You are on page 1of 4

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan

Ikatan Apoteker Indonesia 2016


e-ISSN : 2541-0474

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN


GAGAL GINJAL KRONIK
DI SALAH SATU RUMAH SAKIT SWASTA DI KOTA BANDUNG

Akhmad Priyadi*, Ester Mandalas, dan Juriah


Bagian Farmasi Klinis & Komunitas, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung (STFB), Bandung, Indonesia

*Corresponding author email: akhmadpriyadi@yahoo.com

Abstrak
Latar belakang: Hipertensi merupakan faktor pemicu terjadinya penyakit ginjal akut serta penyakit ginjal kronis
karena dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dalam ginjal sehingga mengurangi kemampuan ginjal untuk
memfiltrasi darah dengan baik.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat antihipertensi secara retrospektif dengan
gagal ginjal berdasarkan kriteria panduan penggunaan obat, sehingga dapat dilakukan upaya peningkatan penggunaan
secara tepat, aman, benar, efektif dan memastikan bahwa pasien menerima obat dengan rasional.
Metode : Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan deskriptif evaluative yang dilakukan secara
retrospektif dengan pengumpulan data obat-obat antihipertensi yang tersedia di depo farmasi rawat jalan, lalu
dilanjutkan dengan pengumpulan data rekam medik pasien.
Hasil penelitian : Jumlah pasien gagal ginjal kronik yang dievaluasi adalah 50 orang. Penggunaan obat antihipertensi
secara tunggal adalah sebanyak 56%, dengan golongan obat diuretik, CCB (calcium channel blocker), ACEI (angiotensin
converting enzyme inhibitor), ARB (angiotensin receptor blocker). Sebanyak 46% pasien menggunakan kombinasi ≥2
golongan obat antihipertensi (golongan CCB dan diuretik), pasien dengan tepat dosis adalah sebanyak 97,6%,
sedangkan pasien tidak tepat dosis sebanyak 2,4%.
Kesimpulan : berdasarkan hasil penelitian, secara umum penggunaan obat antihipertensi pada pasien gagal ginjal
kronik di rumah sakit tersebut sudah tepat. Namun masih terdapat kombinasi penggunaan obat antihipertensi yang
tidak tepat , masih terdapat ketidak tepatan dosis, dan potensi terjadinya interaksi obat.
Kata kunci : Hipertensi, Evaluasi penggunaan obat, golongan obat antihipertensi.

1. PENDAHULUAN keduanya tidak mampu untuk menjalankan


Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan fungsi regulatorik dan ekstetoriknya untuk
darah diastolik tetap yang lebih besar dari mempertahankan homeostatis.Gagal ginjal
90mmHg disertai dengan kenaikan tekanan darah kronik secara progresif kehilangan fungsi ginjal
sistolik 140 mmHg.Hipertensi disebabkan oleh nefronnya satu persatu yang secara bertahap
peningkatan tonus otot polos vaskular perifer, menurunkan keseluruhan fungsi ginjal (Naga,
yang Menyebabkan peningkatan resistensi 2012).
arteriola dan menurunnya kapasitas sistem Kita tidak dapat mengetahui dengan
pembuluh vena (Gormer, 2007)Faktor-faktor tepat pravelensi GGK sebetulnya, oleh karena
lingkungan seperti cara hidup dengan stress, diet banyak pasien yang tak bergejala atau dirujuk.
tinggi natrium, kegemukan dan merokok Angka yang lebih tepat adalah banyaknya pasien
merupakan faktor prodisposisi pribadi terjadinya GGK yang masuk fase terminal oleh karena
hipertensi, tekanan darah arteri diatur dalam memerlukan atau sedang menjalani dialisis. Dari
batas-batas tertentu untuk perfusi jaringan yang data yang didasarkan atas kreatinin serum
cukup tanpa menyebabkan kerusakan pada abnormal, saat ini diperkirakan pasien GGK
sistem vaskular, terutama intima arterial. Gagal adalah sekitar 2000 per juta penduduk (PJP).
ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit yang Kebanyakan diantara pasien ini tidak memerluan
terjadi setelah berbagai macam penyakit yang pengobatan pengganti karena sudah lebih dulu
merusak masa nefron ginjal sampai pada titik meninggal oleh sebab lain. Dibandingkan dengan
158
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

penyakit jantung koroner, strok, DM, dan penggunaan obat antihipertensi pada pasien
kanker, angka ini jauh lebih kecil, akan tetapi gagal ginjal kronik, pada pasien rawat
menimbulkan masalah besar. Dari data Negara jalan.Penelitian dilakukan dalam kurun waktu 3
maju didapatkan variasi yang cukup besar pada bulan yaitu oktober 2015 hingga desember 2015.
insiden berkisar antara lain perbedaan kriteria, Penelitian ini diawali dengan
geografis, etnik, dan fasilitas kesehatan yang penelusuran pustaka untuk memperoleh
disediakan (Lydia, 1999). informasi yang mendasari dan menunjang
Penelitian ini bertujuan untuk pelaksanaan penelitian.Penelusuran pustaka ini
mengevaluasi penggunaan obat antihipertensi dilakukan dari pustaka primer, sekunder dan
secara retrospektif dengan gagal ginjal kronik tersier.Penelusuran pustaka yang dilakukan
berdasarkan kriteria panduan penggunaan obat, mencangkup tentang hipertensi, gagal ginjal
sehingga dapat dilakukan upaya peningkatan kronik dan evaluasi penggunaan
penggunaan secara tepat, aman, benar, efektif obat.Selanjutnya dilakukan penetapan kriteria
dan memastikan bahwa pasien menerima obat pasien yang dijadikan sampel dan kriteria
dengan rasional. penggunaan obat untuk menilai ketepatan
penggunaan obat pada pasien.Pada penelitian ini
2. METODELOGI PENELITIAN dilakukan pengumpulan data obat-obat
Penelitian ini merupakan penelitian antihipertensi yang tersedia di depo farmasi
deskriptif kualitatif yang dilakukan secara rawat jalan.
retrospektif dengan tujuan mengevaluasi

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Jumlah pasien berdasarkan golongan untuk menurunkan tekanan darah yang tinggi
obat Antihipertensi pasien paling banyak pada pasien gagal ginjal kronik biasanya
menggunakan kombinasi golongan-golongan diperlukan kombinasi obat antihipertensi
obat antihipertensi yaitu sebanyak 23 pasien
dengan persentase ( 46%). Hal ini terjadi karena

Tabel 1. Jumlah pasien berdasarkan golongan obat antihipertensi

Golongan OAH Σ %
ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor) 2 4
ARB ( Angiotensin Receptor Blocker) 7 14
β-bloker 2 4
CCB ( Calcium Channel Blocker) 5 10
Diuretik 10 20
Kombinasi ≥ 2 golongan OAH 23 46
Vasodilator 1 2
Total 50 100

.Untuk penggunaan obat antihipertensi digunakan oleh 5 pasien dengan persentase


secara tunggal pasien gagal ginjal kronik paling (10%) , β-bloker digunakan oleh 2 pasien dengan
banyak menggunakan obat golongan Diuretik persentase (4%) , ACEI digunakan oleh 2 pasien
sebanyak 10 pasien dengan presentase (20%). dengan persentase (4%) dan vasodilator
Sementara ARB digunakan oleh 7 pasien dengan digunakan oleh 1 pasien dengan persentase (2%).
persentase sebesar (14%), golongan CCB

159
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

Tabel 2. Jumlah obat berdasarkan Ketepatan Dosis

Dosis Nama Obat Σ %


Dosis tepat 82 97.6
Dosis kurang 0 0
Dosis lebih Amlodipin 1 1,2
Zanidip 1 1,2
Jumlah obat 84 100

Pemberian amlodipin sebanyak 20 mg dosis lebih karena pasien mengalami kasus yang
perhari dimana seharusnya dosis amlodipin 10 berat.Pemberian obat pada masing-masing pasien
mg perhari sedangkan untuk pemberian zanidip memiliki dosis yang berbeda-beda.Di mana
10 mg sebanyak 3X2 tab , dimana seharusnya penyesuaian dosis didasarkan kepada tingkat
dosis zanidip adalah 10 mg per hari. Hal ini bisa keparahan gangguan ginjal.Serta efek terapi
mengakibatkan timbulnya gejala lain, hal ini setiap obat akan berbeda-beda pada setiap
bertujuan agar obat yang diekskresikan oleh individu terkait dengan fisiologis individu dan
ginjal yang melakukan kompensasi, tidak proses kinetika obat. Efek terapi yang optimal
terakumulasi dalam ginjal dan menyebabkan diperoleh dengan mempertimbangkan respon
toksisitas. Dan kemungkinan juga diberikan klinis pasien dengan menggunakan dosis
minimal terapi.

Tabel 3. Interaksi Obat

Interaksi Σ %
Tanpa Interaksi 49 98
Interaksi 1 2
Jumlah Pasien 50 100

Terdapat interaksi farmakodinamik 4. KESIMPULAN DAN SARAN


sebesar 2% antara furosemide dan 4.1. Hasil analisis data kuantitatif :
hidroclorotiazide. Dimana interaksi yang terjadi Berdasarkan dari hasil penelitian dapat
adalah efek diuretik antara kedua golongan obat, disimpulkan bahwa jumlah pasien dengan
sehingga akan menimbulkan efek dehidrasi , diagnosis gagal ginjal kronik yang mendapatkan
buang air kecil terus menerus, mulut kering, terapi obat anti hipertensi sejumlah 50 pasien,
jantung berdebar-debar, kepala pusing. Obat Antihipertensi yang sering digunakan pada
Penanganan yang dapat dilakukan agar tidak kelompok terapi tunggal yaitu golongan Calsium
terjadi interaksi yang merugikan adalah dengan Channel Blocker (CCB) (10%), golongan
pengawasan khusus yang diperlukan ketika Diuretik (20%) dan golongan Angiotensin
penggunaan kombinasi hidroclorotiazide dan Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) (4%),
furosemide, jika akan dilakukan penurunan ARB (14%),β-bloker(4%), vasodilator (2%),
dosis, sebaiknya diturunkan secara perlahan dan Obat Antihipertensi yang sering digunakan pada
hati-hati. Dilakukan monitor klinis seperti kadar terapi kombinasi yaitu kombinasi golongan
elektrolit, status cairan tubuh, tekananm darah Diuretik dan CCB (46%).
dan fungsi ginjal. Disarankan kepada pasien 4.2. Hasil analisis data kualitatif
untuk langsung menghubungi dokter yang Dari hasil evaluasi pasien secara umum
bersangkutan jika terdapat tanda-tanda dehidrasi, penggunaan obat antihipertensi pada pasien
mulut kering, cepat lelah, lemah, kram otot, gagal ginjal kronik di rumah sakit tersebut sudah
takikardia. tepat. Namun masih terdapat kombinasi
penggunaan obat antihipertensi yang tidak tepat,
160
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474

masih terdapat ketidak tepatan dosis, dan potensi


terjadinya interaksi obat , dimana pasien
menerima obat dengan tepat dosis 97,6 %, dan
terdapat ketidaktepatan penggunaaan dosis obat,
diantaranya dosis lebih besar 2,4%, untuk
duplikasi pada penelitian tidak ditemukan adanya
duplikasi. Berdasarkan interaksi obat terdapat
interaksi sebesar 2%.

DAFTAR PUSTAKA
1. Aida Lydia. Gagal Ginjal Kronik.Dalam :
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Edisi 3 1999. FKUI, Jakarta; 427-437.
2. Dipiro et al., 2008. Pharmacotherapy
Patophysiologic Approach (Seventh
Edition), United State : McGraw – Hill
Companies, Inc
3. Gormer, Beth, 2007, terj. Diana Lyrawati,
2008.Farmakologi Hipertensi
lyrawati.files.wordpress.com.
4. Naga, S.Sholeh. (2012). Buku Panduan
Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.Jogjakarta:
Diva Press.
5. Roesli, R., 2008. Hipertensi, diabetes, dan
gagal ginjal di Indonesia.Dalam: Lubis,
H.R., et al (eds). 2008. Hipertensi dan
Ginjal. USU Press, Medan: 95-108.
6. Supadmi, woro. 2011. Evaluasi Penggunaan
Obat Antihipertensi pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik yang menjalani hemodialisis.
Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 1, No. 1,
2011 : 67 - 80

161

You might also like