You are on page 1of 28

a.

Indikasi lokal anestesi (H Hadogo, 1979) :

– Untuk keperluan penumpatan/penambalan gigi


– Untuk keperluan pencabutan gigi

– Untuk keperluan insisi abses

– Untuk keperluan operasi pengambilan impacted

– Untuk kepaerluan pembetulan rahang baik untuk estetika maupun

karena kecelakaan

b. Kontra indikasi lokal anestesi

Kontra indikasi lokal anestesi menurut Haryono Mangunkusumo

(1981):

1) Pada daerah yang mengalami infeksi karena dapat mengakibatkan:

– Organisme yang ada pada jaringan yang mengalami infeksi akan

terdesak kedaerah jaringan yang sehatdan menimbulkan

perluasan infeksi

– Anestetikum kerjanya tidak sempurna dan anestetikum tersebut

akan menambah cairan yang ada pada daerah itu, akan

menekan saraf-saraf pada daerah itu sehingga menyebabkan

rasa sakit

– Penyembuhan dari daerah infeksi akan terhalang

2) Tidak boleh dipakai pada pasien yang nervous , sebaiknya pada

pasien nervous menggunakan general anestesi

3) Apabila akan dilakukan multiple extraction lebih baik

mmenggunakan general anestesi karena pada general anestesi

bisa bekerja lebih steril, kita bekerja lebih tenang, ketegangan

pasien juga akan hilang


4) Pada pasien abnormal, karena pasien abnormal belum tentu bisa

menerima perawatan, sehingga dikhawatirkan jarum akan salah

masuk atau putus

5) Pada anak-anak kecil yang rewel sebaiknya kita lakukan general

anestesi. Tetapi bila pada tempat kita tidak bisa dilakukan general

anestesi, bisa menggunakan lokal anestesi asalkan kita bekerja

dengan cepat.

Ada beberapa kasus dimana penggunaan lokal anestesi tidak

diperbolehkan. Kasus-kasus ini perlu diketahui sehingga gejala-gejala

yang tidak menyenangkan dan akibat yang tidak diinginkan bisa

dihindari (Atlas of Local Anaesthesia in Dentistry, 1977).

Kontra indikasi tersebut meliputi :

1) Bila ada infeksi pada daerah injeksi atau pada titik dimana

anestetikum akan dideponirkan.

2) Bila ada infeksi Vincent atau infeksi mulut yang luas.

3) Bila pasien masih terlalu kecil (anak-anak) sehingga sulit

kooperatif

Laura Mitchell, David A. Mitchell, Loana Mc Caul (2009) juga

berpendapat bahwa kontra indikasi lokal anaestesi meliputi :

1) Pasien tidak kooperatif (dengan berbagai penjelasan)

2) Infeksi di sekitar tempat suntikan.

3) Pasien dengan kelainan perdarahan.

4) Sebagian besar bedah mayor

c. Macam lokal anestesi menurut Haryono Mangunkusumo (1981) :

1) Refrigeration anestesi :
untuk membekukan protoplasma sel-sel akhiran saraf sensibel

sehingga mengadakan keadaan anestesi disitu.

2) Topical anestesi :

anestetikum dioleskan pada membrana mukosa pada daerah itu

dengan konsentrasi yang kuat dan tinggi dan kita lakukan

langsung diatas jaringan yang akan kita anestesi

3) Infiltrasi aneastesi :

akhiran saraf sensibel didaerah operasi diblokir langsung dan

metode ini dipakai dengan syarat dalam operasi yang kecil,

operasi tidak makan waktu lama dan daerah itu tidak mengalami

infeksi

4) Nerve blocking anestesi :

batang saraf diblockir pada tempat-tempat dimana saja, asal

diantara otak dan daerah operasi, pemakaian metode ini apabila

kita menjumpai tulang atau jaringan yang keras dan juga bila ada

infeksi pada daerah itu dimana infiltrasi anestesi tidak bisa dipakai

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menentukan

macam anestesi yang akan diberikan (Haryono Mangukusumo, 1981) :

1. Perluasan operasi : sampai dimana operasi harus dikerjakan

2. Daerah operasi

3. Keadaan umum pasien

4. Bila terjadi infeksi, kita harus memperhatikan perluasan infeksi dalam

jaringan

5. Kita harus memperhatikan temperamen pasien


Geoffrey L. Howe (1999) mengatakan bahwa dokter gigi harus

mengetahui indikasi dan kontra indikasi lokal anestesi maupun general

anestesi sebelum menentukan anestesi mana yang akan dilakukan untuk

tindakan pencabutan gigi. Pemilihan bentuk anestesi yang salah biasanya

disebabkan karena terburu-buru. Dokter gigi harus belajar untuk

memperkirakan dengan akurat waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan setiap pencabutan gigi. Ini memungkinkan ia memilih

bentuk anestesi yang memberikan cukup waktu untuk menyelesaikan

tugasnya.

Faktor lokal dan umum menentukan pilihan anestesi untuk

pencabutan gigi tertentu (Geoffrey L. Howe, 1999) :

Faktor umum yang mempengaruhi pemilihan anestesi :

– Pasien yang badannya sangat besar atau gemuk

Pasien yang badannya sangat besar terkadang tidak cocok dengan

anestesi umum yang dilakukan di kursi dokter gigi, khususnya bila pasien

tersebut juga pecandu alkohol.

Pasien dengan penyakit sistemik

Penyakit sistemik mungkin adalah faktor penentu yang mempengaruhi

pemilihan anestesi. Setiap penyakit yang mempengaruhi efisiensi jalan

napas normal adalah kontra indikasi terhadap anestesi umum di klinik

dokter gigi. Bronkitis kronis, emfisema, bronkiektasis, asma, tuberkulosis,

dan merokok yang berlebihan mempengaruhi pertukaran udara, sedangkan

obstruksi hidung, paralisis pita suara, dan lesi pada leher dapat

mengganggu jalan udara.Beberapa ahli menyarankan agar pada penderita

penyakit kardiovaskuler digunakan larutan anestesi lokal tanpa adrenalin,


tetapi sebagian besar ahli berpendapat bahwa sejumlah kecil adrenalin

yang diberikan pada perawatan gigi ternyata bermanfaat karena

menghasilkan anestesi yang lebih pasti, lama dan dalam, serta mengurangi

jumlah adrenalin yang diekskresikan oleh tubuh pasien sendiri sebagai

respons terhadap rasa sakit atau takut. Pasien penderita penyakit jantung

parah harus disarankan ke rumah sakit untuk pencabutan gigi, apapun

bentuk anestesi yang digunakan.

– Pada wanita hamil trimester pertama dan terakhir

Banyak ahli anestesi menghindari pemberian anestesi umum di klinik

dokter gigi pada wanita hamil dengan kehamilan trimester pertama dan

terakhir karena mereka takut bila periode anoksia selama anestesi dapat

membahayakan janin. Kehamilan bukan merupakan kontra indikasi

terhadap penggunaan anestesi lokal.

– Pada penyakit hemoragik yang langka

Anestesi lokal sebaiknya tidak digunakan pada penyakit hemoragik yang

langka, seperti hemofili, penyakit Christmas, dan penyakit von Willebrand,

karena perdarahan pada tempat tusukan dan jalannya jarum suntik.

Mengingat resiko bahaya yang menyertai pencabutan gigi pada pasien ini,

maka sebaiknya pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit dengan disertai

pemberian darah lengkap.Secara umum,pasien dengan kategori resiko

anastesi tinggi harus dirawat sebagai pasien rawat inap, baik dengan

anestesi lokal maupun anestesi endotrakeal.

Faktor lokal penentu pemilihan anestesi

– Infeksi akut pada daerah kerja


Adanya infeksi akut pada daerah kerja merupakan kontra indikasi bila

dilakukan anestesi lokal karena suntikan cairan anestesi lokal ke dalam

daerah peradangan akut dapat menyebarkan infeksi dan jarang

menghasilkan efek anestesi. .

– Pasien yang meminum obat tertentu

Pasien yang meminum obat untuk penyakit sistemik

Penting untuk mengetahui penggunaan obat saat pasien datang,

karena beberapa obat yang diresepkan untuk penyakit sistemik dapat

mempengaruhi penggunaan anestesi. Banyak pasien tidak mengetahui

nama obat yang mereka minum. Untuk itu, bila meragukan, dokter gigi

harus menghubungi dokter pasien sehingga dapat diketahui pengobatan

yang diterima pasien sebelum dilakukan perawatan gigi. Disamping itu,

dokter gigi juga dapat menerima petunjuk tentang keparahan kondisi

pasien dan hubungannya dengan perawatan gigi.

Pasien yang meminum obat kelompok antidepresi trisiklik

Tindakan khusus harus dilakukan bila anestesi lokal diperlukan oleh

pasien yang meminum obat kelompok antidepresi trisiklik, yang juga

digunakan untuk anak-anak yang suka ngompol. Telah ditunjukkan bahwa

efek noradrenalin sangat terpengaruh oleh obat-obatan kelompok trisiklik

sedangkan adrenalin sedikit terpengaruh. Vasokonstriktor seharusnya tidak

disuntikkan pada pasien yang meminum obat antidepresi trisiklik karena

bahaya terjadinya hipertensi atau aritmia jantung. Pada keadaan seperti ini

harus dipilih penggunaan anestedi lokal yang tidak mengandung adrenalin

atau noradrenalin, atau preparat prilokain yang mengandung felipresin


yaitu vasokonstriktor nonamin (Citanest dengan Oktapressin). Hipertensi

yang parah ditandai denga sakit kepala yang parah dan mendadak.

Biasanya gejala ini bersifat sementara, dapat terkomplikasi dengan

perdarahan intrakranial atau gagal jantung akut.

Pasien yang meminum obat sulfonamid

Meskipnun prokain sekarang jarang digunakan dalam kedokteran

gigi, perlu dicatat bahwa bahan anestesi lokal ini tidak boleh digunakan

pada pasien yang minum obat-obatan sulfonamid untuk perawatan

penyakit sistemik. Karena kelompok obat antibakteri ini mengandung rantai

asam para-amino benzoat yang sama dengan prokain, secara teoritis

keduanya mempunyai efek saling menetralkan bila diberikan bersamaan.

Meskipun fenomena ini belum pernah dibuktikan secara klinis, kombinasi

keduanya sebaiknya dihindari. Pasien dengan riwayat hipersensitivitas

terhadap sulfonamid sebaiknya tidak diberikan bahan anestesi lokal yang

mengandung rantai asam para amino benzoat.

Menurut Narlan Sumawinata (2013), dengan banyaknya anestetik

lokal yang tersedia diperlukan pertimbangan yang seksama dalam memilih

anestetik tersebut agar sesuai dengan keadaan pasien yang akan dirawat.

Beberapa pertimbangan dalm pemilihan anestetik lokal adalah waktu yang

diperlukan dalam pengendalian nyeri selama perawatan, kebutuhan akan

terkendalinya nyeri setelah tindakan selesai, kemungkinan terjadinya self-

mutilation setelah tindakan selesai, kebutuhan akan hemostasis selama

perawatan, dan status fisik pasien.

Secara rinci, pertimbangan tersebut adalah :

a. Waktu yang diperlukan dalam pengendalian nyeri selama perawatan. .


Kita harus mengenal tentang berbagai anestetik dengan durasi

anestesinya, baik pada pulpa maupun jaringan lunak.

b. Kebutuhan akan terkendalinya nyeri setelah tindakan selesai.

Jika diperkirakan akan timbul nyeri paska tindakan, maka diperlukan

anestetik yang berdurasi panjang. Anestetik yang berdurasi anestesia

sebentar dapat digunakan pada prosedur yang non traumatis.

c. Kemungkinan terjadinya self- mutilation setelah tindakan selesai .

Anestesi yang berdurasi pendek juga dipakai jika anestesia paska

tindakan justru membahayakan pasien, misalnya pada pasien anak-

anak dan pasien gangguan mental.

d. Kebutuhan akan hemostasis selama perawatan.

Jika diperlukan hemostasis selama perawatan, biasanya bisa diberikan

larutan anestetik yang mengandung epinephrine dengan kadar 1 :

50.000 atau 1 : 100.000

e. Status fisik pasien

Status fisik atau status medis pasien terkait dengan indikasi dan

kontraindikasi pemakaian anestetik lokal, ada dua macam indikasi, yaitu

indikasi absolut dan indikasi relatif. Kontraindikasi absolut adalah

anestetik tersebut tidak boleh digunakan pada pasien apapun

kondisinya. Pada kontraindikasi relatif, dianjurkan untuk menghindarkan

pemakaian obat yang dicurigai dapat meningkatkan resiko yang akan

membahayakan tubuh. Alternatifnya adalah obat yang tidak masuk

golongan kontraindikasi. Akan tetapi jika obat alternatif tidak ditemukan,

obat yang masih diragukan tersebut bisa dipakai dengan sangat hati-

hati. Kehamilan dan periode menyusui merupakan kontraindikasi relatif


bagi anestesi lokal terutama pada trimester pertama. Anestetik lokal dan

vasokonstriktor bukan suatu material yang teratogen sehingga dapat

diberikan pada wanita hamil.

Jenis Anestetik Lokal Berdasarkan Struktur Kimia

Berdasarkan jenis perangkainya, dikenal pembagian anestetik

lokal menjadi golongan ester dan golongan amida. Ada pula yang

membaginya menjadi golongan amida, golongan ester, dan golongan

amida-ester (misalnya artikain). Malamed (2004) mengklasifikasikan

anestetik lokal ini atas golongan amida, ester, dan golongan quinoline.

Anestetik Golongan Amida

Golongan ini merupakan golongan anestetik lokal yang banyak

dipakai, mungkin karena alergenisitasnya yang relatif kurang. Golongan

amida terbagi atas tiga golongan yakni xylidine, toluidine, dan

thiopene.gugus metil. Contoh golongan xylidine adalah lidokain. Contoh

golongan toluidine adalah prilokain (Citanest). Thiophenememiliki

penetrasi yang baik ke dalam mukosa dan tulang, Contoh: artikain

(articaine).

Lidokain

Lidokain atau Lidocaineadalah anestetik lokal golongan amida

derivat xylidine.Awitan obat ini tergolong cepat (2-3 menit), karena

cenderung menyebar dengan baik ke seluruh jaringan. Lidokain 2%

dengan vasokonstriktor memberikan anestesia yang dalam dengan durasi

medium.
Lidokain digunakan untuk anestesi topikal, infiltrasi, block, spinal,

epidural, dan kaudal. Juga digunakan secara intravena untuk mengobati

aritmia jantung selama pembedahan.

Dalam kedokteran gigi, lidokain 2% digunakan untuk anestesi

infiltrasi dan block dengan 1:50 000 atau 1:100 000 epinefrin. Lidokain

untuk anestesia topikal diracik dalam bentuk salep 5%, semprotan 10%,

dan larutan kental 2%. Awitannya cukup cepat, sekitar 2-3 menit. Lidokain

dengan epinefrin dapat memberikan anestesia jaringan pulpa selama 1-

1,5 jam. Anestesia jaringan lunak dapat bertahan sampai 3-4 jam.

Lidokain berisi 1:50 000 epinefrin digunakan untuk hemostasis selama

pembedahan.

Mepivakain

Mepivakain (mepivacaine) (nama dagang Carbocaine, Polocaine,

Isocaine) adalah suatu derivat xylidine. Kecepatan awitan, durasi, potensi,

dan toksisitasnya sama dengan lidokain. Toksisitas berada pada katagori

1,5 sampai 2 (prokain = 1; lidokain = 2). Obat ini dimetabolisme di dalam

hepar dan diekskresi melalui ginjal dengan 1-16 persennya diekskresikan

tanpa perubahan.

Secara topikal, obat ini tidak efektif tetapi obat ini digunakan untuk

anestesi infiltrasi, block, spinal, epidural, dan kaudal. Dalam kedokteran

gigi yang biasa dipakai adalah larutan 2% dengan lefonordefrin (Neo-

Cobefrin) 1:20 000. Karena mepivakain menimbulkan lebih sedikit

vasodilatasi dibandingkan lidokain, obat ini bisa digunakan dalam larutan

3% tanpa vasokonstriktor untuk prosedur yang pendek.


Prilokain

Prilokain atau disebut juga propitocaine, dipasarkan dengan nama

dagang Citanest, dan Citanest Forte, secara kimia terkait dengan lidokain

dan mepivakain. Secara kimia, lidokain dan mepivakain adalah derivat

xylidine, sedangkan prilokain adalah derivate toluidin. Prilokain tidak

begitu toksik dan tak sepoten lidokain tetapi durasi kerjanya sedikit lebih

lama. Telah terbukti bahwa obat ini dapat menimbulkan anestesia lokal

yang memuaskan dengan kadar obat rendah dan tanpa epinefrin.

Prilokain biasanya dipakai untuk anestesi block, infiltrasi, epidural,

dan kaudal. Di pasaran tersedia dalam kadar 4% baik tanpa atau dengan

epinefrin 1:200 000. Dalam kedokteran gigi biasanya digunakan untuk

kasus yang memerlukan durasi anestesia yang lama atau bila diperlukan

pemakaian epinefrin yang paling rendah (1:200 000).

Bupivakain
Bupivakain lebih poten dari lidokain, mepivakain, dan prilokain,

dan sangat kurang toksik dibandingkan dengan lidokain dan mepivakain.

Keunggulan utama bupivakain adalah durasi anestesia yang

ditimbulkannya lebih lama.Bila dibandingkan dengan lidokain-epinefrin,

awitan bupivakain-epinefrin sedikit lebih lambat (sekitar 6-10 menit), tetapi

durasi anestesianya paling sedikit dua kali lipat lidokain. Di pasaran

tersedia dalam kartrid larutan 0,5% dengan 1:200 000 epinefrin.

Bupivakain dapat diperoleh di pasaran dengan merek dagang Marcaine

(keluaran Eastman Kodak)..

Anestetik Golongan Ester

Termasuk golongan ini adalah prokain, tetrakain, dan benzokain


– Prokain

Prokain merupakan anestetik lokal suntikan yang pertama kali dibuat.

Nama dagangnya adalah Novocaine. Prokain merupakan anestetik

lokal dengan efek vasodilatasi yang paling kuat. Oleh karena itu,

prokain 2% tanpa vasokonstriktor hanya memberikan anestesia

jaringan selama 15-30 menit dan sama sekali tidak memberikan efek

anestesia pada jaringan pulpa.

Pemakaian dalam kedokteran gigi adalah dalam dosis 2%

dikombinasikan dengan obat yang lebih poten, propoksikain. Prokain

dihidrolisis dalam plasma menjadi PABA (para amino benzoic acid).

PABA dapat menghambat daya kerja sulfonamid, sehingga derivat

PABA hendaknya tidak diberikan bersama-sama dengan sulfonamid.

– Propoksikain

Propoksikain adalah anestetik lokal golongan ester.Nama dagangnya

adalah Ravocaine.

Obat ini memiliki awitan yang cepat (2-3 menit) namun dengan

toksisitas tinggi (7-8 kali prokain).Oleh karena itu, berhubung

toksisitasnya yang tinggi, obat ini tidak diberikan secara tunggal

melainkan dikombinasikan dengan prokain.

Kombinasi Prokain dengan Propoksikain

Walaupun jarang digunakan, kombinasi kedua obat ini masih patut di-

perhitungkan dalam khasanah anestesia lokal kedokteran gigi.Manakala

golongan amida merupakan kontraindikasi absolut, atau ketika gagal


memberikan anestesia yang cukup, kombinasi obat ini mungkin

bermanfaat.

Anestetik Lokal Golongan Amida-Ester (Hibrid)

– Artikain

Potensinya dilaporkan 1,5 kali potensi lidokain dan 1,9 kalipotensi

prokain sedangkan toksisitasnya 0,6 kali lidokain dan 0,8 kali prokain

dan dosis maksimum yang direkomendasikan pabriknya adalah 7,0

mg/kg berat badan. Efek vasodilatasinya sebanding dengan lidokain.

Artikain diekskresikan melalui ginjal; 10 persennya tidak mengalami

perubahan bentuk didalam urin.

Kontraindikasi penggunaan artikain adalah pasien yang mengidap

methemoglobinemia idiopatik atau kongenital, anemia, atau gagal

napas atau gagal jantung yang terlihat dengan adanya hipoksia.

Anestetik Lokal Golongan Quinoline

– Centbucridine

Centbucridine adalah derivat quinoline, dengan potensi lima sampai

delapan kali lidokain dan dengan awitan dan durasi anestesia sama

dengan lidokain. Dilaporkan, obat ini tidak memengaruhi sistem saraf

pusat dansistem kardiovaskuler, kecuali jika dosisnya besar yang bisa

menstimulasi sistem saraf pusat.

Absorpsi

Absorpsi anestetik lokal terkait dengan anestesia jaringan dan toksisitas

yang ditimbulkannya jika dosis yang diabsorpsi berlebihan. Absorpsi

anestesi lokal bergantung pada:


 Vaskularisasi jaringan

 Inflamasi jaringan,

 Vasokonstriktor, dan,

 Jalur pemberian, apakah secara oral, topikal, atau penyuntikan.

Distribusi

Setelah diabsorpsi, anestetik lokal akan didistribusikan ke seluruh tubuh.

Anestetik lokal dapat menembus plasenta dan barier otak-darah.

Kelarutan dalam lemak dari anestetik lokal tertentu akan memengaruhi

potensinya. Contohnya, bupivakain dalam larutan 0,5%, sepuluh kali Iebih

larut dalam lemak dibandingkan dengan lidokain 2%.

DOSIS

Dosis Anestetik Lokal

Besaran anestetik lokal dalam suatu larutan (kartrid) biasanya dinyatakan

dalam persen dan nominalnya dalam miligram (mg) per mililiter (ml).

Lidokain 2% berarti terdapat 2g lidokain di dalam 100 ml larutan, atau 20

mg per ml. Jadi, di dalam kartrid 2ml lidokain 2% terdapat 40 mg lidokain.

Sifat-sifat Ideal Anestetik Lokal

Tidak merusak saraf secara permanen

Toksisitas sistemik rendah

Awitan cepat dan durasi lama

Larut dalam air

Tidak menimbulkan alergi

Stabil dalam larutan

Stabil setelah disterilkan

Berpotensi anestesi dengan dosis aman


Efektif pada jaringan/mukosa dan

Mudah mengalami iotransformasi

Isotonik dengan jaringan

C2. VASOKONSTRIKTOR

Vasokonstriktor menurut Narlan Suma Winata (2013) :

Semua obat anestetik lokal bersifat vasodilator, kecuali kokain,

dengan derajat yang berbeda-beda. Contoh yang bersifat vasodilator kuat

adalah prokain sedangkan yang bersifat vasodilator lemah adalah

prilokain dan mepivakain. Berdilatasinya pembuluh darah ini akan

menyebabkan meningkatnya absorpsi obat ke dalam pembuluh darah

sehingga anestetik akan cepat menghilang dari tempat anestesi dan

akibatnya efek anestesianya pun akan cepat menghilang atau tidak

efektif. Selain itu, meningkatnya kadar obat dalam plasma akan

meningkatkan risiko keracunan dan pendarahan (bleeding). Penambahan

vasokontriktor (epinefrin) ke dalam obat anestetik (kokain) guna

memperpanjang durasi anestesia diperkenalkan oleh Heinlich Baun yang

menyebut tekniknya ini sebagai teknik torniket kimia.

Manfaat Penambahan Vasokonstruktor

Penambahan vasokontriktor ke dalam anestetikum memberikan

beberapa keuntungan yakni diperolehnya peningkatan dalam durasi dan

kualitas anestesia, membantu berkurangnya pendarahan (membantu


hemostatis), dan meningkatkan keamanan yakni mengurangi risiko

terjadinya keracunan (toksisitas).

Durasi anestesia oleh lidokain tanpa vasokontriktor berbeda

dengan anestesia oleh lidokain yang diberi vasokonstriktor.Demikian juga

dengan prokain.Walaupun demikian, terdapat beberapa anestetik yang

tersedia tanpa diberi vasokontriktor, misalnya mepivakain dan prilokain

karena sifat vasodilator kedua anestetik ini tidak sekuat lidokain.

Hemostasis selama tindakan biasanya sangat bermanfaat saat

melakukan tindakan bedah di dalam rongga mulut. Infiltrasi anestetik lokal

yang mengandung epinefrin dapat mengurangi kehilangan darah selama

tindakan bedah dan memudahkan visualisasi daerah operasi. .

Potensi Risiko Pemakaian Vasokonstriktor dalam Anestetik Lokal

Sama seperti pemakaian obat lain, pemakaian vasokonstriktor pun

harus mempertimbangkan manfaat dan risikonya. Faktor risiko bagi

pemberian vasokonstriktor adalah pasien dengan penyakit sistemik,

pasien yang sedang mengonsumsi obat yang mungkin bisa berinteraksi

dengan vasokonstriktor, pasien hamil, dan pasien yang peka terhadap

sulfit.

Pasien dengan Penyakit Sistemik

American Heart Association (AHA)dan American Dental

Association (ADA) tahun 1964 merekomendasikan bahwa vasokonstriktor

bukan merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan penyakit

kardiovaskuler asal diberikan dengan hati-hati, perlahan, dan didahului

dengan aspirasi. Dosis vasokontriktortidak melebihi 1:50000. Pada tahun


1986, dinyatakan bahwa vasokonstriktor dapat digunakan dalam praktik

kedokteran gigi asal prosedurnya singkat dan analgesianya cukup

dalam.Selain itu hindari injeksi intravaskuler dan gunakan dosis

vasokonstriktor seminimal mungkin.

Kehamilan

Adakalanya prosedur perawatan ditunda dahulu karena pasien

sedang hamil. Namun, bila penundaan tidak mungkin dilakukan,

perawatan, termasuk pemberian anestetik lokal untuk pereda nyeri, harus

dilakukan hati-hati agar tidak membahayakan ibu dan fetusnya.

Interaksi Obat

Anestetik lokal bisa pula berinteraksi dengan obat yang sedang

diminum pasien. Interaksi obat dengan obat terutama terjadi dengan

vasokonstriktor, sehingga anamnesis mengenai obat yang sedang

digunakan oleh pasien harus dilakukan dengan cermat dan pada pasien

tersebut diberikan anestetik lokal tanpa vasokonstriktor.

Kadar Vasokonstriktor dalam Anestetik Lokal

Besaran vasokontriktordi dalam anestetik lokal biasanya dituliskan

sebagai suatu ratio, misalnya 1:1000. Dosis maksimum vasokonstriktor

biasanya dinyatakan dalam miligram. Ratio di atas (1:1000) berarti

terdapat 1 gram (atau 1000 mg) solut di dalam 1000 ml larutan (solution).

Dengan demikian suatu pengenceran 1:1000 mengandung 1000 mg di

dalam 1000 ml atau 1,0 mg/mI Iarutan.


Jenis Vasokonstriktor
– Epinefrin

Nama dagang epinefrin (epinephrine) adalah Adrenalin. Epinefrin

adalah suatu garam asam dan larut dengan baik di dalam air. Obat ini

bisa mengalami kerusakan karena oksidasi; oksidasi bisa dipercepat

oleh panas dan ion logam berat. Guna memperlambatnya biasanya

ditambahi natrium bisulfit. Umur kartrid anestetik yang mengandung

vasokonstriktor biasanya lebih singkat daripada kartrid anestetik yang

tidak mengandung vasokonstriktor.

Aplikasi klinis epinefrin adalah pada manajemen reaksi alergi akut,

manajemen bronkospasme, perawatan henti jantung, sebagai

vasokonstriktor guna hemostasis, sebagai vasokonstriktor pada

anestetik guna menurunkan absorpsi dan meningkatkan durasi kerja,

dan untuk menimbulkan midriasis.

Epinefrin adalah vasokonstriktor yang paling poten dan paling banyak

digunakan dalam kedokteran gigi. Guna pengendalian nyeri

hendaknyadigunakan dosis yang paling kecil dahulu. Jakob (2004)

mengemukakan bahwa untuk anestesia pulpa dan jaringan lunak

cukup digunakan epinefrin dengan lidokain 1:200 000, sedangkan jika

diinginkan pengendalian nyeri yang lebih lama dapat digunakan

lidokain/epinefrin 1:100 000.

– Norepinefrin (Levarterenol)

Nama dagangnya adalah Levophed, Noradrenalin; levarterenol adalah

nama resmi norepinefrin.


Norepinefrin sebagai bitartrat di dalam kartrid dental merupakan

larutan asam yang relatif stabil, tetapi akan berubah jika terkena

cahaya dan udara. Umur kartrid berisi norepinefrin bitartrat kurang

lebih 18 bulan. Untuk menghambat perusakan biasanya ditambahi

dengan aseton-natrium bisulfit.

Norepinefrin digunakan sebagai suatu vasokontriktor di dalam

anestetik lokal. Penggunaan lainnya adalah dalam manajemen

hipotensi. Di dunia kedokteran gigi, penggunaan norepinefrin

bervariasi menurut negara pembuatnya. Di Amerika Serikat,

norepinefrin terdapat dalam anestetik lokal propoksikain dan prokain

dalam pengenceran 1:30 000. Di Jerman, norepinefrin dimasukkan

dalam lidokain, mepivakain, sebagai kombinasi norepinefrin dengan

lidokain. Di Jepang dijumpai dalam preparat tolycaine.

– Felipresin

Mekanisme kerja felipresin adalah sebagai stimulan langsung pada

otot polos pembuluh darah. Kerjanya lebih menonjol pada

mikrosirkulasi vena dibandingkan dengan pada arteri. Obat ini memiliki

efek antidiuretik dan oksitosik sehingga dikontraindikasikan pada

pasien yang sedang hamil.

– Levonordefrin

Levonordefrin digunakan di klinik sebagai vasokonstriktor anestetik

lokal. Obat ini biasanya dicampur dengan mepivakain atau dengan

pro- poksikain/prokain dalam pengeceran 1:20 000.

PARESTESIA: Sesudah injeksi mandibular atau mentalis mungkin akan


timbul sensasi tingling atau matirasa pada bibir bawah dalam waktu yang

cukup lama. Biasanya disebabkan oleh trauma langsung pada batang

saraf. Trauma seperti ini paling sering berhubungan dengan ekstraksi,

terutama apabila n. alveolaris inferior sangat dekat dengan akar gigi

posterior.

Pada kasus parestesia yang terjadi sesudah injeksi untuk prosedur

operatif, dianggap bahwa kondisi ini disebabkan karena trauma jarum

suntik yang mengenai batang saraf. Keadaan ini lebih sering terjadi pada

kasus injeksi mentalis. Gejala-gejala parestesi berangsur-angsur reda

dan penyembuhan biasanya sempurna.

Pada pemakaian obat anestetik lokal terdapat potensi terjadinya

komplikasi (Narlan Sumawinata, 2013). Komplikasi tersebut dibagi atas

komplikasi lokal (efek lokal) dan komplikasi sistemik (efek sistemik), yang

penjelasannya sebagai berikut:

 Efek Lokal

Beberapa efek lokal yang tidak diharapkan yang dapat dikumpulkan

dari literatur adalah infeksi, hematoma, anestesia yang persisten atau

parestesia, paralisis nervus fasialis, trismus, nyeri atau rasa terbakar

saat penyuntikan, edema, cedera jaringan lunak, dan lesi intraoral


pasca anestesi.

 Infeksi

Infeksi setelah penyuntikan anestetik lokal dalam kedokteran gigi

biasanya jarang terjadi berkat dipakainya instrumen sekali pakai.

Anestetik lokal dianjurkan untuk tidak disuntikkan di daerah terinfeksi

karena adanya risiko penyebaran infeksi.Penyebab utama terjadinya

infeksi adalah terkontaminasinya jarum sebelum disuntikkan.Biasanya

hal ini terjadi jika jarum menyentuh membran mukosa di rongga mulut.

Penyebab lain adalah penanganan alat dan penyiapan daerah kerja

yang kurang steril, dll.

Infeksi yang terjadi bisa pula berupa infeksi silang, yakni terjadinya

infeksi karena kontaminasi antara operator, pasien, atau

perawat.Faktor lokal yang bisa menyebabkan dokter gigi atau perawat

terinfeksi silang adalah karena faktor kelalaian, misalnya tertusuk

jarum yang telah dipakai pada pasien yang mengidap penyakit

menular seperti hepatitis.Untuk menghindari hal ini, alat suntik

hendaknya tidak dibiarkan terbuka di tempat menyimpannya (baki

alat), atau kalau ada, memakai safety syringe. Hal lain yang tidak

kurang pentingnya adalah memberikan vaksinasi hepatitis baik pada

dokter maupun pada perawat. Apabila tertusuknya jaringan tubuh oleh

jarum suntik telah terjadi, maka tindakan yang sebaiknya diambil

adalah membiarkan pendarahan luka, periksa status hepatitis operator

dan pasien dan catatlah kejadian ini dalam status.

 Hematoma

Adakalanya, terjadi pendarahan setelah injeksi. Dalam keadaan


normal, pendarahan (bleeding) yang terjadi biasanya sedikit sekali

sehingga pasien tidak menyadarinya. Jika terjadi pendarahan yang

banyak, akan mengakibatkan pembengkakan dan akan menjadi iritan

untuk jaringan sehingga menimbulkan nyeri dan trismus. Namun

hematoma makin lama akan menghilang perlahan-lahan. Kadang-

kadang, pada hematoma yang terjadi di otot pterygoideus medialis,

diperlukan manipulasi aktif pada rahang agar tidak menjadi trismus.

Secara teori, terkumpulnya darah secara lokal akan merupakan media

kultur yang ideal bagi bakteri, walaupun infeksi pada hematoma jarang

terjadi. Jika ada indikasi infeksi, dianjurkan untuk memberikan

antibiotik.

 Parestesia

Parestesia atau anestesia yang persisten, adakalanya terjadi setelah

penyuntikan anestetik lokal. Parestesia bisa terjadi selama beberapa

jam lebih lama dari durasi anestesia yang biasa terjadi, atau bisa

beberapa hari, atau pernah dilaporkan terjadi beberapa hari atau

bahkan bulan.

Penyebab parestesia bisa disebabkan oleh trauma pada jaringan

saraf. Trauma pada saraf bisa terjadi antara lain oleh tusukan jarum

ketika penyuntikan. Pasien merasakan adanya kejutan listrik

(electricshock) pada daerah yang dipersarafi nervus yang

terkena.Pernah dilaporkan juga parestesia terjadi karena penyuntikan

anestetik yang telah terkontaminasi alkohol atau larutan

pensteril.Kontaminan, terutama alkohol dilaporkan merupakan zat

yang neurolitik dan bisa menimbulkan trauma pada saraf yang


berlangsung lama (parestesia yang bisa berlangsung berbulan-bulan).

Hemoragi di sekitar saraf jugamerupakan penyebab lain: pendarahan

akan meningkatkan tekanan pada saraf yang bisa mengakibatkan

parestesia. Anestetik lokal sendiri dilaporkan bisa menimbulkan

parestesia.

 Paralisis Nervus Fasialis (Facial Palsy)

Jika injeksi dilakukan terlalu dekat dengan nervus fasialis maka saraf

motoris ini akanparalisis. Hal ini terjadi jika jarum injeksi pada anestesi

blockmandibula terlalu ke belakang dan memasuki kapsul glandula

parotis.Berbagai cabang nervus fasialis akan terpengaruh dan efek

dramatiknya adalah paralisis sementara dari otot-otot ekspresi wajah

(sama dengan Bell’s palsy). Efek ini berlangsung sekitar satu hingga

dua jam. Pada keadaan seperti ini, nervus trigeminus tidak teranestesi

sehingga untuk memperoleh efek anestesia yang dikehendaki dapat

dilakukan injeksi kembali tetapi pada tempat yang tepat.

 Trismus

Trismus, dari bahasa Yunani trismos, adalah suatu keadaan spasme

yang berkepanjangan dari otot-otot rahang sehingga pasien kesulitan

dalam membuka mulutnya. Awalnya, istilah ini hanya digunakan untuk

gejala tetanus, namun kini digunakan untuk keadaan “terkuncinya"’

mulut apa pun etiologinya, termasuk sebagai komplikasi lokal dari

anestesi lokal.

Trauma pada otot-otot atau pembuluh darah dalam fossa

infratemporalis merupakan faktor etiologi paling umum dari terjadinya

trismus terkait dengan penyuntikan anestetik lokal. Larutan anestetik


dilaporkan juga memiliki sifat toksik ringan terhadap otot rangka

(miotoksik); injeksianestetik lokal baik secara intramuskuler maupun

supramuskuler bisa menyebabkan nekrosis pada serabut otot yang

terpajan.

Sebab lainnya adalah hemoragi, infeksi setelah injeksi, atau

jumlah larutan anestetik. Jumlah darah ekstravaskuler yang banyak

dapat menyebabkan iritasi pada jaringan yang berpotensi

menyebabkan disfungsi otot karena darah diresorbsi secara

lambat.Infeksi derajat rendah dilaporkan juga dapat menyebabkan

trismus. Jumlah besar larutan anestetik yang terdepositkan pada suatu

daerah terbatas dapat menyebabkan meregangnya jaringan yang

mengakibatkan trismus pasca injeksi yang sering terjadi setelah

penyuntikan block yang gagal berkali-kali.

 Efek Sistemik

Anestetik lokal modern boleh dikatakan cukup aman

pemakaiannya. Walaupun demikian, reaksi yang tidak dikehendaki

akan selalu tetap ada, dan reaksi tersebut digolongkan dalam reaksi

terkait dengan prosedur injeksi, dengan obat (anestetik lokal), dengan

vasokonstriktor, dan dengan komponen lain yang ditambahkan ke

dalam suatu kartrid anestetik lokal.


Reaksi Terkait dengan Penyuntikan

 Masuknya Anestetik ke dalam Pembuluh Darah

Kemungkinan komplikasi pada anestesi block adalah

teraspirasinya darah. Menurut Baart (2009), peristiwa ini terjadi pada

15 persen kasus. Yang juga mungkin terjadi adalah tersentuhnya atau

tertusuknya nervus alveolaris inferior atau nervus lingualis. Pada kasus

teraspirasinya darah atau tersentuhnya saraf, yang harus dilakukan

adalah menarik jarum beberapa milimeter. Jika jarum masuk terlalu

dalam, hal ini bisa menyebabkan teranestesinya kapsul kelenjar

parotis. Ini akan mengakibatkan paralisis satu sisi nervus fasialis yang

untungnya hanya berlangsung beberapa jam saja.

Mengulang anestesi blok jika blok mandibula pertama tidak

efektif memungkinkan timbulnya beberapa hal yang berisiko. Pertama,

pasientidak merasakan lagi jika jarum suntik menyentuh atau menusuk

saraf yang bisa menyebabkan rusaknya saraf tersebut. Selain itu,

penyuntikan tambahan bisa menyebabkan meningkatnya lingkungan

asam di dalam ruang pterigomandibula. Suasana asam ini akan

meningkatkan bentuk terion dari anestetik dan bentuk ini tidak mampu

menembus membran sehingga keefektifan anestesianya berkurang.

Oleh karena itu. dianjurkan untuk memakai cara anestesi yang lain,

misalnya anestesi intraligamentum.

 Pingsan

Reaksi tidak dikehendaki yang paling sering terjadi pada

penyuntikan anestetik lokal adalah pingsan, suatu reaksi psikomotor.


Banyak pasien yang merasa cemas atau takut disuntik, apalagi

disuntik di daerah rongga mulut. Perasaan takut ini akan meningkatkan

denyut nadi dan tekanan darah akibat aktivasi saraf parasimpatik, atau

merendahnya parameter akibat sinkop vasovagal, sehingga cardiac

output berkurang.

Jika pasien dibaringkan mendatar dan kakinya diletakkan lebih

tinggi, biasanya akan dapat memulihkan aliran vena ke jantung serta

tekanan darahnya. Jika pasien sudah sadar, pasien boleh diberi

minuman manis karena kemungkinan terjadinya hipoglikemi.

Hipoglikemi ini bisa disebabkan oleh belum adanya asupan energi

sebelum datang ke dokter gigi akibat rasa takutnya. Episode pingsan

ini dapat dicegah melalui manajemen penanganan pasien yang

simpatik, mendudukkan pasien pada posisi berbaringdan santai

(supine atau semi-recumbent) sebelum memulai perawatan dan

melakukan penyuntikan dengan baik.

 Infeksi Silang

Penyuntikan anestetik lokal mungkin merupakan aspek paling

invasif dari prosedur perawatan restoratif. Terdapat suatu risiko yang

serius, misalnya infeksi silang (cross infection) melalui jarum yang

terkontaminasi. Terdapat beberapa tindakan kewaspadaan

(precaution) untuk menghindari infeksi silang ini yang harus

dilaksanakan yakni: a) kartrid dan jarum sekali pakai hanya boleh

dipakai untuk satu pasien, b) sterilkan atau autoklafkan semua

instrumen, c) tangani instrumen dengan hati-hati sekali, misalnya


dengan memakai pelindung jari, dan tempatkan jarum bekas

ke dalam kontener yang dapat ditutup dan dihancurkan.

Infeksi yang dapat ditransmisikan dari pasien ke pasien

atau ke operator adalah:

 herpes simpleks,

 hepatitis B dan C (juga varian lain),

 human immunodeficiency virus, dan,

 penyakit Creutzfeldt-Jakob

Reaksi Terkait dengan Anestetik Lokal

– Toksisitas
Toksisitas anestetik lokal biasanya disebabkan karena

terserapnya anestetik lokal dalam jumlah besar ke dalam

pembuluh darah. Ketika anstetik lokal disuntikkan, obat ini

akan berdifusi ke sekeliling tempat injeksi dan kemudian

terabsorpsi ke dalam sirkulasi sistemik untuk kemudian

dimetabolisme dan diekskresikan. Dosis anestetik lokal yang

dipakai dalam kedokteran gigi biasanya rendah sehingga efek

sistemiknya jarang muncul. Namun, jika anestetik lokal masuk

ke pembuluh darah, misalnya karena penyuntikan yang tidak

sengaja menembus pembuluh darah maka kadar anestetik

lokal di dalam darah akan meningkat. Hal yang sama bisa

terjadi ketika ada pengulangan penyuntikan.

You might also like