You are on page 1of 24

Struktur dan Mekanisme Pernafasan serta Keseimbangan Asam-Basa

Nur Afiqah binti Abdul Rahman


Mahasiswa Semester 1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat korespondensi :
Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510.
Email : nur.2013fk509@civitas.ac.id
Pendahuluan

Sistem pernafasan adalah sangat penting untuk memastikan manusia dapat terus hidup, dengan
menghisap oksigen dari udara luar. Pengertian respirasi adalah suatu proses yang dimulai dari
pengambilan oksigen, dan pengeluaran karbon dioksida ke lingkungan. Dalam sistem respirasi ini,
terdpaat bagian yang terlibat untuk memastikan manusia dapat bernafas dengan efisien dan lancar.
Sistem pernafasan bermula dari hidung, sehingga paru-paru. Ia dapat dibagikan kepada dua bagian yaitu
bagian konduksi dan respirasi. Bagian konduksi berperan untuk menyalurkan udara dan gas
sedangkan bagian respirasi merupakan bagian paru yang berhubungan dengan proses pertukaran
gas. Terdapat juga otot-otot yang berperan dalam proses respirasi sama ada yang murni mahupun
tambahan. Seterusnya, mekanisme pertukaran gas ini akan melibatkan asam dan basa. Dalam
tubuh badan kita terdapat sistem buffer yang dapat mengontrol dan memastikan tubuh kita tidak
mengalami ketidaksetimbangan asam basa, sehingga menyebabkan alkalosis atau asidosis.

Salur nafas atas

1. Hidung

Hidung terdiri daripada bahagian eksternal dan internal. Bahagian eksternal terdapat
dipermukaan muka dan terdiri daripada rangka penyokong yang dibentuk oleh tulang dan rawan.
Hidung ini berbentuk pyramid dan pangkalnya berkesinambungan dengan dahi dan ujung
bebasnya disebut puncak hidung. Rangka bagian tulang terdiri atas os nasale, processus frontalis
maxillae dan bagian nasal ossis frontalis. Rangka hidung diliputi oleh kulit dan permukaan
dalamnya dilapisi oleh membran mukus. Di bawah hidung terdapat dua pembukaan yang disebut
lubang hidung atau nares eksternal. . Bahagian dalam hidung eksternal dan internal dibahagikan
kepada bahagian kanan dan kiri oleh pembahagi vertikal yang dikenali sebagai septum nasi.
Bahagian internal hidung terdiri daripada kaviti yang besar di tengkorak terletak atas dari mulut
dan di antara dua kaviti orbit. Setiap kaviti hidung mempunyai atap, lantai, dinding lateral dan
dinding medial (septum hidung). Kaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung.
Posterior, kaviti ini berhubung dengan pharynx melalui pembukaan hidung internal.1

Otot yang melapisis hidung merupakan bagian dari otot wajah. Otot hidung tersusun dari M.
nasalis dan M. depressor septi nasi.

Manakala dalam bagian rongga hidung pula, secara sagital rongga hidung dibagi oleh sekat
hidung. Kedua belah rongga ini terbuka kea rah wajah melalui nares dan ke arah posterior
berkesinambungan dengan nasopharynx melalui aperture nasi posterior ( choana ). Masing-
masing belahan rongga hidung mempunyai dasar, atap, dinding lateral dan dinding medial (sekat
hidung). 2

Rongga hidung terdiri atas tiga region, yakni vestibulum penghidu dan pernapasan. Vestibulum
hidung merupakan sebuha pelebaran yang letaknya tepat di sebelah dalam nares. Vestibulum ini
dilapisi kulit yang mengandung bulu hidung, untuk menahan aliran partikel yang terkandung di
dalam udara yang dihisap. Region penghidu bermula dari cranial, dari atap rongga hidung daerah
ini meluas sampai setinggi concha nasalis superior dan bagian septum nasi yang ada dihadapan
concha tersebut. Region pernapasan adalah bagian rongga hidung selebihnya.2

Dinding lateral hidung memperlihatkan tiga elevasi yaitu concha nasalis superior, medius dan
inferior. Inferolateral terhadap masing-masing concha nasalis ini terdapat masing-masing concha
nasalis ini terdapat meatus nasi yang sesuai. Pada craniodorsal atau posterosuperior concha
nasalis superior ini terdapat recessus speno-ethmoidalis yang mengandung muara sinus
sphenoidalis. Inferior pada concha nasalis superior ini terdapat meatus nasi superior. Pada
meatus ini terdapat muara sinus ethmoidalis. Concha nasalis medius pula berada di bawah
meatus nasi superior. Dan inferolateral daripada concha nasalis medius ini terdapat meatus nasi
medius. Setinggi meatus medius ini dinding lateral rongga hidung memperlihatkan sebuah
elevasi bulat, yakni bulla ethmoidalis. Bulla ethmoidalis dibentuk oleh pembengkakan sinus
ethmoidalis medius yang bermuara pada atau tepat di atas bulla ethmoidalis tersebut. Di bagian
bawah bulla ethmoidalis ini terdapat celah berbentuk lengkung yang meluas ke atas sampai di
sebelah depan bulla, yakni hiatus semilunaris. Ke arah atas dan ke depan, hiatus ini menjadi
sebuah saluran lengkung, yaitu infudibulum ethmoidale. Infudibulum ethmoidale ini bermuara
sinus ethmoidalis dan akan berkesinambungan dengan ductus nasofrontalis. Muara sinus
maxillaris berhubungan dengan rongga hidung lewat titik terendah hiatus semilunaris, di sebelah
caudal bulla ethmoidalis. Meatus nasi inferior, di caudal dan lateral terhadap concha nasalis
inferior, berisi muara ductus nasolacrimalis.3

2. Pharynx

Gambar 2 : Bagian pharynx4

Pharynx adalah suatu organ pada salur nafas atas. Ia adalah sebuah pipa musculomembranosa,
dimulai dari basis cranii hingga cervical ke 6 atau tepi bawah cartilage cricoidea. Pada sebelah
caudal, ia dilanjutkan dengan oesophagus. Di sebelah cranial pharynx dibatasi oleh bagian
posterior corpus ossis sphenoidalis. Dan pars basilaris ossis occipitalis.Di sebelah dorsal,
jaringan penyambung longgar tersebut memisahkan pharynx dari fascia alaris. Di sebelah
ventral, pharynx terbuka ke dalam rongga hidung, mulut dan larynx. Dengan demikian, dinding
anteriornya tidak sempurna.
Ke arah lateral, pharynx berhubungan dengan cavum timpani lewat tuba pharyngotympanica
(auditiva eustachii) dan berturut-turut dari cranial ke caudal, berbatasan dengan procesus
styloideus dan otot-ototnya yaitu M. styloglossus, M. stylopharyngeus, stylohyoideus.2

2.1 Lapisan otot pharynx

Gambar 3 : Bagian otot-otot phyarynx4

Lapisan otot pharynx terdiri daripada tiga otot lingkar yaitu M. constrictor superior, medius dan
juga inferior. Selain itu, juga terdapat otot lain yang masing-masing turun dari procesus
styloideus, torus tobarius cartilaginis tubae auditivae dan pallatum molle, yaitu M.
stylopharyngeus, M. palatopharyngeus, dan salpingopharyngeus.

M. constrictor pharingis inferior merupakan lapisan otot yang paling tebal. Ia terdiri atas otot M.
thyreopharyngeus dan cricopharyngeus. M. thyreopharyngeus berasal dari linea oblique lamina
cartilago thyreoidea dan cornu inferius cartilago thyreoidea. Manakala M. cricopharyngeus
melekat pada bagian sisi lateral cartilago cricoidea. Sewaktu menelan, M. cricopharyngeus ini
berfungsi sebagai sphincter dan M. thyreopharyngeus berfungsi sebagai pendorong makanan.

M. constrictor pharingis medius pula terdiri atas M. chondropharyngeus dan M.


ceratopharyngeus. M. chondropharyngeus adalah otot yang ke sebelah anterior dan melekat pada
cornu minus ossis hyoidei dan bagian bawah ligamentum stylohyodeum. Manakala M.
ceratopharyngeus adalah otot yang melekat pada tepi atas cornu majus ossis hyoidei.
M. constrictor pharyngis superior merupakan lembaran otot yang lebih tipis. Otot ini melekat
sebelah anterior pada hamulus pterygoideus, raphe pterymandibularis, ujung dorsal linea
mylohyoidea ossis mandibulae dan sisi radix lingua. Ia menjadikan M. constrictor pharingis
superior ini terbagi kepada beberapa otot yang lebih kecil, yaitu M. glossopharyngeus, M.
mylopharyngeus, M. buccopharyngeus dan M. pterygopharyngeus.

Seterusnya, celah-celah antara Mm. constrictore pharingis terdapat 3 otot. M. stylopharyngeus


berpangkal pada sisi medial basis processus styloideus, turun sepanjang sisi pharynx dan
melintas antara Mm. constrictors pharingis superior dan medius. Fungsinya adalah untuk elevasi
pharynx sewaktu menelan dan berbicara. Ianya dipersarafi oleh nervus IX. Seterusnya M.
salpigopharyngeus berpangkal pada bagian inferior torus tobarius cartilaginis tuba auditivae,
melintas ke bawah dan bercampur dengan M. palatopharyngeus dan ia adalah untuk elevasi
bagian lateral atas dinding pharynx. Ia dipersarafi oleh nervus X atau nervus vagus. M.
palatopharyngeus berada dalam lipatan mukosa arcus palatopharyngeus, di sisi sebelah dalam M.
constrictor pharyngis superior dan melintas kearah lateral dan caudal di sebelah dorsal tonsila
palatine. Ia berfungsi untuk menarik pharynx ke atas, depan dan medial, yakni memperpendek
pharynx sewaktu menelan dan untuk mendekatkan kedua arcus palatopharyngeus.3

2.2 Nasopharynx

Nasoparynx didapati di sebelah dorsal hidung dan cranial palatum molle, ia adalah
kesinambungan daripada rongga hidung. Ia melakukan fungsi pernafasan dengan penyaman
udara inspirasi dan menyebarkan kepada larynx. Berdinding static kecuali palatum molle. Ke
arah ventral nasopharynx berhubungan dengan rongga hidung melalui choanae(aperture nasalis
posterior), yang masing-masing terpisah oleh septum nasi. Nasopharynx dan oropharynx
berhubungan melaui isthmus pharyngeum yang dibatasi oleh tepi palatum molle dan dinding
posterior pharynx. 3-5

2.3 Oropharynx

Oropharynx terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas epiglottis atau setinggi corpus
vertebra cervical 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah ventral bertemu berhubungan dengan cavum
oris melalui isthmus oropharyngeum dan berhadapan dengan aspek pharyngeal lidah. Regio ini
terdapat jaringan limfoid yakni tonsila pharyngea, patina,dan lingualis. Tonsila palatine berada
pada dinding lateral oropharynx. Ia adalah masa jaringan limfoid pada kedua dinding lateral
oropharynx, masing-masing terletak pada sinus tonsilaris.

Laryngopharynx

Ia membentang dari tepi cranial epiglottis sampai tepi inferior cartilage cricoidea atau mulai
setinggi badian corpus vertebra cervical 3 sampai bagian atas vertebrae cervical 6. Ke arah
caudal laryngopharynx dilanjutkan sebagai oesophagus. Dinding anteriornya yang tidak
sempurna terdapat pintu masuk ke dalam larynx (aditus laryngis) dan di bawah aditus laryngis ini
terdapat permukaan posterior cartilage arytaenoidea dan cartilage cricoidea. 3-5

Salur nafas bawah

1. Larynx

Gambar 4 : Bagian larynx6

Larynx merupakan saluran udara yang membentang antara lidah sampai trachea atau pada laki-
laki dewasa setinggi vertebral cervical 3 sampai 6, tetapi sedikit lebih tinggi pada anak dan
perempuan dewasa. Ia adalah saluran yang bersifar sphincter dan juga organ pembentuk suara.
Ke arah atas larynx terbuka ke dalam laryngopharynx, dinding posterior larynx menjadi dinding
anterior laryngopharynx. Ke arah bawah larynx dilanjutkan menjadi trachea.
Larynx mempunyai 6 jenis tulang rawan. 3 daripadanya hanya terdiri dari sebuah tulang rawan,
yaitu cartilago thyreoidea, cartilage cricoidea, dan cartilage epiglottis. Manakala cartilage
arytaenoidea, cartilage cuneiform dan cartilage corniculatum terdiri daripada sepasang tulang
rawan.

Cartilage thyreoidea adalah tulang rawan larynx yang terbesar. Tepi anteriornya menyatu kearah
inferior membentuk sebuah sudut yang menonjol, yang dikenal sebagai promintea laryngea atau
Adam’s Apple. Tepi posterior tulang rawan ini diperluas seperti tanduk, yaitu cornu inferius dan
cornu superius. Pada permukaan luar masing-masing lamina melintas linea oblique. Garis ini
merupakan tempat lekat Mm. sternothyroideus, thyreohyoideus, dan thyreopharyngeus.

Cartilage cricoidea adalah cartilage pharyngeus yang paling inferior dan sepenuhnya
mengelilingi laluan udara. Ia berbentuk semu cincin stempel. Arcusnya yang letak di sebelah
ventral, teraba di sebelah caudal promentia laryngea, dan terpisah darinya oleh lekukan yang
berisi conus elasticus yang elastik. Pada sisi ventral dan lateral tepi superiornya, melekat
membrane cricothyreoidea dan M. cricoarytaenoidea lateralis. Di sebelah posterior, tepi superior
lamina bersendi dengan basis cartilage arytaenoidea.

Cartilage arytaenoidea adalah sepasang tulang rawan yang berbentuk pyramid, dengan tiga
permukaan, sebuah basis dan satu apex. Basisnya berbentuk konkaf yang mana ia adalah untuk
persambungan dengan cartilago cricoidea. Apex pula bersmabung dengan cartilage
corniculatum. Permukaan mempunyai dua lekukan, untuk perlekatan otot vokalis dan ligament
vestibularis.

Epiglottis adalah sebuah tulang rawan yang berbentuk daun, di sebelah dorsal lidah dan corpus
ossis hyoidei, di ventral aditus laryngis, berproyeksi serong ke atas ke cartilage thyreoidea.
Perlekatan ini adalah melalui ligament thyroepiglottis.

Cartilago corniculatum adalah sepasang tulang rawan yang berbentuk kon, yang mana basisnya
bersambung dengan apex cartilage arytaenoidea.

Cartilago cuneiform adalah tulang rawan yang berada di bagian anterior cartilage corniculatum
dan masing-masing berada dalam plica aryepiglottica.
Gambar 5 : Saluran pernapasan6

2. Trachea dan bronchus utama

Ia adalah merupakan sebuah pipa udara yang terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga
dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada
bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk
ke saluran pernapasan. Ia adalah lanjutan daripada larynx, membentang mulai setinggi cervical 6
sampai tepi atas vertebral thoracal 5. Ujung caudal trachea terbagi menjadi bronchus principalis
dexter dan sinister. Cincin pertama tulang rawan trachea dihubungkan dengan tepi bawah
cartilago cricoidea oleh ligamentum cricotracehale. Cincin terakhir tulang rawan trachea
menebaldan melebar do tengah dan tepi bawah, yaitu carina yang merupakan taju yang
berbentuk kuku segitiga yang melengkung ke bawah dan belakang di antara bronchi. Ke arah
distal distal ketidakaturan lempeng-lempeng tulang rawan pada bronchi pulmonal ini meningkat.
Lempeng tulang rawan menghilang pada pangkal bronchioles.

3. Bronchus dan bronchioles

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh jenis sel
yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.
Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri,
sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat
di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah
menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan
kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus
yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu
saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus
terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh
cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.
Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronchiolus terminalis disebut saluran
penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru.5

4. Paru

Pleura merupakan selaput serosa yang membentuk sebuah kantong tertutup yang
terinvaginasi oleh paru. Pleura yang menempel langsung ke paru dan fisura-fisura yang terdapat
pada paru disebut sebagai pleura visceral manakala pleura parietal adalah pleura yang melapisis
permukaan dalam separuh dinding thorax, menutupi sebahagian besar dalam separuh dinding
thorax, menutupi sebahagian diaphragma dan struktur-struktur yang menempati daerah tengah
thorax. Cavum thorax diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada
ini terdiri dari costae (iga-iga),sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di
depan, dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang.

Paru terdiri daripada paru kanan (pulmo dextra) dan paru kiri (pulmo sinistra). Pulmo dextra
terdiri daripada 3 lobus manakala pulmo sinistra mempunyai hanya 2 lobus. Pada kedua paru ini
terdapat jejas pada facies mediastinalisnya. Jejas yang hanya terdapat pada paru kanan adalah
sulcus vena cava superior, sulcus vena cava inferior, dan sulcis vena azygos. Manakala jejas
yang hanya terdapat pada paru kiri adalah sulcus Ao. Thoracalis, sulcus arcus aorta dan sulcus A.
carotis comunis. Manakala jejas yang terdapat pada kedua belah laru adalah facies cardiaca,
sulcus A. subclavia, sulcus v. anonyma, sulcus trachea dan sulcus oesophagus.
Alveoli terdiri membran alveolar dan ruang interstisial.Membran alveolar terbagi pada
Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli,Large alveolar cell
mengandung inclusion bodies yang menghasilkan surfactant. Anastomosing capillary,
merupakan system vena dan arteri yang salingberhubungan langsung, ini terdiri dari sel endotel,
aliran darah dalam rongga endotel dan Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk
olehendotelkapiler, epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.2-3

Otot pernapasan

Gambar 6 : Otot-otot pernapasan6


Otot –otot dinding dada yang murni adalah M. serratus posterior, Mm. levatores costarum, Mm.
intercostales, M. subcostalis dan M. transversus thoracis serta diaphragma berfungsi sebagai
otot-otot pernapasan yang normal. M. pecoralis major, M. pectoralis minor, M, serratus anterior
dan M, latissimus dorsi adalah otot yang melekat pada dinding dada, berfungsi sebagai otot
tambahan inspirasi dalam dan kuat, yakni membantu mengangkat iga-iga untuk memperluas
rongga thorax. M. sternocleidomastoideus dan scaleni bertindak untuk menfiksasi tulang-tulang
yang menjadi tempat lekatnya, dengan demikian untuk memungkinkan otot-otot yang
menghubungkan tulang-tulang tersebut dengan iga-iga di sebelah bawahnya bekerja lebih efektif
mengangkat iga bagian bawah. Diameter antero-posterior thorax bertambah apabila M. seratus
posterior mengangkat empat iga bagian atas dan mengangkat sternum.
Struktur pernafasan mikroskopis

1. Hidung

Hidung merupakan organ berongga yang terdiri dari tulang, tulang rawan hialin, otot bercorak
dan jaringan ikat. Vestibulum nasi mempunyai epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan
berubah menjadi epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet sebelum masuk ke fossa
nasalis.Pada bagian ini terdapat vibrissae yaitu rambut-rambut kasar yang berfungsi untuk
menyaring udara pernafasan.
Pada lamina propia terdapat glandula nasalis yang merupakan kelenjar campur.Kelenjar
ini menjaga kelembapan kavum nasi dan menangkap partikel-partikel debu yang halus dalam
udara inspirasi.Pada bagian ini juga terdapat noduli limfatisi.Silia pada epitel bertingkat torak
bersilia berperan mendorong lendir kearah belakang yaitu nasofaring kemudian dibatukkan.
Apabila terjadi alergi terdapat pembengkakan swell bodies yang abnormal pada kedua kavum
nasi, sehingga aliran udara masuk terganggu. Pada bawah konka inferior pula terdapat plexus
venosus yang berdinding tipis sehingga mudah terjadi pendarahan.

2. Nasofarings
Terdapat epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.Di bagian bawah membranesa
basalis, pada lamina propia terdapat kelenjar campur.Pada bagian posterior terdapat jaringan
limfoid yang membentuk tonsila faringea.Pada nasofaring juga terdapat muara dari saluran yang
menghubungkan rongga hidung dan telinga tengah yang disebut osteum faringeum tuba auditiva.
Di sekelilingnya juga banyak kelompok jaringan limfoid yang disebut tonsila tuba faringea.

3. Orofaring
Pada bagian ini ada epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang terletak di belakang
rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Orofaring akan dilanjutkan sampai bagian atas
menjadi epitel mulut dan ke bawah ke epitel oesophagus. Pada bagian ini ada tonsila palatine
yang sering meradang dan disebut tonsilitis.
4. Laringofarings
Epitel pada bagian ini bervariasi dan sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk.Ia terletak di belakang farings.

5. Larings
Menghubungkan pharynx dan trakea.Bentuknya tidak beraturan dan terdiri dari epitel
torak bersilia bersel goblet kecuali pada plika vocalis berlapis gepeng. Ia berperan untuk fonasi
dan mencegah benda asing memasuki jalan nafas dengan adanya reflex batuk. Ia mempunyai
sembilan tulang rawan yaitu tiroid, krikoid, arytenoid, epiglottis, kuneiformis dan kornikulata.
Terdapat ligamentum yang mengikat tulang rawan ini dan berartikulatio dengan otot intrinsik.
Kontraksi otot kontriksi akan menyebabkan perubahan bentuk dan celah pita suara sehingga
menghasilkan suara (fonasi). Manakala otot ektrinsik pula berhubungan dengan proses menelan.2
.

6. Epiglottis
Terdiri dari tulang rawan elastis.Ia mempunyai dua permukaan yaitu permukaan Lingual
yang menghadap ke lidah. Epitel di sini ialah berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.Ia merupakan
bagian anterior yang paling sering berkontak dengan akar lidah pada proses menelan. Permukaan
Laringeal yang menghadap ke larings. Terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet
yang akan melanjut ke trakea dan bronkus. Merupakan bagian posterior yang paling sering
berkontak dengan makanan.Di bawah epiglottis terdapat dua lipatan mukosa yang menonjol ke
lumen laring.Bagian atas disebut pita suara palsu / plika ventrikularis. Plika ini dipisahkan kanan
dan kiri oleh rima vestibuli. Plika ini mempunyai epitel bertingkat torak bersilia dan bersel
goblet. Bagian bawah disebut pita suara sejati/ plika vocalis.
Di antara dua plika ini terdapat daerah yang disebut rima vocalis/ rima glotidis.Rima ini
mempunyai epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan mempunyai serat-serat elastin
tersusun sejajar membentuk ligamentum vocalis.Sejajar dengan ligamentum vocalis terdapat otot
skelet yaitu M. Vokalis.Fungsi M.Vocalis adalah mengatur ketegangan pita suara dan
ligamentum sehingga udara yang melalui pita suara dapat menghasilkan suara dengan nada yang
berbeda-beda. Rima glotidis dan plica vocalis meluas ke lateral membentuk sinus /ventrikularis
laring Morgagni.
7. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin
tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia.Cincin-cincin ini dihubungkan oleh
jaringan penyambung padat fibroelastis dan retikulin yang disebut ligamentum anulare yang
mencegah lumen trakea dari meregang berlebihan.Silia pula berfungsi menyaring benda-benda
asing yang masuk ke saluran pernapasan.
Bagian yang mengandung tulang rawan disebut pars kartilagenia manakala yang
mengandung otot disebut pars membranasea. Bagian posterior terdapat banyak kelenjer dan
rangsangan dari N. laringeus rekuren akan menyebabkan kelenjer ini mengeluarkan sekretnya.2,3
Trakea juga terdiri dari tiga lapisan yaitu mukosa trachea ; epitel bertingkat torak bersilia bersel
goblet. Lamina basalis agak tebal dan jelas manakala lamina propia mempunyai serat-serat
elastin yang berjalan longitudinalis yang membentuk membrane elastika interna. Seterusnya
tunika submukosa terdiri dari jaringan ikat jarang, lemak, kalenjer campur ( Glandula trakealis)
yang banyak di bagian posterior. Yang ketiga, tunika adventitia terdapat kelenjer campur.
Jaringan fibroelastis yang berhubungan dengan perikondrium sebelah luar pars kartilagenia.

Sel-sel epitel trakea/ epitel respiratorius terdiri dari lima jenis yaitu Sel Goblet, mensintesa dan
mensekresi lendir dan sekresinya bersifat apokrin. Mempunyai apparatus golgi dan reticulum
endoplasma di basal sel. Terdapat microvilli di apex. Mengandung tetesan mucus yang kaya
akan polisakarida. Sel Silindris bersilia merupakan sel yang terbanyak. Setiap sel terdiri dari 300
silia di apikalnya. Terdapat banyak mitokondria kecil yang menyediakan ATP untuk pergerakan
sel. Sel sikat mempunyai microvilli di apex yang berbentuk seperti sikat. Terdiri dari dua macam
yaitu yang sangat panjang dan sangat pendek. Sel Basal :merupakan sel induk yang akan
bermitosis dan berubah menjadi sel lain. Sel sekretorik/ bergranula terdapat granula pada
sitoplasmanya yang mengandung katekolamin yang akan mengatur akivitas sel goblet dan
gerakan silia. Tergolong dalam sel APUD ( Amine Precursor Uptake Decarboxylation). Ia juga
mengatur sekresi mukosa dan serosa.

8. Bronki
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri.Terbagi kepada dua yaitu bronkus ekstrapulmonal dan intrapulmonal. Struktur lapisan
mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan
pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan
sempurna. Bronkus kecil terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia namun bronkus terkecil
terdiri dari epitel selapis torak bersilia bersel goblet.Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi
bronkiolus.
Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanandan
kiri.Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum sampai ke
alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh
cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran
udara lancar.

9. Bronkiolus terminalis
Terdiri dari epitel selapis torak bersilia bersel goblet atau epitel selapis torak
rendah.Tidak terdapat tulang rawan. Fungsinya hanya sebagai saluran.Di antara deretan sel ini
terdapat sel clara. Sel ini berbentuk kubah, tidak bersilia dan bagian puncak menonjol pada
lumen.Fungsinya terhadap pembentukan cairan bronkiolar yang mengandung protein,
glikoprotein, kolesterol dan mengeluarkan sejumlah kecil surfactant yang terdapat di dalam
secret bronkiolar.

10. Bronkiolus Respiratorius


Bagian antara bagian konduksi dan bagian respirasi. Epitel torak rendah atau epitel
selapis kubis sedikit silia tanpa sel goblet. Pada lamina propia terdapat serat kolagen, serat
elastin, dan otot polos yang terputus. Di antara alveoli terdapat epitel selapis kubis ( dinding
diselangi alveoli yaitu tempat terjadinya pertukaran gas)
Di hujung bronkus respiratorius terdapat satu saluran yang dipanggil duktus
alveolaris.Dindingnya tipis dan sebagian besarnya terdiri dari alveoli. Pintu-pintu masuk ke
alveolus terdapat epitel selapis gepeng .Di dalam lamina propia masih terdapat serat otot
polos.Di sekelilingnya terdapat kantung yang disebut sakus alveolaris. Kantong ini dibentuk oleh
beberapa alveoli yang akan membentuk satu ruangan yang disebut. Di muaranya terdapat serat
elastin dan retikulin dan di sini sudah tidak kelihatan otot polos.

11. Alveolus
Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli.Di sini terjadi pertukaran oksigen
dan karbondioksida dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300-500 juta
alveoli di kedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter. Di sini terdapat
serat elastin yang akan melebar waktu inspirasi dan menciut pada waktu ekspirasi. Serat kolagen
pula adalah untuk mencegah regang yang berlebihan sehingga septum dan kapiller tidak rusak.
Pada dinding alveolus terdapat satu lubang kecil yang disebut stigma alveolaris atau lambert’s
sunises atau porus kohn. Lubang ini penting jika berlaku penyumbatan di mana-mana cabang
bronkus atau bronkiolus kerana membenarkan udara mengalir dari alveolus ke alveolus lain
secara kolateral. Namun, ini juga menjadi jalan mudah untuk bakteria menyebar contohnya
pneumonia.
Epitel di sini ialah epitel selapis gepeng yang tipis (type 1). Di antara sel type 1 ada sel
alveol type II yang mensekresi surfaktan (surface-active subtances) terdiri dari kompleks
fosfolipoprotein yang membantu pengembangan jaringan paru.Dapat juga ditemukan sel debu
(dust cell) yang bekerja mamfagosit debu mikroorganime dan benda asing yang terdapat dalam
alveoli yang ikut saat inspirasi.

Mekanisme pernapasan

Pernapasan adalah untuk penyediaan oksigen untuk kelangsungan proses metabolism sel-
sel tubuh dan mengeluarkan CO2 sebagai hasil metabolism secara terus menerus. Pernapasan
adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun sistem
pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas
maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah
dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam
kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di
luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk dan begitu juga sebaliknya.

Jaringan paru menempati baguan terbesar rongga dada. Dalam keadaan normal, tekanan
intrapleura kurang dari tekanan atmosphere disebut tekanan sub atmosferik (tekanan negative,
tekanan donders). Pada keadaan istirahat atau akhir ekspirasi tenang, jaringan paru dan dinding
dada pada kedudukan “Resting End Expiratory Level” (REEL . Pada keadaan ini paru dalam
keadaan tenang hasil resultant sifat paru yang cenderung kolaps dan dinding dada yang
cenderung mengembang.3,7

Proses inspirasi
Suatu proses aktif di mana berlaku kontraksi otot-otot inspirasi. Pada inspirasi tenang
setelah mendapat perangsangan dari N. Frenikus, otot diafragma berkontraksi sehingga
diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara
luar masuk.Pembesaran dada kira-kira 75% oleh diafragma.Manakala otot intercostal eksternus
pula berkontraksi dan menarik iga ke atas, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih
kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk mengakibatkan
volume dada meningkat 25%. Iga-iga terangkat ke atas lateral manakala sternum bergerak ke
anterior atas. Pada inspirasi kuat, otot-otot tambahan seperti M. pectoralis major, M.
sternocleidomastoideus dan lain-lain turut berkontraksi.3,8

Proses ekspirasi
Pada proses ekspirasi tenang, ia adalah proses pasif, di mana otot-otot respirasi
mengalami relaksasi dan jaringan paru kembali kedudukan semula sesudah teregang (daya
recoil), sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar
dari paru-paru. Manakala otot intercostal internus pula relaksasi atau kembalinya ke posisi
semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil.Jadi jaringan
paru sudah kembali berkedudukan asal sesudah teregang (daya recoil).
Terdapat tiga tekanan penting dalam proses ventilasi yaitu tekanan atmosfer, tekanan
intrapulmo dan intrapleura. Perbedaan tekanan intrapleura dengan tekanan luar pada dinding
dada menyebabkannya tertekan kearah paru.Manakala perbedaan intra alveol dengan intrapleura
menyebabkan paru teregang kearah luar. Jadi jika tekanan sub-atmosferik hilang tekanan
transmural pada dinding dada dan jaringan paru juga hilang menyebabkan paru dengan dinding
dada terpisah. Akibatnya paru kolaps (atelectasis) dan dinding dada lebih mengembang (Barrel
Chest).3,7,8

Difusi dan transport O2 dan CO2

Faktor terpenting yang menyebabkan difusi gas adalah perbedaan tekanan parsiil gas
antara alveoli dan darah. Antara faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan proses difusi
adalah perbedaan tekanan parsiil gas dan tekanan dalam cairan, luas penampang lintang antar gas
muka-cairan, panjang jarak yang harus ditembus molekul-molekul gas dan daya larut gas. Proses
masuknya molekul gas ke dalam cairan adalah proses difusi. Alveoli merupakan paru-paru ideal
untuk pertukaran gas karena gas-gas larut dalam lipid, daerah pertukaran gas sangat luas (70m2)
dan jarak yang dilalui gas sangat tipis (dinding alveol yang nipis).
Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida boleh berlaku karena perbedaan tekanan.
Darah akan berdifusi dari yang bertekanan lebih tinggi ke rendah. Tekanan parsial oksigen (O2)
di alveoli adalah 104mmHg dan darah adalah 40mmHg.Jadi perbedaan tekanan antara alveoli
dan darah adalah 64 mmHg menyebabkan oksigen berdifusi dari alveoli ke darah.Perbedaan
tekanan parsiel antara jaringan dan darah pula adalah 55mmHg menyebabkan O2 berdifusi dari
darah ke jaringan. Hal yang sama juga berlaku pada gas karbon dioksida (CO2) yaitu perbedaan
tekanan sebanya 5mmHg menyebabkan CO2 bisa berdifusi dari darah ke alveoli dan jaringan ke
darah.
Perbedaan tekanan parsiil O2 besar sehingga ia dapat berdifusi dengan cepat berbanding
CO2. Namun begitu, difusi CO2 menjadi cepat karena koeffisien difusi yang besar (20X
koeffisien difusi O2).
Transport O2

Sangat sedikit untuk ditemui dalam bentuk larut.Menurut hukum Henry, hanya
0,393ml/100mL O2 yang larut dalam darah namun keadaan yang sebenarnya adalah sebanyak
20mL/100mL volume O2 yang larut dalam darah. Perbedaan ini adalah karena kemampuan Hb
dalam transport O2. Ikatan O2 pada Hb adalah ikatan fisis dan residunya pada histidine.
Manakala disosiasi oksi Hb ( pelepasan O2 dari Hb) ditentukan oleh tekanan O2 (PO2) di medium
sekeliling Hb. Proses deoksigenasi ini berlaku di kapiler jaringan.

Gambar 7 : Kurva Dissosiasi Oxy-Hb9

Kurva dissosiasi oksigen dari Hb menyatakan hubungan PO2 dan saturasi. Hb mudah
melepaskan O2 (kurva bergeser ke kanan) bila pH menurun , PCO2 meningkat , suhu meningkat,
konsentrasi 2,3 BPG meninggi dalam sel darah merah, dan PO2 menurun.
Pengaruh PCO2 terhadapdissosiasi Oxy-Hb disebut efek Bohr. PCO2 yang normal
(40mmHg) disebut fisiologis, PCO2 20 mmHg adalah alkalosis respiratorik, manakala pada PCO2
80mmHg adalah asidosis respiratorik.3,9
2,3-BPG terdapat di dalam eritrosit dan membentuk ikatan reversible dengan Hb terhadap
O2. Ia merupakan zat antara metabolisme dalam glikolisis EM.2,3-BPG dapat meningkat pada
hipoksia (kurang oksigen) misalnya ketika naik gunung lebih tinggi dari 2500m. Dapat juga
meningkat pada pengidap anemia (kurang Hb) dan yang mempunyai kelainan pada kongenital
Hb.
Afinitas Hb janin terhadap O2 lebih besar dari Hb ibu.Eritrosit yang mengandung HbF
mempunyai afinitas tinggi terhadap O2.Hal ini menguntungkanjanin karena PO2 plasenta rendah.
Ini menyebabkan kurve lebih curam dan bergeser ke kiri.Oleh karena afinitas HbF terhadap PG
rendah jadi seolah-olah afinitas terhadap O2 adalah tinggi. Namun ternyata afinitas HbF dan HbA
adalah sama.

Transpor karbon dioksida ( CO2 )

Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai berikut.
1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase
(7% dari seluruh CO2).

2. Karbon dioksida berikatan dengan protein. Walaupun hanya 20% dari seluruh CO2 tapi
merupakan cara pengangkutan yang penting.

3. Terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai pertukaran klorida (70%
dari seluruh CO2).

Terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin. Deoksi Hb afinitasnya lebih
besar terhadap CO2 dibandingkan dengan HbO2. HbCO2 dan karbamino hb adalah ikatan longgar
(reversible).

CO2 berikatan dengan NH2-valine. 2,3- DPG juga berkaitan dengan NH2-Valine. Jadi keduanya
bersaing untuk berikatan dengan Hb.
Menurut efek Haldane pengikatan O2 pada Hb akan mengusir CO2 ( pelepasan CO2 dari
ikatannya sebagai karbamino-Hb ). Efek Haldane secara kuantitatif dapat meningkatkan
transport CO2 lebih penting dari efek Bohr dalam meningkatkan transport oksigen. Efek Haldane
merupakan akibat dari oxy-Hb lebih asam dari reduced Hb. Ini karena sewaktu oksigenasi hb
menjadi HbO2 meningkatkan pelepasan proton (H+) dari mol Hb. Seterusnya H+ akan berikatan
HCO3- membentuk H2CO3 yang kemudian akan dipecah menjadi CO2 dan H2O oleh Carbonic
Anhydrase.9

HHb + O2 H+ + HbO2

3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai
pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut:

CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3 -


Reaksi tersebut berlangsung lambat di plasma manakala di eritrosit berlaku sangat cepat
karena dikatalisa enzim anhydrase karbonat. Ion chloride ( Cl- ) masuk ke dalam eritrosit (
Chlorida Shift ) mengimbangi pengeluaran ion bikarbonat dari sel.

Keseimbangan asam basa

Menurut definisi Bronsted, asam adalah substansi yang di dalam larutan akan melepaskan ion H
(donor proton), sedangkan basa adalah substansi yang mampu mengikat ion H (akseptor proton).
pH darah arteri normal rata-rata adalah 7,4. Walaupun saat metabolisme sel, selalu terbentuk
produk asam yang akan dilepaskan ke dalam darah, pH tubuh selalu dipertahankan normal. Hal
ini penting, kerena semua enzim yang terlibat dalam aktivitas metabolisme dalam tubuh
bergantung pada pH.
Faktor-faktor yang herperan dalam mempertahankan pH darah yang konstan adalah
buffer dalam darah, pertukaran gas dalam paru dan mekanisme ekskresi oleh ginjal. Buffer
adalah suatu larutan yang pHnya cenderung tidak berubah walaupun ditambah sedikti
asam,sedikit basa,ataupun diencerkan. Beberapa sistem buffer terpenting dalam pengendalian pH
cairan tubuh adalah dari plasma dan eritrosit yaitu sistem buffer bikarbonat/asam karbonat,
sistem buffer phosphat dan sistem buffer protein. Sistem buffer ini dinyatakna dalam persamaan
Hnederson-Hasselbach yang menyatakan bahawa rasio basa kepada asam harus 20. Jika melebihi
atau berkurang, alkalosis atau asidosis boleh terjadi.

Sistem buffer bikarbonat/asam karbonat merupakan buffer terpenting dalam plasma dan
juga dalam eritrosit tetapi kadarnya lebih rendah. Dalam sistem pernafasan, CO2 dapat
dikeluarkan atau ditahan dalam paru-paru di mana tekanan CO2 mempengaruhi konsentrasi
H2CO3. Konsentrasi HCO3- dapat dikendalikan oleh sistem renal di mana reabsorpsi HCO3- dari
filtrat glomeruli dapat ditingkatkan atau diturunkan. Derajat pH ditentukan oleh perbandingan
sodium bikarbonat (NaHCO3) dengan asam karbonat (H2CO3) dan normalnya 20:1. Jika terjadi
perubahan yaitu rationya bukan 20:1 maka terjadi gangguan keseimbangan asam basa.

Sistem buffer protein plasma terdiri terutama dari albumin. Ia merupakan 95% buffer
nonbikarbonat dalam plasma. Sistem buffer ini merupakan yang terbesar dan terkuat. Ia dijumpai
dalam Hb, plasma protein dan protein intraseluler. Derajat asam basa dipertahankan dengan
mempertahankan ion hidrogen dan CO2 ketika berdifusi melalui membran sel ke dalam sel.

Buffer fosfat yaitu HPO42-/H2PO4- merupakan 5% buffer nonbikarbonat dalam plasma. Ia


berperan penting dalam mempertahankan derajat asam basa cairan dalam tubula ginjal. Derajat
pH ditentukan oleh naik atau turunnya eksresi ion hidrogen.

Pengeluaran CO2 dari darah dan pasokan O2 pada jaringan adalah fungsi utama sistem
pernafasan yang dikendalikan oleh pusat pernafasan di otak. Mekanisme pernapasan dapat
dirangsang oleh turunkan pH, turunnya pO2, peningkatan suhu dan lain-lain. Jika konsentrasi
CO2 meningkat, pH darah menurun asidosis akan berjadi. Jika konsentrasi CO2 menurun pula,
pH darah akan meningkat dan terjadi alkalosis.
Kelainan disebabkan ketidakseimbangan asam-basa terdiri atas dua jenis, yaitu asidosis
dan alkalosis. Asidosis terbagi kepada dua, yaitu asidosis respiratorik dan asidosis metabolic.
Manakala alkalosis terdiri atas alkalosis respiratorik dan alkalosis metabolic.

Asidosis respiratorik itu disebabkan peningkatan H2CO3. Rasio adalah kurang daripada
20, justeru pH darah adalah lebih rendah daripada tahap normal. Kompensasinya haruslah supaya
rasio kembali menjadi 20. [BHCO3] harus naik dengan meningkatkan reabsorpsi bikarbonat di
tubuli ginjal. CO2 content adalah melebihi kadar normal dan menyebabkan urin yang diproduksi
adalah asam. Asidosis respiratorik dapat terjadi pada setiap gangguan fungsi paru (pneumonia,
bronchitis, emfisema, edema paru dan asma). Emfisema akan menurunkan elastisitas alveoli
justeru akan menyebabkan tubuh kita mengalami hipoventilasi dan akan menyebabkan
penumpukan H2CO3. Selain itu, ia juga dapat disebabkan oleh depresi pusat pernapasan, sebagai
contoh keracunan morfin.
Asidosis metabolic adalah disebabkan oleh penurunan bikarbobat, yang menyebabkan
rasio kurang daripada 20 dan pH darah akan lebih rendah daripada normal. Kompensasi untuk
menaikkan rasio kembali kepada 20, badan kita harus melakukan hiperventilasi untuk
menurunkan kadar H2CO3. CO2 content adalah melebihi kadar normal dan menyebabkan urin
yang diproduksi adalah asam. Asidosis metabolik dapat terjadi pada DM yang tidak terkontrol,
ketaasidosis, payah atau gagal ginjal, dan juga diare berat.
Alkalosis respiratorik adalah disebabkan penurunan H2CO3. Rasio adalah lebih daripada
20, justeru pH darah adalah lebih tinggi daripada tahap normal. Kompensasinya haruslah supaya
rasio kembali menjadi 20. [BHCO3] harus turun dengan menurunkan reabsorpsi bikarbonat di
tubuli ginjal. CO2 content adalah rendah daripada kadar normal dan menyebabkan urin yang
diproduksi adalah alkalis. Alkalosis dapat terjadi pada histeris(hiperventilasi), stimulasi pusat
pernapasan (keracunan salisilat) yang kalau tidak dikontrol dengan cepat akan menyebabkan
ginjal rusak dan akan menimbulkan asidosis metabolic. Seterusnya pada pendaki gunung, dan
koma hepatikum.
Alkalosis metabolik adalah disebabkan peningkatan bikarbonat.. Rasio adalah lebih
daripada 20, justeru pH darah adalah lebih tinggi daripada tahap normal. Kompensasinya
haruslah supaya rasio kembali menjadi 20, dengan menaikkan H2CO3 melalui hipoventilasi. CO2
content adalah rendah daripada kadar normal dan menyebabkan urin yang diproduksi adalah
alkalis kecuali pada hipokalemia. Alkalosis metabolic dapat terjadi pada stenosis
pylorus/obstruksi bagian atas sehingga muntah berat, hiperemisis gravidarum (alkalosis
hipokloremik) dan konsumsi antasida berlebihan.3,9

Penutup
Kesimpulannya, alkalosis metabolik boleh terjadi pada kasus muntah berat dan ia akan
menyebabkan pernafasan menjadi lambat.

Daftar pustaka
1. Respiratory . [internet]. [cited on 2014 May 17]. Available from :
http://zulrose.tripod.com/respiratory/id5.html
2. Dr. Santoso G. Anatomi sistem pernapasan. 2013
3. Dr. K. Kindangen , dr. Darminto S, dr. Inggriani K, dr Handy W, dr. Indriani KS, dra.
Elly H et al. Respiratory 1. 2013
4. Pharynx anatomi . . [internet]. [cited on 2014 May 17]. Available from :
http://knowledgeserver.wordpress.com/2011/08/15/pharynx/
5. Drake RL, Vogl AW, Mitchell ADM. Larynx and Pharynx : In : Grays Anatomy For
Students. 2nd ed. Canada : Churchill Livingstone Elsevier, 2010 : 988-1003
6. Anatomy and histology for respiratory system. [internet]. [cited on 2014 May 17].
Available from : http://rubred.wordpress.com/respiratory-system/anatomy-and-histology-
of-the-respiratory-system/
7. Ann Fullick. Gray Matter. In : A-Level Biology. United Kingdom : Pearson’s Company,
2010
8. Hall JE, Guyton CG. Membrane physiology, nerve and muscle. In : Guyton and Hall
Textbook of Medical Physiology. 12th ed. Canada : Saunders Elsevier, 2011 :465-522
9. Mekanisme pernapasan pada manusia [internet]. [cited on 2014 May 17]. Available from
: http://biologiumum.com/mekanisme-proses-pernapasan-pada-manusia/

You might also like