You are on page 1of 17

PENGARUH ISLAM DI EROPA PADA ABAD

PERTENGAHAN

MAKALAH
Diajukan untuk memenehi tugas mata kuliah Sejarah Eropa
Dosen Pengampu: Dr. Widyo Nugrahanto, M. Si.

oleh

MOHAMMAD IRFAN HERMAWAN


180310170063

PROGRAM STUDI SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Eropa pada abad pertengahan merupakan bukti nyata dari suatu masa

kebodohan bagi orang-orang Eropa. Kebodahan itu diakibatkan oleh karena

mereka dipaksa tunduk terhadap ajaran gereja. Kehidupan mereka ditentukan oleh

gereja. Mereka tidak berhak untuk mengembangkan ilmu pengetahuan mereka

karena ilmu pengetahuan dianggap sihir jika bertentangan dengan ajaran gereja.

Penulis tertarik memilih tema mengenai peran Islam di Eropa pada Abad

Pertengahan, karena di zaman modern seperti saat ini, ilmuan-ilmuan Islam yang

berjasa dengan karya-karyanya pada saat itu seakan-akan terlupakan. Justru yang

lebih terkenal saat ini adalah ilmuan-ilmuan yang muncul setelah Abad

Pertengahan berakhir.

Selain itu, kebanyakan orang zaman sekarang begitu mengagumi

kehidupan orang-orang Eropa. Padahal pada Abad Pertengahan, kehidupan

mereka jauh dari kata sejahtera dan makmur seperti sekarang. Justru peradaban

yang menjadi contoh bagi bagi orang-orang Eropa untuk hidup lebih baik adalah

peradaban Islam.

Oleh karena itu, penulis ingin menujukan bahwa Islam sangat berperan

dalam berkembangnya Eropa pada Abad Pertengahan.

1
BAB II

ISI

2. 1. Abad Pertengahan

Abad pertengahan (Middle Ages) merupakan zaman antara 500-1500 AD.

Pada umumnya, telah disepakati bahwa Sejarah Kuno berakhir pada tahun 476,

karena diturunkannya kaisar Romawi Barat Romulus Augustus (Agustilus) oleh

Odoaker. Ini menandakan dimulainya suatu zaman baru. Sebagian ilmuan

menyebut fase ini dengan zaman kegelapan karena banyaknya sisi buruk di

berbagai bidang.

Menurut Wahjudi Djaja (2012: 34), Abad Pertengahan merupakan abad

kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini, agama berkembang dan berperan

dominan hampir dalam seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan.

Akibatnya, pada Abad Pertengahan ini, sains yang sudah tumbuh di Zaman Klasik

dikesampingkan dan dianggap ilmu sihir yang mendistrak perhatian manusia dari

ketuhanan.

Pada Abad Pertengahan, Eropa dilanda Zaman Kegelapan (Dark Ages),

karena masyarakat Eropa mengalami kemunduran intelektual yang disebabkan

oleh tindakan dan dominasi kuat pihak gereja yang sangat berpengaruh (Djaja,

2012: 34). Gereja serta para pendeta mengawasi setiap pemikiran masyarakat,

tidak terkecuali dalam bidang politik. Mereka berpendapat bahwa yang pantas

untuk menentukan kehidupan, politik, pemikiran, serta ilmu pengetahuan

hanyalah gereja. Sehingga bagi mereka-mereka (masyarakat pada masa itu) yang

2
dianggap menyimpang dari dogma gereja akan ditahan sampai dibunuh. Kaum

intelektual pun yang terdiri dari para ahli-ahli sains ditekan dan dikawal ketat.

Mereka yang berpikir serta mengeluarkan teori-teori yang bertentangan dengan

pandangan gereja juga sama, ditangkap dan disiksa bahkan dibunuh. Pemikiran

ini, merupakan tindakan nyata dari teori Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat

yang mengakatan bahwa “Negara wajib tunduk pada kehendak gereja”.

Sedangkan Dante Alighieri (1265-1321) berpendapat bahwa negara dan gereja

alangkah lebih baik berdiri sendiri, dan sudah sepatutnya saling bekerja sama

dalam mewujudkan kesejahteraan bagi manusia.

Saat di Eropa sedang mengalami masa kegelapannya, Islam di timur telah

bersinar terang dengan peradaban-peradaban kemanusian. Sehingga bagi Islam,

Abad Pertengahan merupakan “Ashr al-Izdihar” atau zaman kejayaan dan “Al-

ashr Adz-Dzahabi” atau zaman keemasan (Obaid, 2010: 19).

Kebodohan Eropa pada saat itu digambarkan oleh Usamah Ibn Munqidz

dalam kitabnya Al-I’tibar. Dia menceritakan bahwa pamannya diminta oleh

walikota Munaithirah (Kristen) untuk mengirimkan seorang tabib yang mengobati

para sahabatnya. Paman Usamah mengutus seorang tabib Kristen (dari negeri

yang sudah belajar ketabiban di negeri Islam), yang bernama Tsabit. Sepuluh hari

kepergiannya, dia kembali lagi setelah mengobati seorang pria jawara

penunggang kuda yang mengalami bisul dan seorang wanita yang mengalami

nasyaf (alergi). Untuk yang pria, Tsabit hanya membaluri bisul itu dengan salep

sehingga bisul pecah dan pria itu membaik. Sedangkan yang perempuan, tsabit

3
hanya menyarankan kepada perempuan itu untuk tidak memakan makanan yang

dapat membuat alerginya muncul. Tiba-tiba datang seorang tabib Ifrinji (Eropa),

sambil menilai bahwa tabib Tsabit tidak tahu apa-apa tentang cara mengobati

pasien. Kemudian tabib Ifrinji ini menawarkan pada pria yang mengalami bisul ini

“apakah dia ingin hidup dengan satu kaki atau mati tanpa kedua kakinya?”. Tentu

pria ini lebih memilih hidup tanpa satu kakinya. Kemudian tabib Ifrinji ini

meminta sebuah kapak dan seorang Faris (Penunggang kuda) yang kuat. Setelah

itu, Faris ini diperintahkan untuk memotong kaki pria yang tumbuh bisul tadi

hingga putus dengan satu ayunan. Ternyata setelah satu ayunan, kaki pria ini tidak

putus, kemudian pada ayunan kedua sumsum tulangnya pun termuntahkan, dan

pria itu mati seketika. Sedangkan untuk yang perempuan, tabib Ifrinji ini

menyuruhnya untuk memotong rambut karena alergi yang dia derita itu

disebabkan oleh setan yang bertengger di atas kepalanya karena mencintai

perempuan itu. Setelah itu, perempuan tadi kembali memakan makanan yang

dilarang oleh Tsabit untuk dimakan olehnya. Maka, penyakit alerginya kembali

menjadi. Tabib Ifrinji ini kemudian mendiagnosa bahwa setannya sekarang telah

masuk kedalam kepala perempuan itu, maka dia mengambil alat cukur dan

membelek kepada wanita itu dengan bentuk salib sampai terlihat tulang

tengkoraknya dan membubuhinya dengan garam, tentu saja perempuan itu

menemui ajalnya (Obaid, 2010: 20-21). Kira-kira seperti itulah keadaan Abad

Pertengahan yang digambarkan oleh Usamah Ibn Munqidz.

Entah sampai kapan keadaan itu berakhir, karena akhir dari Abad

Pertengahan tidak bisa dipastikan dengan satu kejadian saja. Banyak pendapat

4
mengatakan bahwa akhir daripada Abad Pertengahan ialah tahun 1453, ketika

bangsa Turki merebut dan menduduki konstantinopel. Ada yang menyatakan

bahwa tahun 1492, tahun ditemukannya Amerika menandai akhir dari Abad

Pertengahan, karena membawa perubahan dalam perdagangan dan ekonomi di

Eropa Barat. Pendapat lain mengatakan tahun 1517, yakni dengan dimulainya

Reformasi, di mana agama Protestan menyimpang dan melepaskan diri dari

Agama Roma Katholik. Untuk orang Rusia, akhir Abad Pertengahan terjadi pada

tahun 1462, ketika Ivan III (1440-1506) menjadi Tsar, yang dipandang sebagai

penguasa nasional pertama dari Rusia.

2. 2. Masuknya Islam Ke Eropa

Sejalan dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam

juga menyebar ke Eropa dengan melalui tiga jalur. Pertama, jalur barat, yaitu dari

Afrika Utara dengan melewati Selat Gibrahar di bawah pimpinan Thariq bin

Ziyad dalam pertempuran Guadalete (711). Bahkan, tentara Islam dapat melewati

Pegunangan Pirenia walau akhirnya ditahan oleh tentara Prancis dalam

pertempuan Poitiers (Moussais-la-Bataille) di bawah pimpinan Charles Martel

(Pepin) di Kota Poitiers (732) dengan terbunuhnya ‘Abd al-Rahman al-Gafiqi.

Namun akhirnya, pemerintah Khilafah Umayyah berhasil memimpin di

Semenanjung Iberia yang dikenal dengan bani Umayyah II (711-1492) dengan ibu

kotanya Kordova.

5
Kedua, jalur tengah, yaitu dari Tunisia lewat Sisilia menuju Semenanjung

Apenina. Setelah Islam berhasil menduduki Sisilia dan Italia Utara, akhirnya

kekuasaan mereka berhasil direbut kembali oleh Bangsa Nordia pada abad ke-13.

Ketiga, jalur timur, ketika pada tahun 1453, Turki di bawah pimpinan

Sultan Muhammad II berhasil menaklukan kota Byzantium dengan terlebih

dahulu menyerang Laut Hitam sehingga mengejutkan tentara Byzantium Timur.

2. 3. Pusat Peradaban Islam Di Eropa Pada Abad Pertengahan

A. Syaqaliyyah (Sisilia)

Ilmu Kedokteran berkembang disini dan dipelajari di Salerno (ibu kota

Sisilia). Penerjemahan gencar dilakukan terutama oleh Constantinus Africanus

(1087 M). Dia menerjemahkan karya-karya Hippocrates dan Gales dari Arab ke

Latin, selain menerjemahkan karya-karya original dari ilmuan muslim.

Pada abad ke-12 M, dengan dorongan dari Frederick II dan Roger II,

penerjemahan besar-besaran gencar dilakukan lagi. Dalam 25 tahun saja,

Frederick berhasil mengumpulkan seluruh karya dari Ibn Rusyd. Ibn Rusyd

sangat berpengaruh perannya di Eropa sehingga menimbulkan gerakan Averoisme

yang menuntut kebebasan berpikir.

B. Konstantinopel

Pada masa pemerintahan Muhammad II (pertengahan abad ke-15 M),

kerajaan Turki Utsmani berhasil mencapai puncak kejayaannya. Sehingga pada

tanggal 29 Mei 1453, Muhammad al-Fatih berhasil menghancurkan benteng

6
Konstantinopel dengan terlebih dahulu melakuka serangan kejutan dari arah

belakang yaitu Laut Hitam.

Kemudian ketika Konstantin II meminta bantuan kepada Paus untuk

menyatukan gereja Ortodoknya dengan gereja Katolik Roma untuk melawan

tentara Turki Utsmani, rakyat konstantinopel menolak persatuan itu dan lebih

memilih melihat para tentara muslim di pusat kota daripada melihat peci-peci

tokoh katolik disana. Dengan demikian, berakhirlah kekusaan Byzantium dan

ibukota Khilafah Utsmaniyyah pun pindah ke Konstantinopel (Istanbul).

Muncullah babak baru dipenuhi dengan kejayaan, ketentraman, dan ilmu

pengetahuan.

Tindakan Turki Utsmani yang menjungjung tinggi sikap toleransi

mengakibatkan terjadinya kontak antara kaum muslim dan kristen ortodok. Oleh

karena itu, kontak itu semakain membantu proses perubahan nilai-nilai Islam ke

Barat. Disini tidak terlalu banyak pengaruh sains Islam terhadap Barat, karena

pada saat itu Barat sedang serius mempelajari dan mengembangkan sains Islam

yang sudah diboyong dua abad sebelumnya, bahkan pada akhirnya Barat

melampaui Turki Utsmani (Obaid, 2010: 25).

C. Andalusia (Spanyol)

Bisa dibilang inilah salah satu pusat terbesar pengaruh Islam di Eropa.

Abdurrahman III (912-961) adalah Khalifah Daulah Umayyah di Andalusia

(Spanyol) yang paling lama memerintah. Dia adalah khalifah pertama yang

7
berhasil mengakhiri peperangan antara bangsawan Arab, bangsa Berber, dan

bangsa Spanyol yang beragama Islam di Andalusia (Poesponegoro, 1988: 2).

Pada masanya, umat yahudi dan kristiani sangat menikmati kebebasan dan

toleransi yang diberikan oleh khalifah dan umat Islam. Peradaban Islam juga

semakin maju. Qurthubah (Kordova) telah tampil bak kota metropolitan dengan

jalanan yang rapih beserta penerangannya, hotel-hotel, perpustakaan, pusat

perbelanjaan, masjid-masjid, istana-istana, gedung-gedung, perdagangan kertas

yang besar, serta universitas-univesitas menambah kemegahan kota Kordova pada

saat itu. Di sana juga dilakukan penyalinan-penyalinan naskah Latin dan naskah

Yunani secara besar.

Para pencari ilmu dari Eropa berbondong-bondong datang ke Andalusia

untuk menimba Ilmu disana. Kejayaan ini mencapai puncaknya pada abad ke-11

saat para ilmuan dari Timur sepeti Iraq, Syam, dan Mesir datang ke Andalusia

dengan menjingjing referensi keilmuan dari sana (Obaid, 2010: 23).

Masa pemerintahan Abdurrahman III (selama 50 tahun) sangatlah luar

biasa. Kemakmuran dan kesejahteraan dirasakan secara merata oleh rakyatnya

baik itu Muslim maupun non-Muslim. Pada masa pemerintahannya, sektor

pertanian, perdagangan, industri dan keuangan berkembang pesat sehingga

pendapatan negara berada dalam neraca surplus. Ia meninggalkan jejak besar tidak

saja di Semenanjung Iberia, tetapi juga bagi seluruh Eropa (Faisal, 2018).

Kemudian Abdurrahman III digantikan oleh Al-Hakam II (961-976). Di

bawah pemerintahannya, seluruh wilayah Andalusia benar-benar aman, tentram,

8
dan sejahtera. Seluruh penduduk juga merasakan keadilan. Al-Hakam II

merupakan salah satu khalifah pecinta ilmu pengetahuan. Dia sadar bahwa

perpustakaan merupakan pusat dari ilmu pengetahuan dan pusat peradaban. Oleh

karena itu, dia pun memperluas perpustakaan yang ada di Kordova sehingga

menjadi perpustakaan tebesar do seluruh Eropa. Ia memberikan perhatian yang

lebih pada proyek perluasan bangunan dan penambahan koleksi buku

perpustakaan Kordova sehingga semakin kaya dan bevariasi. Al-Hakam berhasil

mengumpulkan berbagai naskah penting sehingga perpustakaannya memiliki

tidak kurang dari 400.000 buku. Ini merupakan prestasi luar biasa, karena

mengingat bahwa percetakan pada masa itu masih belum dikenal seperti pada

masa modern (Faisal, 2010).

2. 4. Pengaruh

Dibawah adalah beberapa pengauh dari Islam bagi Eropa pada Abad

Pertengahan.

a. Ilmiah

Bangsa Eropa banyak membawa ilmu-ilmu dari dunia Islam dengan

berbagai macam literatur, seperti kedokteran, filsafat, matematika dan lain-lain.

Setelah itu, mereka dengan giat menerjemahkan literartur itu ke dalam bahasa

mereka. Salah satu dari ilmu-ilmu yang mereka bawa adalah kompas, di mana

kompas ini berhasil membuat mereka menumukan daerah atau wilayah baru

seperti Amerika dan jalur untuk menuju ke timur melalu Tanjung Harapan.

9
Mereka juga meniru apa yang dilakukan oleh dunia Timur, yaitu membangun

lembaga-lembaga pendidikan.

Kedokteran juga sangan berperan penting pada saat itu. Mengingat pada

Abad Pertengahan, Eropa sedang dilanda zaman kegelapan, karena gereja

berkuasa penuh atas segalanya. Gereja mengharamkan ilmu kedokteran, karena

bagi mereka penyakit adalah hukuman dari Tuhan, dan manusia tidak boleh

menyembuhkan penyakit itu. Mereka lebih menggunakan cara-cara yang buruk

yang tidak masuk akal atau mantra-mantra.

b. Kemasyarakatan

Kehidupan kaum Kristen pada saat itu penuh dengan kebodohan, dan para

tokoh gereja menggambarkan kehidupan Islam jauh lebih buruk daripada mereka.

Kemudian mereka bertemu dengan orang Muslim di negeri Muslim sehingga

mereka menyadari bahwa mereka itu dibodohi oleh gereja.

Selama dua abad hidup di Timur, mereka sangat tertarik terhadap

kebudayaan Islam, cara berpakaian, makanan, dan perilaku yang mulia. Mereka

sangat terkesan pada akhlak Salahuddin terhadap musuhnya ketika membebaskan

Quds, serta mengirimkan dokter pribadinya untuk mengobati raja Ingrris

“Richard” (Lion’s Heart) yang sedang sakit (Obaid, 2010: 26).

c. Bidang Ekonomi

Peradaban Timur sudah sejahtera dengan pertanian dan perindustriannya.

Karenanya, orang Eropa yang sudah hidup disana, ketika kembali mereka

membawa hasil-hasil tanaman seperti palawija, dan hasil industri seperti hasil

10
tenun, minyak wangi, bahan-bahan kimia, dan bahan-bahan bangunan. Orang-

orang Eropa juga terpengaruh gaya-gaya arsitek Islam dalam pembangunan

benteng, gereja, dan tata letak kota.

d. Bidang Militer

Orang-orang Eropa juga membawa ilmu-ilmu perang dari Islam. Karena

orang Islam pada saat itu lebih sering berperang menggunakan kuda mereka juga

mempelajari furusiyah (hal-hal yang berkaitan dengan kemahiran naik kuda)

seperti penggunaan senjata saat naik kuda, penggunaan baju perang, penggunaan

merpati sebagai sarana pengirim informasi, perawatan kuda, penggunaan sepatu

pada kuda, hingga perlombaan balap kuda.

Mereka juga membawa cara-cara membuat senjata, seperti meriam batu,

bedil, dan senjata lontar. Mereka juga meniru cara pengendalian pasukan (Obaid,

2010: 27).

e. Bidang Politik

Terjadi keseimbangan kekuatan karena di bagian barat telah terjadi permusuhan

antara Umayyah II di Andalusia dan kekaisaran Karoling di Prancis, sedangkan di

Timur terjadi perseteruan antara Abbasiyah dan kekaisaran Byzantium. Umayyah

II juga bermusuhan dengan Abbasiyah karena perebutan kekusaan pada tahun

750.

11
Kekaisaran Karoling juga bermusuhan dengan kekaisaran Byzantium

dalam perebutan Italia. Oleh karena itu, terjadi sebuah aliansi. Kekaisaran

Karoling dengan Abbasiyah dan kekaisaran Byzantium dengan Umayyah II.

Aliansi ini berakhir setelah terjadinya perang Salib.

Perang salib sendiri telah membuat semua bangsa Eropa bersatu untuk

menghadapi kekuatan Islam. Disamping itu, sistem feodalisme telah

menyengsarakan mereka. Maka setelah mereka bersatu, mereka mengerahkan

seluruh harta mereka untuk membangun kerejaan-kerajaan di Timur. Sejak saat itu

mereka mulai merasakan kebebasan, dan ketenangan. Selain itu, para raja dan

bangsawan tidak lagi memiliki pesaing-pesaing, sehingga tumbuh rasa

nasionalisme dan persatuan kerajaan-kerajaan disana (Obaid, 2010: 27).

f. Agama dan Pendidikan

Kekuasaan gereja pada Abad Pertengahan sangat luas. Para tokoh gereja

hidup berfoya-foya, mereka terjerumus dalam seks bebas dan tindak asusila.

Karenanya, para pemikir barat melakukan sebuah gerakan untuk melakukan

Revolusi terhadap gereja yang nantinya dikenal sebagai Revolusi Gereja. Salah

satu tokohnya adalah Martin Luther dari Jerman.

Revolusi ini terjadi akibat kontak raja-raja Eropa dengan para penguasa

Islam di Timur. Mereka melihat bahwa para penguasa Islam berbeda dengan para

tokoh Gereja. Oleh karena, itu, orang pertama yang melakukan penentangan

adalah raja-raja Ingris dan Jerman, terutama yang rajanya tinggal lama di dunia

Timur selama perang salib berlangsung. Contohnya ada Frederick II, orang

12
pertama yang membangun Universitas di Eropa dengan nama Universitas Napoli

(Obaid, 2010: 28).

Selain Universitas Napoli, ada juga Universitas lain yang dibangun di

Spanyol seperti di Kordova, Sevilla, Malaga, Granada, dan Salamanca. Banyak

pemuda-pemuda Eropa yang belajar disana. Selama mereka belajar disana,

mereka giat menerjemahkan tulisan ilmuan Muslim. Setelah mereka

menyelesaikan studi, mereka pulang ke negeri mereka dan membangun sekolah-

sekolah, bahkan universitas.

Eropa sangat berkembang saat berada dalam kekuasaan Islam, baik dalam

budaya, politik, tekonologi, dan ilmu pengetahuan. Bukti-buktinya antara lain:

1) Muncul kaum-kaum intelektual baru. Salah satunya adalah

Petrus Alfonsi. Dia belajar ilmu kedokteran di salah satu

Universitas di Spanyol dan diangkat menjadi dokter pribadi Raja

Henry I ketika dia kembali ke negera asalnya, Inggris. Demikian

halnya dengan Adelard of Bath yang belajar di Toledo dan

menjadi orang yang terkenal setelah kembalinya ke Inggris.

2) Berdirinya perpustakaan di Kordova yang memiliki buku tidak

kurang dari 400.000 dengan berbagai referensi.

3) Gerbert d’Augrinac dan pengikutnya, Gerard de Cremona

pernah tinggal di Toledo dan berhasil menerjemahkan kurang

lebih 92 buku kedalam bahasa Latin dengan bantuan orang-

orang muslim.

13
4) Roger Bacon, seorang pendata Kristen Roma di Inggris belajar

bahasa Arab di Paris. Oleh karena itu, dia mampu membaca

tulisan asli ilmuan Islam dan menerjemahkannya. Kemudian

terjemahannya dibawa ke Universitas Oxford di Inggris. Namun

sayang, penerjemahannya itu diakui sebagai karyanya, bukan

karya ilmuan Muslim. Salah satunya adalah buku karangan Ali

al-Hasan Ibn Haitam yang berisi tentang teori tentang

mikroskop dan mesiu yang banyak dibilang sebagai karya Roger

Bacon.

14
BAB III

PENUTUP

Eropa pada abad pertengahan tidak lebih dari sekumpulan orang-orang

yang terbodohkan karena dikuasai oleh dogma-dogma gereja yang tidak masuk

akal. Kemudian Islam masuk dengan ilmu-ilmu pengetahuan mereka. Setelah itu,

Eropa mulai berkembang dengan bantuan dari ilmu-ilmu yang diberikan Islam.

Pusat-pusat pendidikan seperti sekolah, universitas, dan perpustakaan mulai

banyak yang berdiri. Karenanya, muncul kaum-kaum intelektual yang modern.

Jika dilihat dari perkembangannya, Eropa tidak lebih dari seorang murid,

dan ilmuan Muslim merupakan guru paling berjasa dalam membentuk peradaban

Eropa dari yang tadinya berotak dangkal dan terkekang oleh dogma gereja yang

tidak masuk akal menjadi Eropa yang modern dan mulai mulai menunjukan

taringnya.

15
DAFTAR SUMBER

Djaja, Wahjudi. 2012. Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno Hingga Modern.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Ismail, Faisal. 2018. “Kontribusi Islam Terhadap Eropa Pada Abad Pertengahan”
dalam https://nasional.sindonews.com/read/1276807/18/kontribusi-islam
terhadap-eropa-pada-abad-pertengahan-1516903324. Diakses pada 4 Juni
2018, pukul 19.54 WIB.
Lewis, David Levering. 2012. The Greatness Of Al-Andalus: Ketika Islam
Mewarnai Peradaban Barat. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Obaid, M. Yahya. 2010. “Kontribusi Islam Terhadap Kebangkitan Barat” dalam
ejournal.iainkendari.ac.id. Diakses pada 4 Juni 2018, pukul 20.02 WIB.
Poesponegoro, Marwati D. 1988. Tokoh Dan Peristiwa Dalam Sejarah Eropa
Awal Masehi-1815. Jakarta: UI-Press.

16

You might also like