You are on page 1of 7

STUDI KASUS

Restorasi Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal dan Crown Lenghtening pada Gigi 11 dan 21
Pasca Trauma

Dimas Cahya Saputra* dan Tunjung Nugraheni**


*Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Indonesia
**Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
*Jl Denta No 1 Sekip Utara, Yogyakarta, Indonesia; e-mail: dentisia007@gmail.com

ABSTRAK
Laporan kasus ini bertujuan untuk melaporkan perawatan kasus fraktur subgingival dua gigi anterior maksila dengan
pendekatan konservatif pada sisa jaringan keras gigi yang sehat. Perawatan pada gigi 11 dan 21 didahului perawatan
saluran akar kemudian dilanjutkan dengan prosedur crown lenghtening dan restorasi mahkota penuh porselin fusi metal
yang diperkuat dengan pasak metal customized. Perawatan ini merupakan alternatif untuk menghindari pencabutan gigi
dan mengoptimalkan jaringan keras gigi tersisa untuk membangun sebuah restorasi estetis yang fungsional.
MKGK. Desember 2015; 1(2): 140-146

ABSTRACT: Restoration Using Jacket Crown of Porcelain Fused-to-Metal and Crown Lengthening on
Post-Traumatic Teeth 11 and 21. The aim of this case report was to describe the restoration of subgingival fractured two
maxillary anterior teeth conservatively on healthy remaining tooth structure. Teeth #11 and #21 were initially treated by root
canal treatment followed by crown lengthening and restored using porcelain fused-to-metal full crown retained by metal
customized post. This treatment was an alternative to avoid tooth extraction and designed to optimize the remaining tooth
structure in order to obtain a fully functional and esthetic restoration.
MKGK. Desember 2015; 1(2): 140-146

Keywords: trauma, crown lenghtening, porcelain fused to metal, full crown, anterior restoration

PENDAHULUAN pilihan yang tersisa adalah pencabutan gigi


Fraktur mahkota sederhana (tidak melibatkan yang diikuti dengan rehabilitasi prostetik.1
pulpa) dan kompleks (melibatkan pulpa) Penyebab patahnya mahkota yang
adalah trauma gigi yang paling sering terjadi paling umum adalah trauma yang berasal dari
pada gigi permanen. Sebagian besar kasus arah depan (frontal impact) dimana energi
hanya melibatkan satu gigi dan mayoritas gigi yang diterima melebihi kekuatan geser email
yang terlibat adalah insisivus sentralis maksila. dan dentin. Kedekatan fraktur terhadap pulpa
Hal tersebut berkaitan dengan posisi atau dan risiko penetrasi bakteri atau toksin bakteri
keadaan protrusi yang disebabkan oleh pola ke dalam pulpa merupakan sumber utama
erupsi. Gigi dapat direstorasi dengan resin komplikasi pulpa setelah terjadinya fraktur
komposit atau mahkota jaket apabila mahkota.2
mengalami fraktur yang termasuk kategori Gigi pasca perawatan endodontik
sederhana dengan pulpa sehat, namun selama ini dipercaya menjadi lebih rapuh
apabila terdapat keterlibatan pulpa, gigi harus sehingga mudah fraktur. Hal ini disebabkan
dirawat saluran akar kemudian dilakukan oleh hilangnya kelembaban dan adanya
restorasi dengan mahkota jaket dengan atau perubahan struktur jaringan kolagen pada
tanpa pasak dan inti. Apabila fraktur pada gigi dentin, namun pendapat tersebut telah
mencapai area sub-gingiva perawatan disanggah oleh penelitian terbaru sebab
melibatkan prosedur crown lenghtening atau kerapuhan yang terjadi lebih disebabkan
ekstrusi intensional (ekstrusi ortodontik). karena hilangnya struktur mahkota dan
Ferrule effect sangat penting untuk terciptanya integritas struktural yang diakibatkan oleh
konsep restorasi monoblok sehingga apabila preparasi akses kavitas. Pada gigi anterior
hal tersebut tidak tercapai maka satu-satunya apabila sisa jaringan keras setelah preparasi

140
MKGK. Desember 2015; 1(2): 140-146
e-ISSN: 2460-0059

(A) (B)
Gambar 1. Fraktur 2/3 mahkota gigi 11 dan 21 (A) dan foto radiograf preoperatif (B)

inti mahkota selesai dilakukan masih memadai pulpa, (perkusi vertikal : -, perkusi horizontal :
maka tidak diperlukan pasak sebab pada +, luksasi: -). Akhiran fraktur permukaan
dasarnya pasak tidak memperkuat gigi palatal terletak sub gingiva.
maupun akar gigi. Pasak digunakan apabila Pemeriksaan radiograf preoperatif
pada suatu kasus hanya terdapat sisa jaringan menunjukkan gigi 11 dan 21 fraktur hingga
keras koronal yang minimal yang tidak mencapai ruang pulpa, tidak tampak adanya
memungkinkan dilakukannya pembentukan garis fraktur di daerah akar, tampak penebalan
inti.3 Restorasi mahkota penuh porselin fusi jaringan ligamentum periodontal (Gambar 1B).
metal adalah salah satu pilihan perawatan Berdasarkan pemeriksaan subjektif,
yang optimal untuk merestorasi kasus fraktur klinis dan radiografis diagnosis gigi 11 dan 21
gigi anterior. Alasan digunakannya restorasi fraktur ellis kelas III, dengan rencana
jenis ini adalah untuk memperoleh gabungan perawatan sebagai berikut, dilakukan
antara kekuatan dari substruktur logam perawatan saluran akar kemudian dilanjutkan
dengan kualitas estetik porselin.2 Laporan dengan gingivektomi regio palatal yang
kasus ini bertujuan untuk melaporkan bekerjasama dengan sejawat bagian
perawatan kasus fraktur subgingival dua gigi periodonsia. Perawatan diselesaikan dengan
anterior maksila dengan pendekatan restorasi mahkota penuh porselin fusi metal
konservatif pada sisa jaringan keras gigi yang (PFM) dengan pasak metal customized dan
sehat. Pada kasus ini telah didapatkan Dental Health Education (DHE), setelah
persetujuan dari pasien untuk dijadikan mempertimbangkan pemeriksaan subjektif,
sebagai materi laporan kasus. objektif dan pendukung maka prognosis kasus
ini baik.
METODE Pada kunjungan pertama dilakukan
Pada tanggal 2 Mei 2014 seorang pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif,
pasien laki-laki 19 tahun datang ke klinik pengambilan foto klinis dan foto radiografis,
konservasi RSGM Prof. Soedomo dengan penentuan diagnosis, rencana perawatan, dan
keluhan kedua gigi depan patah akibat penandatanganan informed consent. Tahap
kecelakaan sepeda motor. Gigi tersebut terasa pertama dilakukan anestesi lokal lidokain
sakit apabila daging yang keluar di dengan adrenalin dan ekstirpasii jaringan
tengah-tengah gigi tersentuh ketika makan. pulpa. Tahap selanjutnya adalah irigasi
Pasien tidak menghendaki gigi tersebut saluran akar pada gigi 11 dan 21
dicabut. menggunakan larutan NaOCl 2,5% dilanjutkan
Pada pemeriksaan klinis didapatkan pengeringan saluran akar. Cotton pellet yang
fraktur 2/3 mahkota gigi 11 dan 21 (Gambar dibasahi dengan cresophene diperas dan
1A). Gigi vital dengan ruang pulpa terbuka, diaplikasikan pada kavitas selanjutnya ditutup
terdapat jaringan pulpa yang keluar dari ruang dengan tumpatan sementara.

141
Saputra dan Nugraheni: Restorasi
Mahkota Jaket....

(A) (B)
Gambar 2. Konfirmasi pengukuran panjang kerja dengan foto radiograf

Kunjungan kedua dilakukan beberapa vertikal dan horizontal serta palpasi negatif.
prosedur seperti pengukuran panjang kerja Pembukaan tumpatan sementara. Irigasi
estimasi. Panjang gigi estimasi dari radiograf dengan larutan NaOCl 2,5% dan air steril
preoperatif adalah 18,5 mm sehingga kemudian dikeringkan dengan paper point.
diperoleh panjang kerja estimasi 17,5 mm. Pengepasan poin guta perca ISO size sesuai
Pengukuran panjang kerja sebenarnya file yang digunakan terakhir yaitu #55, beri
dilakukan dengan metode observasi langsung tanda sesuai dengan panjang kerja (17,5 mm)
dengan memasukkan K-file #55 panjang 17,5 kemudian dikonfirmasi dengan pengambilan
mm yang dikonfirmasi dengan Electronic Apex foto radiografis (Gambar 4).
Locator (Raypex 5, VDW) dan hasil ini Persiapan obturasi saluran akar: poin
kemudian dikonfirmasi menggunakan foto guta perca ISO size didesinfeksi. Saluran akar
radiograf (Gambar 2). diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%, EDTA
Preparasi Saluran akar menggunakan cair 17%, kemudian didesinfeksi dengan
K-file #55 dengan panjang kerja 17,5 chlorhexidine digluconate 2% selama 1 menit
menggunakan teknik terstandar (standardized dan dikeringkan dengan paper point. Teknik
technique) dengan gerakan circumferential obturasi dengan teknik kondensasi lateral
filing. Saluran akar diirigasi dengan larutan menggunakan siler berbasis resin. Poin guta
NaOCl 2,5% dan air steril. Irigasi diakhiri perca ISO size #55 dimasukkan ke dalam
dengan chlorhexidine digluconate 2%. saluran akar setelah sepertiga bagian apikal
Saluran akar dikeringkan dengan paper point, diolesi siler, finger spreader ditekan ke apikal
kemudian diaplikasikan bahan medikasi sehingga guta perca tersisih ke lateral,
intrakanal Ca(OH)2 yang dicampur dengan kemudian ruangan yang terbentuk diisi poin
gliserin menggunakan lentulo, ditumpat guta perca dengan ukuran yang lebih kecil,
sementara dan dilakukan insersi mahkota demikian seterusnya sampai saluran akar terisi
sementara (Gambar 3). Keuntungan penuh. Guta perca pada saluran akar
penggunaan mahkota sementara sebelum kemudian dipotong 2 mm dari orifis ke arah
restorasi definitif selesai dikerjakan di apikal dengan plugger yang dipanaskan dan
laboratorium teknik gigi diantaranya adalah: dikondensasi secara ringan. Orifis ditutup
terjaganya estetika dan fungsi bicara, dengan glass ionomer dan ditumpat
berfungsi sebagai space maintainer, sementara. Hasil pengisian saluran akar
mencegah erupsi pasif, dan berfungsi diperiksa dengan foto radiograf (Gambar 5A).
sebagai pelindung dari lingkungan rongga Perawatan dilanjutkan dengan prosedur crown
mulut jika gigi masih vital.8 lenghtening pada permukaan palatal yang
Pada kunjungan selanjutnya, tidak ada dilakukan oleh sejawat bagian periodonsia
keluhan pada pemeriksaan subjektif. (Gambar 5B). Kontrol hasil crown lenghtening
Pemeriksaan obyektif menunjukkan perkusi dilakukan 1 minggu kemudian (5C).
.
142
MKGK. Desember 2015; 1(2): 140-146
e-ISSN: 2460-0059

Gambar 3. Insersi mahkota sementara Gambar 4. Pengepasan gutta percha yang


dikonfirmasi dengan foto radiograf

(A) (B) (C)


Gambar 5. Hasil pengisian saluran akar (A), hasil prosedur crown lenghtening (B) dan kontrol crown
lenghtening 1 minggu kemudian (C).

Preparasi koronal dilakukan menyerupai Pada kunjungan berikutnya pasak


preparasi mahkota jaket porselin fusi metal custom sudah siap diinsersikan. Dilakukan
dilanjutkan dengan pembuatan contrabevel desinfeksi saluran pasak dengan chlorhexidine
menggunakan flame shape diamond bur di digluconate 2% selama 1 menit dan
seluruh cavosurface incisal (Gambar 6). dikeringkan dengan paper point. Semen resin
Selanjutnya dilakukan pengambilan Gutta diaplikasikan ke dinding saluran pasak
perca dengan menyisakan gutta perca sebagai menggunakan lentulo. Permukaan pasak
apical seal sepanjang 5 mm kemudian selanjutnya diolesi selapis tipis semen resin,
dikonfirmasi dengan foto radiograf (Gambar 7), kemudian pasak diinsersikan ke saluran pasak
dilanjutkan dengan pencetakan pasak dengan dan kelebihan bahan semen resin dibersihkan
teknik double impression (Gambar 8). Hasil kemudian disinar selama 20 detik (Gambar
cetakan dikirim laboratorium teknik gigi dan 9A). Pengambilan foto radiografis dilakukan
kavitas ditutup dengan tumpatan sementara. untuk mengkonfirmasi hasil sementasi
(Gambar 9B).

Gambar 6. Hasil preparasi koronal Gambar 7. Apical Gambar 8. Hasil cetakan pasak
menyerupai preparasi mahkota jaket seal

143
Saputra dan Nugraheni: Restorasi
Mahkota Jaket....

(A) (B)
Gambar 9. Insersi pasak (A) dan konfirmasi radiograf (B)

Preparasi mahkota gigi 11 dan 21 instruksi margin end porcelain dan warna A3.
untuk pembuatan mahkota penuh PFM diawali Kemudian dilakukan pemasangan mahkota
dengan preparasi bagian labial menggunakan sementara dengan bahan sementasi semen
round end tapered fissure diamond bur dengan seng fosfat.
kedalaman ± 1 mm. Preparasi bagian Pada kunjungan selanjutnya, restorasi
aproksimal masih menggunakan round end mahkota penuh PFM sudah siap diinsersikan.
tapered fissure diamond bur dengan Mahkota sementara diambil menggunakan
pengurangan sebanyak 1 mm - 1,5 mm dan crown remover dan dilakukanpengepasan
membentuk sudut 6o ke arah incisal. mahkota penuh PFM dengan memeriksa
Preparasi bagian palatal di bawah cingulum warna, kontur, embrasur, kerapatan tepi,
menggunakan round edge wheel diamond bur oklusi, dan kontak proksimal. Desinfeksi
kemudian daerah cingulum ke arah servikal tonggak dengan chlorhexidine digluconate 2%
(permukaan palatal aksial) menggunakan selama 1 menit dan daerah sekitar tonggak
round end tapered fissure bur, bentuk akhiran dikeringkan dengan hembusan udara dan
servikal berupa chamfer. Seluruh bagian yang diisolasi dengan cotton roll. Semen resin self
tajam, runcing, tidak rata dan adhesive diaplikasikan pada dinding dalam
undercut-undercut dihilangkan.Preparasi palatal dan labial mahkota penuh PFM.
diakhiri dengan finishing bur sehingga Mahkota selanjutnya diinsersikan
didapatkan hasil preparasi tonggak yang ideal. dandilakukan gerakan pumping untuk
(Gambar 10) mencegah terjadinya gelembung udara,
Pencetakan dilakukan dengan double ditahan selama 10 detik. Kelebihan semen
impression. Pemilihan warna untuk restorasi dibersihkan dan diaktivasi dengan sinar
mahkota penuh poselen fusi metal (Gambar selama 20 detik. Dilakukan penyesuaian oklusi
11) menggunakan Vita Lumin shade guide, dan pasien diinstruksikan untuk kontrol satu
didapatkan warna A3, kemudian dikirim ke minggu kemudian. Hasil insersi dapat dilihat
laboratorium teknik gigi untuk dibuatkan pada Gambar 12.
restorasi mahkota penuh PFM dengan

(A) (B)
Gambar 10. Hasil preparasi tonggak dilihat dari labial (A) dan Gambar 11. Penentuan warna
Palatal (B) dengan vita lumin shade guide

144
MKGK. Desember 2015; 1(2): 140-146
e-ISSN: 2460-0059

(A) (B)
Gambar 12. Hasil insersi mahkota dilihat dari labial (A) dan palatal (B)

PEMBAHASAN ferrule serta memiliki diameter saluran akar


Penanganan kasus fraktur gigi anterior yang lebar.4
yang diakibatkan oleh trauma perlu Pasak metal customized memiliki
memperhatikan beberapa hal seperti kelebihan diantaranya adalah: bersifat
perluasan area fraktur. Pada kasus ini fraktur preservatif terhadap jaringan keras gigi sebab
meluas sehingga melibatkan pulpa. Kasus pasak tersebut dibuat menyesuaikan dengan
fraktur dengan melibatkan jaringan pulpa diameter saluran pasak dan lebih adaptif.
masuk dalam kategori fraktur yang kompleks Pasak tersebut juga memiliki komponen inti
sehingga perawatannya harus memperhatikan (core) yang menjadi bagian integral dari pasak
aspek kesuksesan perawatan saluran akar dan tidak perlu dipegang oleh pasak itu
sebagai syarat dari kelanjutan upaya restoratif. sendiri.5
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah faktor Pada kasus ini dipilih restorasi
sisa jaringan keras. Pada kasus ini akhiran mahkota penuh porselin fusi metal (PFM).
fraktur pada permukaan palatal berada sub Mahkota porselin yang difusi dengan logam
gingiva sehingga perlu upaya rawat bersama merupakan pilihan yang optimal dengan
dengan sejawat di bagian periodonsia. mempertimbangkan berbagai hal termasuk
Crown lenghtening pada kasus ini faktor finansial. Kekurangan mahkota PFM
perlu dilakukan untuk mengambil gingiva yang diantaranya dari segi warna, dimana
menutupi jaringan keras gigi sehingga tidak tranlusensi dari mahkota PFM tidak sama
menghalangi upaya pembentukan akhiran dengan gigi yang masih vital. Mahkota PFM
preparasi untuk menciptakan efek ferrule akan tampak lebih menonjol sebab permukaan
dimana akhiran restorasi harus terletak pada labialnya memantulkan sinar lebih banyak
jaringan keras gigi yang utuh dan sehat daripada yang diteruskan. Restorasi PFM
minimal 2 mm dari akhiran tepi inti pasak. dapat bertahan dalam waktu yang lama dan
Preparasi dengan pembentukan akhiran jarang dikeluhkan secara klinis.7
preparasi tonggak pada jaringan keras gigi
(ferrule preparation) memiliki resistensi fraktur KESIMPULAN
yang lebih tinggi.6 Restorasi optimal pada kasus fraktur gigi
Pada kasus ini diperlukan pasak anterior pasca trauma dapat dicapai dengan
sebagai retensi intra radikuler dalam upaya memperhatikan berbagai persyaratan.
membentuk inti (core) untuk menggantikan Beberapa persyaratan seperti pemilihan jenis
dentin yang rusak atau hilang. Pasak logam restorasi, jenis pasak, kelayakan jaringan
customized dipilih sebab gigi tidak memiliki keras gigi tersisa dan jaringan pendukung gigi
struktur koronal yang cukup untuk sebuah wajib untuk dipertimbangkan dalam
bangunan inti namun memiliki sisa struktur mendapatkan hasil restorasi yang baik dan
koronal yang cukup untuk mendapatkan efek memenuhi syarat retensi maupun resistensi.
145
Saputra dan Nugraheni: Restorasi
Mahkota Jaket....

Restorasi yang memenuhi kaidah dapat operative dentistry. Blackwell


mewujudkan suatu bangunan yang mampu Munksgaard, Copenhagen. 2005; 100-1.
memulihkan fungsi estetika, fungsional, 5. Sabak SA. Prefabricated post and core
mastikasi dan perlindungan terhadap jaringan material versus custom cast post and core
pendukung gigi sehingga memiliki prognosis in a maxillary first premolar tooth: Review
yang baik. of literature and management of a clinical
case. Cairo Dental Journal. 1998; 14 (1):
23-26.
DAFTAR PUSTAKA 6. De lima AF, Spazzin AO, Galafassi D,
1. Goenka P, Sarawgi A, Dutta S. A Sobrinho LC, Junior BC. Influence of
conservative approach towards ferrule preparation with or without glass
restoration of fractured anterior tooth. fiber post on fracture resistance of
Contemp Clin Dent. 2012; 3(Suppl1): 67 - endodontically treated teeth. J. Appl. Oral
70. Sci. 2010; 18: (4).
2. Andreasen JO, Andreasen FM. Essential 7. Behr M, Zeman F, Baitinger T, Galler J,
of traumatic injuries to the teeth. Koller M, Handel G, Rosentritt M. The
Copenhagen: Blackwell Munksgaard; clinical performance of
2000. H. 31. porcelain-fused-to-metal precious alloy
3. Ricketts D, Bartlett D. (ed), advance single crowns: chipping, recurrent caries,
operative dentistry: A practical approach. periodontitis, and loss of retention. Int J.
London: Elsevier Churchil Livingstone; Prosthodont. 2014; 27(2):153-60.
2011. H. 93. 8. Garg N, Garg A. Textbook of operative
4. Qualtrough AJE, Satterthwaite JD, dentistry. New Delhi: Jaypee Brothers
Morrow LA, Brunton PA. Principles of Medical Publishers; 2013. H. 264.

146

You might also like