Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak
akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan,
namun di masa ini akan rentan mengalami penyakit yang berdampak pada status
gizi di masa selanjutnya. Masalah yang biasa terjadi dimasa ini adalah terjadinya
penyakit infeksi yang dapat menurunkan asupan balita yang akan berdampak pada
merupakan salah satu indikator terbaik untuk melihat status gizi dan kesehatan
anak usia bawah lima tahun (balita). Pertumbuhan pada masa balita terutama
baduta (bawah usia dua tahun) merupakan salah satu indikator status kesehatan di
masa dewasa (2). Gangguan pertumbuhan yang terjadi pada usia baduta
meningkatkan risiko penyakit kronis pada usia dewasa. Periode usia baduta
merupakan periode 1000 hari pertama kehidupan yaitu dimulai dari sejak
pembuahan sampai usia dua tahun setelah lahir dimana periode ini salah satu
penentu kualitas manusia (3). Oleh karena itu, sejak masa konsepsi seorang ibu
1
2
harus dalam kondisi kesehatan yang optimal. Hasil penelitian menemukan bahwa
berhubungan langsung dengan gizi buruk terutama akibat stunted dan wasting
sedangkan sekitar 1 juta kematian akibat kekurangan vitamin A dan zinc. Satu dari
tiga anak berusia dibawah 5 tahun atau sekitar 178 juta anak yang hidup di Negara
dan 56,9 juta hidup di Afrika. Menurut data UNICEF terdapat sekitar 195 juta
anak yang hidup dinegara miskin dan berkembang mengalami stunted (5).
dalam 5 besar Negara dengan jumlah anak dibawah 5 tahun yang mengalami
stunting tinggi. Hasil rikesdas 2007 menunjukkan bahwa angka kejadian stunting
secara nasional sebesar 36,7% yang berati 1 dari 3 anak dibawah 5 tahun
37,2% tahun 2013 yang berati terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010
sebesar 35,6% dan tahun 2007 sebesar 36,8%. Prevalensi pendek pada balita umur
0-59 bulan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 sebesar 33,3% dan terjadi
peningkatan pada tahun 2016 sebesar 34,1%. Sedangkan prevalensi pendek pada
balita di Kabupaten Barito Utara tahun 2015 sebesar 27,5% dan tahun 2016
terjadi peningkatan kejadian stunting dan melebihi dari target RPJMN 2015-2019
yang telah ditetapkan sebesar 28% (8). Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah
Menurut WHO tahun 2010, masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila
prevalensi pendek sebesar 30-39% dan serius bila prevalensi pendek ≥ 40 % (9).
tingkatan yaitu tingkat masyarakat, rumah tangga (keluarga) dan individu (10).
dan sistem sanitasi dan air bersih menjadi faktor penyebab kejadian stunting (11).
Pada tingkat rumah tangga (keluarga), kualitas dan kuantitas makanan yang tidak
memadai, tingkat pendapatan, jumlah dan struktur anggota keluarga, pola asuh
makan anak yang tidak memadai, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai
dan sanitasi dan air bersih tidak memadai menjadi faktor penyebab stunting,
dimana faktor-faktor ini terjadi akibat faktor pada tingkat masyarakat (12). Faktor
individu yaitu anak berumur dibawah 5 tahun dalam hal asupan makanan menjadi
tidak seimbang, berat badan lahir rendah (BBLR) dan status kesehatan yang buruk
(13).
langsung terjadinya stunting yaitu sanitasi dasar yang meliputi stop buang besar
sembarangan, sumber air bersih, dan cuci tangan pakai sabun. Di Kabupaten
Barito Utara, masyarakat yang memiliki sanitasi dasar memiliki presentase rendah
yaitu sebesar 21,2%, sumber air bersih sebesar 30,4%, dan CTPS sebesar 25%.
4
Sanitasi dasar merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebab utama
kejadian penyakit yang disebabkan karena sanitasi yang buruk. Sanitasi dasar
adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana pengelolaan sampah dan
limbah rumah tangga. Sanitasi yang buruk merupakan penyebab utama terjadinya
penyakit di seluruh dunia termasuk stunting dikarenakan higiene yang buruk dan
air yang terkontaminasi yang menyebabkan penyakit diare sehingga balita akan
Diperkirakan sekitar 2,6 juta orang di seluruh dunia kekurangan akses terhadap
sanitasi. Jika keadaan ini terus berlanjut pada tahun 2015 akan terdapat 2,7 juta
orang tanpa akses terhadap sanitasi dasar dapat menurunkan risiko kejadian
CTPS tidak dilakukan maka akan menyebabkan higiene dari individu menjadi
buruk yang akan berdampak pada pola asuh ibu kepada anak juga akan buruk. Hal
DAFTAR PUSTAKA
perkembangan anak usia 12 bulan. Panel Gizi Makan 2014; 37(2): 109-
118.
cohort of two years old in The Khanh Hoa Province in Vietnam: a follow
10. Tando NM. Durasi dan frekuensi sakit balita dengan terjadinya stunting
338-348.
11. Nadiyah, Briawan D. Faktor risiko stunting pada anak usia 0-23 bulan di
Provinsi Bali, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Jurnal Gizi dan
12. Vaozia S, Nuryanto. Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 1-3
14. Langit LS. Hubungan kondisi sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare
15. Djarkoni IL. Hubungan perilaku cuci tangan pakai sabun dengan kejadian