Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
B. BEBAN BEBAN YANG DIPERHITUNGKAN DAN MATERIAL PROPERTIS
C. KOMBINASI BEBAN TERMASUK GEMPA.
D. PROSEDUR DESAIN
E. PERIODE BANGUNAN
F. DRIFT ANTAR LANTAI
G. TABEL TULANGAN
H. TABEL GAYA UNTUK PERHITUNGAN PONDASI
I. KESIMPULAN
LAMPIRAN PRINT OUT KOMPUTER
A. PENDAHULUAN
B. REKAP RAB HARGA TOTAL
C. LAMPIRAN PERHITUNGAN M EXELL DAN HARGA SATUAN
OUTLINE GAMBAR
A. GAMBAR DENAH
B. GAMBAR PONDASI PILE CAP.
C. GAMBAR TULANGAN LANTAI
D. GAMBAR TULANGAN BALOK DAN SLOOF
E. TABEL TULANGAN KOLOM.
A. PENDAHULUAN.
Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan terhadap
keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu
perencanaan struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria kekuatan (strenght),
kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan umur rencana bangunan (durability).
dalam dunia konstruksi,akan tetapi selain keunggulan yang dimilikinya beton sebagai bahan
struktur bangunan juga memiliki beberapa kekurangan seperti kuat tarik yang rendah,
daktibilitas rendah, berat sendiri yang besar, dan bersifat getas (brittle). Sifat getas yang
dimiliki beton memungkinkan terjadinya keruntuhan mendadak akibat terlampauinya beban
batas, misalnya beban gempa. Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat
kasar, air yang kemudian mengeras membentuk benda padat. Pemilihan bahan atau material
dalam pembuatan beton sangat penting, selain dapat mempengaruhi mutu beton juga kita
mendaatkan material pembuatan beton yang efisien.
Perencanaan struktur atas harus mengacu pada peraturan atau pedoman standar yang
mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang, yaitu Persyaratan Beton
Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:2013)
Dalam melakukan pemodelan, analisis dan desain suatu struktur, perlu ada gambaran
mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur tersebut.Gaya statis adalah
gaya yang bekerja secara terus-menerus pada struktur dan mempunyai karakter steady-states.
Gaya dinamis adalah gaya yang bekerja secara tiba-tiba pada struktur, pada umumnya tidak
bersifat steady-states dan mempunyai karakteristik besar dan lokasinya berubah dengan
cepat.Pemodelan beban pada struktur digunakan untuk menyederhanakan di dalam
perhitungan analisis dan desain struktur.
Beban-beban yang bekerja pada suatu struktur dapat diklasifikasikan kedalam beberapa
kategori, yaitu :
a. Beban Mati
Beban mati adalah berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk
segala beban tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari gedung tersebut.
b. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan penghunian suatu
gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat
berpindah dan/ atau beban akibat air hujan pada atap.
c. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya karena
adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban angin ini ditentukan dengan
BELLA TAMINTA TARIGAN (15 0404 024)
PUTRA NATAL GINTING (15 0404 075)
GOHIRO RICHI.C. PANE (15 0404 085)
NIA SANTIA (15 0404 143) Page 4
TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN SIPIL (BETON)
menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (isapan angin), yang bekerja tegak
lurus pada bidang-bidang bangunan yang ditinjau.
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, besarnya tekanan
tiup angin ini harus diambil minimum 25 kg/m2 luas bidang bangunan yang ditinjau.
Sedangkan untuk di laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai tekanan tiup angin ini diambil
minimum 40 kg/m2, serta untuk daerah-daerah di dekat laut dan daerah-daerah lain dimana
kemungkinan terdapat kecepatan angin yang mungkin dapat menghasilkan tekanan tiup yang
lebih besar dari yang ditentukan di atas, maka tekanan tiup angin tersebut harus dihitung
dengan rumus:
p = V2/16 (kg/m2)
BAB II
PROSEDUR DESAIN
KETERANGAN :
BI = BALOK INDUK
= KOLOM
`
1. BALOK INDUK
Dik:
L1 = 5000 mm
1 1
l 5000 312,5mm
h = 16 16
1 1
h= l 5000 238,09mm
21 21
-ambil h= 300 mm.
1 1
b= h 300 150mm
2 2
2 2
b= h 300 300mm
3 3
-ambil b = 200 mm
CROSS CHECK
Dengan b =200 mm ,
h = 2b =2 x 200= 400 mm
300<h<400
3 3
h= b 200 300mm
2 2
jadi dipakai h= 300 mm dan b = 200 mm.
C. ESTIMASI UKURAN PELAT
Pelat direncanakan sebagai pelat dua arah. SNI beton pasal 9.5.3.2 (tabel 9.5c)
memberikan persyaratan tebal minimum pelat untuk membatasi agar defleksi yang terjadi
lebih kecil daripada defleksi yang diizinkan. Tebal yang dibawah tebal minimum masih
diperbolehkan, tetapi perlu dilakukan pengecekan terhadap defleksi yang lebih komprehensif.
Untuk sistem pelat tanpa balok interior, tabel dibawah bisa digunakan sebagai acuan dalam
penentuan tebal minimum pelat.
Sedangkan tebal minimum pelat dua arah dengan balok interior, tebal pelat dua arah dapat
ditentukan dengan pasal 9.5.3.3, yaitu sebagai berikut :
BELLA TAMINTA TARIGAN (15 0404 024)
PUTRA NATAL GINTING (15 0404 075)
GOHIRO RICHI.C. PANE (15 0404 085)
NIA SANTIA (15 0404 143) Page 8
TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN SIPIL (BETON)
a. Untuk αfm yang sama atau lebih kecil dari 0,2, harus menggunakan 9.5.3.2;
b. Untuk αfm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0, h tidak boleh kurang dari
fy
ln (0.8 + 1400 )
h = ≥ 125 mm
36 + 5β(αfm − 0.2)
fy
ln (0.8 + 1400 )
h = ≥ 90 mm
36 + 9β
dan tidak boleh kurang dari 90 mm;
d. Pada tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai rasio kekakuan αf tidak
kurang dari 0,8 atau sebagai alternatif ketebalan minimum yang ditentukan Pers. (b)
atau (b) harus dinaikan paling tidak 10 persen pada panel dengan tepi yang tidak
menerus. Bagian ln dalam (b) dan (c) adalah panjang bentang bersih dalam arah
panjang diukur muka ke muka balok. Bagian β dalam (b) dan (c) adalah rasio bentang
bersih dalam arah panjang terhadap pendek pelat.
dimana :
h = tebal total pelat
ln = panjang bentang bersih terpanjang pelat
β = rasio pelat terpanjang dan terpendek
αfm = nilai rata rata α pada keempat sisi pelat.
Dengan :
Ecb Ib
α = Ecs Is
Dimana :
Ecb = modulus elastis balok beton
Ecs = modulus elastis pelat beton
Ib = Inersia balok (gambar)
Is = Inersia pelat (gambar)
Maka perhitungan perencanaan tebal pelat dihitung terhadap pelat interior, yaitu
L/2 L/2
2 h
Hw
1
bw
(bw+2hw) ≤ (bw +2h)
L/2 L/2
Hw
bw
(ii) Untuk perhitungan Is
Dengan memasukkan nilai awal h = 120 mm, perhitungan inersia balok (Ib) adalah sebagai
berikut :
Dimensi Jarak
Luas
thd Statis Inersia Inersia
Tampang
No Lebar Tinggi Alas Momen Momen
B H A Y A*y A*y^2 Io
(cm) (cm) (cm2) (cm) (cm3) (cm4) (cm4)
Dimensi Luas
Inersia
Lebar Tinggi Tampang
No
B h A Io
(cm) (cm) (cm2) (cm4)
Jadi, α ≥ 2.0 dan ukuran pelat terpanjang dan terpendek sama (β =1), maka tebal pelat
minimum adalah sesuai dengan persamaan berikut adalah
fy
ln (0.8 + 1400 )
h = ≥ 90 mm
36 + 9β
370
4600(0.8 + 1400 )
h = ≥ 90 mm
36 + 9β
h = 108.794 mm ( ≥ 90 mm)
karena h minimum lebih kecil daripada nilai h yang diperkirakan, maka h rencana bisa
digunakan. Jadi tebal pelat yang digunakan adalah 120 mm
Ukuran kolom direncanakan dengan memperhitungkan jumlah kolom dan beban yang
dipikul oleh kolom. Untuk perencanaan awal, ukuran kolom diperkirakan sebagai dasar
perhitungan dan tahanan nominal tereduksi kolom akan dibandingkan terhadap beban
terfaktor. Jika tahanan nominal tereduksi kolom lebih besar, maka kolom bisa menahan
beban dan ukuran kolom bisa digunakan. Jika lebih kecil, maka ukuran kolom harus
diperbesar.
Sebagai acuan, lebar balok yang digunakan adalah 200 mm. Sesuai dengan pasal
21.5.1.4a, ukuran balok harus lebih besar daripada lebar kolom, maka taksiran awal ukuran
kolom persegi yang digunakan adalah 500 x 400 mm.
= 11 x (4.05)
= 44.55 ton
Berat Dinding tiap dinding tiap 4 m ( sb y) adalah
= (panjang dinding x tebal dinding x bj.dinding x tinggi dinding)
= 12 x (4600 x 0.25x 10-6 x 3600)
= 12 x (4.14)
= 49,68 ton
= 5000 – 400 mm
= 4600 mm
= 10 x (0,468)
= 6,48 ton
= 5107.05 kg
= 5.107 ton
Berat kolom = jumlah kolom x tinggi kolom x Luas penampang x berat jenis beton
= 30720 kg
= 30,72 ton
Jadi berat beban mati tambahan total yang dipikul bangunan adalah 114.87 ton
Maka, dengan memperkirakan kolom, berat beban yang dipikul tiap lantai adalah
477,66 ton
W ll =60,916 ton
Maka, ukuran kolom 500 x 400 mm dapat memikul beban maksimum bangunan. Dengan
ukuran kolom 500 mm x 400 mm, maka ditentukan besar tulangan yang diperlukan
berdasarkan SNI 2847-2013, yaitu:
1. Pasal 10.9.1 mensyaratkan rasio tulangan longitudinal (ρ) adalah 0.01 ≤ ρ ≤ 0.08.
dimana rasio tulangan adalah :
Ast
ρ = Ag
2. Pasal 10.9.2 mensyaratkan jumlah tulangan minimum yang harus dipasang pada
kolom persegi adalah minimal 4 tulangan pada kolom dengan sengkang persegi atau
sengkang cincin.
3. Pasal 7.10.5.1 mensyaratkan ukuran tulangan lateral pada kolom
a. D ≥ 10 mm jika D longitudinal ≤ 32 mm
b. D ≥ 13 mm jika D longitudinal ≥ 32 mm
4. Pasal 7.10.5.2 mensyaratkan spasi vertikal tulangan (S) lateral pada kolom
a. S ≤ 16 db (db untuk tulangan longitudinal)
b. S ≤ 48 db (db untuk tulangan lateral)
c. S ≤ ukuran kolom terkecil
Untuk kolom persegi dengan menggunakan tulangan sengkang ikat, r = 0.8, ϕ = 0.65.
jadi :
Jika menggunakan tulangan D28 ulir. Maka jumlah tulangan longitudinal yang digunakan:
Ast 6000
n = = = 9,7 = 10 buah
AD28 615,44
Pemeriksaan Po :
= 0.52 x 6396347 N
= 332,61 ton
Nilai Po akan diperiksa terhadap kolom yang memikul beban paling besar yaitu kolom yang
berada pada tengah bangunan dan memikul beban tangga.
1. Berat sendiri
Wk = Ak x hk x γbeton
= 0.12 x 12 x 2400
= 3456 kg
= 3.456 ton
= 4.476 ton
= 25 x 100 = 2500 kg
= 2.5 ton
= 5.035 ton
= 25 x 150 = 3750 kg
= 3.75 ton
Po ≥ Wu (AMAN)
maka , kolom 500 mm x 400 mm bisa menahan beban paling besar dan dapat digunakan
sebagai ukuran kolom rencana.
Maka, r = 14,43 cm
k x Lu 0.7 x 400
𝜆= = = 19,40 ≤ 40
r 14,43
𝜆 ≤ 40, maka kolom termasuk kolom pendek dan tidak mengalami tekuk..
Untuk Gedung Sekolah maka berdasarkan SNI 2012 masuk kategori resiko IV
Untuk Kategori resiko IV nilai faktor keutamaan gempa sama dengan 1,50
Maka Nilai Fa
Diperoleh Fv = 2
Nilai SDS yang diperoleh adalah :
2 2
𝑆𝐷𝑆 = ∗ 𝐹𝑎 ∗ 𝑆𝑠 = ∗ 1,6 ∗ 0,25 = 0,2666667
3 3
2 2
𝑆𝐷1 = ∗ 𝐹𝑣 ∗ 𝑆1 = ∗ 2 ∗ 0,2 = 0,2666667
3 3
𝑆𝐷1
T0=0,2 𝑆𝐷𝑆
0,2666667
= 0,2 x 0,2666667
= 0,2
𝑆𝐷1
Ts =𝑆𝐷𝑆
0,2666667
=0,2666667
=1
Apabila S1 lebih kecil dari 0,75, maka penentuan KDG berdasarkan tabel 4.5-3 maka
KDG bangunan Masuk ke kelas C
Pada struktur gedung direncanakan sebagai rangka beton bertulang pemikul momen
khusus
Maka dari tabel diperoleh 𝑅 𝑎 =8
Ta= 0,0466(12)0.9
= 0,436
Dimana:
SDs = parameter percepatan spektrum respons desain pada periode pendek
R = faktor modifikasi respons
Ie = faktor keutamaan gempa
SD1 = parameter percepatan spektrum respon desain pada periode 1 detik
T = periode fundamental struktur (detik)
0,26667 0,26667
0,044*0,26667*1,5 < < 8
8/1,5 0,436( )
1,5
0,0176<0,05<0,1146.................(OK)
V = Cs . W
= 0,05 (4784,45) KN
= 239,2225 KN
FX = CVX . V
𝐖 𝐡 𝒌
CVX 𝐗 𝐗
= ∑𝒏 𝐖
𝟏 𝐡𝑲
𝐢 𝐢
𝟏.𝟑𝟖𝟑,𝟓𝟒 𝐖 𝐡 𝒌
FX = 𝐗 𝐗
∑𝒏𝟏 𝐖𝐢 𝐡𝐢
𝑲
Nilai T = 0,436
Maka K=1 untuk T ≤ 0,5
Berat
Tinggi
Lantai
LANTAI hx K Hx ^ K Wx* (𝐇𝐱 𝐊 ) Cvx Fx Sa
Wx
(KN)
(KN)
3 12 936,37 12 11236,44 0,337 80,617 0,0861
BAB III
PERENCANAAN STRUKTUR TANGGA
Tangga akan nyaman digunakan bila pemakai tidak merasa sulit dan lelah saat
menggunakannya. Karena dalam mendesain tangga, perhatikan dulu siapa saya yang
menggunakan tangga; apakah mereka anak -anak atau orang lanjut usia. Intinya, siapapun
yang menggunakan tangga, mereka harus merasa nyaman.
Untuk memberikan rasa nyaman ketika menaiki tangga, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan saat perencanaannya, seperti :
· Kemiringan (kecuraman)
· Penggunaan borders
Panjang pijakan datar (riser atau aantrede) berkisar antara 20 cm sampai dengan 30 cm,
supaya langkahnya sesuai.
Tinggi pijakan (optrede) berkisar antara 15 cm sampai dengan 20 cm, supaya tidak terlalu
tinggi mengangkat kaki terutama bagi anak-anak dan orang tua.
Sudut kemiringan tangga berkisar 25 - 40 derajat
Syarat perencanaan antride dan optride tangga serta kemiringan tangga sebagai
berikut :
60 < (2t+I) < 65
Direncanakan tinggi optride (t) = 20 cm
Sehingga injakan (i) = 30 cm
- Jumlah tanjakan (nt) = 200/20 cm = 10 buah
- Jumlah Injakan = 10 – 1 =9 buah
2
- KemiringanTangga () = 𝑎𝑟𝑐 𝑡𝑎𝑛 = 34,59o
2.9
1.2.1Pembebanan Bordes
Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan yang digunakan berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal
11.1(1)
qu= 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 x 696 + 1,6 x 300
= 1315,2 kg/m2