntungkan
Bakteri halofilik juga menghasilkan enzim yang dapat mendegradasi selulosa. Dalam
industri makanan, Tetragenococcus halophilus digunakan sebagai starter dalam pembuatan kecap
dengan kadar NaCl 3 M. Adanya mikroorganisme tersebut dapat menaikkan kekentalan kecap
dengan kandungan sel bakteri hingga 10 8 CFU/ml (Ventosa et al., 1998). Compatible solute
yang diakumulasi oleh bakteri halofilik juga dimanfaatkan dalam bioteknologi sebagai
stabilisator dalam teknologi enzim (teknologi biosensor, PCR, dll.) dan untuk industri kosmetik
(Ventosa dan Nieto, 1995). Ventosa et al (1998) menyebutkan bahwa glycine betain dan
ectoindigunakan sebagai stabilisator pada industri obat-obatan.
Mekanisme akumulasi compatible solute pada bakteri halofilik juga menjadi model untuk
mempelajari adaptasi osmotik prokariota secara molekuler. Rekayasa genetika memanfaatkan
gen bakteri halofilik (gen yang mengkode sifat dapat beradaptasipada salinitas tinggi) untuk
ditransfer ke tanaman yang akan ditumbuhkan ditanah berkadar garam atau air payau, seperti
gandum, padi, atau barley. Selain sifat tersebut, gen bakteri halofilik dimanfaatkan untuk
rekayasa genetika karena bakteri halofilik mudah tumbuh dalam lingkungan laboratorium yang
memiliki kondisi aseptik minimum (Ventosa dan Nieto, 1995).

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Mikroba halofilik merupakan mikroorganisme yang dapat hidup di lingkungan


berkadar garam tinggi. Mikroba yang hidup pada lingkungan berkadar garam tinggi
diantaranya yaitu baktri, alga dan fungi. Mikroba halofilik dari bakteri diantaranya yaitu
bakteri Halo-resistant, bakteri Halo-tolerant, dan bakteri Halo-obligatory. Mikroba dari
Jenis Alga yaitu Dunaliella sp, sedangkan dari Fungi yaitu Gymnascella
(Gymnoascaceae), dan Ulocladium chlamydosporum dan Penicillium westlingii Zaleski.

11
DAFTAR PUSTAKA

Borin, Sara, L. Brusetti, F. Mapelli, G. D’ Auria, T. Brusa, M. Marzorati, A. Rizzi, M. Yakimov,


D. marty, G. J. de Lange, Paul van der Wielen. 2009. Sulfur cycling and methanogenesis
primarily drive microbial colonization of the highly sulfide urania deep hypersaline
basin.
Buchalo , A. S, E. Nevo, S. P. Wasser, A. Oren, H. P. Molitoria. 1998. Fungal life in the extreme
hypersaline water of the dead sea first records. New York.
Dassarma S, Arora P. 2002. Encyclopedia of Life Sciences. Vol. 8. Nature Publishing Group;
London: Halophiles; pp. 458–466.
Fuerst, R., 1983. Microbiology in Health and Disease. 15th Edn., W.B. Sanders Co., New York,
pp: 360-385.
Kirkwood, A. E., J. A. Buchheim, M. A. Buchheim, W. J. Henley. 2007. Cyanobacterial
diversity and halotolerance in vartiable hypersaline environment. Cambridge University
Madigan, M.T., J.M. Martinko and J. Parker, 2000. Brock Biology of Microorganism. 8th Edn.,
Prentice Hall, Upper Saddle River, pp: 891-921.
Madigan, Michael T, Martinko, John M, Parker Jack. 1997. Brock Biology of Microorganisms
Eighth Edition. America: Prentice Hall International, Inc. Hal. 161-168.
Nissenbaum, Arie. 1975. The microbiology and biogeochemistry of the dead sea. Oxford
Univeristy
Pages, J., J. Lemoalle, B. Fritz. 1995. Distribution of carbon in a tropical hypersaline
estuary. New York
Suhartono. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ventosa A1, Nieto JJ, Oren A. 1998. Biology of moderately halophilic aerobic bacteria.
Microbiol Mol Biol Rev. 62(2):504-44.
Ventosa A1, Nieto JJ. 1995. Biotechnological applications and potentialities of halophilic
microorganisms. World J Microbiol . Biotechnol. 11(1):85-94

12

You might also like