Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
M. Adita Putra
1314071035
1.1.Latar Belakang
Analisis zat padat dalam air digunakan untuk menentukan komponen-komponen air
secara lengkap, proses perencanaan, serta pengawasan terhadap proses pengolahan air
minum maupun air buangan. Karena bervariasinya materi organik dan anorganik
dalam analisis zat padat, tes yang dilakukan secara empiris tergantung pada
karakteristik materi tersebut (Hannanto, 2012).
Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1 µm) yang
tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri atas
lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan
tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air. Masuknya padatan tersuspensi ke
dalam perairan dapat menimbulkan kekeruhan air. Hal ini menyebabkan menurunnya
laju fotosintesis fitoplankton, sehingga produktivitas primer perairan menurun, yang
pada gilirannya menyebabkan terganggunya keseluruhan rantai makanan (Siregar,
2005).
VSS (Volatile Suspended Solids) merupakan zat padat yang hilang sewaktu TSS
dibakar pada suhu 500 ± 50oC. FSS (Fixed Suspended Solids) merupakan residu yang
tertinggal setelah TSS dibakar pada suhu 500 ± 50oC. FSS (Fixed Suspended Solids)
merupakan residu yang tertinggal setelah TSS dibakar pada suhu 500 ± 50oC (Siregar,
2005).
1.2.Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu, untuk mengetahui kadar VSS, FSS, VFS, FFS
dari sampel air limbah.
II. METODELOGI PERCOBAAN
Adapun waktu pelaksanaan praktikum yaitu pada hari Jumat, 23 Oktober 2015 pukul
09.30-11.30 WIB, dan tempat dilaksanakannya praktikum yaitu di Laboratorium
Rekayasa Sumberdaya Air dan Lahan, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini meliputi, botol sampel,
timbangan analitik, 3 buah cawan, kertas saring Whatman GF/C, filtering
funnel+vacuum pump, pipet, desikator, oven dan tanur. Sedangkan bahan yang
digunakan meliputi limbah air kolam.
2.3.Diagram Alir
Dioven 2 cawan kosong dan 1 cawan berisi kertas saring pada suhu 105o selama
+/- 1 jam
1
1
Dipipet sampel air limbah sebanyak 25-50 ml, dari botol sampel ke dalam funnel
yang sudah ada kertas saringnya, disaring dengan pompa vacuum.
Diambil kertas sari dari funnel dan dikembalikan cawan semula kemudian
dimasukan ke dalam oven
Dituangkan filtrate air limbah yang sudah disaring ke dalam cawan kosong, lalu
dimasukkan ke dalam oven
Cawan+residu (W2) dari pengukuran FS dibakar pada tanur pada suhu 550o
selama 15 menit sehingga menjadi cawan+abu.
3.1. Hasil
a. Perhitungan FFS
(𝑊3 − 𝑊1) 𝑚𝑔
𝐹𝐹𝑆 = ( )
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐿
(52004.7 − 51998.2) 𝑚𝑔
𝐹𝐹𝑆 = = 216.67 ( )
0.03 𝐿
b. Perhitungan VFS
(𝑊2 − 𝑊3) 𝑚𝑔
𝑉𝐹𝑆 = ( )
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐿
(52160.0 − 52004.7) 𝑚𝑔
𝑉𝐹𝑆 = = 155.3 ( )
0.03 𝐿
c. Perhitungan VSS
𝑚𝑔
𝑉𝑆𝑆 = (𝑇𝑉𝑆 − 𝐹𝐹𝑆) = 312 − 216.67 = 95.33 ( )
𝐿
d. Perhitungan FSS
𝑚𝑔
𝐹𝑆𝑆 = (𝑇𝐹𝑆 − 𝐹𝐹𝑆) = 254 − 216.67 = 37.33 ( )
𝐿
3.2.Pembahasan
Dari percobaan, didapatkan hasil yang cukup tinggi untuk semua variabel yang
diukur. Hal ini disebabkan karena sampel limbah cair air kolam ini belum mengalami
proses pengolahan. Padatan dalam limbah dapat sedemikian tinggi karena memiliki
kandungan zat-zat organik dalam jumlah besar sehingga jika dibuang ke lingkungan
harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi baku mutu, dan tidak mencemari
lingkungan.
Nilai VSS adalah bahan organik yang mudah teruapkan, dimana jumlahnya mewakili
jumlah mikroorganisme yang ada didalamnya. Hal ini dikarenakan bahan organik
yang mudah menguap seperti protein, karbohidrat, glukosa, dll. ada dalam bakteri
sehingga jumlahnya mewakili banyaknya bakteri didalam sampel. Sedangkan untuk
nilai FSS merupakan padatan yang tidak mudah teruapkan karena mengandung
bahan-bahan organic dan anorganik. Pada proses pengolahan limbah, padatan organik
dalam sampel didekomposisi oleh organik secara anaerob sehingga bila FFS diukur
setelah proses maka jumlah VFS akan berkurang.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan pengukuran didapat VSS sebesar 95.33 mg/L, FSS sebesar 37.33
mg/L, VFS sebesar 155.3 mg/L dan FFS sebesar 216.67 mg/L
2. VFS dan FFS digunakan sebagai parameter untuk memprediksi kebutuhan DO
pada sungai.
3. VSS digunakan untuk menghitung konsetrassi bakteri, dan FFS digunakan untuk
memprediksi laju pengendapan.
4. Sampel yang digunakan mengandung nilai VSS, FSS, VFS dan FFS yang tinggi
karena belum diolah, dan belum memenuhi baku mutu agar tidak mencemari
lingkungan.
5. Pada proses pengolahan limbah, padatan organik dalam sampel didekomposisi
oleh organik secara anaerob.
DAFTAR PUSTAKA
Hannanto, Surya.2012. Buku Panduan Praktikum Pengelolaan dan Kualitas Air. Instiper,
Yogyakarta.
Siregar, Sakti. A. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Triyono, Sugeng. 2010. Modul Praktikum Rekayasa Pengolahan Limbah. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
LAMPIRAN
Gambar 1. Gambar 2.
Penimbangan dengan Timbangan Pembakaran Cawan+Residu
analitik
Gambar 4.
Gambar 3. Cawan+Kadar Abu
Pendinginan di Desikator