Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Insiden tahunan tumor SSP berkisar dari 10-17 per 100.000 orang
untuk tmor intracranial dan 1-2 per 100.000 oarang untuk tumor
intraspinal. Sekitar setengah atau tiga per empatnya adalah tumor primer,
dan sisanya ialah tumor metastatic. Tumor SSP memiliki proporsi yang
besar pada kanker anak-anak sebanyak 20% dari semua tumor pediatric.
Tumor SSP pada anak-anak berbeda dengan pada dewasa baik dalam
subtype histologis maupun lokasinya. Pada anak-anak tumor
biasanyamuncul di fossa posterior, sedangkan pada dewasa biasanya di
supratentorial.
1
5. Bagaimana tatalaksana tumor intracranial?
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
- Tumor ini tidak memiliki stadium in situ atau premalignant yang dapat
dideteksi bila dibandingkan dengan karsinoma lain.
3
yaitu bentukan astrositik, ologodendroglial, dan campuraan. Sebaliknya,
ependimoma cenderung membentuk massa padat.
a. Astrositoma
Astrositoma difus
Astrositoma pilositik
4
Astro pilokistik sering berbentuk kistik, dengan nodul
mural pada dinding kista; jika padat, tumor biasanya berbatas
tegas. Tumor tersusun dari sel-sel bipolar dengan penonjolan
panjang, tipis “mirip rambut” yang positif terhadap GFAP. Sering
terdapat mikrokista seperti nekrosis dan mitosis jarang terlihat.
b. Oligodendroglioma
c. Ependimoma
5
yang meluas ke dalam lumen. Lebih sering terlihat pseudoroset
perivaskuler yaitu sel tumor yang tersusun mengelilingi pembuluh
darah dengan zona intervensi berisi prosesus ependim tipis.
d. Ganglioglioma
e. Meduloblastoma
f. Meningioma
g. Tumor metastasis
6
diperbatasan substansi abu-abu dan putih, dan memperlihatkan edema.
Perbatasan anatara tumor dan parenkim otak terlihat tegas pada tingkat
mikroskopik, dengan gliosis reaktif disekitarnya.
2.2. Etiologi
7
Table 1. Gambaran klinis tumor intracranial
2.4. Diagnosis
8
A. Angiografi Serebral
Teknik pemeriksaan:
1. Pungsi langsung
1) Pasien terlentang, punggung diganjal, atau kepala
diturunkan, hinggadenyut arteri karotis kommunis teraba.
Diberikan anestesi local di daerah pungsi atau anestesi
umum.
2) Dilakukan pungsi pada leher di daerah perabaan denyut
nadi arteri karotis kommunis (kira-kira sekitar di bawah
bifurkasio dengan jarum Abbocath No. 20 atau No. 18.
3) Pungsi harus menembus dinding anterior atau posterior
pembuluh darah lalu ditarik perlahan-lahan sampai darah
memancur dengan lancer.
4) Teflon sheath nya didorong ke dalam lumen arteri dan
mandarin ditarik ke luar.
5) Pangkal Teflon sheath bias disambung dengan sambungan
teflon berikut luerlock.
6) Kontras diberikan ± 8-10 ml dengan injeksi cepat pada tiap
exposure atau sekali injeksi saja bila memakai rapid serial
film changer. Sinar X diarahkan ke glabella membentuk
sudut ± 270 -300 dengan verikal, kraniocaudal.
7) Fase-fase pemeriksaan:
- Fase arteri: 1-3 detik, setelah mulai suntikkan.
- Fase kapiler: 3-4 detik, setelah mulai suntikkan.
- Fase vena 4-12 detik, setelah mulai suntikan.
2. Pungsi tidak langsung (dengan kateter)
9
1) Pungsi dilakukan pada daerah arteri femoralis (inguinal)
dengan jarum Abbocath No.16 atau No.18 setelah diberikan
anestesi local dan insisi kecil.
2) Dengan memasukkan guide-wire ke dalamlumen arteri
femoralis cukup jauh kearah proksimal, maka abbocath
ditarik keluar.
3) Kateter dimasukan kedalam guide-wire, lalu guide-wire
ditarik ke luar. Pangkal kateter disambung dengan luer-
lock.
4) Kateter didorong mencapai aretri karotis kommunis atau
selektif arteri karotis interna atau arteri karotis eksterna.
5) Pemberian kontras ± 8-10 ml dengan injeksi cepat.
Tumor-tumor intracranial:
10
Beberapa herniasi yang timbul akibat tumor intracranial,
ialah:
1. Herniasi subfalksial
2. Herniasi unkus
3. Herniasi tonsiler
Ditandai dengan turunnya cabang-cabang tonsiler (arteri tonsilo
hemisfer) dan arteri serebeli inferior posterior melalui foramen
magnum.
4. Herniasi tentorium
Masuknya culmen dan declive onticular melalui insisura ke
arah daerahsupratentorium ditandai dengan arteri komunikans
posterior dan bagian proksimal ateri serebri posterior
melengkung ke atas.
11
Gambar 2. Shipon tampak terbuka. A. serebri anterior
terangkat pada bagian 1/3 proksiamal.
B. CT Scan Kepala
Prosedur pemeriksaan CT Scan adalah sebagai berikut:
pemotretan awal/permulaan dilakukan dengan tabung yang
dibiarkan diam, sedangkan pasien dengan mejanya yang tidak
digerakkan. Hasilnya adalah sama dengan foto Roentgen biasa. Ini
disebut topogram atau skanogram.
Skanogram I dibuat untuk memogramkan potongan-
potongan mana saja yang akan dibuat. Kemuadian satu persatu
dibuat scannya menurut program tersebut. Dalam hal ini pasien
tetapdiam ditempat, sehingga arah scan dapat ditentukan dengan
tepat, sehingga arah scan dapat ditentukan dengan tepat, sedangkan
tabung memutari pasien.
Skanogram kepala dibuat dengan posisi tabung berada
disamping kepala pasien yang berbaring terlentang. Dengan
demikian hasilnya seperti foto tengkorak biasa lateral. Kemudian
dibuat scan menurut program, baru dalam hal ini pasien diam dan
tabung mengelilingi pasien sambil memotret.
Scan pertama merupakan penampang setinggi tengkorak.
Ini akan tampak jelas kedua mastoid, liang-liang telinga luar
12
zygoma, ruang hidung dan kedua bulbus okuli. Dalam scan ini juga
sebagian dari kedua hemisfer serebelum dengan vermis
ditengahnya. Scan lebih kranial lagi memperlihatkan kedua tulang
petrosum dengan sella ditengahnya. Kedua bulbus oculi dengan N.
opticusnya masing-masing tampak jelas.
Scan berikutnya memperlihatkan kedua nucleus caudatus,
lentiformis, thalamus, anteriorhorns dan ventrikel III.
Scan berikutnya lagi memperlihatkan kedua ventrikel
lateral denganplexus chorioideusnya masing-masing.
Penyuntikan kontras sangat membatu dalam hal adanya
tumor atau abses otak. Tumor otak dapat dilihat dengan cepat pada
pemeriksaan ini.
Gambaran dari potongan CT scan kepala memperlihatkan
dengan jelas kelainan-kelainan organ kepala dan sekitarnya.
Beberapa garis penting yang diketahui adalah:
- Orbitomeatal line (OM line)
- Anthropological base line (German plane). Reid base line
(infraorbito meatal line)
- Supraorbitomeatal line (SM line)
Potongan lain yang dipergunakan ialah coronal section yang sejajar
dengan submentoveertex line. Pemberian media kontras untuk
melihat adanya enhancement dipergunakan untuk menilai
pembuluh darah, meningen, parenkim otak.
CT Scanner yang dipakai ada 2 tipe yaitu:
- Head CT Scan
- Whole body CT Scan
13
Kelainan-kelainan jaringan otak:
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada CT Scan kepala terbagi
atas:
1. Tumor otak
2. Kelainan serebrovaskuler
3. Trauma kepala
4. Anomaly
5. Penyakit-penyakit infeksi
6. Atrofi serebral atau penyakit-penyakit degenerative.
Astrositoma
Tampak pada CT Scan suatu area hipodens batas agak
tegas, edema ringan dan efek massa. Pada pemberian media
kontras, tak tampak enhancement atau hanya sedikit enhancement.
14
Gambar 3. Astrositoma. Pada pemberian kontras tampak
penyangatan sekeliling/diantara area hipodens berbentuk cincin.
Glioblastoma multiform
Derajat keganasan glioblastoma multiform sangan tinggi
dibandingkan dengan tumor-tumor otak yang lain. Pada CT Scan
tampak gambaran densitas campuran disertai edema dan efek
massa yang luas. Pada pemberian media kontras tampan
enhancement berbentuk cincin dengan area hipodens di sentral.
Derajat enhancement nya tinggi, tepi cincin ireguler dan dinding
tidak uniform.
Oligodenroglioma
Kalsifikasi pada daerah lesi sangat sering ditemukan. Pada
plain CT Scan tampak area hiperdens oleh kalsifikasi dikelilingi
area hipodens. Kebanyakan tidak enhancement pada pemeberian
media kontras, tetapi beberapa kasus memberikan enhancement.
15
Gambar 4. Tampak area hipodens berbentuk kistik dan kalsifikasi
yang mendesak ventrikel III dan menimbulkan hiposefalus
internus. Disertai edema yang luas.
Meningioma
16
Indeks meningioma tinggi dibandingkan dengan tomor
cerebri lainnya pada orang dewasa. Pada plain Ct tampak area
hiperdens homogeny berbatas tegas, tepi halus melekat pada dura,
kadang disertai kalsifikasi dan destruksi tulang. Pada pemberian
media kontras tampak enhancement yang homogeny (kenaikan ±
20 H.U). sering disekeliling tumor terdapat area hipodens (edema).
Adenoma hipofisis
Adenoma hipofisis terdiri atas adenoma kromofob
(terbanyak), adenoma eosinofilik dan adenoma basofilik. Pada
plain CT tampak area sedikit hiperdens atau isodens, bebatas tegas
di daerah sella. Kadang ada bentuk kista adenoma dengan
gambaran hipodens. Didaerah sisterna suprasellar tampak area
filling defect terisi tumor tersebut. Jika tumor cukup besar akan
timbul destruksi tulang sella tursika. Dengan pemberian media
kontras tampak enhancement yang jelas.
Pinealoma
17
Tumor ini sesungguhnya tidak berasal dari parenkim
glandula pinealis, tetapi merupakan bentuk anomaly teratoma
atipikal. Tumor yang berasal dari glandula pinealis adalah
pineablastoma dan pineositoma. Pada plain CT Scan tamoak area
sedikit hiperdens dibagian posterior ventrikel III, tetapi berbenjol-
benjol.bagian posterior ventrikel III mengalami obstruksi dan
ventrikel lateralis mengalami dilatasi. Pada pemberian media
kontras tampak enhancement yang homogen.
Metastasis
Metastasis ini bias soliter atau multiple. Pada plain CT
tampak area agak hiperdens dengan edema (hipodens)
disekelilingnya. Pada pemeberian media kontras tampak
enhancement berbentuk nodul atau ring like (matastasis besar).
Tumor-tumor infratentorium
Tumor infratentorium ialah:
1. Meduloblastma
2. Ependimoma
3. Astrosita
4. Neurinoma
5. Meningioma
Meduloblastoma
Meduloblastoma merupak tumor otak yang sering
ditemukan pada anak-anakdi daerah velum medularis dan ventrikel
IV. Pada plain CT tampak area hiperdens atau isodens di daerah
fossaposterior bagian medial, bentuk nodular, batas agak tegas,
sedikit berbenjol. Hidrosefalus internus selalu ditemukan.pada
pemberian media kontras tampak enhancement yang homogen.
18
Gambar 7. Medulloblastoma. Sebelum kontras: tampak area
hiperdens di daerah vermis serebeli dengan pendesakan ventrikel
IV ke anterior. Pelebaran ventrikel lateralis, ventrikel III dan
ventrikel IV.
Ependimoma
Ependimoma berasal dari sel-sel ependim dinding
ventrikel, sering berkalsifikasi. Pada plain CT tampak area isodens,
tepi regular dan sering disertai kalsifikasi, disertai hidrosefalus
19
obstruktif. Pada pemberian media kontras tampak enhancement
homogeny atau noduler.
C. MRI
Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI) merupakan salah
satu cara pemeriksaan diagnostic dalam ilmu kedokteran,
khususnya radiologi, yang menghasilkan gambaran potongan tubuh
manusia dengan menggunakan medan magnet tanpa menggunakan
sinar X.
Pada umumnya pemeriksaan MRI tanpa menggunakan zat
kontras. Akan tetapi pada keadaan tertentu seperti pada tumor
diperlukan zat kontras untuk mengetahui bagaimana vascularisasi
pada tumor tersebut. Zat kontras terdiri atas unsur atom
Gadolinium (Gd3+). Unsur ini mengandung 7 elektron yang
terpisah sehingga mempunyai tenaga magnit yang besar. Saat ini
dengan ditambah DTPA (diethylene triamine pentaacetic acid).
Gd.DTPA ini di suntikan intra vena dengan dosis 0.1 mmol/kgBB
= 0.2 ml/kgBB.
Bila pasien beratnya 50 kg maka cukup 10 ml kontras.yang
dinilai ada tidaknya penyangatan (enhancement) dari kontras
20
tersebut. Dibandingkan dengan T1 sebelum kontras dan T1 sesudah
kontras . pada umumnya potongan sesudah kontras 3 dimensi,
aksial, koronal dan sagital.
Dengan MR dapat dibedakan bagian otak yang abu-abu
dengan bagian otak yang putih. Bagian otak yang putih
mengandung 12% lebih sedikit air dibandingkan dengan otak yang
abu-abu. Akan tetapi bagian yang putih mempunyai banyak lemak
dari pada otak yang abu-abu. Karena banyak mengandung lemak,
bagian otak yang putih mempunyai waktu T1 yang pendek dan T2
yang panjang.
Pada gambar T1: bagian otak yang abu-abu memiliki sinyal
yang lebih sedikit dibandingkan dengan bagian otak yang putih.
Cairan likuor tidak menghasilkan sinyal (hiporintens).
Pada gambar T2 bagian otak yang abu-abu mempunyai
sinyal intensitas yang lebih tinggi di bandingkan dengan otak yang
putih. Cairan likuor juga mempunyai sinyal intensitas tinggi
(hiperintens).
Lemak mempunyai sinyal intensitas tinggi yang sama pada
gambar T1 dan T2 dengan perubahan waktu relaksasi dapat
dibedakan antara bagian otak yang padat denga kista. Untuk
membedakan lesi tersebut mengandung lemak atau darah
diperlukan pemeriksaan dengan teknik Fat suppression atau
inversion recovery. Dimana bila memamng lemak maka akan
terjadi hipointens , bila bukan lemak akan tetaphiperintens.
21
tanda yang tidak langsung dari tumor seperti pergeseran tempat,
pendesakan atau pelebaran ventrikel dan edema perifokal yang
positif.
Tumor menyebabkan perubahan waktu relaksasi. Umor
ganas lebih sering mempunyai waktu relaksasi yang lebih panjang
daripada tumor jinak. mR dapat pula menunjukan pula bagian
tumor yang vital dan yang nekrosis. Bagian yang nekrosis
mempunyai sinyal sedikit. Edema perifokal memiliki waktu T 2
lebih lama, dan pada gambar T2 mempunyai sinyal intensitas
tinggi.
a) Astrositoma
Hanya sekitar 2% dan disertai edema perifokal. Tumor ini
lebih dari 80% mengandung sehingga pada gambar T1
mempunyai sinyal yang lemah dan gambar T2 mempunyai
sinyal intensitas tinggi. Pada pemberian kontras penyangatan
tergantung dari gradasi tumor tersebut. Pada grade 1 dan 2
tidak menyangat sedangkan grade 3 dan 4 menyangat kuat.
b) Metastasis intracranial
Hamper 90% disertai edema perifokal positif, sehingga
agak sukar dibedakan dengan glioblastoma. Perlu zat kontras
22
untuk mengetahui multiple lesi penyangatan. Yang sukar bila
lesi hanya satu, sedangkan primer ditempat lain ada seperti
diparu atau payudara.
c) Meningioma
CT Scan lebih baik mendiagnosis daripada MR, karena
tumor ini banyak mengandung perkapuran. Pada keadaan yang
meragukan, baru diperlukan zat kontras yang mengandung
unsur Gadolinium (Gd3+) pada umumnya menyangat,
disbanding gambar T1 sebelum dengan sesudah diberikan zat
kontras.
2.5. Tatalaksana
2.6. Prognosis
Astrositoma
23
Oligodendroglioma : prognosis lebih baik dari pada pasien
astrositoma.
24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
2. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi Edisi 9. Jakarta:
penerbit Buku Kedokteran EGC, 2013.
3. Sjamsuhidajat & de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2010.
26