Professional Documents
Culture Documents
IMPETIGO KRUSTOSA
oleh :
Pembimbing
PADANG
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
piogenik oleh bakteri Gram positif. Impetigo lebih sering terjadi pada usia anak-
anak walaupun pada orang dewasa dapat terjadi. Penularan impetigo tergolong
menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi
seringkali menyebar dengan cepat di sekolah, tempat penitipan anak atau pada
tempat dengan hygiene buruk atau juga tempat tinggal yang padat
penduduk1,2,3
diobati secara cepat dan tepat karena dapat menyebabkan beberapa komplikasi
pertama impetigo terutama bila lesi yang terbatas, tanpa gejala sistemik atau
2
I.2. Tujuan
Krustosa.
Krustosa.
I.3. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
perubahan vesikel berdinding tipis, diskret, menjadi pustul dan ruptur serta
dilepaskan.1,5
3
impetigo krustosa penyebabnya adalah Staphylococcus aureus dan 20-45% kasus
II.2. Epidemiologi
relatif sering. Penyakit ini banyak terjadi pada anak - anak kisaran usia 2-5 tahun
dengan rasio yang sama antara laki-laki dan perempuan. Di Amerika, impetigo
merupakan 10% dari penyakit kulit anak yang menjadi penyakit infeksi kulit
bakteri utama dan penyakit kulit peringkat tiga terbesar pada anak. Di Inggris
kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan
prasekolah dan sekolah paling sering terinfeksi. Pada usia dewasa, laki-laki lebih
banyak dibanding perempuan.2 Disamping itu, ada beberapa faktor yang dapat
- hunian padat
- higiene buruk
- hewan peliharaan
4
- keadaan yang mengganggu integritas epidermis kulit seperti gigitan
II.3. Patogenesis
normal sebagai portal of entry yang terpapar oleh kuman melalui kontak
5
langsung dengan pasien atau dengan seseorang yang menjadi carrier.
Cara infeksi pada impetigo krustosa ada 2, yaitu infeksi primer dan
infeksi sekunder.
Infeksi Primer
menjadi lesi pada kulit. Lesi biasanya timbul di atas kulit wajah (terutama sekitar
Infeksi sekunder
Infeksi sekunder terjadi bila telah ada penyakit kulit lain sebelumnya
pedikulosis, skabies, infeksi jamur dermatofita, gigitan serangga, luka lecet, luka
membentuk suatu infeksi impetigo krustosa2. Keluhan biasanya gatal dan nyeri4
kontak langsung dari orang ke orang. Impetigo banyak terjadi pada musim panas
dan cuaca yang lembab. Pada anak-anak sumber infeksinya yaitu binatang
peliharaan, kuku tangan yang kotor, anak-anak lainnya di sekolah, daerah rumah
6
kumuh, sedangkan pada dewasa sumbernya yaitu tukang cukur, salon
II.4. Histopatologi
leukosit dan sel epidermis. Pada dermis terjadi inflamasi ringan yang ditandai
5 Seringkali terjadi spongiosis yang mendasari pustula. Pada lesi terdapat kokus
Gram positif.2
Impetigo krustosa dapat terjadi di mana saja pada tubuh, tetapi biasanya
pada bagian tubuh yang sering terpapar dari luar misalnya wajah, leher, dan
atau pustul berdinding tipis. Kemudian vesikel, bula atau pustul tersebut
meluas lebih dari 2 cm. Lesi biasanya berkelompok dan sering konfluen
meluas secara irreguler. Pada kulit dengan banyak pigmen, lesi dapat
mengering dan lepas dari dasar yang eritema tanpa pembentukan jaringan
scar.1,4,5,8
waktu beberapa minggu apabila tidak diobati. Pada beberapa orang lesi
7
dapat remisi spontan dalam 2-3 minggu atau lebih lama terutama bila
terdapat penyakit akibat parasit atau pada iklim panas dan lembab, namun
Gambar 3. impetigo
krustosa di sekitar
anak4.
II.6 Diagnosis
8
Diagnosis impetigo krustosa ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik dengan mengidentifikasi tanda dan gejala yang ada dan dapat
Pada pulasan gram, ditemukan coccus Gram positif yang lebih terlihat
bila pemeriksaan dilakukan saat lesi masih berupa vesikel. Biasanya diperlukan
krustosa. 2,8
a. Dermatitis Atopik
b. Dermatitis Kontak
c. Herpes Simpleks
d. Varisela
9
menyebar ke wajah dan ekstremitas) yang kemudian ruptur membentuk
e. Kandidiasis
g. Ektima
dermis. 3
h. Gigitan serangga
i. Skabies
II.8. Komplikasi
1. Ektima
Impetigo yang tidak diobati dapat meluas lebih dalam dan penetrasi
10
Impetigo krustosa dapat menjadi infeksi invasif menyebabkan
ditandai dengan eritema dan tepi meninggi, panas, bengkak, dan biasanya
glomerulonefritis akut (2%-5%). Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-
anak usia kurang dari 6 tahun. Tidak ada bukti yang menyatakan
Streptococcus strain 49, 55, 57,dan 60 serta strain M-tipe 2. Periode laten
4. Rheumatic Fever
infeksi streptokokus yang tidak diobati strep throat atau scarlet fever. Kondisi
11
II.9. Penatalaksanaan
A. Umum
Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.9
Menindaklanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci area kulit yang
- Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan air
- Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak
lesi.
B. Khusus
1. Terapi Sistemik
terdapat lesi yang luas atau berat, limfadenopati, atau gejala sistemik.1
12
a. Pilihan Pertama (Golongan ß Lactam)
o Sefaleksin
hari.3
o Kloksasilin
b. Pilihan Kedua
o Eritromisin
Dosis 30-50mg/kgBB/hari. 4
o Azitromisin
Dosis 500 mg/hari untuk hari ke-1 dan dosis 250 mg/hari untuk
2. Terapi Topikal
pada wajah dan penderita sehat secara fisik. Pemberian obat topikal ini
o Mupirocin
13
Mupirocin (pseudomonic acid) merupakan antibiotik yang berasal dari
o Asam Fusidat
protein. Salap atau krim asam fusidat 2% aktif melawan kuman gram
o Bacitracin
o Retapamulin
14
aktivitasnya melawan kuman yang resisten terhadap beberapa obat
II.10. Prognosis
impetigo krustosa dapat membaik spontan dalam 2-3 minggu. Namun, bila tidak
diobati impetigo krustosa dapat bertahan dan menyebabkan lesi pada tempat
Scalded Skin Syndrome (SSSS) pada bayi dan dewasa yang mengalami
15
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : An. ZR
Umur : 10 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
III.2. Anamnesa
A. Keluhan Utama
Bintik – bintik merah dan berisi air pada daerah dagu sejak 3 hari yang
lalu.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Awalnya timbul bintik-bintik merah dan membentuk gelembung
gelembung yang berisi air kurang lebih sejak 3 hari yang lalu, sebelumnya
16
timbul pada daerah dagu kemudian menyebar hingga ke pipi dan hidung.
Bintik-bintik itu berisi air yang kemudian pecah dan berwarna merah pada
yang sama.
E. Riwayat Alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi.
F. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
G. Status Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang pelajar SD yang bertempat tinggal dengan orang
tua pasien.
A. Status Generalis
Keadaan umum : tidak tampak sakit
Keadaan gizi : BB 20 kg
ikterik
B. Status Dermatologikus
Distribusi : Terlokalisir
17
Bentuk : bulat - tidak khas
Batas : tegas
makula eritem
C. Gambaran lesi
18
19
20
21
III.4. Pemeriksaan Penunjang
III.6. Terapi
A. Umum
1. Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.9
2. Menindaklanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci area
kulit yang terkena untuk mencegah infeksi. 9
3. Mengurangi kontak dekat dengan penderita 9
B. Khusus
1. Amoxicillin 3x250 mg
2. Chloramfenikol salf
III.7. Prognosis
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Mei 2018 dengan keluhan bintik – bintik merah dan berisi air pada daerah dagu
sejak 3 hari yang lalu. Sebelumnya pasien mengeluh batuk demam, kemudian
hingga ke pipi dan hidung. Bintik-bintik itu berisi air yang kemudian pecah dan
kanan, hidung, leher, distribusi terlokalisir, bentuk bulat - tidak khas, susunan
tidak khas, batas tegas, ukuran plakat, effloresensi krusta kekuningan dan krusta
letaknya berada wajah dan leher yang sesuai dengan predileksi. Pada pasien
terjadi infeksi primer yang biasanya terjadi pada anak-anak. Awalnya, kuman
menyebar dari hidung ke kulit normal, kemudian berkembang menjadi lesi pada
kulit. Lesi biasanya timbul di atas kulit wajah (terutama sekitar lubang hidung)
bula atau pustul berdinding tipis. Kemudian vesikel, bula atau pustul tersebut
23
ruptur menjadi erosi kemudian eksudat seropurulen mengering dan menjadi krusta
yang berwarna kuning keemasan (honey-colored) dan dapat meluas lebih dari 2
cm.Krusta pada akhirnya mengering dan lepas dari dasar yang eritema tanpa
pembentukan jaringan scar.1,4,5,8 Hal ini sesuai dengan yang dialami pasien.
dan pemeriksaan fisik sudah dapat ditegakkan diagnosa. Pada pasien juga tidak
ada diagnosa banding karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah jelas
Pasien diberikan terapi dengan antibiotik oral dan topikal yaitu amoxicillin
untuk infeksi kulit usia 4 bulan-12 tahun adalah 20-50 mg/kg/hari Pada pasien ini
dosis yang sesuai adalah 400-1000 mg terbagi dalam 3 dosis. Antiiotik topikal
spektrum luas yang efektif terhadap bakteri grampositif dan bakteri gram negatif.
tidak ada penyakit lain sebelumnya. Namun, bila tidak diobati impetigo krustosa
dapat bertahan dan menyebabkan lesi pada tempat baru serta menyebabkan
komplikasi berupa ektima, dan dapat menjadi erisepelas, selulitis, atau bakteriemi.
1,3,5
24
BAB V
KESIMPULAN
Streptococcus group A beta-hemolitikus Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak,
baik laki-laki maupun perempuan. Predileksi impetigo krusta terdiri dari wajah, leher,
atau ekstremitas. Gambaran klinis yang dapat ditemukan berupa vesikel yang menjadi
pustul dan ruptur membentuk krusta khas berwarna kuning keemasan (honey-colored).
Lesi biasanya berkelompok dan konfluen dan dapat meluas melibatkan lokasi baru.
Penyakit impetigo krustosa yang lama tidak diobati kadang dapat menyebabkan
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Hay R.J, B.M Adriaans. Bacterial Infection. In: Burns T, Brethnach S, Cox N,
Griffiths C (eds). Rook’s Text Book of Dermatology. 7 th ed. Turin: Blackwell. 2004.
p.27.13-15.
2. Heyman W.R, Halpern V. Bacterial Infection. Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP
(eds). Dermatology. 2nd ed. Spain: Mosby Elsevier. 2008. p.1075-77.
3. Cole C, Gazewood J. Diagnosis and Treatment of Impetigo. American Academy of
Family Physician. Vol.75. No.6. 2007. p.859-864. Diunduh dari:
http://www.sepeap.org/archivos/pdf/10524.pdf
4. Craft N, Peter K.L, Matthew Z.W, Morton N.S, Richard S.J. Superficial Cutaneous
Infection and Pyodermas. In: Wolff K et all (eds). Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. Vol 2. 7th Ed. New York: McGraw Hill. 2008. p.1695-1705.
5. Arnold, Odom, James. Bacterial Infection. In: James W.D, Berger T.G, Elston D.M
(eds). Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology. 10 th Ed. Canada: Saunders
Elsevier. 2006. p.255-6.
6. Amini Sadegh. Impetigo. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1109204-treatment . Last update: May 20,
2010.
7. Norrby A, Teglund, Kotb M. Host Microbe Interactions in The Pathogenesis of
Invasive Group A Streptococcal Infections. Journal Medical Microbiology. Vol.49.
2000. p.849-52.
8. Trozak D.J, Tennenhouse D.J, Russel D.J. Impetigo (Impetigo Crustosa). In: Skolnik
N.S (eds). Dermatology Skills For Primary Care: An Ilustrated Guide. New Jersey:
Humana Press. 2006. p.317-23.
9. Wolff K, Richard Allen Johnson. Color Atlas and Sypnosis Of Clinical Dermatology.
Part 3rd. 9th Ed. New york: McGraw Hill. 2009. p.597-604.
10. Bonner M.W, Benson P.M, James W.D. Topical Antiboiotics. In: Wolff K et all (eds).
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Vol 2. 7 th Ed. New York: McGraw
Hill. 2008. p.2113-15.
11. Koning S at all. Fusidic Acid Cream in The Treatment of Impetigo in General
Practice: Double Blind Randomised Placebo Controlled Trial. British Medical
Journal. 2002. Vol.324. p.203. Diunduh dari:
http://www.bmj.com/cgi/content/full/324/7331/203
12. Mayo clinic staff. Impetigo. Diunduh dari:
http://www.mayoclinic.com/health/impetigo/DS00464/DSECTION=complications.
26