You are on page 1of 8

Penyakit Menular Seksual Keterangan

a. Etiologi :
1. Sifilis (Raja Singa) Bakteri dari famili Spirochaetaceae, ordo Spirochaetales dan
Genus
Treponema spesies Treponema pallidum. Kuman ini bersifat
anaerob dan diantaranya bersifat patogen pada manusia.

b. Gejala klinis :
 Sifilis Dini
1. Sifilis Primer
Sifilis stadium I (Sifilis primer), timbul 10-90 hari setelah
terjadi infeksi. Lesi pertama berupa makula atau papula merah
yang kemudian menjadi ulkus (chancre), dengan pinggir keras,
dasar ulkus biasanya merah dan tidak sakit bila dipalpasi.
Sering disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening
regional. Lokalisasi chancre sering ada genitalia tetapi bisa
juga ditempat lain seperti bibir, ujung lidah, tonsil, jari tangan
dan puting susu.
2. Sifilis Sekunder (S II)
Timbul setelah 6-8 minggu sejak S I. Pada beberapa kasus
keadaan S II ini sering masih disertai S I. Kelainan pada kulit
yang kita jumpai pada S II ini hampir menyerupai penyakit
kulit yang lain,bisa berupa roseola, papel-papel, papulo
skuamosa, papulokrustosa dan pustula. Pada SII yang dini
biasanya kelainan kulit yang khas pada telapak tangan dan
kaki. Kelainan selaput lendir berupa plakula atau plak merah
(mucous patch) yang disertai perasaan sakit pada tenggorokan
(angina sifilitica eritematosa).
Sifilis Lanjut
1. Sifilis Tersier (S III)
Lesi pertama timbul 3-10 tahun setelah S I berupa gumma
yang sirkumskrip. Gumma sering perlunakan dan
mengeluarkan cairan seropurulen dan kadang-kadang disertai
jaringan nekrotik sehingga terbentuk ulkus. Gumma ditemukan
pada kulit, mukosa mulut, dan organ dalam terutama hati.
Dapat pula dijumpai kelainan pada tulang dengan keluhan,
nyeri pada malam hari.
2. Sifilis Kongenital Dini
Kelainan membra mukosa: mucous patch dapat ditemukan di
bibir, mulut, farings, larings dan mukosa genital. Rinitis
sifilitika (snuffles) dengan gambaran yang khas berupa cairan
hidung yang mula-mula encer kemudian menjadi bertambah
pekat, purulen dan hemoragik.

c. Cara Penularan
1. Penularan secara langsung  melalui kontak
seksual,penularan melalui lesi penderita sifilis
2. Penularan tidak langsung  penggunaan barang pribadi
secara bersama-sama. Seperti pisau,handuk,dll
3. Melalui kongenital  penularan pada wanita hamil yang
masuk melalui sirkulasi darah
4. Melalui Darah  terjadi melalui transfuse darah dari
penderita sifilis laten

d. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
1.A (Abstinensia), tidak melakukan Pengaruh seks secara
bebas dan berganti-ganti pasangan.
2.B (Be Faithful), bersikap saling setia dengan pasangan dalam
Pengaruh
perkawinan atau Pengaruh jangka panjang tetap.
3. C (Condom), cegah dengan memakai kondom yang benar
dan konsisten untuk orang yang tidak mampu melaksanakan
A dan B.
4.D (Drug), tidak menggunakan narkoba/napza.
5.E (Education), pemberian informasi kepada kelompok yang
memiliki resiko tinggi untuk tertular sifilis dengan
memberikan leaflet,brosur, dan stiker.
b.Pencegahan Sekunder
1.Melakukan cek darah untuk mengetahui infeksi sifilis.
2.Pengobatan injeksi antibiotic benzatin benzil penicilin untuk
menyembuhkan infeksi sifilis.
c. pencegahan tersier
1. Melakukan pengobatan (injeksi antibiotik) yang bertujuan
untuk menurunkan kadar titer sifilis dalam darah.
2.Melakukan tes HIV untuk mengetahui status kemungkinan
terkena HIV.
e. Pengobatan

1. Early syphilis (sifilis stadium dini), sifilis primer,sifilis


sekunder  Benzatin benzilpenisilin IU injeksi IM
(pemberian dengan dua kali injeksi ditempat berbeda)
2.Laten Syphilis (sifilis stadium lanjut) Benzatin
benzilpenisilin injeksi IM, (sekali seminggu selama 3 minggu
berturut-turut di hari ke 1, 8 dan 15
3. Neurosyphilis  Aquaous benzylpenicill injeksi IV
(pemberian dengan 3-4 juta IU. Setiap 4 jam selama 14
hari)

2. Gonorhe a. Etiologi :
Bakteri Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri diplokokus gram
negatif yang aerob dan berbentuk seperti biji kopi

b. Gejala Klinis
Ciri penyakit gonore pada pria sebagai berikut:
1. Gatal dan rasa tidak nyaman di sekitar kelamin.
2. Siklus buang air kecil tidak normal.
3. Seperti ada rasa terbakar saat buang air kecil.
4. Ujung penis mengeluarkan cairan putih kekuningan atau
bahkan nanah.
5. Sakit dan nyeri di sekitar testis.
Ciri penyakit gonore pada wanita sebagai berikut:
1. Rasa sakit pada perut bagian bawah saat melakukan
hubungan.
2. Sering buang air kecil, buang air tidak normal.
3. Seperti terbakar saat buang air kecil.
4. Keluar cairan putih kekuningan atau nanah pada vagina.
5. Pendarahan saat melakukan hubungan atau sesudahnya.

c. Cara Penularan
1. Berhubungan tanpa pengaman
2. Berhubungan seks dengan banyak pasangan
3. Berhubungan dengan pasangan sesama jenis
4. Berhubungan dengan pasangan yang memiliki riwayat
HIV/AIDS
5. Ditularkan oleh ibu kepada bayinya saat proses kelahiran
d. Pencegahan
1.Tidak melakukan hubungan seksual diluar nikah, tindakan
ini akan mempermudah penyebaran virus pada pasangan.
2. Menggunakan pengaman saat melakukan hubungan seksual,
ini berguna unutk mencegah masuknya penyakit menular dari
pasangan.
3.Menjaga kebersihan organ reproduksi, ini sangat berguna
untuk mencegah masuknya bakteri dan tumbuhnya jamur.
4. Menjaga keharmonisan hubungan dengan pasangan, penting
dilakukan agar salah satu pihak tidak semena-mena mencari
kepuasan semata pada pasangan lain.
5.Untuk wanita sebaiknya juga mengkonsumsi makanan yang
baik untuk kesehatan vagina

e. Pengobatan
1. Memberitahu pasien untuk tidak melakukan kontak seksual
hingga dinyatakan sembuh dan menjaga kebersihan genital.
2. Pemberian farmakologi dengan antibiotik: Tiamfenikol, 3,5
gr per oral (p.o) dosis tunggal, atau ofloksasin 400 mg (p.o)
dosis tunggal, atau Kanamisin 2 gram Intra Muskular (I.M)
dosis tunggal, atau spektinomisin 2 gram I.M dosis tunggal.
Catatan: tiamfenikol, ofloksasin dan siprofloksasin merupakan
kontraindikasi pada kehamilan dan tidak dianjurkan pada anak
dan dewasa muda.

3. Herpes Simpleks a. Etiologi


Herpes simpleks virus (HSV) tipe I dan II merupakan virus
herpes hominis yang merupakan virus DNA. Virus ini dapat
menyebabkan infeksi pada mucocutaneus,system syaraf pusat
dan organ visceral.

b. Gejala Klinis
1. infeksi Primer
Pada infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat
sekitar tiga minggu dan sering disertai gejala sistemik,
misalnya demam, malaise dan anoreksia. Kelainan klinis yang
dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas kulit yang
sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan menjadi
seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami
ulserasi
2. Fase laten
Pada fase laten penderita tidak ditemukan kelainan klinis,
tetapi herpes simpleks virus dapat ditemukan dalam keadaan
tidak aktif pada ganglion dorsalis.
3. Infeksi rekuren
infeksi rekuren herpes simpleks virus yang semula tidak aktif
di ganglia dorsalis menjadi aktif oleh mekanisme pacu
(misalnya: demam, infeksi, hubungan seksual) lalu mencapai
kulit sehingga menimbulkan gejala klinis yang lebih ringan
dan berlangsung sekitar tujuh sampai sepuluh hari disertai
gejala prodormal lokal berupa rasa panas, gatal dan nyeri.

c. Cara Penularan
1. Kontak langsung antara cairan yang mengandung virus
herpes dengan mukosa kulit orang sehat
2. Hubungan seksual, dapat juga dari mukosa mulut saat
berciuman atau melakukan seks oral
d. Pencegahan
Pencegahan Herpes Simpleks bisa dilakukan dengan cara
menghindari kontak langsung dengan penderita herpes
simpleks, dan tidak menggunakan barang-barang pribadi
seperti handuk, pisau cukur ataupun benda-benda lain si
penderita herpes simpleks ini.

e. Pengobatan
1. Obat topikal berupa salap/krim yang mengandung preparat
idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P) atau preparat
asiklovir (zovirax).Pengobatan oral preparat asiklovir dengan
dosis 5x200mg per hari selama 5 hari mempersingkat
kelangsungan penyakit dan memperpanjang masa
rekuren.Pemberian parenteral asiklovir atau preparat adenine
arabinosid (vitarabin)
2. Terapi sistemik digunakan asiklovir, valasiklovir, atau
famsiklovir. Jika pasien mengalami rekuren enam kali dalam
setahun, pertimbangkan untuk menggunakan asiklovir 400 mg
atau valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama satu tahun.
Untuk obat oles digunakan lotion zinc oxide atau calamine.

.
4. Chlamydia Trachomatis a. Etiologi :
Clamydia adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri C.
trachomatis yang ditularkan melalui hubungan seks.
Chlamydia trachomatis, imuno tipe D sampai dengan K,
ditemukan pada 35 – 50 % dari kasus uretritis non gonokokus
di AS.

b. Gejala Klinis :
Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah
terinfeksi. Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi
cairan yang tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi
ulkus (luka terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali
tidak diperhatikan oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau
kedua selangkangan.
Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak
diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak
diatas kelenjar getah bening tersebut. Dari lubang ini akan
keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu akan membaik; tetapi
biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh kembali.
Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala,
nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung
dan infeksi rektum yang menyebabkan keluarnya nanah
bercampur darah. Akibat penyakit yang berulang dan
berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa
menyebabkan pembentukan jaringan parut yang selanjutnya
mengakibatkan penyempitn.
c. Cara Penularan
Bakteri ini hanya dapat bertahan di sel hidup yang kemudian
akan dibunuhnya. Pertukaran cairan tubuh akan berpotensi
menjadi sarana penyebaran penyakit chlamydia.

d. Pencegahan
Abstinensia (tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra
seksual yang diketahui menderita penyakit ini). Untuk
mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini, sebaiknya
menjalani perilaku seksual yang aman (tidak berganti-ganti
pasangan seksual atau menggunakan kondom).

e. Pengobatan
Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak
lama untuk infeksi genitalia yang disebabkan oleh
C.Trachomatis. Dapat diberikan dengan dosis 4 x 500 mg/h
selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari. Analog dari
tetrasiklin seperti doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x
l00 mg/h selama 7 hari. Untuk wanita hamil mengkonsumsi
Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari

5. Human PapilomaVirus a. Etiologi :


Human Papillomavirus (HPV) diidentifikasi sebagai penyebab
kondilomaakuminata. Kondiloma adalah kutil yang berlokasi
di area genital (uretra, genitaldan rektum). Kondiloma
akuminata merupakan tonjolan-tonjolan yang berbentuk
bungakol atau kutil yang meruncing kecil yang bertumbuh
kembang sampai membentuk kelompok yang berkembang
terus ditularkan secara seksual.

b. Gejala Klinis
1. Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal.
Infeksi dapatdormant atau tidak dapat dideteksi, karena
sebagian lesi tersembunyi didalamfolikel rambut atau dalam
lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi.
2. Pada wanita condiloma akuminata menyerang daerah yang
lembab dari labiaminora dan vagina. Sebagian besar lesi
timbul tanpa simptom. Pada sebagiankasus biasanya terjadi
perdarah setelah coitus, gatal atau vaginal discharge

c. Cara Penularan
Virus HPV yang menginfeksi organ Kelamin adalah termasuk
Penyakit Kelamin Menular. Virus HPV ditularkan melalui
kontak vaginal sex, anal sex, oral sex, atau kontak antar organ-
organ kelamin. Sangat jarang sekali terjadi, wanita hamil
dengan penyakit kelamin HPV dapat menularkan HPV pada
bayi yang dilahirkan melalui persalinan normal. Pada kasus
seperti ini, sang anak dapat mengalami pertumbuhan kutil pada
tenggorokan atau kotak suaranya. Kondisi tersebut disebut
RRP (recurrent respiratory papillomatosis).

d. Pencegahan
1. Vaksin,dapat melindungi pria dan wanita terhadap beberapa
jenis virus HPV yang biasa menimbulkan penyakit. Vaksin ini
diberikan sebanyak tiga kali. Penting sekali untuk diingat
bahwa untuk mendapatkan perlindungan terbaik, seseorang
harus mendapatkan tiga dosis vaksin secara lengkap. Vaksin
tersebut paling efektif jika diberikan sebelum seseorang
melakukan hubungan seksual pertama.
2. Penggunaan kondom
3. Setia pada Pasangan

e. Pengobatan
1. Chryotheraphy atau pembedahan dengan cairan nitrogen.
2. Bedah laser untuk menghilangkan kutil.
3. Electrocauter menggunakan panas untuk menghilangkan
kutil.
4. Bedah eksis sederhana, dengan pisau bedah untuk
menghilangkan kutil.
5. Bahan kimia seperti tricloroasetat dan podofilum resin dapat
menghilangkan kondiloma.

You might also like